Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin agak sedikit sulit dilakukan karena gambaran klinis atau tanda
gejalanya bervariasi. Untuk itu perlu pemahaman fisiologis dari setiap hormon. Data itu bisa didapat
melalui anamnesa dan pemeriksaan Fisik

A. ANAMNESA
1. Data Demografi
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung
c. Usia klien
d. Jenis kelamin
e. Tempat tinggal klien (alamat)
f. Tanggal masuk rumah sakit.
2. Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien/pasien
atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal :
Obesitas : dicurigai karena hipotiroid
Gangguan Tumbang : dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar gonad
3. Riwayat Kesehatan dahulu :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya
gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak
dikeluhkan, seperti :
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang : amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada
tidak berkembang bagi perempuan.
BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah berkonsentrasi
penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal : hidrokortison, levothyroxine,
kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.

4. Riwayat Diet :
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat mencerminkan gangguan
endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena
itu kondisi berikut perlu dikaji :
Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
Penurunan atau penambahan BB yg drastis.
Selera makan yg menurun atau bahkan berlebihan.
Pola makan dan minum sehari-hari.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yg dapat menggangu fungsi endokrin seperti makanan yg bersift
goitrogenik thd tiroid.
5. Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan keluarga/pasien meminta
bantuan pelayanan, seperti :
Apa yg dirasakan pasien saat ini
Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan dan sejak
kapan dirasakan
Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
Bagaimana pola eliminasi : urine
Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu pasien
Hal-hal lain yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
6. Tingkat Energi :
Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan hormonal khusunya disfungsi
kelenjar tiroid dan adrenal. Kaji kemampuan klien/pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
7. Pola Eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh ADH, aldosteron,
dan kortisol.
8. Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara langsung tumbang dibawah pengaruh GH, Kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan tumbang
dapat terjadi semenjak dalam kandungan, itu terjadi pada ibu hamil hipertiroid. Kaji gangguan tumbang
yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama proses pertumbuhan.
Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya: Tingkat intelegensi, kemampuan
berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dan dampaknya terhadap kejiwaan.
9. Seks dan reproduksi
Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan perubahan fisik terutama sensasi
nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji :
Apakah pernah hamil
Abortus
Melahirkan
Pada Pria kaji apakah mampu ereksi dan orgasme dan kaji juga apakah terjadi perubahan bentuk dan
ukuran alat genitalnya.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Ada 2 aspek utama yang dapat digambarkan, yaitu :
1. Kondisi kelenjar endokrin : testis dan tiroid
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin
Inspeksi :
1. Disfungsi sistem endokrin :
Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap tumbang, keseimbangan cairan dan
elektrolit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.
2. Hal-hal yg harus diamati :
Penampilan umum : Apakah pasien tampak kelemahannya :berat, sedang dan ringan
3. Amati bentuk dan proporsi tubuh :
Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa
4. Pemeriksaan Wajah :
Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti dahi, rahang dan bibir
5. Pada Mata :
Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah tampak datar atau tumpul.
6. Pada Daerah Leher :
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, warna kulit sekitar leher apakah terjadi
hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
7. Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut :
Biasanya dijumpai pada orang yang mengalami gangguan kelenjar. Adrenal
8. Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit :
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi
melanosit dikulit oleh proses autoimun.
9. Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian belakang atau disebut bufflow
neck atau leher/punuk kerbau : Terjadi pada K hiperfungsi adrenokortikal.
10. Amati keadaan rambut axilla dan dada :
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme dan amati juga
adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yg dapat diperiksa secara palpasi
Auskultasi :
Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit". Bunyi yg dihasilkan
karena turbulensi pada Pembuluh darah tiroidea.
Pengkajian Psikososial
Mengkaji kemampuan koping klien/pasien, dukungan Keluarga serta keyakinan klien/pasien tentang
sehat dan sakit. Perubahan-perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan-perubahan
lainnya yang disebabkan oleh gangguan sistem endokrin akan berpengaruh terhadap konsep diri klien.

C. PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
1. PEMERIKSAAN KELENJAR HIPOFISE
a. Foto Tengkorak (Kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi)
Tidak di butuhkan persiapan fisik secara khusus
b. Foto Tulang (Osteo)
Untuk melihat kondisi tulang
Pada gigankisme pertambahan ukuran dan panjang tulang
Pada akromegali pertambahan kesamping tulang-tulang ferifer
Persiapan fisik khusus tidak ada
c. Ct Scan Otak
Untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus
Persiapan fisisk tidak ada.
d. Pemeriksaan Darah dan Urine
Kadar Growth hoemone (GH)
o Nilai normal 10 pg/ml
o Meningkat pada bulan-bulan pertama kelahiran
o Spesimen darah vena 5 cc
o Tanpa persiapan khusus
Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH)
o Nilai normal 6-10 pg/ml
o Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder
o Spesimen vena 5 cc
o Tanpa persiapan khusus
Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH)
o Pengukuran dilakukan dengan tes supresi deksametason
o Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam
Persiapan :
1. Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
2. Bila klein menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya dihentikan dulu 24 jam sebelumnya
3. Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman spesimen
4. Cegah stres fisik dan fisikologis
Pelaksanaan :
1. Klien diberikan deksametason 4x0,5 ml/hari selama lamanya 2 hari
2. Besok paginya darah vena diambil kurang lebih 5 cc
3. Urine ditampung selama 24 jam
4. Spesimen dikirim ke laboratorium
Hasil :
Normal bila
1. Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl
2. 17-hydroxy-cortico-streroid (17 OHCS) dalm urine kurang dari 2,5 mg

Cara sederhana
1. Pemberian deksametason 1 mg per oral tengah malam
2. Pada pagi hari, darah vena diambil kurang lebih 5 cc
3. Urine ditampung selama 5 hari
4. Spesimen dikirim ke laboratorium
Hasil :
1. Normal bila kadar kortisol darah lebih kecil sama dengan 3 mg/dl
2. Ekskresi 17 OHCS dalm urine kurang dari 2,5 mg
2. PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID
a. Uptake Radioaktif (Ray)
Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap yodium
Persiapan :
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
Persiapan klien :
1. Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral
2. Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif yang bertahan
3. Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpul kan urine selama 24jam dan di
ukur kadar radioaktif yodium
Hasil
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase
1. Normal : 10-35%
2. Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35% (pada tirotoksis,pengobatan panjang
hipertiroidisme)
b. T3 dan T4 Serum
Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada
Spesimen darah vena 5-10 cc
Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3 mg/dl T4 6-12 mg/dl
Pada anak T3180-240 mg/dl
c. Upatake T3 Resin
Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak jenuh
TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme
Spesimen darah vena 5cc
Persiapan: puasa 6-8 jam
Nilai normal
Dewasa : 25-35% uptake oleh resin
Anak : umur nya tidak ada
d. Protein Boun Iondine
Tujuan: mengukur yodium yg terikat dengan protein plasma
Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah
Spesimen darah vena 5-10 cc
Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaan
e. Basal Metabolic Rate
Tujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah kondisi basal
selama beberapa waktu
Persiapan :
1. Klien puasa 12jam
2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres
3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam
4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedatif
5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya
6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukan
Penatalaksanaan
Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator
nilai normal :
pria 53 kalori perjam
wanita 60 kalori perjam
Metode Harris Benedict Untuk Mengukur BMR
Pria:
BMR = 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn) )

Wanita
BMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )

f. Scanning Thyroid
Radio loding scanning
Untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan berfungsi atau tidak berfungsi
Uptake iodine
o Untuk menentukan pengambilan yodium dari plasma
o Nilai normal 10-30% dalam 24jam

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJER PARATIROID


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine
Menggunakan reagen sulkowitch
Persiapan
1. Urine 24 jam ditapung
2. Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Penatalaksanaan
1. Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)
2. Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan secara kuantitatif
1. Negatif ( - ) juka tidak terjadi keruhan
2. Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus
3. Positif (+ + ) kekeruhan sedang
4. Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik
5. Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketika
b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh parathormon.
Pada hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai normal
Pada hiperparatiroid, diuresis tidak banyak berubah.
Cara pemeriksaannya :
1. Klien disuntikkan parathormon intravena
2. Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJAR PANKREAS
a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa)
Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal
1. Dewasa : 70-110mg/dl
2. Anak-anak : 60-100mg/dl
3. Bayi : 50-80mg/dl
Persiapan
1. Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan
2. Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan
Pelaksanaan
1. Spesimen adalah darah vena 5 cc
2. Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan
3. Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan
4. Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai program.

Anda mungkin juga menyukai