Anda di halaman 1dari 15

4

BAB II
LANDASAN TEORI

KONSEP DASAR MEDIS


Pengertian
Marasmus merupakan atrofi umum, pada anak, menjadi kurus karena
penyakit yang tak jelas. (Kamus Kedokteran, 2001)
Marasmus merupakan suatu kondisi kekurangan bahan-bahan nutrisi
esensial pada tingkat seluler sebagai akibat dari faktor fisiologi, individu,
sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. (Berkaukas, 1994)
Menurut Gordon (1982), Marasmus adalah pemasukan yang tidak
memadai dari salah satu atau lebih jenis makanan atau bahan makanan yang
dibutuhkan bagi metabolisme tubuh, misalnya: pemasukan protein, zat besi
ataupun vitamin C.
Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
(Syaifuddin, 1996)
Sebelum makanan digunakan untuk metabolisme, makanan terlebih
dahulu diabsorbsi setelah dicerna. Banyak faktor fisiologi yang dapat
mengganggu proses pencernaan/penyerapan makanan. Misalnya: gigi yang
kurang, sakit gigi, adanya lesi dikulit sehingga proses pengunyahan makanan
terganggu. Kesulitan menelan (disfagia) karena nyeri atau radang pada
esofagus juga mengganggu pencernaan. Masalah pencernaan pada lambung
atau usus dapat disebabkan tumor atau ulkus pada saluran pencernaan.
Kadangkala klien yang minum obat-obatan tertentu juga akan mengalami
gangguan pencernaan seperti: mual dan muntah. (Nurachmah, 2001)
5

Etiologi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi adalah:
Ekonomi.
Umumnya, masyarakat dengan ekonomi lemah, sering mengalami
kekurangan nutrisi atau malnutrisi khususnya protein karena harganya
yang mahal.
Pendidikan.
Kurang pengetahuan tentang nutrisi dan manfaat nutrisi memberi
kontribusi terhadap terjadinya malnutrisi. Orang yang kurang pendidikan
seringkali tidak sadar dengan kebutuhan nutrisi/makanan yang baik untuk
tubuhnya.
Status sosial.
Individu biasanya cenderung mengkonsumsi makanan sama dengan
masyarakat disekitarnya atau berdasarkan status sosial.
Anatomi dan fisiologi.
Proses pencernaan/penyerapan makanan terganggu karena sakit gigi, ada
lesi di mulut, kesulitan menelan, karena nyeri/radang, dan lain-lain,
merupakan salah satu penyebab seorang kekurangan nutrisi.
Psikologis.
Anoreksia dan berat badan rendah sering ditemukan pada klien dengan
depresi.
(Nurachmah, 2001)
Patofisiologi
Bila kebutuhan akan kalori telah dipenuhi akan tetapi makanan yang
diberikan tidak mengandung semua nutrien yang esensial untuk manusia,
maka lambat laun kesehatan orang tersebut akan terganggu. Pada keadaan ini
yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang/terhenti disertai atrofi otot
dan menghilangkan lemak dibawah kulit pada mulanya kelainan demikian
merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh
memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan,
6

sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein


digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Selain itu
pendidikan dan pengetahuan tentang gizi yang kurang juga dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan gizi. Orang yang kurang pendidikan
seringkali tidak sadar dengan kebutuhan nutrisi/makanan yang terbaik untuk
tubuhnya. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985) (Nurachmah,
2001)

Patoflodiagram

Lemak dan protein Pemasukan nutrisi


tubuh menurun

Produksi energi Pertumbuhan


terhambat Pendidikan
kurang
Kelelahan
Atrofi otot Kurang pengetahuan
Pengetahuan mengenai kondisi,
gizi kurang prognosis penyakit.
Kehilangan lemak
subkutan
Kurang mengkonsumsi
Kurus kering makanan yang bergizi

Nutrisi kurang dari Resiko tinggi


kebutuhan tubuh Kurang gizi terhadap infeksi

Marasmus

Sumber: (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)


(Nurachmah, 2001)
7

Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul bervariasi, biasanya diawali dengan anak yang masih
menangis walaupun telah diberi minum/disusui, dan sering terbangun
dimalam hari. Gejala lain yang dapat timbul berupa gagalnya pertumbuhan
pada anak, otot-otot kurus, sering dehidrasi, mungkin juga terdapat defisiensi
vitamin. Dapat berhubungan dengan enteritis, malaria, tuberkulosis, infeksi
saluran pernafasan dan lain-lain. Bila anak menderita diare maka akan terlihat
berupa bercak hijau tua yang terdiri dari lendir dan sedikit tinja. Jaringan
lemak dibawah kulit akan menghilang sehingga kulit kehilangan turgornya
dan keriput. (Rendle. J.S, et al, 1994, hal 142)
Pada keadaan yang berat, lemak pipipun menghilang sehingga wajah
penderita seperti wajah seorang tua. Vena superfisialis tampak lebih jelas,
ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata
tampak besar dan di ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis,
perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas, otot atrofi.
Mula-mula anak tampak penakut, akan tetapi pada keadaan yang lebih lanjut
menjadi apatis. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
Pemeriksaan Diagnostik
Tes mikronutrien.
Kalium.
Natrium.
Magnesium.
Kalsium.
Tes sistem imun.
Protein viseral.
Albumin serum.
Transferin.
Tes yang menujukkan kehilangan protein (Nitrogen):
Pemeriksaan keseimbangan Nitrogen.
(Doenges, 1999, hal 1023)
8

Penatalaksanaan
Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering, dengan tinggi protein dan kalori,
misalnya susu bubuk skim. Gula dan minyak makan dapat ditambahkan dari bahan-
bahan setempat. Mungkin mula-mula diperlukan pipa nasogastrik untuk pemberian
makanannya. Berikanlah volume makanan sesuai dengan baku untuk berat badannya.
Obati penyakit penyerta, misalnya pemberian cairan pada enteritis, vitamin A untuk
seroftalmia, pengobatan Tuberkulosa, antimalaria, oabt cacing dan besi, dan lain-lain.
Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua agar tidak terjadi relaps.
Komplikasi
Diare.
Enteritis.
Malaria.
Tuberkulosis.
Infeksi saluran pernafasan.
Depresi, anoreksia dan aktivitas berkurang.
Malabsorbsi disertai atrofi vili usus.
Lebih mudah terkena infeksi.
Hipotermia, bahkan pada keadaan infeksi sekalipun.
(Rendle. J.S, et al, 1994, hal 142)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah metode di mana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem-
solving yang memerlukan ilmu, tehnik, dan keterampilan interpersonal dan
ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga
maupun masyarakat. (Nursalam, 2001). Iyer et al (1996) mengemukakan dalam
proses keperawatan terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian
9

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan upaya


mengumpulkan data secara sistematis, lengkap mulai dari pengumpulan data,
identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
Pengkajian klien dengan penyakit Marasmus sebagai berikut:
Biodata klien meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak ke,
agama/suku, pendidikan, alamat, dan penanggung jawab serta hubungan
dengan klien.
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang: kaji keluhan klien, kapan mulai tanda
dan gejala, faktor yang mempengaruhi, apakah berhubungan dengan
stress atau keluhan fisik, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
Riwayat kesehatan masa lalu: berupa penyakit dahulu yang pernah
diderita, dan berhubungan dengan keluhan sekarang.
Riwayat alergi: apakah ada alergi terhadap reaksi-reaksi tertentu
seperti obat atau makanan.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga klien menderita penyakit yang sama.
Struktur keluarga/Genogram
Pola nutrisi
Tanyakan pada klien tentang jenis, frekuensi, jumlah makan dan minum
klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji
adanya mual muntah ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang
enterik, timbang BB, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung
berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.
Pola Eliminasi:
Tanyakan kebiasaan membuang air besar, teratur atau tidak, frekuensinya
dalam sehari, warna konsistensi, adakah kesulitan saat membuang air
besar dan bagaimana klien mengatasinya. Kaji frekuensi buang air kecil,
apakah sering menahan miksi.
Pola aktifitas dan latihan
10

Data subjektif:
Kaji tingkat aktifitas klien setiap hari, tanyakan adanya keluhan lemah,
nyeri saat beraktifitas.
Pola tidur dan istirahat
Data subjektif:
Kaji faktor intrinsik klien yang dapat mengganggu istirahat, tanyakan
jumlah jam tidur semalam, jumlah jam tidur pada siang hari, observasi
keadaan lingkungan yang dapat mengganggu istirahat dan kesulitan waktu
tidur.
Pola persepsi kognitif.
Data sujektif:
Kaji kemampuan mengingat klien. Tanyakan bagaimana klien mengatasi
gangguan rasa nyaman: nyeri. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat,
waktu dan orang.
Pola mekanisme koping.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan
selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri,
ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
Pola peran sosial.
Kaji interaksi klien dengan klien disebelah kiri, kanan dan dengan tenaga
perawat dan dokter. Kaji apakah ada gangguan dalam interaksi dengan
anggota keluarga dan orang lain.
Pola persepsi diri-konsep diri.
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.

Pola nilai kepercayaan


11

Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa? Kaji
apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan
kesehatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia dan individu atau kelompok dimana perawat secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan mengubah.
(Carpenito, 2000)
Untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat
kebutuhan menurut hirarki Abraham Maslow (1967) yaitu:

Aktualisasi
Aktualisasi
diri
diri

Harga diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Mencintai dan dicintai
Rasa aman dan nyaman
Rasa aman dan nyaman
Kebutuhan biologis/fisiologis O2 , H2O, Elektrolit, Nutrisi, Sex
Kebutuhan biologis/fisiologis O2 , H2O, Elektrolit, Nutrisi, Sex

Menurut Doenges, 1999, diagnosa keperawatan yang mungkin timbul


adalah sebagai berikut:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan intake nutrisi yang kurang.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis penyakit berhubungan
dengan dengan kurang informasi.
Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses
keperawatan. Berikut ini akan disajikan rencana keperawatan berdasarkan
masing-masing diagnosa (Doenges, et all, 1999).
12

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia dan intake nutrisi yang kurang.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi 2X24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Peningkatan masukan makanan secara adekuat dan berminat pada
makanan.
Berat badan meningkat.
Kriteria hasil:
Mampu mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
Nafsu makan bertambah dan klien tidak mual muntah.
Klien tampak lebih segar dan tidak pucat.
Berat badan stabil.
Intervensi:
Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari,
perhatikan tingkat energi; kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut,
keinginan untuk makan/anoreksia.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengobservasi
penyimpangan dari normal/dasar klien dan mempengaruhi pilihan
intervensi (Doenges, 1999, hal: 1024)
Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan
saat penerimaan.
Rasional: Membuat data dasar, membantu dalam memantau
keefektifan aturan terapeutik dan menyadarkan perawat terhadap
ketidaktepatan kecenderuangan dalam penurunan/penambahan berat
badan. (Doenges, 1999, hal: 1024)
Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan,
jumlah kalori dengan tepat.
Rasional: Mengidentifikasi ketidak seimbangan antara perkiraan
kebutuhan nutrisi dan masukan aktual. (Doenges, 1999, hal: 1025)
13

Beri waktu mengunyah, menelan, melembutkan makanan; beri


sosialisasi dan bantuan makan sesuai indikasi.
Rasional: Klien perlu dorongan/bantuan untuk menghadapi masalah
dasar seperti anoreksia, kelelahan, kelemahan otot. (Doenges, 1999,
hal: 1026)
Berikan makanan sedikit dan sering; masukan kesukaan/ketidaksukaan
klien dalam perencanaan makan sebanyak mungkin dan masukan
makanan rumah dengan tepat.
Rasional: Meningkatkan hasrat pada makanan dan jumlah masukan.
(Doenges, 1999, hal: 1026)
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi 2X24 jam diharapkan kebutuhan energi
meningkat.
Peningkatan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan dan memenuhi kebutuhan aktivitas.
Menunjukkan tingkat energi seperti biasanya.
Klien menjadi lebih tanpa kelelahan.
Intervensi:
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mis., perubahan TD atau
frekuensi jantung/pernapasan.
Rasional: Toleransi sangat bervariasi, tergantung pada tahap proses
penyakit, status nutrisi, dan keseimbangan cairan
(Doenges, 1999, hal: 1032)
Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
Jadwalkan aktivitas untuk periode bila klien mempunyai banyak
energi. Libatkan klien/orang terdekat dalam perencanaan jadwal.
Rasional: Periode istirahat yang sering diperlukan untuk memperbaiki/
menghemat energi. Perencanaan akan memungkinkan klien
14

aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang


dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
(Doenges, 1999, hal: 1032)
Dorong klien untuk melakukan kapanpun mungkin, misal., perawatan
diri, bangun dari kursi, berjalan. Peningkatan tingkat aktivitas sesuai
indikasi.
Rasional: Meningkatkan kekuatan/stamina dan memungkinkan klien
menjadi lebih aktif tanpa kelelahan. (Doenges, 1999, hal:
1032)
Berikan latihan rentang gerak pasif/aktif pada klien yang terbaring
ditempat tidur.
Rasional: Perkembangan massa otot sehat tergantung pada ketentuan
baik latihan isotonik dan isometrik. (Doenges, 1999, hal:
1032)
Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,
bantu ambulasi.
Rasional: Melindungi klien dari cedera selama aktivitas. (Doenges,
1999, hal: 1032)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis penyakit berhubungan
dengan dengan kurang informasi.
Tujuan:
Klien/orang terdekat mengerti tentang penyakit, perawatan dan
program pengobatannya.
Kriteria hasil:
Klien/orang terdekat memahami proses penyakit dan kebutuhan
pengobatan.
Melakukan perilaku/perubahan pada hidup untuk memperbaiki
kesehatan umum.
Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi intervensi.
15

Intervensi:
Kaji pengetahuan klien/orang terdekat tentang status nutrisi. Tinjau
ulang situasi individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan masa datang,
kebutuhan transisi pemberian makan.
Rasional: Memberikan informasi dimana klien/orang terdekat dapat
memilih berdasarkan informasi. Pengetahuan tentang
interaksi malnutrisi dan penyakit membantu untuk
membantu untuk memahami kebutuhan terhadap terapi
khusus. (Doenges, 1999, hal: 1033)
Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral/enteral.
Rasional: Dapat mengalami ansietas mengenai ketidakmampuan untuk
makan dan tidak memahami nilai nutrisi dan NPT yang diberikan/
pemberian makan perselang. (Doenges, 1999, hal: 1033)
Dorong penggunaan buku harian untuk mencatat hasil tes, perasaan
atau reaksi fisik, tingkat aktivitas, masukan oral bila ada, masukan dan
haluaran, BB setiap minggu.
Rasional: Memberikan sumber untuk tinjauan oleh pemberi perawatan
kesehatan untuk penatalaksanaan optimal terhadap situasi
individu. (Doenges, 1999, hal: 1034)
Anjurkan latihan/aktivitas setiap hari terhadap toleransi, jadwal
istirahat adekuat.
Rasional: Meningkatkan motilitas gaster untuk pemberian makan
enteral atau transisi, meningkatkan perasaan sejahtera
umum, dan mencegah, kelelahan yang tidak perlu.
(Doenges, 1999, hal: 1034)
Pelaksanaan
Iyer, et all (1996) menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tindakan yang spesifik
(Nursalam, 2001).
16

Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh


perawat bersama klien. Hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual dan
tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2000).
Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada status kesehatan klien.
Evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka
pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secapatnya setelah
tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Evaluasi sumatif
biasa disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, dan evaluasi jangka panjang.
Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan
menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang
diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP
(Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.
Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Selama dirawat di rumah sakit, klien harus sudah dipersiapkan untuk
perawatan di rumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus
sudah dipersiapkan/diberikan pada klien ini adalah:
Pengertian dari penyakit Marasmus.
Penjelasan tentang penyebab atau etiologi penyakit.
Manifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh klien dan
keluarga.
17

Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat klien dan keluarga


lakukan.
Klien dan keluarga dapat pergi ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat,
apabila ada gejala yang memberatkan penyakitnya.
Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan kepada klien dalam
mentaati program pemulihan kesehatan.
18

Anda mungkin juga menyukai