Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PENYAJIAN MATERI

A. PENGERTIAN TENGGELAM
Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4 menit untuk
tetap hidup. (Werner David,1989). Mati tenggelam adalah sebagai kematian karena asfiksia
akibat tenggelam (Betz.L.Cecily,2002).Hampir mati tenggelam adalah sebagai bertahan hidup,
setidaknya sementara, dari efek hipoksia yang mematikan.(Betz.L.Cecily,2002).
Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres Tenggelam
Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi akibat
tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam
(drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near
drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan
berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi.
Menurut ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation) tenggelam
didevinisikan sebagai proses yang menyebabkan gangguan pernafasan primer akibat
submersi/imersi pada media cair. Sumersi merupakan keadaan dimana seluruh tubuh, termasuk
sistem pernafasan, berada dalam air atau cairan. Sedangkan imersi adalah keadaan dimana
terdapat air/ cairan pada sistem konduksi pernafasan yang menghambat udara masuk. Akibat dua
keadaan ini, pernafasan korban terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu terjadi
laringospasme. Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan hipoksia dan
hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat mengalami bradikardi dan akhirnya
henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.

B. PENYEBAB TENGGELAM
Meurut Levin,dkk. (1993) terdpat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.

C. KlASIFIKASI TENGGELAM
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2. Atypical Drawning
a. Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan.
b. Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20C ) yang
menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi
dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi
serebaral.
c. Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary
atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d. Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari
suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1. Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air
masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan
mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui
oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

D. MANIFESTASI KLINIS TENGGLAM


1. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apneu.
2. Syanosis
3. Peningkatan edema paru
4. Kolaps sirkulasi
5. Hipoksemia
6. Asidosis
7. Timbulnya hiperkapnia
8. Lunglai
9. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
10. Koma dengan cedera otak yang irreversible

E. KONDISI UMUM DAN FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN KORBAN


TENGGELAM
Onyekwelu (2008), menguraikan bebrapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya
tenggelam yakni :
1. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun
2. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun kebawah
3. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
4. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
5. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh, kekerasan atau
permainan diluar batas.

F. KOMPLIKASI TENGGELAM
Menurut Levin, dkk. (1993), beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning adalah :
1. Ensefalopi Hipoksik
2. Tenggelam Sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disrimia ventricular
6. Gagal ginjal
7. Infeksi
8. Nekrosis pankreas

G. KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TENGGELAM


Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawataruratan yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning yakni :
1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 90% pada korban hampir
tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi
lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera
pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat
timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada
fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan
tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan
dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi,
hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran
korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 3
menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 10 menit setelah
anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 10 menit anoksia. Penderita
yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan
kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal
progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis
laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.

5. Perubahan Cairan dan Elektrolit


Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak
cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat
menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan
perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya.
Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan
aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia.
Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

H. PENANGANAN PERTAMA PADA PASIEN TENGGELAM


1. Prinsip pertolongan di air :
1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
1) Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
2) Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan
tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam
air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
3) Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan
nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
4) Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
5) Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
6) Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
7) Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
8) Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
9) Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
1) Tenggorokan tersumbat
2) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak sadar.
3) Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
4) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
5) Serangan jantung
Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas. Jika seseorang
berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau tenggorokan. Tarik lidahnya
keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan, bersihkanlah dengan cepat.
Langkah 2 :
Baringkan penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke belakang , dan tarik
rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka mulutnya lebar-lebar dan
tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan udara kuat-kuat kedalam paru-parunya
supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar untuk membiarkan udaraa keluar, lalu
hembuskan kembali. Ulangi perbuatan ini sebanyak 15 kali per menit.
Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini dengan sangat hati-haati sebnyak 25 kali per menit.
Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut dapat bernafas sendiri, atau
sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi. Kadang-kadang ini harus dilakukan selama 1 jam
atau lebih.

I. PENANGANAN KLINIK
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan hal yang
sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat
pada saat pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi.
Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan berdasarkan
keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi
oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan
pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi
edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung dengan hasil akhir.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
2. Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
3. Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi oksigen, serta
perubahan tingkat kesadaran.
4. Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
5. Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix (untuk
diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan untuk sedasi
K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN TENGGELAM
1. Pengkajian
1) Kaji adanya respirasi spontan
2) Kaji tingkat kesadaran
3) Kaji suhu inti tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Perubahan perfusi jaringan otak
4) Pola nafas tidak efektif
5) Penurunan curah jantung
6) Kelebihan volume cairan
7) Resiko tinggi cedera
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
1) Buat dan pertahankan jalan napas yang paten.
a. Hisap dan jalan napas seperlunya
b. Pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
2) Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen
a. Lakukan pengkajian pernapasan (frekuensinya tergantung pada keadaan)
b. Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya.
c. Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri
d. Pantau penggunaan pernapasan tekanan positif intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori
posisti (PEEP)
3) Pantau dan catat tingkat fungsi neurologik anak
a. Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya tergantung status)
b. Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi
napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
4) Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
a. Catat asupan dan haluaran
b. Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
c. Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri
5) Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan kebutuhan oksigen)
a. Pantau suhu
b. Sediakan kasur pendingin (mencegah menggigil)
c. Berikan antipiretik
6) Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
a. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang nasogastrik atau oral
(NG po)
b. Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik atau per-oral ( periksa
adanya sisa dan muntah )
c. Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi
7) Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi
a. Pantau respons anak terhadap tata cara terapi fisik
b. Pantau respons terapeutik anak dan efek samping dari pengobatan

Anda mungkin juga menyukai