Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


JUDUL PROGRAM
ANTI-PHYSICS
MELALUI MODEL PROBLEM POSING LEARNING

BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh :

RISA INDAH (110321419530/2011)


IRMA RAHMAWATI (110321419531/2011)
IRVANY NURITA PEBRIANA (120321419974/2012)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2015

1
PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : ANTI-PHYSICS MELALUI


MODEL PROBLEM POSING
LEARNING
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Risa Indah
b. NIM : 110321419530
c. Jurusan : Fisika
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Malang (UM)
e. Alamat Rumah/No. Telp/Hp : Jalan Kaluta No.25 Malang/
085735668142
f. Alamat Email : bundda_kuu@yahoo.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Kadim Masjkur, M.Pd
b. NIDN : 0016125403
c. Alamat Rumah/No. Telp/Hp : Jalan Teratai I No.11 Malang 65151
/ 460304 / 08123256299
6. Biaya Kegiatan Total : Rp 11.261.000,-
a. Dikti : Rp 11.261.000,-
b. Sumber Lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan

Malang, 30 Juni 2015

2
RINGKASAN

Fisika adalah bidang ilmu yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa,
terutama pada materi yang abstrak. Selain permasalahan pada materi, lemahnya
tingkat pemahaman konsep siswa juga dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Siswa yang dibelajarkan secara konvensional semakin
sulit untuk memahami materi, khususnya materi seperti suhu dan kalor. Maka
dibutuhkan langkah nyata yang seharusnya dilaksanakan dan terus ditingkatkan
yaitu model pembelajaran yang digunakan.
Sejalan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa
pembelajaran dilakukan dengan pendekatan scientific, maka siswa harus
menemukan sendiri pengetahuan baru dan konsepnya melalui eksperimen, analisis
permasalahan dan kegiatan sains lainnya. Dengan kemampuan siswa yang dilatih
terus menerus melalui model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, maka
siswa dapat dengan mudah memecahkan masalah dan pemahaman konsepnya
akan meningkat.
Model pembelajaran yang sesuai untuk mengkonstruksi kemampuan siswa
menganalisis masalah adalah model Problem Posing Learning. Model ini
mengarahkan dan membelajarkan siswa untuk berpikir analitis dalam setiap
keadaan. Problem Posing Learning mengharuskan siswa membuat pertanyaan
berdasarkan analisisnya terhadap suatu keadaan yang ada. Model Problem Posing
adalah bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam
menyelesaikan masalah, serta dapat menimbulkan sikap positif terhadap fisika.
Analytical Thingking of Physics (ANTI-PHYSICS) dapat
ditumbuhkembangkan dan dibiasakan. Siswa yang terbiasa memecahkan
permasalahan melalui analisis terlebih dahulu akan lebih mudah memahami
konsep dari suatu topik tertentu. Kemampuan berpikir analitis untuk siswa justru
lebih mudah dibiasakan karena setiap harinya siswa diajarkan dengan model dan
metode yang mengkontruksi kemampuan mereka. Berpikir analitis yang sudah
menjadi kebiasaan siswa akan meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga
hasil belajar siswa juga akan meningkat secara menyeluruh. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir analitis akan dapat menggunakan kemampuannya untuk
menganalisis masalah pada setiap situasi yang muncul. Analytical Thinking of
Physics yang dikembangkan melalui model pembelajaran Problem Posing
Learning adalah kombinasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas siswa
menjadi siswa yang lebih berkompeten.

3
DAFTAR ISI
halaman

HALAMAN SAMPUL 1

HALAMAN PENGESAHAN 2

RINGKASAN 3

DAFTAR ISI 4

BAB I PENDAHULUAN 5

BAB II TARGET LUARAN 8

BAB III METODE 9

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 12

BAB V PENUTUP 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Tuntutan abad 21 dapat diaplikasikan pada mata pelajaran di sekolah,
yaitu fisika. Dengan adanya mata pelajaran fisika, siswa mampu menerapkan
pengetahuan dan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif (Astra,
2012). Jika kemampuan berpikir siswa dibangun dan dilatih dengan baik, maka
siswa siap menghadapi serta menyelesaikan berbagai permasalahan
(Sirribunnam, 2009). Kemampuan berpikir analitis atau analytical thinking
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai
aspek dari suatu benda, cerita, atau peristiwa menjadi komponen kecil
kemudian menemukan hubungan masing-masing komponen tersebut
(Krathwohl, 2002).
Menganalisis dan mengevaluasi dikenal sebagai kemampuan intelektual
yang sangat penting untuk semua kalangan mulai dari siswa hingga para ahli.
Kemampuan berpikir analitis diperlukan untuk pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah yang telah melekat di setiap dimensi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kualitas hidup dan apa yang dihasilkan, dibuat, ataupun
dibangun seseorang bergantung pada kualitas pemikirannya. Jika seseorang
menginginkan kemampuan berpikir yang baik, maka minimal harus memahami
hal-hal yang mendasar dari suatu pemikiran. Dalam hal ini, kemampuan
berpikir yang baik dapat dimulai dari membiasakan diri berpikir analitis (Elder,
2007).
Namun, fakta menyedihkan adalah hanya sedikit siswa yang sudah
berpikir analitis. Ketika siswa diberi tugas untuk menganalisis sesuatu seperti
science, sejarah, ataupun matematika, kebanyakan dari mereka tidak dapat
menyelesaikannya. Siswa tidak memiliki gagasan atau ide untuk
menyelesaikan tugas karena belum terbiasa berpikir analitis (Elder, 2007).
Penilaian dan penelitian oleh ONESQA pada tahun 2007 di Thailand,
menyatakan bahwa siswa yang kesulitan untuk membangun kemampuan
berpikir analitis merupakan permasalahan serius yang membutuhkan perbaikan
dengan cepat di semua bidang (Sitthipon, 2012). Hal tersebut menjadi masalah
serius karena kemampuan berpikir analitis memberikan manfaat baik bagi
siswa, yaitu memudahkan siswa berpikir secara logis, mengenai hubungan
antara konsep dan situasi yang dihadapinya (Marini:3). Dalam pembelajaran
fisika, siswa hanya menyelesaikan permasalahan atau soal melalui rumus.
Siswa menganggap dengan satu langkah berpikir yaitu memasukkan angka ke
dalam rumus, permasalahan sudah selesai. Padahal dalam fisika tidak hanya
hitungan matematis saja, tetapi juga proses menganalisis permasalahan melalui

5
konsep-konsep yang ada adalah hal yang sangat perlu diperhatikan (Astra,
2012).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada
pembelajaran fisika sekarang ini adalah melalui penerapan model pembelajaran
Problem Posing Learning (PPL) yang dikaitkan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Problem Posing Learning adalah
model yang sering digunakan untuk mengklarifikasi topik atau untuk
menentukan keberhasilan siswa (Sema, 2011). Para guru disarankan agar
merancang dan menerapkan kegiatan problem posing pada mata pelajaran
praktikum agar tercipta situasi dimana siswa dapat merumuskan sendiri
permasalahan dan alternatif penyelesaiannya (Isik, 2011). Ketika siswa terlibat
dalam situasi tersebut, mereka dapat menerapkan satu atau beberapa
kemampuan berpikir analitisnya untuk merumuskan permasalahan baru dengan
tepat (Ghasempour, 2013; Astra, 2012).
Model pembelajaran Problem Posing Learning sangat efektif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Melalui Problem Posing
Learning siswa mampu menyelesaikan sendiri soal yang mereka buat sehingga
keterampilan penyelesaian masalah dan pemahaman terhadap suatu materi
menjadi lebih baik (Akay, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah :
1. Apakah kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran Problem Posing Learning lebih baik daripada siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe STAD?

C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi siswa
1. Meningkatkan kemampuan berpikir analitis.
2. Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan variatif
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing Learning
(PPL).
Bagi guru
1. Memberikan alternatif model pembelajaran.
2. Memberikan variasi baru untuk pembelajaran fisika di dalam kelas.

6
Bagi sekolah
1. Memberikan informasi dan saran bahwa model Problem Posing Learning
dapat dijadikan alternatif pembelajaran fisika di sekolah demi kemajuan
pendidikan.
2. Membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan berpikir
analitis melalui pembelajaran fisika.
Bagi peneliti
1. Menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang pendidikan yang
nantinya akan digunakan untuk terjun ke dunia pendidikan.
2. Menambah dan meningkatkan pengalaman dalam praktik menerapkan dan
membandingkan model pembelajaran.

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Didapatkannya inovasi model pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan berpikir analitis siswa
2. Didapatkannya alat bantu berupa instrumen soal kemampuan berpikir
analitis untuk mempermudah pembelajaran
3. Diketahui seberapa jauh pengaruh model yang dikembangkan terhadap
kemampuan berpikir analitis siswa

7
BAB II
TARGET LUARAN

Target luaran dari program kreativitas mahasiswa ini adalah:


1. Didapatkannya suatu inovasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir analitis
2. Didapatkannya alat bantu berupa instrumen tes kemampuan berpikir analitis
untuk mempermudah pembelajaran
3. Diketahui keefektifan model pembelajaran yang sedang dikembangkan

8
BAB III
METODE

A. TAHAPAN PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan kajian terhadap keadaan peserta didik
di lapangan. Peneliti juga mengumpulkan data tentang kondisi awal dan
model pembelajaran yang sedang digunakan oleh guru fisika di kelas.
2. Perencanaan
Setelah data tersebut terkumpul, peneliti mulai mengkaji KI dan KD
materi yang sesuai. Peneliti mulai merencana instrumen apa saja yang
akan dibuat dan bagaimana strategi mengajar untuk kelas yang digunakan
subjek penelitian.
3. Pengembangan
Peneliti mulai mengembangkan instrumen perlakuan dan pengukuran,
berupa RPP, LKS, lembar keterlaksanaan, dan tes kemampuan berpikir
analitis.
4. Uji Coba
Setelah instrument siap, peneliti melakukan uji coba soal tes untuk
mengetahui tingkat seberapa valid soal yang akan digunakan.
5. Pelaksanaan
Peneliti menerapkan model Problem Posing Learning kemudian
mengukur kemampuan berpikir analitis siswa melalui soal tes yang telah
divalidasi.

B. LUARAN
Luaran yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah terciptanya
suatu inovasi model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir analitis siswa terhadap materi fisika SMA. Selain itu, diharapkan
pula tercipta alat bantu berupa instrumen tes soal kemampuan berpikir analitis
untuk mempermudah pembelajaran fisika SMA.

C. INDIKATOR CAPAIAN
Indikator capaian dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Indikator Capaian Penelitian
Aspek Indikator
Pengumpulan Data Data dapat terkumpul tepat pada
waktunya
Perencanaan Perencanaan sesuai dengan kondisi
kelas yang ada

9
Pengembangan Terciptanya instrumen penelitian
yang sesuai dengan perencanaan
Uji Coba Tervalidasinya instrumen tes
kemampuan berpikir analitis
Pelaksanaan Kemampuan berpikir analitis siswa
yang belajar dengan model Problem
Posing Learning lebih baik daripada
siswa yang belajar dengan model
yang digunakan oleh guru mata
pelajaran fisika di sekolah

D. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA


Dalam penelitian ini digunakan rancangan eksperimen semu (quasi
experimental design) tipe only posttest control group design. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Sugiyono
(2010:116), dituliskan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Eksperimen Posttest-Only Control Group Design
Kelompok Perlakuan Postest
Eksperimen X1 O1
Kontrol X2 O2
Keterangan:
O1 = Nilai posttest kelas eksperimen
O2 = Nilai posttest kelas kontrol
X1 = Model pembelajaran Problem Posing Learning
X2 = Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

Data kemampuan berpikir analitis dikumpulkan dengan cara


memberikan soal tes kemampuan berpikir analitis di kedua kelas. Tes
kemampuan berpikir analitis dinilai berdasarkan indikator penilaian
kemampuan berpikir analitis. Kemudian untuk membandingkan kemampuan
berpikir analitis di kedua kelas, peneliti menggunakan teknik pengujian
prasyarat dan pengujian hipotesis. Rubrik penilaian kemampuan berpikir
analitis dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
RUBRIK PENILAIAN
KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA
No. Indikator Keterangan
1 Kemampuan 4. Mampu mendefinisikan masalah dengan benar,
mendefinisikan jelas, dan sesuai topik bahasan.
masalah dengan 3. Mampu mendefinisikan masalah dengan benar dan
jelas. jelas tetapi kurang sesuai 9topik bahasan.
2. Mampu mendefinisikan masalah dengan benar

10
tetapi tidak jelas dan tidak sesuai topik bahasan.
1. Mampu mendefinisikan masalah tetapi salah dan
tidak sesuai topik bahasan.
0. Tidak mampu mendefinisikan masalah.

2 Kemampuan 4. Mampu menciptakan tiga atau lebih gagasan benar


menciptakan dan sesuai masalah yang telah dibuat.
gagasan. 3. Mampu menciptakan dua gagasan benar dan sesuai
masalah yang telah dibuat.
2. Mampu menciptakan satu gagasan benar dan sesuai
masalah yang telah dibuat atau mampu
menciptakan dua/tiga/lebih gagasan benar tetapi
tidak sesuai masalah yang telah dibuat.
1. Mampu menciptakan satu/dua/tiga/lebih gagasan
tetapi salah dan tidak sesuai masalah yang telah
dibuat .
0. Tidak mampu menciptakan gagasan.
3 Kemampuan 4. Mampu menentukan solusi terbaik dengan benar
menentukan solusi dan sesuai masalah serta gagasan yang telah dibuat.
terbaik. 3. Mampu menentukan solusi terbaik dengan benar
dan sesuai masalah yang telah dibuat tetapi tidak
sesuai gagasan.
2. Mampu menentukan solusi terbaik dengan benar
tetapi tidak sesuai masalah serta tidak sesuai
gagasan yang telah dibuat.
1. Mampu menentukan solusi tetapi salah dan tidak
sesuai masalah serta gagasan yang telah dibuat
0. Tidak mampu menentukan solusi terbaik.

E. CARA PENAFSIRAN
Tingkat kemampuan berpikir analitis siswa di kedua kelas dinilai
berdasarkan rubrik penilaian kemudian diuji prasyarat dan diuji hipotesis
menggunakan uji t. Jika + ttabel thitung , maka H0 (hipotesis nol) diterima dan
H1 (hipotesis alternatif) ditolak. Jika + ttabel < thitung, maka H0 (hipotesis nol)
ditolak dan H1 (hipotesis alternatif) diterima.

F. PENYIMPULAN HASIL PENELITIAN


Penyimpulan hasil penelitian dapat dilihat dari hasil analisis data yang
telah dilakukan sebelumnya.

11
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

A. HASIL YANG DICAPAI


Hasil pencapaian dalam program kreativitas mahasiswa ini dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Pencapaian
No Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keterangan
1 7-14 Observasi awal pada salah satu Pengumpulan data
Februari sekolah ternama di kota Malang tentang kondisi awal
2015 dan model
pembelajaran yang
digunakan oleh guru
fisika di sekolah
2 16 Konsultasi instrumen penelitian Pembuatan RPP,
Februari- LKS, dan instrumen
16 Maret tes
2015
3 19-26 Uji coba instrumen tes Uji coba instrumen
Maret tes untuk memperoleh
2015 soal yang valid
4 3-30 April Pelaksanaan penelitian Menerapkan model
2015 Problem Posing
Learning di kelas
eksperimen dan
model Cooperative
Learning Tipe STAD
di kelas kontrol
5 4 Mei Konsultasi hasil analisis data Menganalisis data
2015- 15 kemampuan berpikir
Juni 2015 analitis siswa dengan
uji prasyarat dan uji
hipotesis
6 16 Juni Analisis data hasil tes kemampuan Diperoleh hasil
2015 4 berpikir analitis dan pemahaman analisis dan
Juli 2015 konsep pembahasan yang
mempengaruhi hasil
penelitian

a) Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa


Pengujian pertama untuk kemampuan berpikir analitis siswa. Data
kemampuan berpikir analitis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil
uji hipotesis ditampilkan pada Tabel 4.9. Hasil uji t tersebut berfungsi untuk
menguji hipotesis yang sudah dibuat. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis
alternatif untuk kemampuan berpikir analitis siswa, sebagai berikut:

12
1) H0 = Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan
model pembelajaran STAD.
2) H1 = Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran STAD.
Dengan kriteria pengujian adalah Jika thit < ttabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak. Jika thit ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Tabel 4.2 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Xrata-rata S2 dk thitung ttabel
Eksperimen 78,4 265,1
60 5,436 1,671
Kontrol 53 319,4

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung = 5,436 > 1,671 (t60;.05), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir analitis siswa yang belajar dengan model pembelajaran PPL lebih baik
daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD.
Nilai kemampuan berpikir analitis dapat digambarkan sebagi berikut:

78.4

80
70 53
60
50
40
30
20
10
0
kelas kelas kontrol
eksperimen

nilai rata-rata kelas

b) Uji Hipotesis Pemahaman Konsep Fisika Siswa


Pengujian kedua dilakukan untuk pemahaman konsep fisika siswa. Data
pemahaman konsep fisika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil uji
hipotesis ditampilkan pada Tabel 4.10. Hasil uji t tersebut berfungsi untuk
membuktikan hipotesis yang sudah dibuat. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis
alternatif untuk pemahaman konsep fisika siswa, sebagai berikut:
1) H0 = Pemahaman konsep fisika siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan
model pembelajaran STAD.

13
2) H1 = Pemahaman konsep fisika siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran STAD.
Dengan kriteria pengujian adalah Jika thit < ttabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak. Jika thit ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Tabel 4.3 Hasil Uji Hipotesis Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Xrata-rata S2 dk thitung ttabel
Eksperimen 68 495,1
60 0,1385 1,671
Kontrol 67,8 241,8

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung = 0,1385 < 1,671 (t60;.05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran PPL tidak lebih baik
daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD.
Nilai pemahaman konsep fisika dapat digambarkan sebagai berikut:

68 67.3
70

60

50

40

30

20

10

0
kelas eksperimen kelas kontrol

nilai rata-rata kelas

B. POTENSI KHUSUS
Potensi khusus penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran
Problem Posing Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis
siswa. Sedangkan penelitian lain yang terkait hanya menerapkan Problem Posing
Learning tanpa mengarahkan kemampuan berpikir siswa yang lebih baik. Selain
itu, instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini sudah disesuaikan dengan
indikator berpikir analitis, sehingga siswa tidak hanya membuat permasalahan
secara deskriptif saja tetapi juga dituntut untuk membuat permasalahan yang
melalui proses berpikir yang lebih tinggi yaitu menganalisis.

14
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.
2. Pemahaman konsep fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran
PPL tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.

B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
Bagi siswa
1. Jika diterapkan model pembelajaran PPL di kelas, sebaiknya dipersiapkan
lagi pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
Bagi guru
1. Pencapaian keterlaksanaan model PPL akan maksimal jika guru pengajar
juga memiliki bekal yang memadai, maka sebaiknya dipersiapkan
penguasaan materi dan kemampuan memberikan stimulus yang lebih baik
lagi dari peneliti sebelumnya.
Bagi sekolah
1. Untuk mencetak generasi penerus yang lebih baik, sebaiknya sekolah
memberikan wacana kepada guru-guru pengajar agar dapat menerapkan
model-model pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif sebagai wadah
untuk mengarahkan kemampuan siswa yang semakin beragam sesuai
perkembangan zaman.
Bagi peneliti
1. Pelaksanaan model PPL tidak hanya dapat dilakukan pada materi Kalor
tetapi juga materi fisika yang lain, maka sebaiknya terus belajar dan jangan
pernah malu bertanya untuk perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan
model pembelajaran ini demi mencapai hasil yang maksimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akay, Hayri. 2009. Prospective Teachers Views about Problem-Posing


Activities. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2009 (1): 1192-1198.

Astra, I.M. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre-
Solution Posing terhadap Hasil Belajar Fisika dan Karakter Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2012 (8): 135-143.

Elder, Linda. 2007. Analytic Thinking How To Take Thinking Apart And What
To Look For When You Do. California: The Foundation for Critical
Thinking.

Ghasempour, Zahra. 2013. Innovation in Teaching and Learning through Problem


Posing Tasks and Metacognitive Strategies. International Journal of
Pedagogical Innovations, 1 (1): 53-62.

Isik, Cemalettin. 2011. Prospective Teachers Skills in Problem Posing with


Regard to Different Problem Posing Models. Procedia Social and
Behavioral Science, 2011 (15): 485-489.

Krathwohl. 2002. A Revision of Blooms Taxonomy: An Overview. Theory into


Practice, 41 (4): 212-264.

Marini MR. Juni 2014. Analisis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dengan
Gaya Belajar Tipe Investigatif dalam Pemecahan Masalah Matematika.
FKIP Universitas Jambi: 1-10.

Sema. 2011. A study on The Evaluation of Problem Posing Skills in Terms of


Academic Success. Procedia Social and Behavioral Science, 2011 (15):
2494-2499.

Siribunnam, Rungrawee. 2009. Effects of 7-E, KWL and Conventional Instruction


on Analytical Thinking, Learning Achievement and Attitudes toward
Chemistry Learning. Journal of Social Sciences, 2009 5 (4): 279-282.

Sitthipon. 2012. Development of Teachers Learning Management Emphasizing


on Analytical Thinking in Thailand. Procedia Social and Behavioral
Science, 2012 (46) 3339-3344.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

16
LAMPIRAN

RINCIAN PENGGUNAAN DANA KEGIATAN 70%

No. Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
A. Bahan Habis Pakai
Kertas A4 70 gram 4 rim 45.000 180.000
Board Marker 5 buah 15.000 75.000
Tinta Board Marker 2 buah 25.000 50.000
Penghapus 2 buah 8.500 17.000
Pulsa Modem 3 55.000 165.000
Tisu 4 buah 9.600 38.400
Total 525.400
B. Alat penunjang
Pulsa Modem 3 buah 350.000 1.050.000
Printer 1 buah 1.825.000 1.825.000
Kamera 1 buah 2.539.500 2.539.500
Kalorimeter 6 buah 35.000 210.000
Beaker Glass 6 buah 45.000 270.000
Total 5.894.500

C. Konsumsi
Konsumsi guru 25.000 25.000
pamong hari pertama
Konsumsi siswa tip 12 33.000 396.000
pertemuan
Konsumsi Peneliti 84.000
Konsumsi lembur 250.000 250.000
Oleh-oleh guru 337.800 337.800
pamong

Total 1.008.800

D. Perjalanan
Observasi 40.000 40.000
Membeli Bahan 60.000 60.000
Penelitian 12 20.000 240.000
Konsultasi 2 15.000 30.000
Total 370.000
TOTAL 7.882.700

17
RINCIAN PENGGUNAAN DANA KEGIATAN 30%

No. Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
A. Bahan Habis Pakai
Kertas A4 70 gram 6 rim 45.000 270.000
Pulsa Modem 3 55.000 165.000
Tisu 4 buah 9.600 38.400
Total 473.400
B. Alat penunjang
Bolpoin 10 pak 20.000 200.000
Notebook 370.000 370.000
Total 570.000

C. Konsumsi
Konsumsi guru 25.000 25.000
pamong hari pertama
Konsumsi siswa tip 12 33.000 396.000
pertemuan
Konsumsi Peneliti 84.900 84.900
Konsumsi lembur 500.000 500.000
Oleh-oleh guru 337.800 337.800
pamong

Total 1.342.900

D. Perjalanan
Observasi 250.000 250.000
Membeli Bahan 60.000 60.000
Penelitian 12 50.000 600.000
Konsultasi 2 41.000 82.000
Total 992.000
TOTAL 3.378.300

TOTAL RINCIAN PENGGUNAAN DANA KEGIATAN


1. Penggunaan dana kegiatan 70% 7.882.700
2. Penggunaan dana kegiatan 30% 3.378.300
TOTAL 11.261.000

18
BUKTI-BUKTI PENUNJANG

1. PELAKSANAAN UJI COBA SOAL

2. PELAKSANAAN PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN

3. PELAKSANAAN PENELITIAN KELAS KONTROL

4. KOREKSI HASIL PENELITIAN

19

Anda mungkin juga menyukai