Anda di halaman 1dari 15

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan

Dosen Pembimbing:

Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H.

Pengarang:

Jansen Joshua (02011381621364)

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

2017/2018
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Terima kasih juga kepada Bapak Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H.
selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana Dalam Kodifikasi.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan, yang saya
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membantu. Terima kasih dan
selamat membaca!

Palembang, 9Oktober 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang bisa dikatakan sebagai negara hukum.


Berbicara mengenai hukum tentunya banyak permasalahan yang akan ditimbulkan
apabila dia tidak ada. Hukum memang berisi perintah, larangan, dan kebolehan.
Dalam setiap larangan tentunya ada konsekuensinya pula, apabila ada yang
melanggar dikenai sanksi, itulah namanya hukuman. Sama halnya dengan yang
ditetapkan dalam hukum pidana .Sanksi atau hukuman merupakan suatu
kosekuensi bagi orang yang melakukan tindak pidana. Masalah hukumannya
ringan atau beratnya tergantung pada pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan.
Apalagi dalam era zaman yang semakin modern seperti saat ini, pertumbuhan
ekonomi semakin pesat, teknologi semakin maju, namun yang menyebabkan
rakyat kecil terkadang tertinggal dikarenakan minimnya pengetahuan tentang itu
semua. Ketika dalam posisi seperti itu rakyat yang tertinggal akan semakin jauh
dari peradaban yang ada. Persoalan kemiskinan yang menjadi persoalannya ketika
rakyat dalam keadaan seperti itu. Hal semacam inilah yang akan memicu
seseorang melakukan tindakan diluar batas kewajaran, seperti melakukan tindak
pidana, dan tindakan itu jelas-jelas melanggar hukum.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kejahatan melanggar


kesopanan, kejahatan melanggar kesopanan itu sendiri diatur dalam buku II
KUHP yang dibagi menjadi dua yang bersifat ringan dan berat. Kejahatan
melanggar kesopanan yang bersifat berat itu bisa dikatakan kejahatan melanggar
kesopanan yang berkaitan dengan tindak asusila, tindakan asusila itu diatur dalam
Pasal 281, 282, dan 283. Sedangkan kejahatan melanggar kesopanan yang ringan
Pasal 300, 301, dan 302.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari kejahatan terhadap kesopanan?

2. Bagaimana ketentuan dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap kesopanan?

3. Apa unsur-unsur tindak pidana pada kejahatan terhadap kesopanan?

C. Tujuan

1. Agar mengetahui definisi dari kejahatan terhadap kesopanan.

2. Agar mengetahui ketentuan dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap


kesopanan.

3. Agar mengetahui unsur-unsur tindak pidana pada kejahatan terhadap


kesopanan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kejahatan Melanggar Kesopanan

Kejahatan melanggar kesopanan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu


kejahatan melanggar kesopanan berat atau yang disebut kejahatan terhadap asusila
(Zedelijkheid) dan tindak pidana kesopanan ringan (Zeden).Adapun pengertian
dari kejahatan melanggar asusila (Zedelijkheid) adalah mengenai adat kebiasaan
yang baik dalam hubungan antara berbagai anggota masyarakat, tatapi khusus
yang sedikit banyak mengenai kelamin (seks) seorang manusia sedangkan
kejahatan yang melanggar kesopaanan (Zeden) adalah pada umumnya mengenai
adat kebiasaan yang baik.1Tindak pidana melanggar kesopanan termuat dalam
Bab ke-XIV dari Buku ke-II KUHP, yang dalam Wetboek van Strafrech juga

1
M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (Bandung: Ramadja Karya, 1986) hlm. 161.
disebut sebagai misdrijven tegen de zeden.2Memuat kata tegen yang dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai melanggar karena setiap sifat tindak pidana,
baik kejahatan maupun pelanggaran adalah melanggar norma-norma hukum.

3
Ketentuan pidana yang diatur dalam bab tersebut bertujuan untuk
memberikan perlindungan bagi orang-orang yang dipandang perlu untuk
mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan asusila dan terhadap
perilaku-perilaku baik dalam bentuk kata-kata maupun dalam bentuk perbuatan-
perbuatan yang menyinggung rasa asusila. Hal tersebut ditinjau dari segi
pandangan masyarakat setempat dimana kata-kata tersebut dirasa tidak patut
dalam kehidupan seksual. Baik dari segi dimana kata-kata tersebut diucapkan
maupun dilakukan.4Kesusilaan yang dirusak ini sebenarnya apa yang dirasakan
oleh segenap orang biasa dalam suatu masyarakat tertentu. Maka dapat dikatakan,
bahwa kini tersinggung rasa susila dari kita semua.Dan sebenarnya rasa susila ini
tersinggung karena perbuatan yang bersangkutan dilakukan dimuka umum atau
dengan dihadiri orang tanpa kemaumannya.5

B. Ketentuan KUHP Mengenai Kejahatan Melanggar Kesopanan

Pada dasarnya Kejahatan melanggar kesopanan itu dibagi menjadi dua


kejahatan melanggar kesopanan dalam sifat ringan dan berat. Kejahatan terhadap
kesopanan yang bersifat berat itu seperti tindakan asusila yang telah diatur dalam
Pasal 281, 282, dan 283 KUHP, sedangkan kejahatan melanggar kesopanan dalam
sifat ringan diatur dalam Pasal 300, 301, dan 302 dalam KUHP. Adapun kejahatan
melanggar kesopanan baik sifatnya berat atau ringan yaitu sebagai berikut:

1. Kejahatan melanggar asusila (Zedelijkheid)

2
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus: Kejahatan Melanggar
Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm. 1.
3
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung: Rosda
Offset, 1986) hlm. 110.
4
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 1.
5
Wirjono Prodjodikoro, op.cit., hlm. 111.
Ketentuan pidana melarang orang dengan sengaja merusak kesusilaan
termuat dalam KUHP:

a. Pasal 281 KUHP6

Dipidana dengan penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan


atau dengan pidana denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus rupiah:

(1) Barangsiapa dengan sengaja didepan umum merusak kesusilaan

(2) Barangsiapa dengan sengaja dan didepan orang lain yang kehadirannya
disitu bukanlah kemauannya sendiri.

Tindak pidana yang diatur dalam pasal 281 angka 1 KUHP mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut:7

Unsur subjektif : Dengan sengaja.

Unsur objektif : 1. Barang siapa;

2. Merusak kesusilaan;

3. Didepan umum.

Agar pelaku dapat dinyatakan terbukti telah memenuhi unsur dengan


sengaja tersebut, disidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara
pelaku, hakim dan penuntut umum harus dapat membuktikan:8

Bahwa pelaku memang mempunyai kehendak atau maksud untuk


melakukan perbuatan merusak kesusilaan.

Bahwa pelaku memang mengetahui yakni bahwa perbuatannya itu


dilakukan didepan umum.

6
Redaksi Bhafana Publishing, KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHAP
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Jakarta: Bhafana Publishing, 2016)
hlm.86.
7
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 3.
8
Ibid.
b. Pasal 282 KUHP9

(1) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka


umumtulisan, gambaran atau benda yang telah diakui isinya melanggar
kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan dimuka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tesebut
memasukkannya kedalam negeri, meneruskannya, mengeluarkan dari negeri atau
memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai
bisa diperoleh , diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam
bulan atau pidana denda dengan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka umum


tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barangsiapa
dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum,
membikin, memasukkan kedalam negeri, meneruskan mengeluarkan dari negeri,
atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai
bisa diperoleh, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa
tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling
lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.

(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai
pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lamadua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.

Agar pelaku dapat dipidanakan, ia perlu mengetahui bahwa isi dari tulisan
yang bersangkutan atau ia perlu mengetahui tentang gambar atau benda tersebut.

9
Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 86.
Tidak disyaratkan adanya pengetahuan pelaku tentang sifatnya yang menyinggung
kesusilaan dari tulisan, gambar atau benda yang ia sebarluaskan dan lain-lain.10

c. Pasal 283 KUHP11

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan
untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk
mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa,
dan yang diketahui atau sepatut kepada seorang yang belom dewasa, dan yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh belas tahun,
atau isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa membacakan isi tulisan
yang melanggar kesusilaan dimuka orang yang belum dewasa atau sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidan
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah, barangsiapa menawarkan, memberi untuk terus maupun untuk sementara
waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang
melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan
kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan.

Dalam pasal ini, bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap anak


dibawah umur dari kejahatan orang dewasa, dengan maksud agar anak dibawah
umur tidak melihat benda, atau gambar yang sebenarnya belum pantas untuk
dilihatnya.

10
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 62.
11
Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 87.
Untuk membuktikan bahwa pelaku bersalah, pengadilan yang memeriksa
perkara seseorang terdakwa yang didakwa telah melakukan salah satu tindak
pidana yang diatur dalam pasal 283 KUHP, penuntut umum atau hakim tidak
perlu membuktikan tentang adanya kehendak karena dengan terdakwa sudah
membaca tulisan dan gambar, benda atau alat pencegah kehamilan atau
pengganggu kehamilan, yang telah ditawarkan atau dipertunjukkan.Jika hakim
ingin mengetahui bahwa pelaku telah menawarkan maka hakim atau penuntut
umum harus dapat membuktikan bahwa terdakwa telah menghendaki atau telah
bermaksud untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.

2. Kejahatan Melanggar Kesopanan (Zeden)

Ketentuan-ketentuan pidana yang mengatur tentang kejahatan melanggar


kesopanan diatur dalam KUHP sebagai berikut:

Pada Pasal 300 ini menjelaskan tentang membikin mabuk orang lain
dengan ketentuannya dibawah ini;

a. Pasal 300 KUHP12

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.

(1) Barangsiapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang


memabukkan kepada seorang yang telah kelihatan mabuk

(2) Barangsiapa dengan sengaja membikin mabuk seorang anak yang


umurnya belum cukup enam belas tahun

(3) Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa orang


untuk minum-minumanyang memabukkan.

12
M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, (Bandung: Remadja Karya, 1986)
hlm. 175.
Ancaman hukuman dinaikkan menjadi paling lama 7 tahun penjara apabila
perbuatannya mengakibatkan luka-luka berat ayat 2 dan menjadi 9 tahun penjara
pabila perbuatannya mengakibatkan mati ayat 3

Pelanggaran mengenai mabuk diatur dalam Buku III, Titel VI KUHP


tentang Pelanggaran Mengenai Kesopanan yang memuat 4 Pasal yaitu Pasal 536,
537,538, dan 539 KUHP.13

Pasal 536 KUHP menentukan bahwa seseorang yang ada dijalan umum
dengan terang dalam keadaan mabuk, dipidana dengan pidana denagn denda
paling banyak 225 rupiah; pidana tersebut menurut ayat 2, 3, dan 4 dalam hal-hal
macam-macam residivis dapat dinaikkan secara bertingkat.14

Pasal 537 KUHP melarang menjual atau memberi minuman keras atau
tuak keras di luar kantin tentara kepada seorang prajurit dari Angkatan bersenjata
yang pangkatnya dibawah opsir rendah, atau kepada istri, anak atau pembantu
rumah tangga, dengan ancaman pidana kurungan paling lama 3 minggu atau
denda 1500 Rupiah.15

Pasal 538 KUHP melarang dengan pidana yang sama seorang penjual
minuman keras atau menjual minuman keras atau tuak keras kepada seorang anak
di bawah umur 16 tahun.16

Pasal 539 KUHP, barangsiapa pada waktu orang mengadakan pesta


keramaian bagi umum atau permainan rakyat atau arak-arakan bagi umum,
menyediakan minuman keras atau tuak keras dengan percuma atau menyediakan
minuman keras atau tuak keras sebagai hadiah, dihukum kurungan selam-lamanya
dua belas hari atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus tujuh puluh lima
Rupiah.17

13
M. Sudrajat Bassar, op.cit., hlm. 176.
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor:Politeia, 1994) hlm. 345.
b. Pasal 301 KUHP

Berisikan tentang menyerahkan anak untuk disuruh mengemis dan


sebagainya. Pasal 301 berbunyi18:

Barangsiapa menyerahkan atau membiarkan kepada orang lain seorang


anak yang belum berusia dua belas tahun dan yang ada di bawah kekuasannya
yang sah, dalam hal diketahuinya bahwa anak itu akan dipakai untuk atau pada
waktu mengemis, bermain komedi, atau melakukan pekerjaan lain yang
berbahaya, atau yang dapat merusak kesehatan, dihukum dengan maksimum
hukuman penjara empat tahun.19

Dalam hal ini yang dapat melakukan tindak pidana anatara lain yaitu orang
tua atau wali dari anak itu atau orang yang diserahi oleh hakim untuk mengawasi
anak itu.20

c. Pasal 302 KUHP21

Pada Pasal 302 ini berkaitan dengan menganiaya hewan. Dalam pasal ini
mengenal dua macam tindak pidana yaitu penganiayaan ringan hewan dan
penganiayaan hewan.

1) Penganiayaan ringan hewan diancam dengan hukuman penjara paling


lama 3 bulan atau denda 4500 rupiah:

a. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut yang patut atau secara melampaui batas,
dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya.

b. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang
diperlukan untuk hidup kepada hewan, dengan tidak sengaja tidak memberi

18
M. Sudrajat Bassar,op.cit., hlm. 176.
19
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Eresco,
1986) hlm. 125.
20
Ibid.
21
Ibid., hlm. 176
makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan yang seluruhnya atau
sebagian menjadi kepunyaan dan ada yang dibawah pengawasannya, atau kepada
hewan yang wajib dipeliharanya.

2) Penganiayaan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 9


bulan atau denda paling banyak 300 rupiah, apabila perbuatan itu mengakibatkan
sakit lebih dari seminggu, atau cacat, atau menderita luka-luka berat lainnya, atau
mati. Apabila hewan itu kepunyaan yang bersalah, maka hewan itu dapat
dirampas (ayat 3).

C. Definisi tentang Kejahatan dan Pelanggaran Terhadap Ketertiban Umum

Kata kejahatan terhadap ketertiban umum atau misdrijven tegen de


openbare orde telah dipakai oleh pembentuk undang-undang dalam suatu
kumpulan bagi kejahatan-kejahatan., yang oleh pembentuk undang-undang telah
diatur dalam Buku II Bab V KUHP. Prof. Simons juga mengatakan bahwa
hubungan anatara kejahatan yang satu dengan kejahatan yang lain didalam buku II
Bab V KUHP sifatnya uiterstgering atau hampir tidak ada hubungannya sama
sekali antara yang satu dengan yang lain. Menurutnya, kata kejahatan terhadap
ketertiban umum yang sifatnya kurang jelas atau vaag atau menurut sifatnya dapat
diartikan secara lebih luas dari arti yang sebenarnya menurut pembentuk undang-
undang atau yang menurut sifatnya sangant reekbar, oleh pembentuk undang-
undang telah dipakai untuk menyebutkan sekumpulan kejahatan, yang menurut
sifatnya dapat menimbulkan bahaya bagi maatschappelijke orde en rust, atau
dapat mendatangkan bahaya bagi ketertiban dan ketentraman umum.22

Dalam Memorie van Toelichting, kejahatan yang diatur dalam buku II Bab
V KUHP bukanlah kejahatan yang secara langsung ditujukan: a) Terhadap
keamanan negara, b) Terhadap tindakan-tindakan dari alat-alat perlengkapannya
atau, c) terhadap tubuh atau harta kekayaan dari seseorang tertentu, melainkan
kejahatan-kejahatan yang dapat mendatangkan bahaya bagi kehidupan

22
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Kepentingan Hukum Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hlm. 445.
bermasyarakat atau bagi maatschapleijke leven, dan yang dapat menimbulkan
gangguan bagi ketertiban alamiah dalam masyarakat.23

Kejahatan terhadap ketertiban negara pada dasarnya diatur dalam Bab V


daripada dalam Bab I dari Buku II Wetboek van Strafrecht.Atas dasar itulah
ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 131, 132, dan Pasal 134
Wetboek van Strafrecht.24

Dari bunyi rumusan Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, yang berbunyi
Hij die in het openbaar, mondeling of geschrift of afbeelding, tot eenig stafbaar
feit of tot geweldadaig optreden tegen het openbaar gezag opruit, wordt gestraft
met gevangenisstraf van ten hoogste vijt jaren of gelboete van ten hoogste
driehonderd gulden. Artinya yaitu barang siapa didepan umum, dengan lisan
atau dengan tulisan atau dengan gambar menghasut orang lain untuk melakukan
sesuatu tindak pidana atau untuk melakukan tindak kekerasan terhadap penguasa,
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau dengan pidana
denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah. Ketentuan pidana yang diatur dalam
Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, kemudian oleh pembentuk undang-undang di
Indonesia telah dimasukkan ke dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagai ketentuan hukum pidana yang diatur dalam buku II Bab V Pasal 160
KUHP. Kecuali ketentuan-ketentuan pidana yang telah disebutkan diatas oleh
pembentunk undang-undang di Indonesia juga telah ditambahkan ketentuan-
ketentuan pidana baru lainnya kedalam buku II Bab V KUHP, antara lain
ketentuan pidana, yang didalam doktrin juga sering disebut haatzaaiartikelen atau
pasal-pasal undang-undang yang melarang orang mengemukakan rasa kebencian
dan perasaan tidak senang pada penguasa yang terdapat pada ketentuan pasal 154
dan Pasal 156 KUHP.25

Sedangkan pelanggaran yang terdapat pada buku ke III bab II KUHP


disimpulkan bahwa pelanggaran terhadap ketertiban umum adalah suatu tindakan

23
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 446.
24
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm. 447.
25
Ibid.
pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang yang menurut sufatnya dapat
menimbulkan bahaya keberlangsungan kehidupan masyarakat dan dapat
menimbulkan gangguan-gangguan terhadap ketertiban dan kenyamanan didalam
masyarakat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Definisi dari kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada Bab ke-XIV dari
Buku ke-II KUHP. Kejahatan melanggar kesopanan pada dasarnya dibagi menjadi
dua, yaitu kejahatan melanggar kesopanan berat atau yang disebut kejahatan
terhadap asusila (zedelijkheid) dan tindak pidana kesopanan ringan (zeden).

Kejahatan terhadap kesusilaan terdapat pada pasal 281, 282, dan 283.Sedangkan
Kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada pasal 300, 301, dan 303 dalam
KUHP. Adapun ancaman hukuman pada pasal 281 yaitu dipidana dengan penjara
selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggi-
tingginya empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 282 yaitu diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda
dengan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 283 yaitu
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak sembilan ribu rupiah. Kejahatan melanggar kesopanan pada pasal
300 diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 301 diancam dengan maksimum
hukuman penjara empat tahun. Pasal 302 penganiayaan ringan hewan diancam
dengan hukuman penjara paling lama 3 bulan atau denda empat ribu lima ratus
rupiah, Penganiayaan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 9
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
DAFTAR PUSTAKA

Bassar, Sudrajat M.1986.Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-


undang Hukum Pidana. Bandung: Ramadja Karya.

Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang. 2010. Delik-Delik Khusus Kejahatan


Terhadap Kepentingan Hukum Negara. Jakarta: Sinar Grafika, 2010

Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang. 2011.Delik-delik Khusus: Kejahatan


Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan. Jakarta: Sinar Grafika.

Prodjodikoro, Wirjono. 1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia.


Bandung: Rosda Offset.

Soesilo, R. 1994.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor:Politeia.

Bhafana Publishing, Redaksi. 2016. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana) KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana). Jakarta: Bhafana
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai