Lisnawati,1 Hadyana Sukandar,2 Ruswana Anwar,3 Farid Husin,4 Dadang Sjarief,5 Anita D. Anwar6
1
Mahasiswa Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2,4
Departemen Epidemiologi dan Biostatistika Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
3,6
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
5
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Abstrak
Kematian neonatal dini adalah sekitar 80% dari semua kematian neonatal dan penyebab tertinggi
adalah BBLR. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan, merupakan upaya dalam
menurunkan angka kematian bayi. Banyaknya persalinan spontan dengan usia kehamilan prematur
yang ditolong oleh bidan menjadi dasar perlunya peningkatan keterampilan mengenai BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan bidan dalam pengelolaan persalinan dengan
BBLR dalam pemantauan intrapartum dan resusitasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan teknik kuantitatif dan kualititaif. Pada teknik kuantitatif, variabel keterampilan bidan
dalam pemantauan intrapartum (kala I fase aktif) dinilai menggunakan daftar tilik kepada 20 orang
bidan di ruang bersalin yang pernah mendapatkan minimal 1 kasus persalinan dengan BBLR. Evaluasi
keterampilan bidan dalam resusitasi BBLR dilakukan oleh lembaga profesional neonatologi yaitu
Lanterna Indonesia. Pada penelitian kualitatif, dilakukan wawancara pada bidan di ruang bersalin dan
manager rumah sakit terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidan tidak terampil dalam
pemantauan intrapartum dan resusitasi BBLR. Nilai rata-rata keterampilan bidan dalam melakukan
tindakan pemantauan intrapartum adalah 70,3% (nilai tertinggi 81,25% dan terendah 62,25%), dan
nilai rata-rata keterampilan bidan dalam resusitasi BBLR adalah 42,25% (nilai tertinggi 70% dan
terendah 20%). Bidan mengetahui bahwa persalinan BBLR bukan kewenangan bidan, selama ini
penatalaksanaan persalinan dengan BBLR adalah melalui advis dokter, namun bidan merasa belum
kompeten dan belum percaya diri dalam memberikan asuhan pada pengelolaan persalinan dengan
BBLR. Penelitian ini menunjukkan keterampilan bidan dalam pemantauan intrapartum dan resusitasi
pada kasus BBLR belum cukup baik untuk dapat menurunkan angka kematian akibat BBLR.
Abstract
Early neonatal mortality rate is about 80% of all neonatal deaths in Indonesia, the leading cause is
low birth weight. Increasing the knowledge, attitudes and skills of midwives is the strategy to reduce
infant mortality rate. The number of spontaneous labor with preterm gestation by midwives is main
reason to increase the skills of the LBW. This study was aimed to evaluate the skills of midwives in
the management of labor with low birth weight in intrapartum monitoring and resuscitation. The
methods were quantitative and qualitative study with cross sectional approach. The quantitative was to
evaluate the skills of midwives in intrapartum monitoring (active phase of the first stage), it is using
checklists to 20 midwives in the delivery room who had received at least 1 case of labor with LBW.
Evaluation of midwife skills in resuscitation LBW had performed by professional neonatology
institutions, Lanterna Indonesia. Research also conducted qualitatively by interviewing midwives in
the delivery room and hospital managers. The results of this study showed that the midwives were not
competent in intrapartum monitoring and resuscitation LBW. The average value of midwives skills in
action intrapartum monitoring is 70.3% (the highest value is 81,25% and the lowest is 62,25%), and
the average value of midwifery skills in resuscitation LBW is 42.25% (the highest value is 70% and
the lowest is 20%). The midwives know that labor with LBW is not authorized by midwives, all this
time management labor with low birth weight is through a doctor's advice, but the midwives was not
competent and not confident in providing care in the management of labor with LBW. This study
showed that the skills of midwives in intrapartum monitoring and resuscitation in LBW is not good
enough to be able to reduce mortality due to LBW.
Keywords: Evaluation of skills Midwives, intrapartum monitoring, low birth weight resuscitation
Kematian Bayi di kota Cirebon tahun 2013 sebanyak Pada teknik kualitatif, penelitian
39 bayi. Penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 19 menggunakan data primer dengan cara
bayi meninggal karena BBLR (48,7%), asfiksia wawancara pada seluruh bidan di ruang bersalin
(12,8%) dan lain-lain (38,5%).11,12 dan para stakeholder (6 orang) tentang
Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit pengelolaan persalinan dengan BBLR di RSUD
Umum Daerah adalah semua persalinan spontan Gunung Jati Kota Cirebon.
baik pada usia kehamilan aterm maupun Kriteria inklusi sebagai berikut: a) Bidan
prematur ditolong oleh bidan. Berdasarkan hasil pelaksana di ruang bersalin, b) Berpendidikan
studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui minimal D.III Kebidanan, c) Kasus yang diambil
wawancara terhadap beberapa bidan di RSUD adalah persalinan yang diduga BBLR dengan
Gunung Jati Kota Cirebon, dari 20 orang bidan, 5 janin hidup, taksiran berat janin < 2500 gram,
orang (25%) telah mengikuti pelatihan tentang umur ibu bersalin 20-35 tahun, tidak memiliki
penanganan asfiksia pada bayi baru lahir, penyakit hipertensi, TBC, infeksi dan diabetes
sedangkan 16 orang lainnya (75%) belum melitus, persalinan spontan ditolong oleh bidan.
melakukan pelatihan. Hal ini berdampak pada Kriteria eksklusi penelitian ini adalah: bidan
keterampilan bidan tentang pengelolaan yang tidak hadir saat dilakukan penelitian.
persalinan dengan BBLR. Pelatihan dapat Variabel Kuantitatif yaitu :a) Keterampilan bidan
mempengaruhi keterampilan seseorang dalam pemantauan intrapartum kala I fase aktif
disamping faktor umur, pendidikan ataupun pada ibu bersalin dengan BBLR, yang dinilai
lamanya bekerja sebagai bidan.13,14,15 Salah satu dengan menggunakan daftar tilik yang dibagi
cara untuk menurunkan AKB adalah melalui menjadi 2 kategori yaitu kompeten dan tidak
tenaga kesehatan, terutama bidan yang kompeten. b) Keterampilan bidan dalam
kompeten, untuk mengetahuinya, perlu dilakukan resusitasi BBLR, yang diukur dengan
evaluasi.16 menggunakan daftar tilik, yang dibagi menjadi 2
kategori yaitu kompeten dan tidak kompeten.
Metode Keterampilan bidan dikategorikan kompeten
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif apabila nilai mencapai 100%, dan apabila nilai
dengan menggunakan teknik kuantitatif dan <100% termasuk tidak kompeten. Pada variabel
kualitatif. Pada teknik kuantitatif, untuk variabel kualitatif, yaitu tentang pengelolaan persalinan
keterampilan bidan dalam pemantauan dengan BBLR yang ada di RSUD Gunung Jati
intrapartum pada kala I fase aktif dengan BBLR, kota Cirebon. Pengolahan data kuantitatif
penelitian menggunakan data primer pada 20 dilakukan pada data yang telah diperoleh melalui
bidan di ruang bersalin, dengan cara observasi proses pengolahan data yaitu editing, coding,
menggunakan daftar tilik. Setiap bidan processing dan cleaning, kemudian data
mendapatkan 1 kasus yaitu persalinan dengan dideskripsikan.17 Pengelolaan data kualitatif yang
BBLR kemudian melakukan pemantauan terkumpul melalui wawancara mendalam yang
intrapartum pada kala I fase aktif. Untuk evaluasi diajukan dengan pertanyaan terbuka akan
keterampilan bidan dalam melakukan resusitasi dilakukan analisis dan kualifikasi terhadap
BBLR, dilakukan oleh lembaga profesional jawaban yang diberikan secara interaktif, yaitu
neonatologi yaitu Lanterna Indonesia, dengan setelah data terkumpul dibuat ringkasan,
cara masing-masing bidan diuji pengkodean dan membuat catatan kaki,
keterampilannnya pada phantom, satu per satu membuang yang tidak perlu, untuk selanjutnya
bidan mendapatkan kasus yang diberikan oleh data disajikan dalam bentuk teks naratif.
tim Lanterna indonesia, kemudian keterampilan Penelitian dilakukan di RSUD Gunung Jati
bidan dinilai dengan menggunakan daftar tilik. kota Cirebon pada bulan Mei sampai September
2015.
1 7 2 3 0 0 12 20 25 D.3 1 T
2 8 2 4 0 0 14 23 25 D.3 1 T
3 9 0 6 1 0 16 27 23 D.3 1 T
4 10 2 10 1 0 23 38 24 D.3 1 T
5 9 1 6 0 0 16 27 24 D.3 1 T
6 6 2 4 0 0 12 20 24 D.3 1 T
7 6 1 8 1 0 16 27 31 D.3 4 T
8 8 2 7 1 0 18 30 51 D.3 25 T
9 9 2 8 1 1 21 35 50 D.3 25 T
10 10 2 8 1 2 23 38 25 D.4 2 T
11 14 2 17 1 2 36 60 43 D.4 15 Y
12 10 2 9 1 2 24 40 24 D.3 1 T
13 12 2 10 1 2 27 45 24 D.3 1 T
14 14 2 17 1 2 36 60 28 D.3 3 Y
15 15 2 22 1 2 42 70 32 D.3 4 Y
16 12 2 10 1 2 27 45 50 D.4 25 T
17 14 2 17 1 2 36 60 28 D.3 3 T
18 15 2 22 1 2 42 70 32 D.3 4 Y
19 10 2 9 1 2 24 40 43 D.4 15 T
20 14 2 23 1 2 42 70 43 D.3 15 Y
X 11 2 11 1 1 25 42,25
Keterangan :
no = nomor responden/sampel X6 = Umur
X1 = Persiapan X7 = Pendidikan terakhir
X2 = Perencanaan X8 = Lama Kerja (tahun)
X3 = Pelaksanaan X9 = Pelatihan Resusitasi (Y = ya, T= tidak)
X4 = Evaluasi M = nilai maksimum
X5 = Dokumentasi
Kalau protap khusus tentang persalinan BBLR apa ya konsul dengan dokternya, kita juga
di VK gak ada, Ya, kalau BBLR di kita, di rumah bertindak atas instruksi dokter. Kalau percaya
sakit itu, kalau memang intrapartumnya normal, diri sih kayanya kalau kasusnya udah sering kita
maksudnya...eee... DDJ baik, itu kan kita tangani ya percaya diri, kalau belum pernah ya
penatalaksanaan asuhan yang biasa, tapi kalau pasti takut juga. resusitasi BBLR nggak sebanyak
memang ...eeee..distress dan itu mungkin yang bukan BBLR, tapi selama ini kita berusaha
pemantauan ketat terhadap ibu dan bayi. Kalau untuk belajar.(R.5)
memang distress kita pantau dengan memasang
CTG walaupun itu awal kita rekam, selanjutnya e. Kebijakan tentang pertolongan persalinan
kita rekam tapi tidak di print, kita pantau stand dengan BBLR
by di sana. (R.5) Selama ini, belum ada protap atau aturan
khusus tentang pengelolaan persalinan dengan
c. Penilaian tentang kompetensi diri dalam BBLR. Aturan yang sudah berjalan adalah bidan
penanganan persalinan dengan BBLR selalu melaporkan hasil observasi pasien di ruang
Beberapa Bidan di Rumah Sakit Gunung Jati bersalin kepada dokter kandungan yang jaga saat
Cirebon pernah mengikuti pelatihan tentang itu, maka tindakan yang akan dilakukan sesuai
resusitasi BBLR yang diselenggarakan mandiri dengan advis dokter. Bila keadaan janin baik dan
oleh pihak rumah sakit, namun mereka tetap bisa lahir spontan, maka persalinan ditolong oleh
merasa belum kompeten dalam menangani kasus bidan. Hal ini berdasarkan salah satu kutipan
pengelolaan persalinan dengan BBLR, terutama berikut :
kasus resusitasi pada BBLR. Salah satu kutipan Selama ini kita pakai protap umum yang sudah
wawancara sebagai berikut : ada, kita masih terus melakukan perbaikan.
Gimana ya..kalau menolong persalinan dengan (R.2)
BBLR itu kan bukan kewenangan bidan, tapi Sesuai dengan SOP penanganan persalinan,
disini kan rumah sakit rujukan, bidan harus bidan tetap melaporkan ke dokter jaga. Setiap
punya keterampilan tentang kegawatdaruratan. hari selalu ada visit dokter jaga. Selalu
Jadi Rumah sakit memberikan pelatihan juga diobservasi, apakah bisa partus pervaginam atau
kepada bidan disini. Untuk tindakan resusitasi harus SC. (R.3)
BBLR itu yang dirasa sangat sulit, kayanya
walaupun sudah pelatihan juga masih merasa Pembahasan
kurang mampu, itu kan kegawatdaruratan. waktu 1. Keterampilan bidan dalam pemantauan
pelatihan juga kan latihannya ke phantoom jadi intrapartum
tetap merasa sangat berbeda dengan Berdasarkan tabel 4.2 nilai rata-rata
kenyataannya.(R.5) keterampilan bidan dalam melakukan
pemantauan intrapartum kala I fase aktif adalah
d. Alasan bidan menolong persalinan dengan 70,3% (nilai rata-rata tertinggi 81,25% dan
BBLR. terendah 62,25%). Semua bidan melakukan
Rumah Sakit memiliki aturan bahwa pemeriksaan dalam, mengevaluasi dan
persalinan normal ditolong oleh bidan, dengan mendokumentasikan dengan benar. Usia bidan
dokter sebagai penanggung jawabnya, termasuk mulai dari 23 tahun - 51 tahun. Pendidikan
persalinan dengan BBLR, namun bidan belum terendah adalah D.3 kebidanan (16 orang) dan
percaya diri dalam melakukan pengelolaan tertinggi D.4 kebidanan (4 orang). Masa kerja
persalinan dengan BBLR terutama pada kasus mulai dari 1-25 tahun.
resusitasi BBLR. Temuan ketidaksesuaian dalam pelaksanaan
Eeeee....gimana ya saya kan disini bekerja di pemantauan intrapartum pada BBLR yaitu : tahap
rumah sakit rujukan, jadi di sini kasusnya nggak persiapan (tidak memperhatikan kontrol suhu
hanya yang fisiologis aja, tapi yang patologis ruangan (suhu ruangan bersalin tetap dingin),
juga banyak. khusus untuk persalinan dengan tidak menyalakan infant warmer (minimal 15
BBLR di rumah sakit ini, selama ini ya kita menit sebelum dilakukan pertolongan
mengikuti saja aturan yang ada disini. kalau persalinan), pemeriksaan denyut jantung janin
partus normal kan oleh bidan, bearti kalau BBLR dan kontraksi hanya dilakukan 1 kali pada saat di
juga kalau lahirannya normal ya dengan bidan. awal pemeriksaan, pemeriksaan tanda-tanda vital
Kita mau nggak mau ya harus bisa, makanya (tidak melakukan pemeriksaan nadi, respirasi dan
bidan disini dilatih. paling kita kalau ada apa- suhu).
Volume 2 No. 3, September 2015 | 31
Pada kolom X1 (persiapan) menunjukkan Pada kolom X3 (pemantauan kontraksi),
bahwa semua bidan memiliki nilai yang sama diketahui bahwa 12 orang bidan mendapatkan
yaitu 3 (nilai maksimum adalah 5). Hasil nilai 0 (tidak melakukan pemantauan kontraksi)
observasi menggunakan daftar tilik diketahui dan sisanya 8 orang bidan mendapatkan nilai 1
bahwa semua bidan tidak menyiapkan suhu ruang (melakukan pemantauan kontraksi). Pemantauan
bersalin dan infant warmer (minimal 15 menit kontraksi atau his, diperiksa selama 10 menit,
sebelum kala II). Salah satu penyebab tidak kemudian dilihat berapa frekuensi, intensitas dan
dilakukannya persiapan suhu ruang karena tidak amplitudonya. Hal ini penting dilakukan karena
adanya SOP (standard operating procedures) kontraksi dinilai untuk mengetahui kemajuan
atau prosedur tetap tentang pengelolaan persalinan. Kontraksi juga dapat berpengaruh
persalinan dengan BBLR khususnya pada pada kondisi janin, misalnya pada kasus
pemantauan intrapartum. SOP berfungsi kontraksi atau his hipertonik dapat
membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang mengakibatkan janin kekurangan oksigen, dan
teratur, sistematis dapat dipertanggungjawabkan, bisa menyebabkan asfiksia neonatorum.
menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan Pemanatauan kontraksi yang tepat dan benar
kegiatan berlangsung.18,19 Persiapan ruang pada persalinan dengan BBLR dapat mengurangi
bersalin yaitu dengan memastikan ruang komplikasi pada bayi baru lahir.22
persalinan tetap hangat (tidak dingin karena Pada kolom X4 (pemeriksaan dalam), semua
adanya penggunaaan AC, sehingga bidan perlu bidan mendapatkan nilai 1 (melakukan
memantau berapa suhu ruangan saat itu, atau pemeriksaan dalam). Hal ini karena pemeriksaan
matikan AC bila perlu. Sama halnya dengan dalam merupakan salah satu pemeriksaan
persiapan infant warmer, semua bidan tidak penentu dalam menentukan diagnosa pasien.
menyalakan dulu infant warmer sebelum bayi Pemeriksaan dalam pada pemantauan persalinan
dilahirkan. Infant warmer dinyalakan saat mulai sangat penting dilakukan untuk menilai kemajuan
melakukan asuhan pada bayi baru lahir, atau saat persalinan dan tindakan yang harus dilakukan.
bayi dibawa ke ruang resusitasi bayi baru lahir. Dalam pemantauan persalinan dengan BBLR,
Pengaturan suhu ruang dan infant warmer sangat bidan melakukan pemeriksaan dalam sesuai
penting untuk dilakukan, karena BBLR mudah dengan instruksi dokter.
mengalami hipotermi, yang dapat mengganggu Pada kolom X5 (pemantauan tanda-tanda
stabilitas suhu pada BBLR.20 vital), tidak ada bidan yang memperoleh nilai
Pada kolom X2 (pemantauan DJJ) maksimal, 11 orang bidan mendapatkan nilai 3
menunjukkan bahwa 12 orang bidan dan sisanya, 9 orang bidan mendapatkan nilai 2.
mendapatkan nilai 0 (tidak melakukan Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, semua bidan
pemantauan DJJ), dan siasanya 8 orang bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah, namun
mendapakan nilai 1 (melakukan pemantauan untuk pemeriksaan nadi, respirasi dan suhu tidak
DJJ). Pada tindakan pemantauan denyut jantung semua dilakukan. Hasil observasi menggunakan
janin pada pasien inpartu dengan BBLR, pada daftar tilik menunjukkan semua bidan tidak
kala I fase aktif seharusnya dilakukan setiap 30 melakukan pemeriksaan pernapasan, hal ini
menit sekali. Denyut jantung janin didengar karena kebiasaan bidan dalam melakukan
selama 1 menit, kemudian dilakukan penilaian pemeriksaan tanda-tanda vital, hanya pada
apakah bayi dalam keadaan normal atau fetal tekanan darah, nadi dan suhu. Pemeriksaan
dystress (gawat janin). Janin yang tidak dipantau pernafasan dilakukan hanya pada kasus-kasus
berarti mengurangi upaya pencegahan terjadinya tertentu seperti pada ibu dengan pre eklampsi
fetal dystress atau asfiksia pada BBLR, hal ini atau eklampsi.
dapat memperberat dan menimbulkan komplikasi Pada kolom X6 (evaluasi) dan kolom X7
pada BBLR, yang pada akhirnya dapat (dokumentasi), semua bidan melakukan
mengakibatkan terjadinya IUFD atau asfiksia mendapatkan nilai maksimal (melakukan
berat. Berbeda dengan pemantauan DJJ pada evaluasi dan dokumentasi). Evaluasi hasil
persalinan normal, untuk persalinan dengan pemeriksaan yaitu dengan mengkaji hasil
BBLR dengan risiko gawat janin yang lebih pemeriksaan terhadap pasien dan melakukan
tinggi, maka pemantauan DJJ dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter dan memerikan asuhan
lebih intensif, salah satunya dengan memasang sesuai instruksi dokter. Semua bidan di ruang
CTG agar denyut jantung janin bisa terus bersalin sudah terbiasa untuk melakukan
dipantau.21 kolaborasi dengan dokter. Sesuai dengan SOP di
ruang bersalin bahwa semua pasien yang masuk ilmiah praktik kebidanan), bidan memiliki
ke ruag bersalin harus berkolaborasi dengan pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan
dokter jaga. Pada tindakan dokumentasi, semua asuhan yang berkualitas tinggi dan tanggap
bidan mencatat respon klien selama dilakukan budaya selama persalinan, menolong persalinan
tindakan pemantauan persalinan. Pencatatan dan kelahiran yang bersih dan aman serta
dilakukan dengan jelas, mudah dibaca, menangani situasi kegawatdaruratan untuk
ditandatangani disertai nama jelas dan ditulis memaksimalkan kesehatan ibu dan bayi,
dengan bolpoin. Kegiatan evaluasi dan kompeten dalam pemantauan persalinan,
dokumentasi merupakan rutinitas bidan di ruang pemantauan kesejahteraan janin, pemantauan
bersalin. Disebutkan dalam pasal 18 ayat (1) butir kesejahteraan ibu.24 Salah satu upaya yang dapat
(h) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1464 dilakukan untuk menerapkan kompetensi bidan
tahun 2010 wujud kepatuhan bidan dalam adalah dengan menerapkan standar operasional
menjalankan rekam medis adalah dengan prosedur (SOP) untuk meningkatkan mutu
melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan.
pelayanan lainnya secara sistematis.23
Nilai rata-rata keterampilan bidan dalam 2. Keterampilan bidan dalam resusitasi
pemantauan intrapartum adalah 70,3%, hal ini BBLR
berarti tidak memenuhi syarat kompetensi dalam Pada kolom X1 (persiapan), nilai terendah
keterampilan yaitu 100%. Hasil penelitian yang adalah 6 dan tertinggi adalah 15 (nilai maksimal
dilakukan AG Novika tahun 2013 menunjukkan adalah 20). Pada keterampilan ini, bidan tidak
bahwa kinerja bidan tidak baik (47,5%) dalam melakukan konfirmasi tentang usia gestasi dan
pengelolaan BBLR. Terdapat 3 bidan yang tafsiran berat anak. Hal ini penting dilakukan
memiliki nilai tertinggi yaitu 81,25%, yaitu pada agar bidan bisa mempersiapkan tindakan
responden nomor 11 (usia 43 tahun, pendidikan kegawatdaruratan terutama bila usia gestasi < 29
terakhir D.4 Kebidanan, dan masa kerja 15 minggu. Sebagian besar bidan tidak mengetahui
tahun), responden nomor 12 (usia 24 tahun, nama dan fungsi obat-obatan yang diperlukan
pendidikan terakhir D.3 kebidanan, masa kerja 1 dalam tindakan resusitasi. Dalam persiapan kain
tahun), dan responden nomor 16 (usia 50 tahun, penyangga, sebagian besar bidan juga hanya
pendidikan terakhir D.4 kebidanan, masa kerja 25 mempersiapkan 1 kain penyangga, dari yang
tahun). Bidan yang memiliki nilai terendah yaitu seharusnya dipersiapkan 3 kain penyangga untuk
62,25% sebanyak 6 orang, dengan usia 25-51 managemen hipotermi.
tahun, seluruhnya berpendidikan terakhir D.3 Pada kolom X2 (perencanaan), nilai terendah
Kebidanan, dan masa kerja 1-25 tahun. adalah 0 dan tertinggi adalah 2 (nilai maksimal
Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa adalah 4). Pada keterampilan ini, 17 orang bidan
karakteristik bidan (usia, pendidikan terakhir dan telah menyipakan alat sesuai dengan kebutuhan
masa kerja) pada nilai tertinggi dan terendah yang akan dilakukan namun masih kurang
sangat bervariasi. Namun pada kelompok nilai lengkap, namun adapula 1 orang bidan yang tidak
terendah seluruh bidan berpendidikan terakhir tepat dalam mempersiapkan alat sesuai dengan
D.3 Kebidanan. Penelitian kuantitatif yang kebutuhan.
dilakukan Santi DR pada tahun 2012, bahwa Pada kolom X3 (pelaksanaan), nilai terendah
umur dan masa kerja berhubungan dengan adalah 3 dan nilai tertinggi adalah 22 (nilai
kinerja bidan dalam tatalaksana BBLR. maksimal adalah 28). Bidan yang memiliki nilai
Standar kompetensi bidan Indonesia, pada terendah, hanya mampu melakukan tindakan
standar asuhan selama persalinan dan kelahiran menentukan bayi bugar, menghangatkan bayi dan
menyebutkan bahwa Bidan memberikan asuhan memposisikan bayi, tindakan selanjutnya tidak
yang bermutu tinggi selama persalinan untuk tepat. Semua bidan tidak mampu melakukan
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya tindakan pemasangan ETT.
yang baru lahir. Sehingga bidan sudah Pada kolom X4 (evaluasi), nilai terendah
selayaknya kompeten pula dalam pemantauan adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 1 (nilai
intrapartum terutama pada kasus persalinan maksimal adalah 2). Pada keterampilan ini, 16
dengan BBLR. orang bidan telah melakukan tindakan evaluasi,
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun namun dilakukan tidak lengkap.
2007 tentang standar profesi bidan dicantumkan Pada kolom X5 (dokumentasi), nilai terendah
bahwa pada kompetensi ke empat (landasan adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 2 (nilai
Volume 2 No. 3, September 2015 | 31
maksimal adalah 6). Pada keterampilan ini, 8 resusitasi BBLR, dan dari hasil penelitian
orang bidan tidak melakukan tindakan kualitatif diketahui bahwa bidan menganggap
dokumentasi. Sisanya bidan melakukan tindakan persalinan BBLR bukan kewenangan bidan,
dokumentasi namun tidak dilakukan dengan selama ini penatalaksanaan persalinan dengan
benar. BBLR adalah melalui advis dokter, namun bidan
Nilai rata-rata pada tabel 2 menyatakan merasa belum kompeten dan belum percaya diri
bahwa batas standar nilai kompetensi dalam memberikan asuhan pada pengelolaan
keterampilan masih dibawah 100%. Hal ini persalinan dengan BBLR.
berarti semua bidan tidak terampil dalam Keterampilan bidan dalam pemantauan
melakukan resusitasi pada BBLR. Terdapat 3 intrapartum dan resusitasi BBLR termasuk tidak
orang bidan yang memiliki nilai tertinggi yaitu : kompeten. Hasil wawancara tentang penilaian
responden nomor 15 (usia 32 tahun, pendidikan kompetensi diri didapatkan bahwa bidan merasa
terakhir D.3 Kebidanan, masa kerja 4 tahun dan tidak percaya diri dan kurang kompeten dalam
telah mengikuti pelatihan resusitasi), responden melakukan asuhan pada BBLR terutama tentang
nomor 18 (usia 32 tahun, pendidikan terakhir D.3 resusitasi BBLR, namun pada pelaksanaannya
Kebidanan, masa kerja 4 tahundan telah mereka tetap memberikan asuhan tersebut karena
mengikuti pelatihan resusitasi), responden nomor kebijakan rumah sakit dan keterbatasan spesialis.
20 (usia 43 tahun, pendidikan terakhir D.3
Kebidanan, masa kerja 15 tahun dan telah Simpulan
mengikuti pelatihan resusitasi). Sedangkan pada Hasil penelitian mengenai evaluasi
bidan yang memiliki nilai terendah terdapat 2 keterampilan bidan dalam pengelolaaan
orang, yaitu responden nomor 1 (usia 25 tahun, persalinan dengan BBLR tentang pemantauan
pendidikan terakhir D.3 Kebidanan, masa kerja 1 intrapartum dan resusitasi BBLR menunjukkan
tahun dan belum mengikuti pelatihan resusitasi), bahwa : 1) Bidan tidak terampil dalam
responden nomor 6 (usia 24 tahun, pendidikan pemantauan intrapartum (kala I fase aktif) pada
terakhir D.3 Kebidanan, masa kerja 1 tahun dan persalinan dengan BBLR 2) Bidan tidak terampil
belum mengikuti pelatihan resusitasi). dalam tindakan resusitasi BBLR
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Bidan mengetahui bahwa persalinan BBLR
karakteristik bidan (usia, pendidikan terakhir, bukan kewenangan bidan, selama ini
masa kerja dan keikutsertaan pelatihan) adalah penatalaksanaan persalinan spontan dengan
bervariasi. Namun, pada nilai tertinggi seluruh BBLR dilakukan oleh bidan berdasarkan advis
bidan telah mengikuti pelatihan tentang dokter, namun bidan merasa belum kompeten dan
resusitasi, sebaliknya pada nilai terendah seluruh belum percaya diri dalam memberikan asuhan
bidan belum mengikuti pelatihan. Penelitian pada pengelolaan persalinan dengan BBLR.
Soetimah tahun 2014 menunjukkan bahwa
pelatihan berdasar kompetensi berpengaruh Daftar Pustaka
terhadap kepatuhan bidan dalam melakukan 1. D Sarimawar. Trend of Stillbirth and Neonatal
Mortality in Indonesia, Based on Health Survey Result
asuhan pertolongan persalinan. Year 1995-2007.
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2. Badan Pusat Statistik B, Kementerian Kesehatan. SDKI
2007 tentang standar profesi bidan dicantumkan tahun 2012. In: Indonesia DKR, editor. Jakarta
bahwa pada kompetensi ke lima (Keterampilan 3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
klinis dalam praktik kebidanan), kompetensi inti HK.03.01/60/1/2010. In: Kesehatan D, editor.
yaitu : bidan memiliki keterampilan tentang ilmu JakartaTahun 2010.
kebidanan, neonatologi dan ilmu-ilmu sosial, 4. Demsa Simbolon DC, Ernawati. Determinan Kinerja
ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit
asuhan yang tepat untuk perempuan, bayi yang Pemerintah Indonesia Kebijakan Kesehatan Indonesia
2011. 4 Desember 2013;02:202-14.
baru lahir, chidbearing woman, dan keluarga. 5. Sunarti NN. Perilaku Bidan dalam menangani bayi
Komponen kompetensi yaitu bidan memiliki Asfiksia Studi Kualitatif di RSUD Umbu Rara
keterampilan yang diperlukan dalam memberikan Waingapu Sumba Timur NTT. 2008.
asuhan dasar komprehensif dan berkualitas 6. Pedro R Coutinho JGC, Fernanda G Surita, Maria L
Costa and Sirlei S Morais. Perinatal outcomes
tinggi. associated with Low Birth Weight in a historical
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif di cohort. Biomed Central. 2011.
atas didapatkan hasil bahwa bidan tidak 7. Fauchere JC. Care and Resuscitation of the newborn
kompeten dalam pemantauan intrapartum dan infant. PEDIATRICA. 2012.
8. Walther F.J. A randomised controlled trial of delivery 17. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
room respiratory management in very preterm infants. Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
Pediatrics. 2007 18. Razak A. Perlunya Standar Operasional Prosedur untuk
9. Culhane RL. Low Birth Weight in the United States. Peningkatan Mutu Pelayanan Manado: Temu karya
The American Journal Of Clinical Nutrition. 2007. Widyaiswara.2010.
10. Yanti E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi 19. Sumiati L. Pengaruh Penerapan Prosedur Kerja
Pengetahuan Bidan terhadap Penanganan Asfiksia pada Terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan
Bayi Baru Lahir di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebidanan Di Kabupaten Sukabumi Bandung
Kabupaten Aceh Barat. 2014. Universitas Padjadjaran 2013.
11. Profil Kesehatan Kotamadya Cirebon Dinas Kesehatan 20. Group NR. Updating the Management of Preterm
Kotamadya Cirebon Tahun 2013. Infant in the 1st Min After Birth Journal of Clinical
12. Laporan Persalinan di RSUD Gunung Jati Kota Neonatology. 2014
CirebonTahun 2013. 21. Kathrine Leigh Peters RJR. Improvement Of Short and
13. Rahmi DSA, Rismayanti. Faktor-faktor yang Long Term Outcomes for Very Low Birth Weight
berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Infant : Edmonton NIDCP Trial. Pediatrics. 2009.
Rendah di RSIA Pertiwi Makassar. 2013 22. Prawirohadjo S. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
14. Andriani Elvira, Pengaruh Pelatihan dan motivasi kerja Neonatal. Jakarta: YBP-SP; 2006
terhadap kualitas pelayanan di RS. Siloam Gleneagles. 23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Universitas Indonesia. 2009 Nomor 1464/MENKES/PER/2010 tentang izin dan
15. Endang S. Karakteristik Individu dan Karakteristik Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Menteri
Organisasi Pengaruhnya Terhadap Motivasi dan Kesehatan Republik Indonesia; Tahun 2010.
Kinerja Bidan Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah 24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Daerah Tapal Kuda Jawa Timur 2012. Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
16. AIPKIN Id. Standar Kompetensi bidan Indonesia Profesi Bidan. In: Kesehatan D, editor. Jakarta: Menteri
(revisi November 2011). Direktorat Jenderal Kesehatan Republik Indonesia.
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2011.