Dosen Pembimbing:
Pengarang:
2017/2018
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Terima kasih juga kepada Bapak Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H.
selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana Dalam Kodifikasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membantu. Terima kasih dan
selamat membaca!
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (Bandung: Ramadja Karya, 1986) hlm. 161.
disebut sebagai misdrijven tegen de zeden.2Memuat kata tegen yang dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai melanggar karena setiap sifat tindak pidana,
baik kejahatan maupun pelanggaran adalah melanggar norma-norma hukum.
3
Ketentuan pidana yang diatur dalam bab tersebut bertujuan untuk
memberikan perlindungan bagi orang-orang yang dipandang perlu untuk
mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan asusila dan terhadap
perilaku-perilaku baik dalam bentuk kata-kata maupun dalam bentuk perbuatan-
perbuatan yang menyinggung rasa asusila. Hal tersebut ditinjau dari segi
pandangan masyarakat setempat dimana kata-kata tersebut dirasa tidak patut
dalam kehidupan seksual. Baik dari segi dimana kata-kata tersebut diucapkan
maupun dilakukan.4Kesusilaan yang dirusak ini sebenarnya apa yang dirasakan
oleh segenap orang biasa dalam suatu masyarakat tertentu. Maka dapat dikatakan,
bahwa kini tersinggung rasa susila dari kita semua.Dan sebenarnya rasa susila ini
tersinggung karena perbuatan yang bersangkutan dilakukan dimuka umum atau
dengan dihadiri orang tanpa kemaumannya.5
2
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus: Kejahatan Melanggar
Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm. 1.
3
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung: Rosda
Offset, 1986) hlm. 110.
4
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 1.
5
Wirjono Prodjodikoro, op.cit., hlm. 111.
Ketentuan pidana melarang orang dengan sengaja merusak kesusilaan
termuat dalam KUHP:
(2) Barangsiapa dengan sengaja dan didepan orang lain yang kehadirannya
disitu bukanlah kemauannya sendiri.
Tindak pidana yang diatur dalam pasal 281 angka 1 KUHP mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut:7
2. Merusak kesusilaan;
3. Didepan umum.
6
Redaksi Bhafana Publishing, KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHAP
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Jakarta: Bhafana Publishing, 2016)
hlm.86.
7
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 3.
8
Ibid.
b. Pasal 282 KUHP9
(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai
pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lamadua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
Agar pelaku dapat dipidanakan, ia perlu mengetahui bahwa isi dari tulisan
yang bersangkutan atau ia perlu mengetahui tentang gambar atau benda tersebut.
9
Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 86.
Tidak disyaratkan adanya pengetahuan pelaku tentang sifatnya yang menyinggung
kesusilaan dari tulisan, gambar atau benda yang ia sebarluaskan dan lain-lain.10
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan
untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk
mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa,
dan yang diketahui atau sepatut kepada seorang yang belom dewasa, dan yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh belas tahun,
atau isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa membacakan isi tulisan
yang melanggar kesusilaan dimuka orang yang belum dewasa atau sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidan
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah, barangsiapa menawarkan, memberi untuk terus maupun untuk sementara
waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang
melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan
kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan.
10
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 62.
11
Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 87.
Untuk membuktikan bahwa pelaku bersalah, pengadilan yang memeriksa
perkara seseorang terdakwa yang didakwa telah melakukan salah satu tindak
pidana yang diatur dalam pasal 283 KUHP, penuntut umum atau hakim tidak
perlu membuktikan tentang adanya kehendak karena dengan terdakwa sudah
membaca tulisan dan gambar, benda atau alat pencegah kehamilan atau
pengganggu kehamilan, yang telah ditawarkan atau dipertunjukkan.Jika hakim
ingin mengetahui bahwa pelaku telah menawarkan maka hakim atau penuntut
umum harus dapat membuktikan bahwa terdakwa telah menghendaki atau telah
bermaksud untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.
Pada Pasal 300 ini menjelaskan tentang membikin mabuk orang lain
dengan ketentuannya dibawah ini;
Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
12
M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, (Bandung: Remadja Karya, 1986)
hlm. 175.
Ancaman hukuman dinaikkan menjadi paling lama 7 tahun penjara apabila
perbuatannya mengakibatkan luka-luka berat ayat 2 dan menjadi 9 tahun penjara
pabila perbuatannya mengakibatkan mati ayat 3
Pasal 536 KUHP menentukan bahwa seseorang yang ada dijalan umum
dengan terang dalam keadaan mabuk, dipidana dengan pidana denagn denda
paling banyak 225 rupiah; pidana tersebut menurut ayat 2, 3, dan 4 dalam hal-hal
macam-macam residivis dapat dinaikkan secara bertingkat.14
Pasal 537 KUHP melarang menjual atau memberi minuman keras atau
tuak keras di luar kantin tentara kepada seorang prajurit dari Angkatan bersenjata
yang pangkatnya dibawah opsir rendah, atau kepada istri, anak atau pembantu
rumah tangga, dengan ancaman pidana kurungan paling lama 3 minggu atau
denda 1500 Rupiah.15
Pasal 538 KUHP melarang dengan pidana yang sama seorang penjual
minuman keras atau menjual minuman keras atau tuak keras kepada seorang anak
di bawah umur 16 tahun.16
13
M. Sudrajat Bassar, op.cit., hlm. 176.
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor:Politeia, 1994) hlm. 345.
b. Pasal 301 KUHP
Dalam hal ini yang dapat melakukan tindak pidana anatara lain yaitu orang
tua atau wali dari anak itu atau orang yang diserahi oleh hakim untuk mengawasi
anak itu.20
Pada Pasal 302 ini berkaitan dengan menganiaya hewan. Dalam pasal ini
mengenal dua macam tindak pidana yaitu penganiayaan ringan hewan dan
penganiayaan hewan.
a. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut yang patut atau secara melampaui batas,
dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya.
b. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang
diperlukan untuk hidup kepada hewan, dengan tidak sengaja tidak memberi
18
M. Sudrajat Bassar,op.cit., hlm. 176.
19
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Eresco,
1986) hlm. 125.
20
Ibid.
21
Ibid., hlm. 176
makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan yang seluruhnya atau
sebagian menjadi kepunyaan dan ada yang dibawah pengawasannya, atau kepada
hewan yang wajib dipeliharanya.
Dalam Memorie van Toelichting, kejahatan yang diatur dalam buku II Bab
V KUHP bukanlah kejahatan yang secara langsung ditujukan: a) Terhadap
keamanan negara, b) Terhadap tindakan-tindakan dari alat-alat perlengkapannya
atau, c) terhadap tubuh atau harta kekayaan dari seseorang tertentu, melainkan
kejahatan-kejahatan yang dapat mendatangkan bahaya bagi kehidupan
22
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Kepentingan Hukum Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hlm. 445.
bermasyarakat atau bagi maatschapleijke leven, dan yang dapat menimbulkan
gangguan bagi ketertiban alamiah dalam masyarakat.23
Dari bunyi rumusan Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, yang berbunyi
Hij die in het openbaar, mondeling of geschrift of afbeelding, tot eenig stafbaar
feit of tot geweldadaig optreden tegen het openbaar gezag opruit, wordt gestraft
met gevangenisstraf van ten hoogste vijt jaren of gelboete van ten hoogste
driehonderd gulden. Artinya yaitu barang siapa didepan umum, dengan lisan
atau dengan tulisan atau dengan gambar menghasut orang lain untuk melakukan
sesuatu tindak pidana atau untuk melakukan tindak kekerasan terhadap penguasa,
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau dengan pidana
denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah. Ketentuan pidana yang diatur dalam
Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, kemudian oleh pembentuk undang-undang di
Indonesia telah dimasukkan ke dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagai ketentuan hukum pidana yang diatur dalam buku II Bab V Pasal 160
KUHP. Kecuali ketentuan-ketentuan pidana yang telah disebutkan diatas oleh
pembentunk undang-undang di Indonesia juga telah ditambahkan ketentuan-
ketentuan pidana baru lainnya kedalam buku II Bab V KUHP, antara lain
ketentuan pidana, yang didalam doktrin juga sering disebut haatzaaiartikelen atau
pasal-pasal undang-undang yang melarang orang mengemukakan rasa kebencian
dan perasaan tidak senang pada penguasa yang terdapat pada ketentuan pasal 154
dan Pasal 156 KUHP.25
23
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 446.
24
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 447.
25
Ibid.
pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang yang menurut sufatnya dapat
menimbulkan bahaya keberlangsungan kehidupan masyarakat dan dapat
menimbulkan gangguan-gangguan terhadap ketertiban dan kenyamanan didalam
masyarakat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi dari kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada Bab ke-XIV dari
Buku ke-II KUHP. Kejahatan melanggar kesopanan pada dasarnya dibagi menjadi
dua, yaitu kejahatan melanggar kesopanan berat atau yang disebut kejahatan
terhadap asusila (zedelijkheid) dan tindak pidana kesopanan ringan (zeden).
Kejahatan terhadap kesusilaan terdapat pada pasal 281, 282, dan 283.Sedangkan
Kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada pasal 300, 301, dan 303 dalam
KUHP. Adapun ancaman hukuman pada pasal 281 yaitu dipidana dengan penjara
selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggi-
tingginya empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 282 yaitu diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda
dengan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 283 yaitu
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak sembilan ribu rupiah. Kejahatan melanggar kesopanan pada pasal
300 diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 301 diancam dengan maksimum
hukuman penjara empat tahun. Pasal 302 penganiayaan ringan hewan diancam
dengan hukuman penjara paling lama 3 bulan atau denda empat ribu lima ratus
rupiah, Penganiayaan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 9
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
DAFTAR PUSTAKA