BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh :
1
PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN
2
RINGKASAN
Fisika adalah bidang ilmu yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa,
terutama pada materi yang abstrak. Selain permasalahan pada materi, lemahnya
tingkat pemahaman konsep siswa juga dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Siswa yang dibelajarkan secara konvensional semakin
sulit untuk memahami materi, khususnya materi seperti suhu dan kalor. Maka
dibutuhkan langkah nyata yang seharusnya dilaksanakan dan terus ditingkatkan
yaitu model pembelajaran yang digunakan.
Sejalan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa
pembelajaran dilakukan dengan pendekatan scientific, maka siswa harus
menemukan sendiri pengetahuan baru dan konsepnya melalui eksperimen, analisis
permasalahan dan kegiatan sains lainnya. Dengan kemampuan siswa yang dilatih
terus menerus melalui model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, maka
siswa dapat dengan mudah memecahkan masalah dan pemahaman konsepnya
akan meningkat.
Model pembelajaran yang sesuai untuk mengkonstruksi kemampuan siswa
menganalisis masalah adalah model Problem Posing Learning. Model ini
mengarahkan dan membelajarkan siswa untuk berpikir analitis dalam setiap
keadaan. Problem Posing Learning mengharuskan siswa membuat pertanyaan
berdasarkan analisisnya terhadap suatu keadaan yang ada. Model Problem Posing
adalah bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam
menyelesaikan masalah, serta dapat menimbulkan sikap positif terhadap fisika.
Analytical Thingking of Physics (ANTI-PHYSICS) dapat
ditumbuhkembangkan dan dibiasakan. Siswa yang terbiasa memecahkan
permasalahan melalui analisis terlebih dahulu akan lebih mudah memahami
konsep dari suatu topik tertentu. Kemampuan berpikir analitis untuk siswa justru
lebih mudah dibiasakan karena setiap harinya siswa diajarkan dengan model dan
metode yang mengkontruksi kemampuan mereka. Berpikir analitis yang sudah
menjadi kebiasaan siswa akan meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga
hasil belajar siswa juga akan meningkat secara menyeluruh. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir analitis akan dapat menggunakan kemampuannya untuk
menganalisis masalah pada setiap situasi yang muncul. Analytical Thinking of
Physics yang dikembangkan melalui model pembelajaran Problem Posing
Learning adalah kombinasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas siswa
menjadi siswa yang lebih berkompeten.
3
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
RINGKASAN 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB V PENUTUP 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
konsep-konsep yang ada adalah hal yang sangat perlu diperhatikan (Astra,
2012).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada
pembelajaran fisika sekarang ini adalah melalui penerapan model pembelajaran
Problem Posing Learning (PPL) yang dikaitkan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Problem Posing Learning adalah
model yang sering digunakan untuk mengklarifikasi topik atau untuk
menentukan keberhasilan siswa (Sema, 2011). Para guru disarankan agar
merancang dan menerapkan kegiatan problem posing pada mata pelajaran
praktikum agar tercipta situasi dimana siswa dapat merumuskan sendiri
permasalahan dan alternatif penyelesaiannya (Isik, 2011). Ketika siswa terlibat
dalam situasi tersebut, mereka dapat menerapkan satu atau beberapa
kemampuan berpikir analitisnya untuk merumuskan permasalahan baru dengan
tepat (Ghasempour, 2013; Astra, 2012).
Model pembelajaran Problem Posing Learning sangat efektif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Melalui Problem Posing
Learning siswa mampu menyelesaikan sendiri soal yang mereka buat sehingga
keterampilan penyelesaian masalah dan pemahaman terhadap suatu materi
menjadi lebih baik (Akay, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah :
1. Apakah kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran Problem Posing Learning lebih baik daripada siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe STAD?
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi siswa
1. Meningkatkan kemampuan berpikir analitis.
2. Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan variatif
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing Learning
(PPL).
Bagi guru
1. Memberikan alternatif model pembelajaran.
2. Memberikan variasi baru untuk pembelajaran fisika di dalam kelas.
6
Bagi sekolah
1. Memberikan informasi dan saran bahwa model Problem Posing Learning
dapat dijadikan alternatif pembelajaran fisika di sekolah demi kemajuan
pendidikan.
2. Membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan berpikir
analitis melalui pembelajaran fisika.
Bagi peneliti
1. Menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang pendidikan yang
nantinya akan digunakan untuk terjun ke dunia pendidikan.
2. Menambah dan meningkatkan pengalaman dalam praktik menerapkan dan
membandingkan model pembelajaran.
7
BAB II
TARGET LUARAN
8
BAB III
METODE
A. TAHAPAN PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan kajian terhadap keadaan peserta didik
di lapangan. Peneliti juga mengumpulkan data tentang kondisi awal dan
model pembelajaran yang sedang digunakan oleh guru fisika di kelas.
2. Perencanaan
Setelah data tersebut terkumpul, peneliti mulai mengkaji KI dan KD
materi yang sesuai. Peneliti mulai merencana instrumen apa saja yang
akan dibuat dan bagaimana strategi mengajar untuk kelas yang digunakan
subjek penelitian.
3. Pengembangan
Peneliti mulai mengembangkan instrumen perlakuan dan pengukuran,
berupa RPP, LKS, lembar keterlaksanaan, dan tes kemampuan berpikir
analitis.
4. Uji Coba
Setelah instrument siap, peneliti melakukan uji coba soal tes untuk
mengetahui tingkat seberapa valid soal yang akan digunakan.
5. Pelaksanaan
Peneliti menerapkan model Problem Posing Learning kemudian
mengukur kemampuan berpikir analitis siswa melalui soal tes yang telah
divalidasi.
B. LUARAN
Luaran yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah terciptanya
suatu inovasi model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir analitis siswa terhadap materi fisika SMA. Selain itu, diharapkan
pula tercipta alat bantu berupa instrumen tes soal kemampuan berpikir analitis
untuk mempermudah pembelajaran fisika SMA.
C. INDIKATOR CAPAIAN
Indikator capaian dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Indikator Capaian Penelitian
Aspek Indikator
Pengumpulan Data Data dapat terkumpul tepat pada
waktunya
Perencanaan Perencanaan sesuai dengan kondisi
kelas yang ada
9
Pengembangan Terciptanya instrumen penelitian
yang sesuai dengan perencanaan
Uji Coba Tervalidasinya instrumen tes
kemampuan berpikir analitis
Pelaksanaan Kemampuan berpikir analitis siswa
yang belajar dengan model Problem
Posing Learning lebih baik daripada
siswa yang belajar dengan model
yang digunakan oleh guru mata
pelajaran fisika di sekolah
10
tetapi tidak jelas dan tidak sesuai topik bahasan.
1. Mampu mendefinisikan masalah tetapi salah dan
tidak sesuai topik bahasan.
0. Tidak mampu mendefinisikan masalah.
E. CARA PENAFSIRAN
Tingkat kemampuan berpikir analitis siswa di kedua kelas dinilai
berdasarkan rubrik penilaian kemudian diuji prasyarat dan diuji hipotesis
menggunakan uji t. Jika + ttabel thitung , maka H0 (hipotesis nol) diterima dan
H1 (hipotesis alternatif) ditolak. Jika + ttabel < thitung, maka H0 (hipotesis nol)
ditolak dan H1 (hipotesis alternatif) diterima.
11
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
12
1) H0 = Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan
model pembelajaran STAD.
2) H1 = Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran STAD.
Dengan kriteria pengujian adalah Jika thit < ttabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak. Jika thit ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 4.2 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Xrata-rata S2 dk thitung ttabel
Eksperimen 78,4 265,1
60 5,436 1,671
Kontrol 53 319,4
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung = 5,436 > 1,671 (t60;.05), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir analitis siswa yang belajar dengan model pembelajaran PPL lebih baik
daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD.
Nilai kemampuan berpikir analitis dapat digambarkan sebagi berikut:
78.4
80
70 53
60
50
40
30
20
10
0
kelas kelas kontrol
eksperimen
13
2) H1 = Pemahaman konsep fisika siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran STAD.
Dengan kriteria pengujian adalah Jika thit < ttabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak. Jika thit ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 4.3 Hasil Uji Hipotesis Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Xrata-rata S2 dk thitung ttabel
Eksperimen 68 495,1
60 0,1385 1,671
Kontrol 67,8 241,8
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung = 0,1385 < 1,671 (t60;.05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran PPL tidak lebih baik
daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD.
Nilai pemahaman konsep fisika dapat digambarkan sebagai berikut:
68 67.3
70
60
50
40
30
20
10
0
kelas eksperimen kelas kontrol
B. POTENSI KHUSUS
Potensi khusus penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran
Problem Posing Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis
siswa. Sedangkan penelitian lain yang terkait hanya menerapkan Problem Posing
Learning tanpa mengarahkan kemampuan berpikir siswa yang lebih baik. Selain
itu, instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini sudah disesuaikan dengan
indikator berpikir analitis, sehingga siswa tidak hanya membuat permasalahan
secara deskriptif saja tetapi juga dituntut untuk membuat permasalahan yang
melalui proses berpikir yang lebih tinggi yaitu menganalisis.
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan berpikir analitis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran PPL lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.
2. Pemahaman konsep fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran
PPL tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
Bagi siswa
1. Jika diterapkan model pembelajaran PPL di kelas, sebaiknya dipersiapkan
lagi pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
Bagi guru
1. Pencapaian keterlaksanaan model PPL akan maksimal jika guru pengajar
juga memiliki bekal yang memadai, maka sebaiknya dipersiapkan
penguasaan materi dan kemampuan memberikan stimulus yang lebih baik
lagi dari peneliti sebelumnya.
Bagi sekolah
1. Untuk mencetak generasi penerus yang lebih baik, sebaiknya sekolah
memberikan wacana kepada guru-guru pengajar agar dapat menerapkan
model-model pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif sebagai wadah
untuk mengarahkan kemampuan siswa yang semakin beragam sesuai
perkembangan zaman.
Bagi peneliti
1. Pelaksanaan model PPL tidak hanya dapat dilakukan pada materi Kalor
tetapi juga materi fisika yang lain, maka sebaiknya terus belajar dan jangan
pernah malu bertanya untuk perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan
model pembelajaran ini demi mencapai hasil yang maksimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Astra, I.M. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre-
Solution Posing terhadap Hasil Belajar Fisika dan Karakter Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2012 (8): 135-143.
Elder, Linda. 2007. Analytic Thinking How To Take Thinking Apart And What
To Look For When You Do. California: The Foundation for Critical
Thinking.
Marini MR. Juni 2014. Analisis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dengan
Gaya Belajar Tipe Investigatif dalam Pemecahan Masalah Matematika.
FKIP Universitas Jambi: 1-10.
16
LAMPIRAN
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
A. Bahan Habis Pakai
Kertas A4 70 gram 4 rim 45.000 180.000
Board Marker 5 buah 15.000 75.000
Tinta Board Marker 2 buah 25.000 50.000
Penghapus 2 buah 8.500 17.000
Pulsa Modem 3 55.000 165.000
Tisu 4 buah 9.600 38.400
Total 525.400
B. Alat penunjang
Pulsa Modem 3 buah 350.000 1.050.000
Printer 1 buah 1.825.000 1.825.000
Kamera 1 buah 2.539.500 2.539.500
Kalorimeter 6 buah 35.000 210.000
Beaker Glass 6 buah 45.000 270.000
Total 5.894.500
C. Konsumsi
Konsumsi guru 25.000 25.000
pamong hari pertama
Konsumsi siswa tip 12 33.000 396.000
pertemuan
Konsumsi Peneliti 84.000
Konsumsi lembur 250.000 250.000
Oleh-oleh guru 337.800 337.800
pamong
Total 1.008.800
D. Perjalanan
Observasi 40.000 40.000
Membeli Bahan 60.000 60.000
Penelitian 12 20.000 240.000
Konsultasi 2 15.000 30.000
Total 370.000
TOTAL 7.882.700
17
RINCIAN PENGGUNAAN DANA KEGIATAN 30%
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
A. Bahan Habis Pakai
Kertas A4 70 gram 6 rim 45.000 270.000
Pulsa Modem 3 55.000 165.000
Tisu 4 buah 9.600 38.400
Total 473.400
B. Alat penunjang
Bolpoin 10 pak 20.000 200.000
Notebook 370.000 370.000
Total 570.000
C. Konsumsi
Konsumsi guru 25.000 25.000
pamong hari pertama
Konsumsi siswa tip 12 33.000 396.000
pertemuan
Konsumsi Peneliti 84.900 84.900
Konsumsi lembur 500.000 500.000
Oleh-oleh guru 337.800 337.800
pamong
Total 1.342.900
D. Perjalanan
Observasi 250.000 250.000
Membeli Bahan 60.000 60.000
Penelitian 12 50.000 600.000
Konsultasi 2 41.000 82.000
Total 992.000
TOTAL 3.378.300
18
BUKTI-BUKTI PENUNJANG
19