Anda di halaman 1dari 31

BAB I

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. I
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Lamdean Girang, Ds. Sukamukti RT 02 RW11 Kecamatan
Katapang, Kab. Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl. Pemeriksaan : 19 oktober 2017

II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 19 Oktober 2017
Keluhan Utama : Penglihatan kedua buram
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama : Penglihatan kedua mata buram
Pasien datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata. Keluhan
penglihatan buram dirasakan berangsur-angsur semakin lama semakin buram sejak
kurang lebih 1 tahun yang lalu, yang semakin memberat sejak 1 bulan SMRS.
Penglihatan buram dirasakan seperti melihat bayangan asap dan kabut.
Penglihatan buram ini disertai penglihatan sering silau sehingga lebih nyaman
melihat di tempat yang redup. Keluhan mata buram tidak disertai mata merah, nyeri
ataupun banyak mengeluarkan air mata. Keluhan mata buram juga tidak disertai
penglihatan seperti melihat pelangi saat melihat lampu. Riwayat trauma pada mata
disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit kencing manis. Pasien tidak sedang menggunakan obat tetes mata
dalam jangka waktu lama. Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : Afebris
Status Generalis : dalam batas normal.

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus VOD: 6/30 VOS: 6/30
PH : tetap PH : tetap
Muscle Balance Orthotropia
Gerakan Bola Mata Normal ke segala arah Normal ke segala arah

Palpebra Superior Entropion -, ektropion -, Entropion -, ektropion -,


lagoftalmus -, ptosis -, lagoftalmus -, ptosis -,
blefarospasme - blefarospasme -
Palpebra Inferior Entropion -, ektropion -, Entropion -, ektropion -,
lagoftalmus -, ptosis -, lagoftalmus -, ptosis -,
blefarospasme - blefarospasme -
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
App. Lakrimal Punctum terbuka, Punctum terbuka,
sumbatan (-) sumbatan (-)
Konjungtiva Tarsal Corpal -, folikel -, papil - Corpal -, folikel -, papil -
Superior
Konjungtiva Tarsal Corpal -, folikel -, papil - Corpal -, folikel -, papil -
Inferior
Konjungtiva Bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Jernih, sedang Jernih, sedang
Pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
Diameter 2 mm 2 mm
RC Direk/Indirek +/+ +/+
Iris Sinekia (-) Sinekia (-)

2
Lensa Shadow test (+) Keruh, Shadow Test (+)

Visus : VOD = 6/30 PH = tetap


VOS = 6/30 PH = tetap
Tonometer palpasi : TIO OD=OS dalam batas normal

Pemeriksaan lain : tidak dilakukan

Resume
Ny I, usia 62 tahun datang ke RSUD Soreang dengan keluhan penglihatan buram

pada kedua mata seperti melihat bayangan asap dan kabut yang menghalangi penglihatan

yang dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan berangsur-angsur

semakin lama semakin buram dan memberat kurang lebih sejak 1 bulan SMRS, dirasakan

terus-menerus sepanjang hari. Keluhan disertai silau saat melihat cahaya dan lebih nyaman

melihat di tempat gelap.

Pada pemeriksaan oftalmologi OS : lensa keruh sebagian dengan shadow test (+).
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 6/30 PH = tetap
VOS = 6/30 PH = tetap
Tonometer palpasi = TIO ODS dalam batas normal.

Diagnosis Banding
Katarak Senilis Imatur ODS

Diagnosis kerja
Katarak Senilis Imatur ODS

Usulan Pemeriksaan Penunjang


- Rencana Pemeriksaan Pra-operasi Katarak

1. Slit Lamp

2. Funduskopi

3
3. Tonometri

4. Biometri

Penatalaksanaan
Operasi katarak (ECCE + IOL = Extra Capsular Cataract Extraction + Intraocular Lense)

Oculli Dextra Sinistra

Prognosis
OD OS
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
Quo ad Functionam ad bonam ad bonam
Quo ad Sanactionam ad bonam ad bonam

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar?


Pada pasien ini saya tegakkan diagnosa kerja katarak senilis stadium imatur ODS
berdasarkan :
a) Usia pasien yaitu 62 tahun.
b) Berdasarkan identitas pasien yang ada, pasien sekarang berusia 62 tahun, usia tersebut
berhubungan dengan etiologi katarak yang sebagian besar katarak disebabkan karena
proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak yang terjadi pada usia
lanjut, umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun, disebabkan karena proses penuaan.
Angka kejadian katarak meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia
antara 60-74 tahun dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun. Dari keterangan umum pasien mendukung diagnosis katarak senilis.
c) Keluhan utama yaitu penglihatan buram Keluhan buram dapat dibedakan
berdasarkan onsetnya. Pada katarak biasanya pasien datang dengan keluhan matanya
terasa buram yang dirasakan kronik dan berangsur-angsur, adapun keluhan mata buram
kronis seperti pada pasien ini bisa dibagi dalam beberapa kemungkinan penyakit, yaitu
gangguan refraksi, gangguan degeneratif, gangguan herediter, dan tumor.
d) Pandangan seperti terdapat bayangan asap yang menghalangi penglihatan tersebut
merupakan gejala pada gangguan media refraksi dan merupakan salah satu keluhan
pasien dengan katarak. Hal ini disebabkan adanya kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan lensa tidak transparan, sehingga mengganggu penglihatan. Pada katarak
terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa atau juga suatu
keadaan patologis lensa yang menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi
protein lensa. Sehingga pada katarak penglihatannya berkabut.
e) Penglihatan buram disertai penglihatan sering silau saat melihat cahaya sehingga
lebih nyaman melihat di tempat yang gelap.
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan
latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap
sumber cahaya lain pada malam hari. Hal ini dikarenakan sinar yang masuk oleh lensa
yang keruh akan dipantulkan kembali menyebabkan pasien lebih nyaman berada di
tempat gelap.

5
f) Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD = 6/30, PH = tetap , VOS = 6/30, PH
tetap.
g) Pada mata kiri didapatkan lensa sebagian keruh (+), Shadow test (+).Pada katarak
imatur, sebagian lensa mengalami kekeruhan dan dapat terjadi penambahan volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Kekeruhan
pada lensa dapat disebabkan deposisi ion Ca yang akan menyebabkan kalsifikasi.
h) Pada pemeriksaan tonometer palpasi dalam batas normal.

2. Apakah terapi pada pasien ini sudah tepat?


Pasien dengan kelainan katarak tidak dapat diatasi dengan pemberian obat tetes
mata maupun peroral. Sampai saat ini penanganan katarak yang terbaik adalah melalui
tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa
buatan (IOL) yang jernih. Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk
mengatasi penyakit kataraknya adalah dengan dilakukan operasi. Tindakan operasi yang
dilakukan adalah Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE) dan lensa intra okular
(intra ocular lens, IOL), dengan keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
Keuntungan :
Incisi kecil
Tidak ada komplikasi vitreus
Kejadian endophtalmodonesis lebih sedikit
Edema sistoid makula lebih jarang
Trauma terhadap endotelium kornea lebih sedikit
Retinal detachment lebih sedikit
Lebih mudah dilakukan

Kerugian
Kekeruhan pada kapsul posterior
Dapat terjadi perlengketan iris dengan kapsul

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?


Ad vitam : Bonam
Karena katarak tidak mengancam jiwa penderita.
Ad functionam : ad bonam

6
Jika katarak yang tidak diobati maka dapat menyebabkan kebutaan. Katarak

merupakan penyebab utama terjadinya kebuataan pada orang dewasa dengan usia

55 tahun atau lebih. Karena katarak merupakan kebutaan yang reversible, bila

katarak pada pasien ini segera ditangani dengan operasi, maka fungsi penglihatan

pasien akan membaik.

Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Medikamentosa hanya

diberikan dengan tujuan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit

yaitu, jika silau pasien dapat memakai kacamata dan untuk mengurangi inflamasi

dapat diberikan steroid ringan.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Lensa

Gambar 3.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter sekitar 9 mm. Lensa

tergantung pada zonula dibelakang iris, zonula tersebut menghubungkan lensa dengan

badan siliar. Zonula ini menyisip pada ekuator kapsul lensa, kapsul lensa merupakan

suatu membran basalis yang mengelilingi substansi lensa. Disebelah anterior lensa

terdapat aqueous humor, disebelah posterior terdapat badan vitreus. 1

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam

kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk

nukleus lensa. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Korteks disusun oleh

serat-serat muda yang kurang padat disekeliling nukleus. Di sebelah depan terdapat

8
lapisan selapis epitel sub kapsular, seiring bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub

epitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan akan menjadi lebih besar dan kurang

elastis.1,2

3.1 Histologi Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam

mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri

dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada

saat terjadinya akomodasi. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. 2,3

Gambar 3.2 Histologi Lensa3

Memiliki 3 komponen utama:2,3

1. Kapsul lensa

Lensa dibungkus suatu simpai tebal 10 20 m dan homogen. Mengandung

proteoglikan dan kolagen tipe IV dan berasal dari membran ektoderm permukaan

embrionik.

2. Epitel lensa

Epitel lensa subkapsular terdiri atas sel selapis kuboid dan hanya terdapat pada

permukaan anterior. Pada ujung posterior epitel ini dekat ekuator lensa, sel-sel

membelah untuk membentuk sel baru yang berdiferensiasi sebagai serat lensa.

3. Serat lensa

9
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dengan inti

gepeng. Lensa matur memiliki panjang 7-10 mm lebar 8-10 m dan tebal 2 m. Serat

tersebut tersusun rapat yang membentuk jaringan transparan yang khusus untuk

pembiasan cahaya dan lensa ditahan ditempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun

radial yaitu zona siliaris elastis. Seiring bertambahnya usia, serat-serat ini terus

diproduksi sehingga lensa perlahan menjadi lebih besar dan kurang elastis.

3.3 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

mengkontraksikan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai

ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel

atau terfokus ke retina. Kapsul yang elastis kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih

sferis diiringi oleh peningkatan daya bias.2,3

Kerjasama fisiologi antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan

benda dekat ke retina dikenal dengan akomodasi. Seiring dengn pertambahan usia,

kemampuan refraksi lensa perlahan berkurang. Kristal lensa merupakan struktur yang

transparan, mempunyai peranan yang penting dalam mekanisme fokus pada

penglihatan.2,3

Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air dan tiga puluh lima persennya

protein. Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada dalam jaringan

tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dibandingkan jaringan lain. Asam

askorbat dan glutatinon terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada

reseptor nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa.2

10
Fisiologi lensa meliputi aspek yaitu transparansi lensa, aktivitas metabolisme

lensa dan akomodasi.

a. Transparansi lensa

Dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).3

b. Metabolisme Lensa Normal

Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian

anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Kadar natrium di bagian posterior

lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar

Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K

dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap.3

c. Akomodasi

Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena

kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena tersebut dikenal sebagai

akomodasi. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat

(sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan

zonula dikendalikan oleh aktivitas muskulus siliaris, yang bila berkontraksi akan

mengendurrkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan

dihasilkan daya dioptric yang lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih

dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa

tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus.

Dengan bertambahnya usia, proses akomodasi akan menurun.2

11
3.4 Definisi katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. Penyebab katarak bermacam-macam

diantaranya disebabkan karena proses penuaan, faktor genetik, kelainan bawaan,

penyakit metabolik dan infeksi yang disebabkan trauma pada mata.2, 4

Faktor risiko dari katarak yang terkait usia adalah adanya riwayat diabetes

mellitus, paparan sinar matahari yang terus menerus, merokok dan minuman beralkohol.

Pengelihatan dapat diperbaiki dengan operasi untuk menghilangkan lensa yang terkena

katarak, dan menggantikan dengan yang artifisial.4

3.5 Etiologi Katarak

Katarak dapat disebabkan oleh beberapa etiologi sehingga klasifikasi katarak

salah satunya dibedakan berdasarkan etiologi. Berikut etiologi katarak antara lain:2

1. Usia Lanjut

2. Metabolik

3. Toksik

4. Trauma

5. Komplikasi

6. Infeksi maternal

7. Maternal drug ingestion

8. Syndrom dengan katarak

9. Herediter

10. Katarak sekunder

3.6 Klasifikasi Katarak

A. Katarak Senilis

12
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses

degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dari

90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah

satu mata terkena lebih dulu.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara

lain:2

1. Herediter

Memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai timbulnya katarak berbeda

pada keluarga yang berbeda.

2. Radiasi sinar UV

Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya katarak pada usia

yang lebih awal dan maturasi yang lebih cepat pada katarak senilis.

3. Faktor makanan

Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin (ribloflavin, vit.

E dan E) dan protein esensial berperan dalam matangnya katarak pada usia lebih awal.

4. Krisis dehidrasional

5. Merokok

Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3 hydroxykynurinine

dan chompores yang menyebabkan kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan

carbamylation dan denaturasi protein.

Katarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia 50 tahun,

disebabkan karena proses penuaan. Perubahan lensa yang terjadi karena usia lanjut:2

a. Kapsul:

- Menebal dan kurang elastis

- Mulai presbiopi

13
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

- Terlihat granular

b. Epitel:

- Semakin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria nyata

c. Serat lensa:

- Lebih granular

- Pada korteks jelas kerusakan serat sel

- Brown sklerotic nucleus, sinar UV kelamaan merubah protein nucleus (histidin, triptofan,

metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa mengandung

histidin dan triptofan dibanding normal.

- Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto oksidasi

- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin

dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna

untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif

sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin

untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

kekeruhan lensa.2,3

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal

Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam

amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan

lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.2

14
Gambar 3.3 Patofisiologi katarak senilis kortikal

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

a. Derajat separasi lamelar

Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat

diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.2

b. Katarak insipien

Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang

jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform)

atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).2

Gambar 3.4 Katarak insipien

c. Katarak imatur

15
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume

lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang

degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.2

Gambar 3.5 Katarak imatur

d. Katarak matur

Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion

Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus

berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.2

Gambar 3.6 Katarak Matur

e. Katarak hipermatur

Gambar 3.7 Katarak hipermatur

16
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan

keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.2

f. Katarak Morgagni

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa

menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan

menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.2

Perbedaan stadium katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

2. Katarak senilis nuklear

Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi

keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi

melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang

mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obstruksi sinar

cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.

Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus

berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen

dan jarang berwarna merah (katarak rubra).2,3

17
Gambar 3.8 (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara

progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,

tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.2,3,5

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya

2. Pemeriksaan iluminasi oblik

3. Shadow test

4. Oftalmoskopi direk

5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

18
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit

yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.5,6

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui

kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik

dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan

petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.5

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat

juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan

kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum

dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat

diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,

kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk

menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan

indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.5, 6

B. Katarak /juvenile

Katarak yang lembek dan terjadi pada anak-anak. Mulai terbentuknya pada usia

kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Biasanya merupakan kelanjutan dari katarak

kongenital.3

C. Katarak Kongenital

19
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang

dari 1 tahun. Penyebab utama kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat

yang penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital digolongkan dalam

katarak:3

a. Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak

polaris

b. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau

nukleus saja.

Dikenal bentuk bentuk katarak kongenital:

- Katarak piramidalis/ polaris anterior

- Katarak piramidalis/ polaris posterior

- Katarak zonularis/ lamelaris

- Katarak pungtata dan lain lain.

Etiologi katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan

secara autosomal dominan. Selain itu dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh

ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, herpes simpleks, herpes zoster dan

toxoplasmosis.2,5

D. Katarak rubela

Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Terdapat dua

jenis kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara/ kekeruhan

diluar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme terjadinya tidak

jelas, tetapi diketahui bahwa rubela dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus

ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa hingga

3 tahun.2,5

E. Katarak Komplikata

20
Katarak komplikata adalah katarak akibat mata lain seperti radang dan proses

degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular,

iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca

bedah mata. Dapat juga disebabkan penyakit sistemik endokrin seperti diabetes melitus,

hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi. Dikenal dua bentuk kelainan pada

polus posterior mata dan akibat kelainan pada plus anterior bola mata.2,5

Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis

pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina, dan miopia tinggi yang mengakibatkan

kelainan badan kaca. Biasanya lensa tetap jernih karena kelainan ini berjalan aksial yang

biasanya tidak berjalan cepat dalam nukleus.2,5

Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat,

iridoksilitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksilitis dapat mengakibatkan

katarak subkapsular anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak

disiminata pungtata subkapsular anterior ( katarak Vogt)2

F. Katarak Diabetes

Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes

melitus. Katarak ini dapat terjadi dalam 3 bentuk:2,3

a. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat

kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.

b. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol dimana terjadi katarak serentak pada

kedua mata dalam 48 jam bentuk dapat snow flake/ piring subkapsular

c. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologi dan biokimia

dengan katarak pasien nondiabetik.

3.7 Patofisiologi

21
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke

sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan

koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke

retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks

air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu

transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam

melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya

usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.2,5

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan

sklerosis:

1. Teori hidrasi

Kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular

anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan

menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.6

2. Teori sklerosis

Sklerosis terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus

bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut

tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:5

1. Kapsula

a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopiac

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

d. Terlihat bahan granular

22
2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a. Serat irregular

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus lensa,

sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan

dibanding normal

d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto

oksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia

dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus

multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya

menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan

koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya

ke retina.6

3.7 Penatalaksanaan

Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Medikamentosa hanya diberikan dengan

tujuan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit yaitu, jika silau pasien dapat

memakai kacamata dan untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan.

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik. Pasien dianjurkan untuk

diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A, C, dan E, serta selenium dan

23
antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat progresifitas

katarak.2

3.8 Indikasi Pembedahan

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,

medis, kosmetik dan optik.6

1. Indikasi visus

Indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu, tergantung dari

gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-harinya.

2. Indikasi medis

Pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa matanya,

namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas lensa

(lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina

misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.

3. Indikasi kosmetik

Kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak

(meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang

hitam.

4. Indikasi optik

Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 meter didapatkan

hasil visus 3/60.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada

ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

24
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh

lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui

incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan

lensa subluksatio dan dislokasi.2,3,5

Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan

yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat

terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2,3,5

Gambar 3.10 Teknik ICCE

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa

dapat keluar melalui robekan.2,3,5

25
Gambar 3.11 ECCE

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,

implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat

mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.2,3

Gambar 3.12 ECCE dengan pemasangan IOL

3. Fakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal

lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran

26
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan

menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.

Gambar 3.13 Phacoemulsifikasi

Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena

incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.2,3

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

27
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap

dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan

sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature,

mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan

dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.2

Jenis teknik Keuntungan Kerugian


bedah katarak
Extra capsular Incisi kecil Kekeruhan pada kapsul
cataract Tidak ada komplikasi vitreus posterior
extraction Kejadian endophtalmodonesis Dapat terjadi perlengketan
(ECCE) lebih sedikit iris dengan kapsul
Edema sistoid makula lebih
jarang
Trauma terhadap endotelium
kornea lebih sedikit
Retinal detachment lebih
sedikit
Lebih mudah dilakukan

Intra capsular Semua komponen lensa Incisi lebih besar


cataract diangkat Edema cistoid pada
extraction makula
(ICCE) Komplikasi pada vitreus
Sulit pada usia < 40 tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi pupil
Astigmatisma jarang terjadi yang baik
Pendarahan lebih sedikit Pelebaran luka jika ada
Teknik paling cepat IOL

3.9 Komplikasi

A. Komplikasi preoperatif

a) Ansietas

Beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan akan operasi.

Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.6

b) Nausea dan gastritis

28
Akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau gliserol. Kasus ini dapat

ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi gejala.6

c) Konjungtivitis iritatif atau alergi

Disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif, ditangani dengan penundaan

operasi selama 2 hari.6

d) Abrasi kornea

Akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometer

Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik selama satu hari dan

diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.6

e) Komplikasi terkait anestesi

Pada saat dilakukan anestesi, dapat terjadi kerusakan nervus optikus apabila jarum

mengenai lapisan dural dari nervus optikus, anestesi yang masuk ke batang otak dapat

menyebabkan penurunan kesadran. Tetapi, kasus ini sangat jarang dan hanya 0,09%

kasus. Dapat juga terjadi perdarahan retro bulbar pada saat dilakukan anestesi.7

B. Komplikasi intraoperatif

a) Laserasi m. rectus superior

Dapat terjadi selama proses penjahitan.6

b) Perdarahan hebat

Dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi ke bilik mata depan.

c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa

Dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.6,7

d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)

e) Lepas/ hilangnya vitreous

Merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat ruptur kapsul posterior

(accidental rupture) selama teknik ECCE. 7

29
C. Komplikasi postoperatif awal

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,

keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.7

D. Komplikasi postoperatif lanjut

Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,

Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder

merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.7

E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL

Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-

hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic

lens syndrome).7

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015.h. 212-

220.

2. Ismail R, Sallam A. Complication associated with cataract surgery.Intech. 2016: 221-44.

3. Liesegang. TJ, Skuta GL, Contor LB. Anatomy and Embriology of the Eye in:

Fundamental and Principles of Ophthalmology. Section 2. American Academy of

Ophthalmology. San Franscisco. 2008-2009: 36.

4. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:. BR J Ophthalmol. 2011.

5. Roderick B. Lensa. In: Vaughan & Asbury. Oftalmology umum. Edisi 17. Jakarta:

EGC.2012. h 169-77.

6. T. Schlote, J Rohrbach, M. Grueb, J.Mieke. Pocket Atlas of Ophtalmology. Thieme.


2006. P165-97

7. World Health Organization. Cataract. http://www.who.int/topics/cataract/en/ [diakses: 20

Oktober 2017]

31

Anda mungkin juga menyukai