Anda di halaman 1dari 4

Nama : ISMAIL HEHANUSSA

Kelas/Smt : B/I
Mata Kuliah : Teori Organisasi
Dosen : Dr. Samson Laurens, MT., M.Si
Prodi : Magister Administrasi Publik
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. KASUS;

Di suatu kantor ditemui adanya perilaku pegawai birokrasi yang dianggap kurang
mendukung penyelenggaraan pemerintah. Banyak pegawai yang pada Pukul 11.00 WIT,
sudah tidak ada di kantor. Terkadang, mereka terlihat secara kelompok sedang
berbelanja di tempat-tempat swalayan.
Dalam suatu unit kerja terdapat banyak pegawai yang dalam jam kerja,
pegawainya lebih banyak cerita dan baca koran. Selain itu, mereka dalam melayani
masyarakat kurang bergairah dan tidak serius bahkan terkesan tidak menghargai,
kecuali penampilan tamunya tampak krent, rapih atau berwibawah.
Tidak ada pedoman atau pegangan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
sehingga mereka jadi bingung tentang tugasnya. Hal ini juga menjengkelkan terdapat
kebiasaan pejabat untuk menempatkan kerabat atau familynya guna menduduki
jabatan tertentu tanpa cek kualitas dari kerabat yang diusulkan atau ditempatkan.
Dari kasus tersebut di atas, berikan pendapat pribadi anda dengan menggunakan
pendapat Max Weber tentang tipe birokrasi ideal.

II. TEORITIS;
Max Weber terkenal dengan konsepnya mengenai organisasi Birokrasi yang ideal
dengan menyertakan 8 karakteristik struktural, antara lain :
Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan
dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber
menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk
merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi
pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang
rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut,
maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota
organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu
mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan
tugas-tugas organisasi.
Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik
yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada
mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan
individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi
perusahaan.
Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab
memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang
berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk
dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-
tugasnya.
Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di
antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi.
Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan
mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang
tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang
rendah dari anggota organisasi individu.
Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota
organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus
mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang
mereka lakukan.
Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas organisasi. Menurut
prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan
yang logis dan bisa diprediksikan.
Menurut Weber, jika kedelapan karakteristik di atas diaplikasikan ke dalam
Birokrasi maka Birokrasi tersebut dapat dikatakan legal-rasional. Weber juga
menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin (superordinat)
mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi menekankan pada
aspek disiplin. Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-
rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh
siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-
akibatnya.
Weber memperhatikan fenomena kontrol superordinat atas subordinat. Kontrol
ini, jika tidak dilakukan pembatasan, berakibat pada akumulasi kekuatan absolut di
tangan superordinat. Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan secara rasional melainkan
sesuai keinginan pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap
kekuasaan yang ada di dalam birokrasi, yang meliputi point-point berikut:
Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu atasan
mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegialitas dapat saja diterapkan
guna mencegah korupsi kekuasaan.
Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung
jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk
menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan
Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah stabil tetapi dapat
membatasi akumulasi kekuasaan.
Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah tidak
mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi, dapat saja direkrut
warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Misalnya, tatkala KPU (birokrasi
negara Indonesia) kerepotan menghitung surat suara bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah
tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu saja, pejabat KPU ada
yang mendampingi dan mengawasi selama pelaksanaan tugas tersebut.
Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang
bertanggungjawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia, meski
merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus di-fit and
proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung
jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang
diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik dapat
diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf birokrasi. Ini akibat pengertian
tak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik mewakili rakyat pemilih mereka.
Dalam pandangan Weber, jika suatu organisasi memiliki dasar-dasar berupa
prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan tersebut di atas, maka organisasi tersebut
akan dapat mengatasi ketidakefisienan dan ketidakpraktisan yang sangat tipikal yang
ditemukan pada banyak organisasi pada masa itu. Weber juga melihat bahwa birokrasi
merupakan bentuk paling efisien dari suatu organisasi dan merupakan instrumen yang
paling efisien dari kegiatan administrasi berskala besar. Jika orang membicarakan
tentang organisasi, maka akan selalu kembali pada analisis dan pemikiran Weber.
Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh pandangan-
pandangan Max Weber. Tapi dari semua konsep pemikiran Birokrasi dari Max Weber
bukan berarti semua setuju atau mengikuti konsepnya, ada sebagian orang yang
menentang ataupun mengkritik konsep Birokrasi dari Max Weber itu.
Tujuh karakteristik birokrasi yang disebutkan oleh Weber, (1) Pembagian kerja;
(2) Hierarki kewenangan yang jelas; (3) Formalisasi yang tinggi; (4) Bersifat tidak
pribadi (impersonal); (5) Pengambilan keputasan mengenai penempatan pegawai yang
didasarkan atas kemampuan; (6) Jejak karier bagi para pegawai; (7) Kehidupan
organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan pribadi.

III. KRITIKAL KASUS;


Dari penjelasan Max Weber tersebut di atas dapat kita menggambarkan kejadian
di dalam studi kasus yang diangkat, bahwa kondisi ini meniscayakan terjadinya
kepincangan pelayanan dalam tubuh birokrasi terhadap masyarakat akibat banyaknya
para aparatur pemerintah yang tidak mampu menjalankan peran dan tugasnya secara
efektif dan efisien.
Pegawai pemerintah lebih memfokuskan diri pada konteks kehadiran atau
memperlihatkan diri kepada pimpinan, selebihnya mengabaikan tufoksinya. Padahal,
realiatas yang dimaksud Weber justru menjadi titik kunci kesuksesan negara-negara
maju di belahan dunia, karena mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi.
Berbeda dengan di Indonesia yang para pegawai pemerintahnya lebih banyak
menghabiskan waktu di luar kantor ketimbang melakukan tugasnya di ruang kantor
untuk melayani masyarakat.
Factor lainnya yang memicu kebebasan para pegawai pemerintah untuk
melakukan aktivitas di luar kantoran, karena kurangnya kesadaran pimpinan dalam
mengontrok anak buahnya. Seperti yang dikemukan oleh Weber, bahwa representasi
didasarkan pengertian seorang pejabat yang diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam
kinerja birokrasi, setiap pimpinan memainkan peran penting untuk bawahannya.
Apabila pimpinan tidak loyal mengontrol anak buahnya, maka akan berdampak buruk
terhadap kualitas kerja. Hasil yang ditargetkan tidak akan tercapai maksimal kecuali
menghabis anggaran dalam periodic.
Hal penting lainnya dalam penunjang aktivitas kinerja para bawahan untuk
mencapai tujuan akhir dalam birokrasi yakni melayani masyarakat secara maksimal
dengan cara mengutama aturan sebagai control pekerjaan. Apabila setiap orang bebas
melakukan pekerjaan tanpa dilandaskan dengan aturan, maka setiap orang akan bebas.
Bagi Weber, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang
distandarkan, untuk mengatur arah tindakan anggota organisasi atau kelompok birokrat
dalam pencapaian tugas. Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan
panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi. Faktanya, para
pegawai yang liar dan kerap mengabaikan tugasnya di kantoran, yang lebih banyak
berada di rumah kopi atau tempat-tempat perbelanjaan, karena kurangnya penegakan
aturan. Aturan hanya sebatas ditempel dan kerap tidak dipandang penting oleh top
leader, karena faktanya leader justru paling sering menabrak aturan yang sudah dibuat.
Meski hampir di seluruh lembaga pemerintah telah diberikan uraian tugas bagi
setiap aparatur pemerintah, namun, uraian tugas itu tak lebih hanya selembar kertas
yang ditempel di atas meja.
Hal ini dipicu oleh kebijakan penempatan pegawai atau aparatur pemerintah
yang tidak sesuai dengan tufoksinya. Weber menegaskan, pekerjaan personil
berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Kerap, para para manajer
ditempatkan tidak sesuai dengan basic keilmuannya, yang berdampak mempengaruhi
kinerja bawahannya. Bawahannya mengansumsikan pimpinan dengan kondisi riil yang
menegaskan tentang basic keilmuan dan kemampuan. Tidak seimbangnya soft dan hard
skill yang dimiliki oleh pimpinan, menjadi alasan para bawahan untuk lebih bebas
karena memandang remeh pimpinan. Tugas kantoran dilakukan oleh kelompok partisan,
sehingga tufoksi menjadi terabaikan. Hal inilah yang membuat para pegawai hingga
pimpinan dengan bebas melakukan aktivitas di luar kantor pada waktu kerja.
Prinsif paling mendasar yakni impersonality dan profesionalisme dalam hubungan
intra personil di antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas
organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan
organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri.
Guna mencapai tujuan dari organisasi birokrasi maka pendapatan yang
dikemukan oleh Max Weber menjadi kuncinya. Hanya saja, teori Weber hanya masih
dipahami sebagai referensi. Padahal, Weber justru mengungkapkan teori ini sebagai
bentuk tindakan di lapangan yang patut dilakukan oleh setiap orang dalam dunia kerja,
terutama di lingkungan birokrasi.

-------======#======------

Anda mungkin juga menyukai