Anda di halaman 1dari 8

Teori Arsitektur 2

Bangunan Post Modern


Berdasarkan Teori Charles Jencks

Disusun oleh:

Anoga Putra Andiansyah I0211009

Chika Novinda I0216017

Tania Khoira M I0216083

Ulfa Febri Fidiani I0216086

Vinky Nailia R I0216087


Gedung Bank Bukopin

Cabang Solo

Arsitektur Post Modern merupakan perkembangan gaya bangunan setelah


kejenuhan terhadap arsitektur modern yang dianggap monoton dan kurang mewakili
keragaman ide para arsitek pada masa itu. Dalam perkembangannya, arsitektur post
modern dapat dikategorikan lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan karakteristik
bangunan. Untuk memperjelas pemahaman mengenai arsitektur Post Modern, Charles
Jencks memberikan beberapa aspek yang dapat merujuk pada karakteristik Post-Modern,
yaitu: double coding, komunikatif, urban, historical, ornamentasi, dan elektik.

Contoh bangunan dengan gaya arsitektur Post Modern sangat mudah dijumpai di
seluruh pelosok Indonesia. Bangunan Post Modern tergolong fleksibel, artinya dapat
diaplikasikan pada bangunan apapun, mulai dari bangunan masjid hingga hotel. Contoh
bangunan Post-Modern yang terdapat di Solo adalah Bank Bukopin yang terletak di Jalan
Slamet Riyadi.

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-bpNFSAh7e4s/UvlyZUJooAI/AAAAAAAAADc/929M8RKuuAU/s1600/7.jpg
1. Double Coding
Double Coding merupakan istilah tentang perpaduan dari 2 gaya atau style,
misalnya Arsitektur Vernakular dengan arsitektur yang lainnya.

Sumber: https://ndalempoerwahadiningratan.files.wordpress.com/2012/06/bank-bukopin-small.jpg

Double Coding pada Gedung Bank Bukopin Cabang Surakarta nampak dari fasadnya,
yakni dari atap dan kolomnya. Bagian atapnya menerapkan aliran Arsitektur Vernakular,
yang berarti menggunakan arsitektur dengan elemen tradisional setempat. Bagian
kolomnya menerapkan arsitektur modern, dalam hal ini arsitektur yunani.

2. Komunikatif

Unsur-unsur komunikatif pada bangunan yaitu:

1) Sintak;

Sintak berarti cara/teknik penyusunan kata-kata hingga bermakna. Begitu pula


arsitektur, penyusunan komponen-komponennya dengan tepat akan menghasilkan karya
yang memiliki makna.
Pada Bank Bukopin yang berada di kota solo, bangunan tersebut memiliki sifat tegas
dan kokoh yang dapat dilihat dari kolom atau tiang-tiang yang berada di bagian depan
bangunan tersebut. Kemudian sifat bangunan ini terlihat megah namun sederhana. Dapat
dilihat pada bagian atap bangunan yang memiliki sifat tradisionalisme yaitu atapnya
merupakan atap joglo. Bagian atap bangunan tersebut masuk dalam aliran Neo-Vernakuler
dimana atap bangunan ini menyesuaikan kondisi dan budaya sekitar yang berada pada kota
Solo. Pada bagian dinding yang terdapat elemen orientasi dan jendela ini dilihat sebagai
salah satu nilai estetika di bangunan ini, dan terlihat sebagai ciri khas dari bangunan
kolonial seperti biasanya. Dari tampak depan terlihat bangunan bank bukopin ini memiliki
tingkatan ketinggian antara satu masa dengan yang lainnya, yang apabila diartikan dalam
bahasa perbankan yaitu apabila ada orang yang menabung walaupun itu sedikit demi sedikit
namun orang itu rajin menabung, maka lama-kelamaan dia akan mendapatkan keuntungan
dengan hasil tabungan yang lebih banyak dari sebelumnya menabung pertama kali.
Kemudian sifat dari bank bukopin ini terlihat sedehana, dapat diamati pada penggunaan
warna monokrom yaitu putih.

2) Sematik;

Sematik yaitu menentukan gambaran keseluruhan yang tercipta dalam ingatan


seseorang saat mendengar rangkaian serangkaian kata atau kalimat yang diucapkan orang
lain. Jencks berpendapat sejak dulu masyarakat sudah mempunyai prototype bangunan
yang berkaitan dengan penggunaannya.

Bagian yang ada pada bank bukopin solo ini dapat disebut dengan aliran sematik.
Salah satu hal yang dapat mengingatkan bangunan bank bukopin ini adalah bagian dinding
dan jendela yang biasanya terdapat pada bangunan-bangunan kolonial yang lain seperti BI
Solo yang lama. Kemudian pada bagian atap yang terlihat sebagai atap joglo juga
mengingatkan dengan rumah joglo yang berada daerah sekitar solo.
3) Metafora;

Methapor ialah suatu kiasan yang dihasilkan setelah kata-kata dirangkaikan. Dalam
arsitektur dapat dijumpai bentuk-bentuk alam yang fungsional diambil sabagai tanda atau
simbol tertentu.

Pada bank bukopin kota solo ini memiliki ornamen yang diambil dari alam yaitu
berupa daun yang menjadi nilai estetika pada tampak depan bangunan. Kemudian terdapat
tanaman yang berada di bagian bawah atap.

3. Urban
Manusia dalam kehidupannya dalam sebuah masyarakat memiliki sebuah
kebudayaan. Kebudayaan yang berkembang bisa jadi merupakan budaya yang
tumbuh akibat pemikiran-pemikiran yang muncul di masyarakat itu sendiri ataupun
karena adanya pengaruh dari berbagai elemen eksternal di luar masyarakat.
Kemudian dengan adanya perbedaan tersebut kebudayaanpun dibagi menjadi dua
yaitu kebudayaan generic dan kebudayaan diferensial. Banyak kebudayaan yang
masuk di Indonesia karena letak Indonesia yang sangat strategis yaitu di antara dua
benua dan dua samudera dan juga termasuk di jalur perdagangan internasional.
Salah satu budaya yang tersebar di Indonesia adalah gaya arsitektur post-modern.
Arsitektur post-modern mudah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia karena
arsitektur post-modern ini bersifat fleksibel sehingga mudah diaplikasikan pada
bangunan. Contoh bangunan yang ada Indonesia salah satunya adalah Bank Bukopin
yang berada di Kota Surakarta tepatnya di Jalan Slamet Riyadi No. 373.
Dalam konteks urban pada gaya arsitektur post-modern terdapat dua
pendekatan yaitu melalui kebudayaan generic dan kebudayaan diferensial.
Kebudayaan generic merupakan kebudayaan yang historic atau dengan kata lain
diturunkan oleh suatu budaya. Pengertian yang lain mengatakan bahwa kebudayaan
tersebut diwariskan dari generasi ke generasi baik dari kekerabatan maupun dari
lingkungan sekitarnya.
Penerapan kebudayaan generic pada bangunan bank bukopin adalah pada
bagian atap bangunan yang berupa atap joglo. Karena konteks bangunan ini yang
berada di wilayah Surakarta maka bangunan ini mengambil atau menerapkan
kebudayaan jawa yang memang terkenal dan sangat kental di wilayah Surakarta.
Terdapat dua masa bangunan yaitu pada bagian yang menyerupai kanopi atau
bangunan yang bermasa kecil dan bangunan bermasa besar. Kedua bangunan
tersebut menggunakan desain atap yang sama yaitu atap joglo.
Kemudian untuk kebudayaan diferensial yaitu kebudayaan yang dihasilkan
dari interaksi dengan dunia luar atau kebudayaan yang dipelajari dari pengalaman
serta melalui berbagai pertemuan dan kontak dengan kebudayaan lain. Seperti pada
contoh sebelumnya atap joglo ini digunakan pada bangunan bank bukopin ini
padahal masa bangunan berbentuk persegi dan terbentuk masa yang solid atau
tidak terlihat rangka-rangka. Kemudian bangunan ini memiliki kolom bagian depan
berupa dua pilar yang bentuknya seperti bentuk pilar pada bangunan Yunani atau
Romawi yang difungsikan sebagai estetik bangunan.
Bangunan ini pada dasarnya mengambil gaya arsitektur kolonial pada bentuk
bangunan kemudian ditambahkan gaya tradisional jawa yang diterapkan pada atap
bangunan tersebut. Dalam hal ini adanya perpaduan gaya kolonial dan gaya
tradisional jawa membuat bangunan ini unik dan mencirikan gaya arsitektur post-
modern.

4. Historical
Historical merupakan penggunaan dekorasi elemen klasik yang digabungkan
dan disesuaikan dengan pola-pola modern pada bangunan. Pengguna style
Arsitektur Yunani pada kolom untuk menunjukkan sisi historiknya. Kolom bernuansa
Yunani tersebut disebut kolom Doric.

5. Ornamentasi

Ornamentasi merupakan suatu nilai estetika pelengkap yang terdapat pada


bangunan. Pada bangunan Bank Bukopin Slamet Riyadi, Surakarta terdapat ornamen pada
bangunannya, baik dalam eksterior bangunan, maupun interior bangunan.

Salah satu ornamen eksterior pada Bank Bukopin terlihat pada atap main entrance.
Di fasad atap main entrance dikelilingi ornamen motif flora yang disusun dengan komposisi
grid berbentuk jajar genjang. Ornamen ini memberikan kesan budaya daerah dimana bank
tersebut berdiri, yaitu kota Surakarta yang kental dengan batiknya.

Sumber: http://karierbukopinsolo.blogspot.co.id/

Menurut buku Evolutionary Tree, Arsitektur Post-Modern karya Charles Jencks,


aliran arsitektur Post-Modern dapat dikelompokkan menjadi enam aliran, yaitu: Historicism,
Straight Revatilsm, Neo-Vernacularism, Contextualism, Post Modern Space, dan aliran
Metaphore dan Metaphisical. Bangunan Bank Bukopin cenderung menerapkan gaya Neo-
Vernacularism dan Post Modern Space. Gaya Neo-Vernacularism terlihat pada penggunaan
atap bangunan yang menggunakan atap joglo, memperlihatkan aspek traadisional. Gaya
Neo-Vernacularism sendiri merupakan gaya modern yang berkolaborasi dengan elemen
tradisional. Sementara penerapan gaya Post Modern Space terlihat pada pembentukan
ruang bangunan yang mengkomposisikan komponen bangunan itu sendiri.

6. Eklektik
Eklektik merupakan pencomotan atau campuran elemen yang saling
berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan suatu unity.
Contoh pada bangunan ini adalah pada elemen kolom,atap, ornament-
ornamen, pintu dan jendela. Dari elemen-elemen tersebut menghasilkan sesuatu
yang baru namun memiliki unity.

Anda mungkin juga menyukai