Gambar 2
Sketsa Perhitungan Volume Rumus Kerucut Terpancung
S1
Gambar 3
Sketsa Perhitungan Volume dengan Rumus Mean Area
Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan metode simpson 1/3 dan simpson 3/8.
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3 (2f2+2f4+2f6+...+2fn-2)
h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 f ganjil + 2 f genap + fn )
Lsimp3/8 = h/8 (f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2)
h/8 (f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 f ganjil + 3 f genap + fn )
fo f1 f2 f3 h
Gambar 4
Sketsa Perhitungan Luas Penampang
Gambar 5
Sketsa topografi metode isoline
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur, kemudian mengadakan
weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour grade.
Gambar 6
Kontur mineralisasi yang tidak merata
Di dalam hal ini :
Gambar 7
Metode NNP pada model blok.
Metode Invers Distance Weighting (IDW)
Metoda ini merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan letak
ruang (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting average) dari
titik-titik data yang ada di sekitarnya.
Suatu cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok merupakan kombinasi linier atau harga
rata-rata berbobot (wieghted average) dari data lubang bor di sekitar blok tersebut. Data di dekat
blok memperoleh bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari blok bobotnya lebih kecil.
Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data dari blok yang ditaksir.
Untuk mendapatkan efek penghalusan (pemerataan) data dilakukan faktor pangkat. Pilihan dari
pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ) berpengaruh terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi
pangkat yang digunakan, hasilnya akan semakin mendekati metode poligon conto terdekat.
Sifat atau perilaku anisotropik dari cebakan mineral dapat diperhitungkan (space warping).
Merupakan metode yang masih umum dipakai.
Metoda seperjarak ini mempunyai batasan. Metode ini hanya memperhatikan jarak saja dan belum
memperhatikan efek pengelompokan data, sehingga data dengan jarak yang sama namun
mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan hasil yang sama. Atau dengan kata
lain metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan titik data yang lain.
Gambar 8
Contoh dimensi hasil penaksiran dengan model blok.
Gambar 9
Metode area of influence (poligon)
Diposkan oleh Hadie_WB di 21.29 1 komentar:Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Endapan Mineral
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan,
komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor pengendali pengendapan
bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam
menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia
endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan
diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian
tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan
primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau proses-proses
luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses pembentukannya, maka salah
satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu area yang
dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis
karakteristik mineralisasi. Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode
mineralisasi yang disebut dengan Metallogenic Epoch.
Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain ; segregasi lokal dari kromium dan nikel di
bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida masif dari tembaga
dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui zona
regangan, endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan proses-proses
subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di Andes, yang
mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.
Gambar Diagram Skematis yang Menggambarkan
Setting Geologi Endapan-endapan Mineral, dan Hubungannya dengan
Proses-proses Tektonik Lempeng (Gocht, Zantop, Eggert; 1988)
diagram setting geologi
Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala metalogenik Malaya
(terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit), manda metalogenik Sunda
(terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharga elektrum (Au, Ag)), serta mendala
metalogenik Sangihe-Talaut (terdiri dari batuan ultrabasa dengan mineral berharga nikel).
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis endapan,
yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-beda,
yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung
pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling (Gambar 6). Mineral
yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit (lihat juga
Gambar 4). Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan. Contoh
intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di
dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah
terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi
pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan
terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur
antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan lambat.
Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-
rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce,
Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz,
smoky quartz, rock crystal).
Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair
sketsa differensiasi magma
Keterangan untuk Gambar :
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), karbon dioksida
(CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi,
unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung
naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan
yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak
seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses
diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan
disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan
unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan
potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi,
cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-
unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan.
Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral
silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir
akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut
dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium,
potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya
akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli
yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam memebeku,
terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak
pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang
dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala
kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat
terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang
reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa,
epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan
terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-
rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas
dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini
tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan pirometasomatisme
pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak
terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida misalnya
spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang betul-
betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan
hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma.
Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%)
dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam
endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru
dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara lain
Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C).
Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik),
berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti
pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga
tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit
(NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida,
nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-
feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu) sulfida,
sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit
(Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral
ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu), argentit (AgS),
golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS),
antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg
karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).
Gambar Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal
dengan pengkayaan bijihdi sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca Meksiko (Dari Park,
1975 p 349)
endapan bijih perak
e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer.
Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk gas
SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata
air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik adalah : belerang
(kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif
volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh endapan tembaga-
timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.
Gambar Model Geologi Endapan Tembaga-Timbal-Seng volkanogenik
(After Horikoshi & Sato, 1970; Sato,1981)
endapan tembaga
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan sedimen, dibentuk
oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan maupun dibentuk oleh
proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau
berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena
proses mekanik seperti endapan timah letakan di daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer
di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi
seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/
Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan sumber metal dan
berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu endapan supergen endapan
yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen
(endapan yang metalnya berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-
rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral
terbentuk setelah batuan ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber dari
mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi dari daerah
mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri,
organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari magma dalam kerak
bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan Permukaan
dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi
geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia
penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder. Dispersi geokimia
primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-
unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk.
Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi
pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan,
antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses
sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas
unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat
dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari
tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu
dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan
mempunyai mobilitas rendah.
Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik. Dari
pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air permukaan.
Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa
mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian
terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi berongga,
berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan ini adalah endapan
nikel laterit.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer. Mereka
terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami pelapukan setelah
pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak kontinu
oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan bergerak ke bawah
sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti di sebelah
dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-
plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul pantai dan
mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit,
rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan kadang-
kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum Witwatersand, Afrika
Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium
terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang
terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10
per 130 meter.
Gambar Sketsa mekanisme endapan bijih sedimenter
endapan sedimenter
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe dan
umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen logam dekat permukaan
tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi konsentrasi larutan
logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian
mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe
dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang umumnya
mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi dibandingkan kandungan di
laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7
% yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai
keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau dari sistem
hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan dan terbawa
sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat tergantung
perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid membungkus
material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris disebabkan perubahan
komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus menerus, oolit tersebut akan stabil di
dasar laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi
yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi
dan mangan sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas
lautan.
E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING
Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju batuan
yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- shaped sulfida, atau
bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan air raksa dalam pusat mata air
panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan
geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik yang membawa logam memasuki lingkungan
laut, maka akan terbentuk kumpulan sedimen-volkanik dari tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi
Erosi benua dan pengisian cekungan sedimen di samudera memerlukan siklus geologi dan kimia yang
dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan mineral selama pelapukan, perombakan
menjadi unsur-unsur pokok berupa fragmental (sebagai contoh kwarsa atau kadang-kadang emas
atau mineral-mineral berat), dan menjadi elemen-elemen yang larut secara kimiawi (sebagai
contoh adalah kalsium, sodium, atau elemen-elemen metalik pembentuk bijih yang potensial
seperti besi, tembaga, timbal, dan seng). Unsur-unsur pokok fragmental tertransportasi oleh air
permukaan diendapkan sebagai batuan.
Klastik-klastik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung berbutir kasar dan bisa
mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga yang telah tertransportasi dengan fraksi klastik,
sebagai contoh konsentrasi emas placer pada endapan Witwatersrand di Afrika Selatan dan timah
placer di Asia bagian selatan.
Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhubungan dengan proses
magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan sirkulasi larutan hidrotermal dari
sumber-sumber yang lain, sebagai contoh penirisan dari cekungan sedimen yang dalam. Endapan-
endapan yang dihasilkan sangat mirip dengan beberapa asal-usul volkanogenik karena mekanisme
traping yang sama. Hanya mineral-mineral sulfida yang dapat mengalami presipitasi pada sediment-
water interface atau dalam batuan yang tidak terkonsolidasi, waktu dari formasi bijih berhubungan
terhadap waktu pengendapan sedimen, terhadap waktu kompaksi dan konsolidasinya, atau
terhadap waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen mengalami indurasi penuh dan dapat
termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui batuan yang porous atau struktur-struktur
geologi. Untuk proses ini, contoh yang bagus adalah endapan timbal-seng di Mississippi Valley.
Gambar Model Geologi Endapan Sediment-Ekshalatif Timbal-Seng (After Lydon, 1983)
model geologi sediment
Proses-proses sedimentasi juga membentuk akumulasi fosil-fosil bahan bakar, batu bara, minyak
dan gas alam. Untuk membentuk batu bara, gambut terkompaksi dan mengalami pemanasan akibat
penurunan dan proses burial. Demikian juga, minyak dan gas terbentuk oleh maturasi unsur-unsur
organik dalam batuan sedimen oleh peningkatan temperatur dan tekanan. Minyak dan gas dapat
bermigrasi melalui batuan yang porous membentuk reservoir yang besar dalam struktur yang baik,
atau tetap di dalam batuan sumber membentuk oil shale.
sumber: http://geologycika.blogspot.com/2010/06/endapan-mineral.html
Diposkan oleh Hadie_WB di 21.11 2 komentar:Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Hadie_WB
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Arsip Blog Daftar Blog Saya
2012 (1)
Real Miners
2011 (13)
o Mei (2)
Estimasi
Sumber Daya
Mineral
Endapan [News]Tambang Pendorong
Mineral Utama IHSG
o April (3)
4 bulan yang lalu
o Maret (8)
DUNIA ATAS - Sharing
Informasi IT dan
Pertambangan
Morphology
7 tahun yang lalu
Senyawa
58,426
Template Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.