digunakan oleh perusahaan untuk mengelola lingkungan. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh suatu perusahaan untuk melakukan sistem manajemen lingkungan adalah identifikasi isu lingkungan dan kecenderungannya dalam dugaan publik, evaluasi dampak isu, penelitian dan analisa, pengembangan posisi, pengembangan strategi, implementasi dan evaluasi (Chandra et al., 2002). Definisi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) menurut pedoman BPMIGAS (2007) yaitu kumpulan dari unsur-unsur yang saling berhubungan yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut. Sistem manajemen lingkungan dikembangkan untuk memberikan panduan dasar agar kegiatan operasional perusahaan berada dalam koridor yang aman bagi lingkungan. Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan perlu didahului dengan adanya persiapan penerapan yaitu dengan merancang langkah-langkah penerapan SML, lalu masuk ke tahap penyiapan tahap perencanaan. Penyiapan tahap perencanaan meliputi persiapan komitmen manajemen, sistem mutu proyek dan juga garis besar perencanaan proyek. Tahapan selanjutnya setelah melewati penyiapan tahap perencanaan yaitu memperoleh komitmen manajemen dengan melakukan pendekatan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tahap selanjutnya adalah perencanaan tindakan yang dilakukan dengan tim proyek untuk selanjutnya dilakukan pengkajian awal dengan teknik analisis SWOT (Hermana, 20). Persiapan penerapan yang telah dilakukan, diteruskan dengan pembuatan kebijakan lingkungan. Kebijakan lingkungan yang dibuat dapat bersifat umum ataupun spesifik. Tahapan berikutnya yaitu perencanaan SML yang bertujuan untuk menciptakan kondisi sedemikian sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan kebijakan lingkungan yang telah dibuat. Perencanaan SML yang telah dibuat selanjutnya diterapkan dan dioperasikan di lapangan. Pemeriksaan dan juga tindakan koreksi penting untuk dilakukan terhadap efisiensi kegiatan SML yang dilakukan di perusahaan tersebut supaya hal-hal yang tidak sesuai dapat segera dikoreksi. Manajemen harus mengkaji SML yang telah diterapkan pada perusahaanya agar dapat disempurnakan lagi apalagi dirasa belum efisien (Hermana, 20..). 2.2 ISO 14001 ISO 14001 merupakan standar internasional untuk system manajemen lingkungan yang memungkinkan organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan system manajemen lingkungan. Tujuan ISO 14001 adalah untuk membantu organisasi untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan kinerja lingkungan organisasi. Tahapan penerapan system manajemen lingkungan menurut ISO 14001 diawali dari perancangan penerapan, untuk selanjutnya dibentuk suatu kebijakan lingkungan dan dibuat rancangan system yang sesuai dengan kebijakan lingkungan yang telah dibuat sebelumnya. Rancangan yang telah sesuai akan diimplementasikan dan dioperasikan. Pengimplementasian rancangan harus diperiksa untuk mengetahui apakah rancangan system tersebut tepat dan sesuai dengan sasaran perusahaan dan system manajemen lingkungan yang dibuat. Hasil pemeriksaan selanjutnya menjadi tinjauan bagi manajemen apakah ada yang perlu dikoreksi dari rancangan atau pelaksanaan system tersebut sehingga dapat disempurnakan lagi.
Gambar 1. Model Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
Prinsip sistem manajemen lingkungan yang harus
diterapkan oleh industri-industri yang ada di dunia agar kegiatan bisnis yang dilakukan dikelola secara akrab lingkungan menurut Sunu (2011) yaitu: 1. Menyadari bahwa manajemen lingkungan menempati prioritas utama pada organisasi 2. Menetapkan dan memelihara komunikasi dengan pihak internal dan eksternal oganisasi. 3. Menentukan persyaratan legislative dan aspek lingkungan yang terkait dengan aktivitas organisasi, produk dan jasa. 4. Mengembangkan manajemen dan komitmen karyawan untuk melindungi lingkungan dengan pendeskripsian tugas dan tanggung jawab yang akurat dan jelas. 5. Mendukung rencana lingkungan yang diterapkan dalam produk dan proses daur hidupnya 6. Menyusun sebuah proses untuk menetapkan level kinerja yang telah ditargetkan 7. Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat termasuk pelatihan untuk mencapai perbaikan pada bagian yang tepat 8. Mengevaluasi kinerja lingkungan dengan kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan target dan mencari perbaikan pada bagian yang tepat. 9. Menetapkan sebuah proses manajemen untuk mengaudit dan mengkaji ulang sisem manajemen lingkungan dan untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan sisem dan hasil kinerja lingkungan 10. Mendorong kontraktor dan pemasok untuk menetapkan sisem manajemen lingkungan Sistem manajemen lingkungan didasarkan atas klausul-klausul. Klausul 4 berisikan persyaratan sistem manajemen lingkungan dengan perincian sebagai berikut: - Klausul 4.1 menyatakan tentang persyaratan umum sistem manajemen lingkungan yaitu kontraktor membuat, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan menyempurnakan SML secara berkelanjutan sejalan dengan persyaratan standar internasional dan menentukan bagaimana dipenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut. Persyaratan lain yaitu kontraktor menentukan dan mendokumentasikan ruang lingkup dari SML. - Klausul 4.2 mendefinisikan kebijakan lingkungan - Klausul 4.3 menjelaskan tentang tahap perencanaan seperti aspek lingkungan, persyaratam hukum yang dibutuhkan dan tujuan-tujuan, target dan program yang akan dilakukan. - Klausul 4.4 membahas tentang penerapan dan operasi yang akan dilakukan meliputi sumber daya, peran, tanggungjawab dan kewenangan pihak terkait; kompetensi; komunikasi; dokumentasi, pengendalian dokumen; pengendalian operasional dan juga kesiagaan dan tanggap darurat. - Klausul 4.5 menjelaskan tentang tahap pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemantauan dan pengukuran, evaluasi kepatuhan, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan daan pencegahan, pengendalian rekaman dan juga audit internal. - Klausul 4.6 membahas tentang tinjauan manajemen 2.3 Minyak Bumi Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa cair atau padat termasuk aspal lilin mineral atau ozokerit dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak terkait dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi (UU No. 22 Tahun 2008 tentang Minyak dan Gas Bumi). Komposisi minyak bumi yaitu terdiri dari karbon, hydrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur. Komponen minyak bumi terbagi menjadi dua komponen yaitu komponen hidrokarbon dan komponen non-hidrokarbon. Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu: a. Golongan parafinik, yaitu golongan senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai lurus atau cabang dan tanpa struktur cincin. b. Golongan napthenik, yaitu golongan senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai satu cincin atau lebih. c. Golongan aromatik, yaitu senyawa hidrokarbon yang memiliki satu inti benzen atau lebih.
2.4 Limbah Minyak Bumi
Limbah yang dihasilkan pada proses produksi minyak
yang berasal dari minyak mentah terdiri dari beberapa bentuk, antara lain lumpur berminyak (sludge). Lumpur berminyak atau sludge terdiri dari minyak, air, abu, karat tangki, pasir dan juga residu lain yang ikut terproses. limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi minyak bumi adalah air limbah yang berasal dari buangan sisa pengolahan minyak dan gas pada unit kilang. Pengolahan air limbah sisa buangan produksi minyak sebelum dialirkan ke dalam badan air terjadi melalui beberapa tahap dengan berbagai jenis instalasi pengolahan limbah (IPAL), di antaranya adalah CPI (Corrugated Plate Interceptor) dan API (American Petroleum Industry). CPI berfungsi untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan specific gravity. Air limbah dengan kandungan minyak tinggi dialirkan ke CPI guna memisahkan partikel dan emulsi halus berukuran kurang dari 60 mikrometer. Instalasi pengolahan limbah lain yang digunakan adalah API. API merupakan bak penampung untuk pemisahan minyak dengan air. Air akan terpisah dari minyak dan meninggalkan minyak pada bagian permukaan. Minyak pada bagian permukaan selanjutnya akan mengalir berdasarkan adanya gravitasi. Air hasil pemisahan pada API dan CPI selanjutnya akan masuk ke bak penampung untuk diolah lagi menggunakan prinsip flotasi dengan cara memisahkan minyak dan air berdasarkan perbedaan berat jenis. Air hasil pemisahan tersebut lalu akhirnya dialirkan ke sungai (Mawarni, 2010). Air yang telah dipisahkan dan berada dalam penampungan akan diuji sekali dalam satu bulan. Parameter yang diuji terdiri dari parameter fisik dan kimia. Parameter fisik yang diuji meliputi