MARASMUS
MARASMUS
BAB II
LANDASAN TEORI
Etiologi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi adalah:
Ekonomi.
Umumnya, masyarakat dengan ekonomi lemah, sering mengalami
kekurangan nutrisi atau malnutrisi khususnya protein karena harganya
yang mahal.
Pendidikan.
Kurang pengetahuan tentang nutrisi dan manfaat nutrisi memberi
kontribusi terhadap terjadinya malnutrisi. Orang yang kurang pendidikan
seringkali tidak sadar dengan kebutuhan nutrisi/makanan yang baik untuk
tubuhnya.
Status sosial.
Individu biasanya cenderung mengkonsumsi makanan sama dengan
masyarakat disekitarnya atau berdasarkan status sosial.
Anatomi dan fisiologi.
Proses pencernaan/penyerapan makanan terganggu karena sakit gigi, ada
lesi di mulut, kesulitan menelan, karena nyeri/radang, dan lain-lain,
merupakan salah satu penyebab seorang kekurangan nutrisi.
Psikologis.
Anoreksia dan berat badan rendah sering ditemukan pada klien dengan
depresi.
(Nurachmah, 2001)
Patofisiologi
Bila kebutuhan akan kalori telah dipenuhi akan tetapi makanan yang
diberikan tidak mengandung semua nutrien yang esensial untuk manusia,
maka lambat laun kesehatan orang tersebut akan terganggu. Pada keadaan ini
yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang/terhenti disertai atrofi otot
dan menghilangkan lemak dibawah kulit pada mulanya kelainan demikian
merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh
memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan,
6
Patoflodiagram
Marasmus
Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul bervariasi, biasanya diawali dengan anak yang masih
menangis walaupun telah diberi minum/disusui, dan sering terbangun
dimalam hari. Gejala lain yang dapat timbul berupa gagalnya pertumbuhan
pada anak, otot-otot kurus, sering dehidrasi, mungkin juga terdapat defisiensi
vitamin. Dapat berhubungan dengan enteritis, malaria, tuberkulosis, infeksi
saluran pernafasan dan lain-lain. Bila anak menderita diare maka akan terlihat
berupa bercak hijau tua yang terdiri dari lendir dan sedikit tinja. Jaringan
lemak dibawah kulit akan menghilang sehingga kulit kehilangan turgornya
dan keriput. (Rendle. J.S, et al, 1994, hal 142)
Pada keadaan yang berat, lemak pipipun menghilang sehingga wajah
penderita seperti wajah seorang tua. Vena superfisialis tampak lebih jelas,
ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata
tampak besar dan di ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis,
perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas, otot atrofi.
Mula-mula anak tampak penakut, akan tetapi pada keadaan yang lebih lanjut
menjadi apatis. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
Pemeriksaan Diagnostik
Tes mikronutrien.
Kalium.
Natrium.
Magnesium.
Kalsium.
Tes sistem imun.
Protein viseral.
Albumin serum.
Transferin.
Tes yang menujukkan kehilangan protein (Nitrogen):
Pemeriksaan keseimbangan Nitrogen.
(Doenges, 1999, hal 1023)
8
Penatalaksanaan
Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering, dengan tinggi protein dan kalori,
misalnya susu bubuk skim. Gula dan minyak makan dapat ditambahkan dari bahan-
bahan setempat. Mungkin mula-mula diperlukan pipa nasogastrik untuk pemberian
makanannya. Berikanlah volume makanan sesuai dengan baku untuk berat badannya.
Obati penyakit penyerta, misalnya pemberian cairan pada enteritis, vitamin A untuk
seroftalmia, pengobatan Tuberkulosa, antimalaria, oabt cacing dan besi, dan lain-lain.
Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua agar tidak terjadi relaps.
Komplikasi
Diare.
Enteritis.
Malaria.
Tuberkulosis.
Infeksi saluran pernafasan.
Depresi, anoreksia dan aktivitas berkurang.
Malabsorbsi disertai atrofi vili usus.
Lebih mudah terkena infeksi.
Hipotermia, bahkan pada keadaan infeksi sekalipun.
(Rendle. J.S, et al, 1994, hal 142)
Data subjektif:
Kaji tingkat aktifitas klien setiap hari, tanyakan adanya keluhan lemah,
nyeri saat beraktifitas.
Pola tidur dan istirahat
Data subjektif:
Kaji faktor intrinsik klien yang dapat mengganggu istirahat, tanyakan
jumlah jam tidur semalam, jumlah jam tidur pada siang hari, observasi
keadaan lingkungan yang dapat mengganggu istirahat dan kesulitan waktu
tidur.
Pola persepsi kognitif.
Data sujektif:
Kaji kemampuan mengingat klien. Tanyakan bagaimana klien mengatasi
gangguan rasa nyaman: nyeri. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat,
waktu dan orang.
Pola mekanisme koping.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan
selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri,
ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
Pola peran sosial.
Kaji interaksi klien dengan klien disebelah kiri, kanan dan dengan tenaga
perawat dan dokter. Kaji apakah ada gangguan dalam interaksi dengan
anggota keluarga dan orang lain.
Pola persepsi diri-konsep diri.
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa? Kaji
apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan
kesehatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia dan individu atau kelompok dimana perawat secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan mengubah.
(Carpenito, 2000)
Untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat
kebutuhan menurut hirarki Abraham Maslow (1967) yaitu:
Aktualisasi
Aktualisasi
diri
diri
Harga diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Mencintai dan dicintai
Rasa aman dan nyaman
Rasa aman dan nyaman
Kebutuhan biologis/fisiologis O2 , H2O, Elektrolit, Nutrisi, Sex
Kebutuhan biologis/fisiologis O2 , H2O, Elektrolit, Nutrisi, Sex
Intervensi:
Kaji pengetahuan klien/orang terdekat tentang status nutrisi. Tinjau
ulang situasi individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan masa datang,
kebutuhan transisi pemberian makan.
Rasional: Memberikan informasi dimana klien/orang terdekat dapat
memilih berdasarkan informasi. Pengetahuan tentang
interaksi malnutrisi dan penyakit membantu untuk
membantu untuk memahami kebutuhan terhadap terapi
khusus. (Doenges, 1999, hal: 1033)
Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral/enteral.
Rasional: Dapat mengalami ansietas mengenai ketidakmampuan untuk
makan dan tidak memahami nilai nutrisi dan NPT yang diberikan/
pemberian makan perselang. (Doenges, 1999, hal: 1033)
Dorong penggunaan buku harian untuk mencatat hasil tes, perasaan
atau reaksi fisik, tingkat aktivitas, masukan oral bila ada, masukan dan
haluaran, BB setiap minggu.
Rasional: Memberikan sumber untuk tinjauan oleh pemberi perawatan
kesehatan untuk penatalaksanaan optimal terhadap situasi
individu. (Doenges, 1999, hal: 1034)
Anjurkan latihan/aktivitas setiap hari terhadap toleransi, jadwal
istirahat adekuat.
Rasional: Meningkatkan motilitas gaster untuk pemberian makan
enteral atau transisi, meningkatkan perasaan sejahtera
umum, dan mencegah, kelelahan yang tidak perlu.
(Doenges, 1999, hal: 1034)
Pelaksanaan
Iyer, et all (1996) menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tindakan yang spesifik
(Nursalam, 2001).
16