Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris yaitu Negara pertanian dengan

daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha

pertanian, budidaya tanaman dan ternak menjadi kebudayaan yang diturunkan dari

generasi ke generasi. Pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan

perekonomian nasional Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang

berasal dari pertanian (Sitanggang, 2012).

Sektor pertanian di Indonesia khususnya di pedesaan saat ini masih sangat

penting peranannya, hal ini sependapat dengan ungkapan Soehartono dalam

(Almasdi dkk, 2012) yang menyatakan bahwa prioritas pembangunan masyarakat

di daerah pedesaan difokuskan pada ekonomi sektor pertanian. Hal ini disebabkan

bahwa masyarakat Indonesia rata-rata sumber penghasilan utamanya berasal dari

sektor pertanian. Data tahun 2011 (World Bank, 2013) menunjukkan bahwa

sektor pertanian masih menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi yaitu sebesar

35,9% dari total 151,9 juta angkatan kerja. Sementara sektor industri hanya

menyerap 20,6%. Sisanya sebesar 43,5% diserap oleh sektor jasa.

Namun demikian, dengan jumlah tenaga kerja yang besar tersebut ternyata

sektor petanian hanya mampu memberikan kontribusi PDB nasional sebesar

10,96% (BPS, 2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas

tenaga kerja sektor pertanian masih rendah.

1
Sumanto (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mengakibatkan

perubahan atau transformasi ekonomi. Transformasi struktural merupakan proses

perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau

jasa. Pada umumnya di Negara berkembang terjadi transformasi dari sektor

pertanian ke sektor industri. Kecenderungan transformasi tenaga kerja dari sektor

pertanian ke sektor non pertanian dialami oleh semua Negara berkembang

termasuk Indonesia. Ledakan penduduk di Negara berkembang yang begitu pesat

semakin mempertinggi kemungkinan beralihnya tenaga kerja pertanian tradisional

menuju sektor non pertanian yang lebih memberikan jaminan kehidupan sehari-

hari. Sebagai kelanjutannya, sektor informal semakin berkembang di daerah-

daerah pertanian. Banyak bermunculan industri-industri di daerah berbasis

pertanian, baik industri besar, sedang, kecil maupun industri rumah tangga yang

beragam.

Salah satu indikator ekonomi penting untuk mengetahui pertumbuhan

pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan kategori ekonomi

tersebut adalah PDRB Perkapita yang biasanya dipakai sebagai indikator

perkembangan kesejahteraan rakyat. Pada umumnya, PDRB Perkapita

ditampilkan berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku karena PDRB Perkapita selain

dipengaruhi faktor produksi juga dipengaruhi oleh harga barang/jasa. Namun

gambaran tersebut tidak dapat langsung dijadikan sebagai ukuran peningkatan

ekonomi maupun penyebaran di setiap strata ekonomi karena pengaruh inflasi

sangat dominan baik dalam pembentukan PDRB maupun pendapatan regional.

2
Sejarah mencatat bahwa industrialisasi di Indonesia akan menggeser

aktifitas ekonomi masyarakat, yang pada awalnya bertumpu pada sektor pertanian

dan tumpuan itu beralih ke sektor industri. Kebijakan Pemerintah yang terus

mendorong untuk mengembangkan sektor industri (termasuk industri kecil) ini

telah menyebabkan kesempatan kerja di sektor industri kecil semakin lama juga

semakin terbuka. Perubahan sistem ekonomi dari ekonomi pertanian ke ekonomi

industri sudah tentu berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Statistik ketenagakerjaan juga mencatat bahwa adanya perubahan yang

signifikan antara tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan sektor industri.

Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Non Pertanian Tahun 2010-
2012 Provinsi Jawa Timur
Bidang Pekerjaan 2010 2011 2012
Sektor Pertanian 7.790.672 7.837.320 7.304.112
Sektor non 11.017.119 11.189.144 11.609.795
Pertanian
sumber: BPS diolah

Menurut data statistik ketenagakerjaan provinsi Jawa Timur di atas

menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah tenaga kerja pertanian semakin menurun

dan sebaliknya tenaga kerja non pertanian makin meningkat jumlahnya.

Selama lima tahun terakhir ini, PDRB Perkapita Kabupaten Malang

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2010, PDRB Perkapita

sebesar Rp 16.89 juta dan kemudian meningkat menjadi Rp. 26,11 juta pada tahun

2014 atau meningkat 54,52 persen. Peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun

2011 yang meningkat sebesar 13,03. Pada tahun 2014 ini perkembangan PDRB

perkapita masih cukup tinggi karena masih meningkat sebesar 11,23 persen.

3
Tabel 1.2
Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Dalam Juta Rp), 2010 - 2014
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 3,17 3,53 3,88 4,29 4,74


Pertambangan dan Penggalian 0,41 0,45 0,46 0,49 0,55
Industri Pengolahan 5,02 5,66 6,38 6,93 7,83
Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
Limbah, dan Daur Ulang
Konstruksi 1,86 2,18 2,57 2,92 3,30
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 3,26 3,70 4,05 4,46 4,83
Mobil dan Motor
Transportasi dan Pergudangan 0,17 0,19 0,22 0,26 0,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,53 0,59 0,67 0,72 0,81
Informasi dan Komunikasi 0,70 0,80 0,89 0,99 1,05
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,24 0,28 0,34 0,40 0,45
Real Estat 0,25 0,27 0,29 0,32 0,34
Jasa Perusahaan 0,06 0,07 0,07 0,08 0,09
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan, 0,36 0,40 0,44 0,48 0,51
Dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 0,38 0,43 0,50 0,56 0,63
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,08 0,10 0,11 0,13 0,15
Jasa Lainnya 0,37 0,40 0,42 0,45 0,49
Produk Domestik Regional Bruto 16,89 19,10 21,34 23,47 26,11
Sumber: PDRB Kab. Malang 2010-2014

Kecamatan Kepanjen tercatat sekitar 7.908 rumah tangga menggantungkan

dirinya pada sektor pertanian (tani, buruh tani, peternakan, perikanan). Berikutnya

perdagangan sekitar 6.718 rumah tangga, industri pengolahan sekitar 4.236 rumah

tangga, karyawan (PNS, ABRI) sekitar 4.253 rumah tangga, bangunan sekitar

1.274 rumah tangga, jasa jasa sekitar 2.621 rumah tangga, dan sekitar 4.667

rumah tangga bergerak pada bidang lainnya. Meskipun sektor pertanian

menempati urutan pertama dalam jumlah tenaga kerja, Kecamatan Kepanjen

sendiri didominasi oleh industri terutama industri kecil. Dominasi tersebut dapat

4
dilihat dari presentase jumlah industri kecil yang mencapai lebih dari 99%

(Kecamatan Kepanjen Dalam Angka, 2014).

Hal ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja di bidang industri meningkat

dan tenaga kerjanya berasal dari tenaga kerja sektor pertanian. Desa Dilem

dikenal dengan sentra industri kulit karena sebagian masyarakat menggantungkan

hidupnya pada kerajinan kulit ini. Melalui survey pendahuluan berdasarkan

catatan Desa Dilem memiliki 32 industri kecil yang bahan bakunya menggunakan

kulit. Dengan banyaknya jumlah industri kecil ini mengakibatkan penyerapan

tenaga kerja lebih berpusat pada industri. Meskipun sumber pendapatan utama

Desa Dilem ini adalah pertanian, dengan munculnya industri kulit ini banyak

tenaga kerja sektor pertanian yang beralih ke sektor industri karena dianggap lebih

bisa memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga masyarakat Desa Dilem.

1.2.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi apa saja yang

mempengaruhi transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non

pertanian.

2. Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dalam transformasi

tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non pertanian.

5
1.3.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ialah:

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai transformasi tenaga

kerja pertanian

2. Bagi Pemerintah Daerah untuk mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non

pertanian.

3. Bagi peneliti sebagai bahan informasi dan acuan bagi peneliti lain yang

melakukan penelitian berkaitan dengan faktor social ekonomi yang

mempengaruhi transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non

pertanian.

1.4.Kerangka Pemikiran

Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja

Pertanian Non Pertanian

1. Lahan semakin sempit Industri


2. Kecilnya upah kerja
3. Hasil Panen Musiman
1. Upah yang
1. Umur lebih besar
2. Jenis Kelamin 2. Upah yang
3. TingkatPendidikan didapat pasti
4. Jumlah 3. Mulai
5. AnggotaKeluarga menjamurnya
6. Pendapatan home industri
7. Kepemilikan Lahan

Transformasi Tenaga Kerja Pertanian ke


Sektor Industri

6
1.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0: Diduga tidak adanya ada pengaruh yang signifikan antara faktor sosial

ekonomi yakni umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, jumlah

anggota keluarga, dan kepemilikan lahan terhadap transformasi structural

tenaga kerja.

2. H1: Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara faktor sosial ekonomi

yakni umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota

keluarga, dan kepemilikan lahan terhadap transformasi struktural tenaga

kerja.

Anda mungkin juga menyukai