Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Fenol
Fenol merupakan senyawa aromatik yang terdistribusi di lingkungan, baik
sebagai bahan alami maupun artifisial (Prpich dan Daugulis, 2005; Sridevi dkk.,
2012). Fenol dan turunannya diketahui sebagai komponen limbah cair berbagai jenis
industri, seperti farmasi, kilang minyak, tekstil dan industri batubara (Tsai dkk, 2005;
Mailin dan Firdausi, 2006; Chakraborty dkk., 2010), serta sebagai komponen tanah
gambut (Barchia, 2006; Agus dan Subiksa, 2008).
Akumulasi fenol dalam lingkungan menyebabkan timbulnya kontaminasi
lingkungan dan menimbulkan efek negatif terhadap sistem kehidupan. Oleh karena
itu, diperlukan teknologi untuk menangani masalah tersebut. Salah satu metode yang
dapat dimanfaatkan adalah dengan bioremediasi, yaitu dengan memanfaatkan
aktivitas mikroba pendegradasi fenol. Bioremediasi memberikan alternatif yang
murah dan ramah lingkungan karena hanya kemungkinan kecil menghasilkan produk
samping (Al-Thani dkk, 2007), bahkan dapat mendegradasi polutan secara
keseluruhan atau minimal mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya
(Mahiuddin dkk, 2012). Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa spesies mikroba,
termasuk bakteri di dalamnya, dapat menggunakan fenol sebagai sumber karbon dan
memecahnya menjadi CO2 (Amro dan Soheir, 2007). Contoh dari senyawa fenol
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. (Senyawa Fenol)


1.2 Klasifikasi Senyawa Fenol

Gambar 2. (Klasifikasi Fenol)

1.3 Karakteristik Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat
yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol
memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat
yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan
dalam air.d
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan
H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen
dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan
proses Raschig. Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.
Fenol merupakan komponen utama pada antiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal
sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan
obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya). Fenol
yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang
terbuka. Rumus bangun fenol dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal
sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan
obat-obatan (bagian dari produksi aspirin) pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol
yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang
terbuka.
Senyawa fenol dapat pula ditemukan di perairan. Keberadaanya dapat menjadi
sumber pencemar yang membahayakan kehidupan manusia maupun hewan air
lainnya. Batas maksimum yang diperbolehkan untuk air minum maupun air bersih
adalah 0,0002 ppm7. Berdasarkan beberapa percobaan, senyawa fenol dengan iodium
monobromida, reksinya dapat berlangsung dalam suasana asam maupun netral. Dalam
suasana netral, reaksinya berlansung lambat, yakni 85 menit pada suhu 45 oC dan 8-
10 jam pada suhu kamar. Namun dalam suasana asam kuat, reaksinya akan
berlangsung cepat (hanya 10 menit). Mekanisme reaksi fenol dengan iodium
monobromida adalah sebagai berikut7:
Ketertarikan akan fenol murni dalam tubuh hewan dimulai karena adanya penemuan
fenol dalam urin kuda, sapid an manusia. Retensi fenol dalam jaringan hewan, paling
tidak telah dumulai penelitiannya sebelum tahun 1944 oleh deMeio dan Arnolt.
Dengan menggunakan media krebs' solution dengan pH = 7.2, phosphate buffer, 0,2
gram glukosa per 100 ml., 0,5 mg fenol dalam 100 ml. Gas phase, oxygen; waktu
inkubasi, 2 hours. Volume larutan tiap, 15 ml. Data yang dihasilkan tertera dalam
Tabel 128.
Tabel 1. Pengikatan senyawa fenol dalam jaringan pada tikus dan kucing secara in
vitro
2.1 Karakteristik Oli Bekas

Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan


kembali.Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di bumi kita yang sudah
banyak tercemar.Jumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar.Bahaya dari
pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan
minyak mentah biasa.

Minyak pelumas berfungsi sebagai pencegah keausan akibat gesekan komponen


mesin, pendingin, perapat, peredam suara dan mencegah korosi. Dalam menjalankan
fungsinya setelah jangka waktu tertentu minyak pelumas harus diganti karena tidak lagi
memenuhi spesifikasi yang diperlukan oleh mesin. Sejalan dengan lajunya pembangunan,
makin banyak diperlukan alat transportasi dan mesin mesin yang membutuhkan minyak
pelumas. Hal ini berarti pula makin banyaknya jumlah minyak pelumas bekas yang
dihasilkan. Apabila minyak pelumas bekas tersebut langsung dibuang, tentu saja akan
mencemari lingkungan karena dalam minyak pelumas bekas terkandung kotoran kotoran
logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain. Jika minyak pelumas bekas dipakai
dalam pembakaran langsung akan mencemari lingkungan karena bau dan sisa karbonnya.

Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon
kental ditambah berbagai bahan kimia aditif.Oli bekas lebih dari itu, dalam oli bekas
terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan
logam berat yang bersifat karsinogenik.

Terdapat delapan macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni :

1. Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga,
besi, chromium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau magnesium.
2. Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara
lewat sela sela ring dan melalui sela lapisan oli tipis kemudian merambat
menuruni dinding silinder. Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis.
Kepulan asam hitam dan kotoran filter udara menandai terjadinya jelaga.
3. Bahan bakar
4. Air. Air ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi
melalui timbunan gas buang. Air dapat memadat di crankcase ketika temperatur
operasional mesin kurang memadai.
5. Ethylene gycol (anti beku).
6. Produk produk belerang/asam.
7. Produk produk nitrasi. Nitrasi nampak pada mesin berbahan bakar gas alam.

Tabel 1.1 Kadar logam dalam minyak pelumas menurut sumber asalnya.
No Sumber/Asalnya Unsur Logam Simbol
1 Piston Aluminium, copper dan iron Al, Cu, dan Fe
2 Ring Piston Chromium, Nickel, dan Cr, Ni, dan Mo
Molybdenum
3 Bantalan Aluminium, Antimon, Cadmium, Al, Sb, Cd, Co,
Cobalt, Copper, Lead, Magnesium, Cu, Pb, Mg, Ag,
Silver, Tin, dan Zinc Sn, dan Zn.
4 Silinder Linear Chromium, Iron Cr, Fe
DAFTAR PUSTAKA

Prpich, G.P. & Daugulis, A.J. 2005. Enhanced Biodegradation of Phenol by a Microbial Consortium
in a Solid-Liquid Two Phase Partitioning Bioreactor. Biodegradation. 16: 329-339.

Tsai, S., Tsai, L., & Li, Y. 2005. An Isolated Candida albicans TL3 Capable of Degrading
Phenol at Large Concentration. Biosci. Biotechnol. Biochem. 69(12): 2358-2367.

Al-Thani, R.F., Desouky A.M.A., & Mona A. 2007. Isolation, Biochemical and Molecular
Characterization of 2- chlorophenol- degrading Bacillus Isolates. African Journal of
Biotechnology. 6(23): 2675-2681.

Amro, A.A. & Soheir, S.R. 2007. Characterization of PHA Depolymerase in Phenol
Degrading Bacteria, International Journal of Biotechnology & Biochemistry
(internet). <http:// www.thefreelibrary.com> (diakses 11 Oktober 2017).

Mahiuddin, Md., A.N.M. Fakhruddin, & Abdullah-Al-Mahin. 2012. Degradation of Phenol


via Meta Cleavage Pathyaw by Pseudomonas fluorescens PU1. ISRN Microbiology.
Vol. 2012.

Anda mungkin juga menyukai