Anda di halaman 1dari 26

1. Defini Kehamilan. Jelaskan!

Pengertian

Menurut Federasi Obstertri dan Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan


sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-1 hingga
ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga 40). (Prawirohardjo : 2008)

Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma
hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu
atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri
adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya
sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya. (Arif : 200)

a. Pembuahan, Implantasi dan Perkembangan Plasenta

Pembuahan (Konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel
telur dibuahi oleh satu sperma.

Ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi
normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang dilepaskan
bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong , yang
merupakan tempat terjadinya pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan
mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan
darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh
sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio
(bakal janin). Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti
dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus
seperti ini merupakan kembar fraternal. Kembar identik terjadi jika pada awal
pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau
dengan kata lain, kembar identik berasal dari 1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan
lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah
menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii
yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii
mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah
dibuahi).

Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya


tertanam.

Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun
dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada
daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis
yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar
tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari).

Plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan


memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin.
Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke
9-10. Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus
embrio (korion). Lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan
membentuk kantung amnion. Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion)
dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang
mengapung di dalamnya.

Tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam
dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon. Susunan ini
menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat
gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari
janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke
18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan
beratnya mencapai 500 gram.

b. Perkembangan embrio
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta.

Organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu


setelah pembuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami
pematangan selama kehamilan. Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling
banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang
merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap
efek obat-obatan atau virus. Karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak
menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama
kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. Pemberian obat-obatan yang
diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari.

Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah
satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan
setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat
sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh
rahim).

c. Diagnosa Kehamilan

Jika seorang wanita yang biasanya mengalami menstruasi yang teratur mengalami
keterlambatan 1 minggu atau lebih, mungkin dia hamil. Pada awal kehamilan, wanita
hamil bisa mengalami pembengkakan payudara dan mual, kadang disertai muntah.
Pembengkakan payudara terjadi akibat bertambahnya kadar hormon wanita (terutama
estrogen, juga progesteron). Mual dan muntah terjadi akibat estrogen dan HCG
(human chorionic gonadotropin). Kedua hormon ini membantu memelihara
kehamilan dan mulai dihasilkan oleh plasenta pada sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Pada awal kehamilan, banyak wanita yang merasa sangat lelah dan
beberapa wanita mengalami perut kembung. Jika seorang wanita hamil, serviksnya
lebih lunak dan rahim juga lebih lunak dan membesar. Biasanya vagina dan serviks
menjadi kebiruan sampai ungu, karena pembuluhnya penuh terisi darah. Perubahan
ini bisa terlihat pada pemeriksaan panggul. Biasanya untuk menentukan kehamilan
dilakukan tes kehamilan pada darah maupun air kemih.

Tes kehamilan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) bisa dengan segera


dan mudah mendeteksi kadar HCG yang rendah di dalam air kemih. Selama 60 hari
pertama kehamilan yang normal dengan 1 janin, kadar HCG berlipat ganda setiap 2
hari.

Cara lain untuk mendeteksi kehamilan:

1) Mendengarkan denyut jantung janin. Denyut jantung janin bisa terdengar melalui
stetoskop khusus atau USG Doppler. Dengan bantuan steteoskop khusus, denyut
jantung janin bisa terdengar pada usia kehamilan 18-20 minggu; sedangkan jika
menggunakan USG Doppler, denyut jantung janin bisa terdengar pada usia
kehamilan 12-14 minggu.
2) Merasakan pergerakan janin. Ibu bisa merasakan gerakan janin pada kehamilan
16-20 minggu. Wanita yang sebelumnya pernah hamil akan meraskan gerakan
janin ini lebih awal.
3) Memeriksa rahim dengan USG. Rahim yang membesar bisa dilihat dengan USG
pada kehamilan 6 minggu, demikian juga halnya dengan denyut jantung janin.

Perubahan Anatomi dan Fisiologi dalam Kehamilan

Selama 279 hari kehamilan rata-rata, fisiologi ibu mengalami perubahan nyata
untuk menunjang perkembangan janin dan untuk mempersiapkan ibu menjalani
persalinan dan laktasi. Perubahan dimulai pada fase luteal siklus haid, sebelum
pembuahan dan implantasi, seiring dengan dimulainya sekresi progesteron dari korpus
luteum. Apabila pembuahan berhasil, kadar progesteron dan estrogen meningkat secara
progresif. Bersama-sama mereka mengendalikan banyak perubahan pada fisiologi ibu
selama kehamilan.
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi
intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan
untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
a) tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
b) kehamilan 8 minggu : telur bebek
c) kehamilan 12 minggu : telur angsa
d) kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
e) kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f) kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g) kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
h) kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
i) 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Ismus uteri merupakan bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan, pada kehamilan trimester I menjadi memanjang dan lebih kuat.
Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada
kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis, mudah ruptur, kontraksi minimal
sehingga berbahaya jika lemah, dapat terjadi rupture dan mengancam nyawa
janin dan nyawa ibu. Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat
stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Hegar), warna
menjadi livide / kebiruan. Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan
memberikan gejala keputihan.
2) Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna
merah kebiruan (tanda Chadwick).
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi
produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru,
tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
4) Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya
somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus
payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama
daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar
dan menonjol.

b. Perubahan Sistem Sirkulasi


Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
(cardiac output, curah jantung) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai
terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28
minggu. Karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat
istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90
kali/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena
rahim yang membesar menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke
jantung. Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%, Setelah
persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% diatas batas kehamilan, lalu
secara perlahan kembali ke batas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena
adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh, maka
darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir kehamilan, rahim menerima
seperlima dari seluruh darah ibu.
Ketika melakukan aktivitas/olah raga, maka curah jantung, denyut jantung
dan laju pernafasan pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang tidak sedang hamil. Rontgen dada dan EKG menunjukkan sejumlah
perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar murmur jantung tertentu serta
ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi
pada masa hamil, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan
memerlukan pengobatan khusus.
Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan kembali
normal pada trimester ketiga.
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6 8
kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32 34 dengan perubahan
kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%.
Eritropotein ginjal kan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30 %,
tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan
mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl
menjadi 12,5 g/dl dan pada 6% perempuan bias mencapai dibawah 11 g/dl yang
pada kehamilan lanjut merupakan suatu keadaan abnormal atau anemia. Volume
darah akan kembali seperti semula pada 2-6 minggu setelah persalinan.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang
volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada
kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan
menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan,
karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba
untukberbaring/tidur.
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi pada
wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada
vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah
yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.
d. Perubahan Sistem Pernafasan
Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan meningkatnya
pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi lain dari
biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan
lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk janin. Lingkar dada wanita hamil
agak membesar.
Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak
tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan
mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara
wanita hamil agak berubah.

e. Perubahan Sistem Pencernaan


Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian
bawah sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Sembelit semakin berat karena
gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.
Wanita hamil sering mengalami heartburn (rasa panas di dada) dan sendawa,
yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung
dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan
isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya
menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik karena asam lambung yang
dihasilkan lebih sedikit.
f. Perubahan Sistem Metabolisme
Metabolisme secara harafiah berarti perubahan, digunakan untuk menyebut
semua transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Umumnya,
kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita hamil perlu
mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.
Metabolisme yang terjadi selama kehamilan
1) Basal Metabolic Rate
Pada wanita hamil basal metabolic rate, ( BMR ) meninggi hingga 15-20 %,
terutama pada trimester akhir.Sistem endokrin juga meninggi dan tampak
lebih jelas kelenjaer gondoknya (grandula tireoidea).
2) Asam Alkali
Keseimbangan asam alkali ( acic-base balance ) sedikit mengalami perubahan
konsentrasi alkali :
a. Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter
b. Wanita hamil : 145 mEq/liter
c. Natrium serum : turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter
d. Bikarbonat plasma : turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter
3) Metabolisme Protein
Protein dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada kehamilan untuk
perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk
persiapan laktasi. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita hamil
memperoleh cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1gram protein setiap
kilogram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada
pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan pada fraksi albumin
dan pula sedikit penurunan gamma globulin. Perubahan- perubahan dalam
plasma protein ini dalam satu minggu postpartum kembali kepada keadaan
sebelum adanya kehamilan.
4) Metabolisme Hidrat Arang
Seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing
dan kadang kala di jumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada DM.
Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrim agak terasa, seperti
somatomamotropin, plasma insulin dan hormon-hormon adrenal -17-
ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus di perhatikan sungguh-sungguh hasil
GTT oral dan GTT intravena.
5) Metabolisme Lemak
Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolestrol meningkat sampai 350 mg
atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam
pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainnya terdapat dibadan,
perut, paha dan lengan.

6) Metabolisme Mineral
a) Kalsium :
Dibutuhkan rata-rata 1.5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan
tulang-tulang terutama dalam trimesrer trakhir dibutuhkan 30-40 gram.
b) Fosfor :
Dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari
c) Zat Besi :
Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg /atau 30-50 mg sehari.
d) Air :
Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
7) Kenaikan Berat Badan
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6.5-16.5 kg. Kenaikan berat badan
yang terlalu banyak di temukan pada pre-eklamsi dan eklamsi. Kenaikan berat
badan wanita hamil di sebabkan oleh :
a) Janin, uri, air ketuban, uterus
b) Payu dara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air.
8) Kalori
a) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang di
butuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang,
khususnya sesudah kehamilan lima bulan keatas. Namun, bila dibutuhkan
dipakai lemak ibu untuk mendapatakan tambahan kalori.
b) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung
banyak protein di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi
zat besi dan vitamin B oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe dan
roboransia yang berisi mineral dan vitamin.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Berat uterus gravid mengubah pusat gravitasi wanita dengan mengubah
sudut inklinasi pintu atas panggul terhadap bidang horizontal. Spina lumbalis
dalam keadaan normal konveks secara anterior, tetapi lengkung ini semakin nyata
oleh kombinasi efek progesteron, relaksin, dan berat uterus pada diskus
antarvertebra. Lordosis spinalis yang terjadi mengompensasi pergeseran pusat
gravitasi. Pada akhir kehamilan, banyak wanita mengambil postur tipikal ketika
mereka berdiri dan berjalan dengan punggung melengkung dan bahu ditahan ke
belakang. Lordosis bertambah dalam oleh postur tubuh yang kurang baik,
kegemukan, gangguan tulang, tuberkulosis, dan penggunaan sepatu berhak tinggi.
Estrogen dan relaksin memengaruhi komposisi tulang rawan dan jaringan
ikat sendi panggul, yang melunak sebagai persiapan untuk persalinan. Simfisis
pubis dan sendi sakroiliaka menjadi lebih lentur dan mobile sehingga panggul
menjadi lebih lebar yang menyebabkan gerakan tidak stabil dan gerakan seperti
bebek saat berjalan. Dengan demikian, wanita hamil mungkin mengalami
ketegangan ligamenfum atau otot dan rasa tidak nyaman atau nyeri. Insiden nyeri
punggung meningkat terutama setelah bulan ke-5. Sebagianwanita mungkin
mengalami nyeri punggung yang parah, sering memuncak pada malam hari.
Kadang-kadang pada akhir kehamilan simfisis pubis terpisah. Keadaan ini, yang
disebut sebagai diastasis, dapat menyebabkan wanita hamil merasa sangat tidak
nyaman saat berjalan atau saat kedua tungkai bawahnya diabduksikan. Punggung
bawah juga terpengaruh oleh perubahan payudara, peregangan ligamentum
rotundum, dan penurunan tonus otot abdomen.
Pada trimester ketiga, tekanan oleh uterus dapat menyebabkan peregangan
atau penekanan saraf dan pembuluh darah yang menimbulkan rasa baal dan
kesemutan di ekstremitas. Kram tungkai bawah, terutama otot betis dan paha,
sering terjadi pada paruh kedua kehamilan. Kram tersebut mungkinberkaitan
dengan metabolisme kalsium/fosfor dan peningkatan iritabilitas neuromuskulus.
Peningkatan kadar fosfat diperkirakan menjadi penyebab dan penurunan asupan
susu sering memberi manfaat. Sekitar 10% wanita hamil mengalami restless leg
syndrome 10-20 menit setelah tidur; penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan anemia (Blackburn & Loper, 1992).
h. Perubahan Sistem Hormonal
Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di dalam tubuh. Plasenta
menghasilkan sejumlah hormon untuk membantu tubuh dalam mempertahankan
kehamilan. Hormon utama yang dihasilkan oleh plasenta adalah HCG, yang
berperan mencegah ovulasi dan merangsang pembentukan estrogen serta
progesteron oleh ovarium untuk mempertahankan kehamilan.
Plasenta juga menghasilkan hormon yan gmenyebabkan kelenjar tiroid
menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung
yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan
suasana hati; selain itu juga bisa terjadi pembesaran kelenjar tiroid. Tetapi
hipertiroidisme (overaktivitas kelenjar tiroid) hanya terjadi pada kurang dari 1%
kehamilan.
Plasenta juga menghasilkan melanocyte-stimulating hormone yang
menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menyebabkan
peningkatan kadar hormon adrenal di dalam darah. Peningkatan kadar hormon in
kemungkinan menyebabkan tanda peregangan berwarna merah muda pada kulit
perut.
Selama kehamilan diperlukan lebih banyak insulin yang dihasilkan oleh
pankreas. Karena itu penderita diabetes yang sedang hamil bisa mengalami gejala
diabetes yang lebih buruk.

2. Jelaskan mengenai komplikasi dari abortus inkomplit!


Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh abortusnya sendiri maupun akibat
dari tindakan penanganan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang tidak ditangani
dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan infeksi akibat retensi
sisa hasil konsepsi yang lama didalam kavum uteri. Tindakan kuretase pada abortus
inkomplit juga dapat menimbulkan komplikasi antara lain:

a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardia, dan cardiac
arrest.
b. Perforasi uterus akibat sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh kanula, segera putuskan
hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya.
Kemudian pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya perdarahan akan berhenti
segera.
c. Serviks robek yang disebabkan oleh tenakulum. Bila perdarahan sedikit dan berhenti,
tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan karena sisa jaringan konsepsi. Tindakan yang harus dilakukan adalah
pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi. Pengobatannya berupa
pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerob maupun anaerob.

Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama, dengan
demikian, tindakan evakuasi yang dilakukan pada kehamilan diatas trimester pertama
berupa dilatasi dan evakuasi.

3. Penyebab Abortus, Jelaskan!


Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas.
Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara
spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan
beberapa bulan berikutnya, terkadang janin masih hidup dalam uterus sebelum ekspulsi.
Terjadinya abortus secara spontan dapat dipengaruhi oleh berbagai etiologi yang saling
terkait. Secara umum, etiologi terjadinya abortus spontan dapat dibagi menjadi tiga yakni
janin, maternal, dan paternal.3
A. Perkembangan Zigot yang Abnormal
Abortus spontan sering disebabkan oleh adanya abnormalitas dari perkembangan zigot,
embrio, fetus atau plasenta.Abnormalitas kromosom bertanggung jawab terhadap 50-60%
embrio yang gugur.Angka ini menurun seiring kemajuan dari umur persalinan. Sembilan
puluh lima persen dari abnormalitas kromosom disebabkan oleh kesalahan gametogenesis
maternal sementara 5% disebabkan oleh kesalahan paternal. Autosomal trisomi,
monosomi X (45,X), dan autosomal trisomi merupakan kelainan kromosom yang paling
sering ditemui pada abortus.3Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus
abnormalitas kromosom sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan
anomali yang paling sering ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21 %)
dan monosomi X (13%).9

Gambar 1. Kromosom trisomi9

B. FaktorMaternal
Faktor maternal pada kejadian abortus sering dikaitkan dengan abortus yang
terjadi pada zigot euploidi. Peristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada
kehamilan 13 minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada
sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Penyebab dari
abortus euploidi tidak dipahami secara penuh, namun beberapa penyakit medis, kondisi
kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi.3
Infeksi
Beberapa organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus Herpes Simplex, Cytomegalovirus
listeria monocytogenes, dan Toxoplasmadicurigai berperan sebagai penyebab
abortus.Isolasi yang dilakukan pada Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticun
dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan
hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus
genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua organisme tersebut, diketahui bahwa
Ureaplasma urealyticum merupakan penyebab utama.3

Penyakit Kronis yang Melemahkan


Abortus pada masa awal kehamilan jarang disebabkan oleh penyakit kronis yang
melemahkan imunitas ibu seperti tuberculosis atau karsinomatosis.Salah satu penyakit
yang diasosiasikan dengan abortus spontan adalah celiac sprue.Terdapat asosiasi yang
kuat antara abortus dan abortus berulang dengan antibodi antigliadin dari penyakit celiac
karena bersifat toksik terhadap trophoblast.10
Abortus jarang disebabkan karena seorang ibu mengalami hipertensi, namun
hipertensi dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur.Diabetes yang
tidak terkendali sering dihubungkan dengan peningkatan kejadian abortus
spontan.Peningkatan kejadian dikaitkan dengan abnormalitas struktur pada fetus. Namun
pada wanita dengan diabetes yang terkendali, diabetes jarang menjadi penyebab
abortus.3,10

Pengaruh Endokrin
Peningkatan kejadian abortus dapat dikaitkan dengan kondisi hipotiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron.Hipotiroidisme sering disebakan oleh
adanya antibodi antitiroid. Kejadian abortus spontan terjadi 2 kali lipat lebih seing pada
perempuan dengan antibodi tiroid yang terdeteksi 17% dibandingkan dengan perempuan
tanpa antibodi tiroid. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat
dikendalikan dengan baik. Defesiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon
tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defesiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa abortus spontan.3,10

Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Nausea serta
vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrien
yang ditimbulkan akibat hyperemesis gravidarum jarang diikuti dengan abortus spontan.
Sebagaian besar mikronutrien pemah dilaporkan sebagai unsur yang penting untuk
mengurangi abortus spontan.3
Obat-obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus.Rokok,
alkohol, kafein, dan radiasi merupakan salah satu penyebab utama peningkatan resiko
abortus pada ibu hamil. Kline dalam penelitianya menemukan bahwa wanita yang
merokok lebih dari 14 batang setiap harinya memiliki resiko abortus 1,7 kali lebih besar
dari kelompok kontrol. Wanita yang meminum alkohol paling tidak dua kali dalam
seminggu memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk mengalami abortus dibandingkan
wanita yang tidak mengkonsumsi alkohol.10

Faktor-Faktor Immunologis
Abortus diperkirakan terjadi akibat gagalnya sebuah proses supresi sistem
imun.Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan antibodi anti
cardiolipin (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta
destruksi plasenta. 10

Gamet yang Menua


Angka insiden abortus spontan juga dipengaruhi oleh umur sperma dan ovum. Insiden
abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi empat hari
sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karenaitu disimpulkan
bahwa garnet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi
dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga
selaras dengan hasil observasi tersebut.6,9

Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya abortus. Pada
umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ panggul, maka
kemungkinan terjadinya abortus semakin besar.7
Trauma Fisik dan Trauma Emosional
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau kematian
janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut
bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa
minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat
spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa
ketakutan marah ataupun cemas.6,9

Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan uterus kongenital dan kelainan uterus yang
didapat.Paparan diethylstilbestrol (DES) pada janin dapat mengakibatkan abnormalitas
pembentukan duktus mllerian.Kavitas endometrium pada wanita yang terpapar DES
memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari pada wanita normal.Hal ini diperkirakan
dapat menjadi penyebab dari peningkatan kasus abortus spontan pada perempuan yang
terpapar DES.10
Insiden abnormalitas perkembangan uterus berkisar antara 1:200 hingga 1:600
wanita.Secara umum, 25 % wanita dengan abnormalitas uterus memiliki masalah
reproduksi.Kelainan kongenital yang paling sering diasosiasikan dengan abortus adalah
uterus bikornu dan septae uteri. Menurut studi yang dilakukan oleh Acien (1996), dari
170 pasien hamil denganmalformasi uterus hanya 18,8% yang mampu bertahan hingga
melahirkan cukup bulan, sementara 36,5 % mengalami persalinan abnormal.1,10

Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi
pada trimester kedua.Inkompetensi serviks merupakan dilatasi asimptomatik dari ostium
servikalis internus. Keadaan ini akan mengakibatkan dilatasi kanalis serviks selama
trimester kedua persalinan. Tidak adanya bantalan yang menunjang fetus akan
mengakibatkan terjadinya ruptur dan prolaps, yang sering diikuti dengan ekspulsi fetus
dan plasenta.3

B. Faktor Paternal
Peranan faktor paternal tidak banyak diketahui dalam proses timbulnya abortus spontan.
Adanya kelainan kromososomal pada sperma seperti terjadinya translokasi abnormal
kromosom pada sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom yang
terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga dapat mengakibatkan abortus.3

4. Jelaskan perkembangan embriolgi dari mulai bertemunya sel sperma dan ovum!
Perkembangan manusia dimulai dari adanya suatu pembuahan yaitu prosespertemuan dua
sel khusus antara sel benih pria (spermatozoon) dengan sel benih wanita (ovum). Kedua
sel tersebut bergabung menjadi satu membentuk organisme baru disebut zygote.
Pada embryo manusia, sel benih sederhana ( primordial germ cells = PGC)terbentuk pada
dinding yolk sac pada akhir minggu ketiga. Sel-sel ini selanjutnya akan bermigrasi dari
asalnya menuju ke arah kelenjar kelamin (gonade) yang sedang berkembang. Setelah
PGC sampai pada gonade wanita (ovarium) akan berdiferensiasi menjadi oogonia.
Apabila PGC tadi bermigrasi ke gonade pria (testis) akan berkembang menjadi
spermatogonia.Proses pembentukan sel benih (sel gamet) disebut gametogenesis, terdiri
dari dua jenis:
1. Proses pembentukan sel benih pria disebut SPERMATOGENESIS
2. Proses pembentukan sel benih wanita disebut OOGENESIS.
SPERMATOGENESIS
Diferensiasi PGC pada pria dimulai pada saat pubertas. Pada waktu lahir, PGC ini dapat
dijumpai di dalam testis yaitu di dalam saluran-saluran yang disebut tubulus
seminiferous. Beberapa saat sebelum masa dewasa, PGC berkembang menjadi
spermatogonia. Selanjutnya spermatogonia berdiferensiasi menjadi spermatocyte
primer, kemudian menjadi spermatocyte secunder, dan selanjutnya menjadi
spermatid. Spermatid akan mengalami beberapa perubahan yang akhirnya akan menjadi
spermatozoon. Proses perubahan dari spermatid menjadi spermatozoon disebut
spermiogenesis, terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Mula-mula terjadi pembentukan acrosome yang meliputi lebih dari separuh
permukaan inti.
2. Terjadi pemekatan inti
3. Terjadi pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor.
4. Terjadi penyusutan sitoplasma dan terbentuk spermatozoon yang matang.
Pada manusia, perkembangan dari spermatogonia menjadi spermatozoa yang matang
memerlukan waktu kurang lebih 61 hari.
OOGENESIS
Setelah PGC tiba di ovarium akan berdiferensiasi menjadi oogonia. Proses selanjutnya,
oogonia akan berkembang dan memperbanyak diri menjadi oocyte primer yang
berukuran lebih besar dari sel induknya. Dari satu oocyte primer akan membelah diri
menjadi dua oocyte secunder, akan tetapi hanya satu yang berkembang secara sempurna,
sedangkan yang satunya tidak sempurna perkembangannya. Selanjutnya setiap oocyte
secunder baik yang berkembang sempurna maupun yang tidak, masing-masing akan
membelah diri menjadi dua. Oocyte secunder yang berkembang sempurna akan
membentuk oocyte yang matang yang disebut ovum, sedangkan yang lainnya akan
menyusut. Pembelahan sel yang terjadi pada oocyte primer disebut pembelahan meiosis
pertama, dimana belahan anak sel mengandung 2n DNA dan 23 pasang kromosome.
Pembelahan 2 sel yang terjadi pada oocyte secunder disebut meiosis kedua, dimana
belahan selnya menghasilkan 1n DNA dan 23 buah kromosome. Dalam
perkembangannya, jumlah oogonia akan bertambah dengan cepat sehingga menjelang
bulan kelima keseluruhan diperkirakan mencapai 6 juta oogonia. Kemudian oogonia
berdegenerasi sehingga banyak yang mati (atretic). Menjelang bulan ketujuh, sebagian
besar oogonia telah berdegenerasi, kecuali yang terletak pada bagian permukaan ovarium.
Selanjutnya oocyt primer dikelilingi selapis sel gepeng yang disebut sel folliculer,
membentuk follicle primer. Pada waktu lahir, oocyte primer berjumlah kira-kira 700.000
- 2 juta. Selama masa kanak-kanak sebagian besar mengalami atretik, sehinga menjelang
puber, jumlahnya kirakira tinggal 40.000. Selanjutnya sel-sel follikuler yang berbentuk
gepeng berubah menjadi sel-sel kuboid membentuk follicle secunder. Pada mulanya sel-
sel follikuler berhubungan erat dengan oocyte, kemudian terpisah oleh adanya suatu zat
mukopolisacharida yang dihasilkan oleh sel-sel follikuler dan mengendap pada
permukaan oocyte. Endapan ini makin lama makin tebal membentuk lapisan yang disebut
zona pellucida. Selanjutnya selsel follikuler berproliferasi membentuk lapisan celluler
yang tebal di sekeliling oocyte.
Selanjunya pada lapisan celluler terbentuk rongga-rongga kecil ( rongga follicle) yang
berisi cairan. Rongga-rongga ini makin lama makin besar, kemudian menyatu
membentuk suatu rongga besar yang disebut antrum folliculi. Mulanya antrum folliculi
berbentuk seperti bulan sabit yang makin lama makin besar mendesak sel-sel folliculer ke
pinggir. Sel-sel folliculer di sekitar oocyte tetap utuh membentuk cummulus oophorus.
Follicel secunder berkembang terus dan semakin besar akhirnya membentuk follicel
matang disebut follicle de Graaf. Follicle de Graaf dikelilingi oleh dua lapis jarinan ikat
yaitu lapisan dalam disebut theca interna, yang banyak mengandung pembuluh darah,
dan lapisan luar yang disebut theca externa yang akan menyatu dengan stroma ovarium.
FERTILISASI
Fertilisasi (pembuahan ) adalah proses penyatuan antara spermatozoon dengan ovum,
terjadi di dalam daerah ampulla tuba uterina. Pada saat terjadinya ovulasi, oocyte
(ovum) akan keluar meninggalkan ovarium, kemudian masuk ke dalam tuba uterina.
Ovum pada saat itu dilapisi oleh lapisan zona pellucida dan corona radiata. Seorang pria
dewasa, pada saat ejaculatio dapat mengeluarkan cairan ejaculat 2-3 ml yang
mengandung kira-kira 100-200 juta spermatozoa. Dari sejumlah tersebut yang diletakkan
di dalam vagina, tidak seluruhnya mendapat kesempatan untuk membuahi, sebab
sebagian besar akan mati dalam perjalanan. Yang dapat sampai ke daerah pembuahan
(ampulla) kira-kira hanya 300 - 500 ekor saja, dan dari sejumlah tersebut hanya satu yang
mempunyai kesempatan untuk dapat membuahi satu ovum. Proses terjadinya fertilisasi
terjadi dalam beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama: Penembusan corona radiata.
Spermatozoon yang telah bertemu dengan ovum akan menembus corona radiata.
Penghancuran corona radiata dilakukan oleh enzym-enzym yang diproduksi oleh mucosa
tuba uterina dan dari spermatozoa sendiri.
Tahap kedua: Penembusan zona pellucida
Selaput pelindung kedua dari oocyte adalah zona pellucida. Dengan pengaruh enzym
yang dilepaskan oleh acrosome, spermatozoon dapat menembus zona pellucida. Sekali
spermatozoon menyentuh zona pellucida, ia akan melekat dengan kuat sekali dan
menembusnya dengan sangat cepat. Setelah spermatozoon yang pertama dapat
menembus zona pellucida dan segera masuk ke dalam ovum, zona pellucida akan segera
mempertebal diri dengan sehingga tidak bisa lagi di masuki/ditembus oleh spermatozan
lainnya. Sangat jarang terjadi adanya dua spermatozoa dapat membuahi sekaligus pada
satu oocyte.
Tahap ketiga: Penyatuan sel spermatozoon-ovum
Setelah meliwati zona pellucida spermatozoon akan menyentuh membran sel oocyte,
kemudian kedua membran plasmanya bersatu. Segera setelah spermatozoon masuk ke
dalam oocyte, cytoplasma akan menyusut dan terlihat ruang perivitellinum antara oocyte
dengan zona pellucida. Setelah itu spermatozoon bergerak maju hinga mendekati
pronucleus wanita. Kemudian spermatozoon akan melepaskan ekornya dan intinya
membengkak membentuk pronucleus pria. Secara morphologis pronucleus pria dan
pronucleus wanita tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya kedua
pronuclei tersebut menyatu membentuk satu sel baru yang disebut zygote. Sementara itu
timbullah sulcus yang dalam pada permukaan sel yang berangsur-angsur membagi
cytoplasma menjadi dua bagian, untuk selanjutnya akan terjadi pembelahan sel.
Penentuan jenis kelamin ditentukan oleh jenis spermatozoon yang membuahi oocyte.
Apabila spermatozoon yang mengandung chromosom X yang membuahi maka akan
terbentuk embryo wanita (XX), sedangkan apabila yang
membuahi mengandung chromosome Y, maka akan terbentuk embryo pria (XY).
PEMBELAHAN SEL
Setelah terjadi pembuahan, zygote yang terbentuk akan membelah diri menjadi dua,
empat, delapan, enambelas sel. Dalam waktu kira-kira 30 jam akan tercapai tingkat dua
sel, tingkat empat sel akan tercapai dalam 40 - 50 jam. Seterusnya pembelahan berjalan
terus menjadi 8 sel, 12 sel seterusnya sampai pada tingkat yang disebut morula. Zygote
yang sementara mengalami pembelahan sel berjalan menuju ke dalam uterus, dan pada
waktu tiba di uterus sudah dalam tingkat morula. Perkembangan selanjutnya pada tingkat
morula, akan terbentuk ruangan-ruangan kecil yang berisi cairan. Ruangan-ruangan
tersebut makin lama makin besar kemudian membentuk satu rongga yang disebut
blastocele. Sel-sel pada saat ini akan menyusun diri, kemudian terbentuk kelompok sel di
salah satu sisi membentuk inner cells mass (massa sel dalam), yang selanjutnya akan
berkembang menjadi embryoblast. Di sekeliling massa sel dalam terbentuk lapisan sel
yang dikenal sebagai outer cells mass ( massa sel luar) yang akan berkembang menjadi
trophoblast, dan selanjutnya trophoblast
akan berkembang menjadi placenta. Pada stadium ini zona pellucida segera mengilang
dan dikenal sebagai stadium blastocyte. Selanjutnya blastocyte akan bersarang di dalam
endometrium pada umur kira-kira 5,5 - 6 hari sesudah ovulasi. Peristiwa bersarangnya
blastocyte ke dalam endometrium disebut implantasi (nidasi) . Pada saat implantasi
kadang terjadi sedikit perdarahan berupa bercak yang sehingga seorang ibu menyangka
darah menstruasi, sehingga tidak jarang mengacaukan perhitungan umur kehamilan. Pada
perkembangan hari ke6, sebagian besar blastocyte sudah tertanam ke dalam stroma
endometrium. Pada kutub dimana terdapat embryoblast disebut kutub embryonal, dan
kutub lainnya disebut kutub abembryonal.

PEMBENTUKAN PLACENTA
Menjelang permulaan minggu ketiga, trophoblast berkembang menjadi dua lapisan,
lapisan sebelah dalam membentuk massa padat yang mempunyai inti tunggal dikenal
sebagai cytotrophoblast. Lapisan sebelah luar, mempunyai banyak inti, tidak
mempunyai batasanbatasan sel yang tegas, disebut sebagai syncytiotrphoblast atau
syncytium. Selanjutnya trophoblast berkembang terus dan terbentuk tonjolan-tonjola
yang terdiri dari inti cytotrophoblast yang diliputi oleh selapis syncytium, tonjolan ini
disebut villi primer (jonjot primer). Selanjutnya sel-sel mesoderm menembus inti villi
primer dan tumbuh ke arah desidua. Susunan yang baru terbentuk ini dikenal sebagai villi
secunder. Menjelang akhir minggu ketiga, sel-sel mesoderm di dalam inti villi secunder
mulai berdiferensiasi menjadisel darah dan pembuluh darah kecil, sehingga akhirnya
terbentuk susunan kapiler villi. Pada saat ini dikenal sebagai villi tertier. Pembuluh darah
di dalam villi tertier membentuk hubungan dengan kapiler yang berkembang di dalam
mesoderm chorion plate dan di dalam conecting stalk. Selanjutnya susunan pembuluh
darah ini mengadakan hubungan dengan susunan peredaran darah di dalam embryo,
sehingga terjadi hubungan antara villi tertier
dengan embryo. Oleh karena itu, apabila jantung mulai berkontraksi dalam minggu
keempat, susunan villi telah siap mengedarkan darah ke dalam embryo yang membawa
zat makanan dan oxygen yang diperlukan. Sementara itu, cytotrphoblast di dalam villi
menembus secara progressif ke dalam syncytium di sekitarnya sehingga mencapai
endometrium maternal. Di sini mereka mengadakan hubungan dengan perluasan yang
sama dari villi di sekitarnya. Menjelang permulaan bulan kedua, trophoblast ditandai oleh
sejumlah besar villi-villi secunder dan tertier yang berbentuk seperti jari-jari. Villi-villi
ini berakar pada mesoderm chorion plate, yang pada awalnya meliputi seluruh permukaan
chorion. Dengan berlanjutnya kehamilan, villi-villi pada kutub embryonal terus tumbuh
dan meluas, membentuk chorion frondosum. Villi pada kutub abembryonal mengalami
degenerasi disebut chorion laeve. Perbedaan pertumbuhan villi pada kutub embryonal
dan abembryonal diikuti pula perbedaan pertumbuhan decidua. Desidua pada kutub
embryonal akan menjadi decidua basalis, desidua yang meliputi kutub abembryonal
disebut decidua capsularis, sedangkan deciduas di bagian lain disebut decidua
parietalis. Dengan bertambah besarnya cavum chorion,
decidua capsularis akan berdegenerasi sehingga chorion laeve akan bersentuhan langsung
dengan decidua parietalis kemudian menyatu. Cavum uteri akhirnya tertutup. Chorion
frondosum bersama-sama dengan decidua basalis membentuk placenta.
Fungsi Placenta ialah: 1. Tempat pertukaran hasil metabolisme gas oxigen dan CO2
antara peredaran darah ibu dan janin. 2. Menghasilkn hormon.

PERKEMBANGAN EMBRYO
PEMBENTUKAN DISCUS GERMINALIS BILAMINER
Pada minggu kedua, embryoblast akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan sel yang
berbentuk cakram , sehingga disebut discus germinalis bilaminer, yang terdiri dari:
1.Lapisan sel berbentuk kuboid yang terletak di sebelah dalam disebut lapisan germinalio
entoderm.
2. Lapisan sel berbentuk kolumner di sebelah luar disebut lapisan germinalis ectoderm.
Mula-mula sel-sel dari ectoderm berhubungan erat dengan cytotrophoblast, tetapi
pada perkembangan selanjutnya terbentuk celah-celah kecil diantara kedua lapisan
tersebut. Selanjutnya celah-celah tersebut bergabung membentuk satu rongga yang
disebut rongga amnion. Sel-sel yang membatasi rongga amnion yang berbatasan dengan
trophobalst disebut amnioblast.
Pada perkembangan hari ke 9, blastocyte terbenam semakin dalam, trophoblast
berkembang dengan pesat khususnya pada kutub embryonal. Pada derah Syncytium
terbentuk banyak vacuola kecil yang kemudian bersatu membentuk rongga yang besar.
Pada kutub abembryonal, sel-sel gepeng yang dari permukaan dalam cytotrophoblast
melepaskan diri membentuk suatu membaran tipis yang dikenal sebagai membrana
Heuser. Membrana ini melanjutkan diri ke daerah entoderm dan bersama-sama
membentuk dinding dari blastocele yang saat ini disebut yolk sac primitivum (cavum
exocoeloma). Pada hari ke 11 dan ke 12, blastocyte telah terbenam secara keseluruhan di
dalam stroma endometrium. Differensiasi trophoblast tidak terbatas pada bagian
syncytium saja, tetapi juga pada cytotrphoblast. Pada permukaan dalam cytotrophoblast,
sel-sel melepaskan diri dan membentuk jaringan mesoderm extra embryonal. Jaringan
ini mengisi rongga yang meluas antara trophoblast di sebelah luar dengan amnion dan
yolk sac primitivum di sebelah dalam. Di dalam mesoderm extra embryonal terbentuk
rongga yang disebut coeloma extra embryonal. Selanjutnya coeloma extra embryonal
akan meluas membentuk rongga besar melapisi hampir seluruh permukaan dalam
cytotrphoblast membentuk cavum chorion, akibatnya yolk sac primitivum bersama
cavum amnion melepaskan diri dari cytotrophoblast kecuali pada daerah yang akan
menjadi penghubung yang disebut connecting stalk yang
kemudian akan menjadi umbilicus. Yolk sac primitivum berkembang menjadi yolk sac
definitivum. Mesoderm extra embryonal akan menjadi chorion plate.

PEMBENTUKAN DISCUS GERMINALIS TRILAMINER


Pada perkembangan minggu ketiga, kejadian yang paling khas ialah terbentuknya
primitive streak, yang merupakan suatu garis sederhana pada permukaan ectoderm.
Ujung anterior primitive streak disebut nodus primitivum. Sel-sel pada primitive streak
ini berbentuk bulat, berbeda dengan sel-sel ectoderm di sekitarnya. Diperkirakan bahwa
sel-sel dari lapisan ectoderm berpindah ke arah primitive streak yang kemudian berubah
bentuk dan mengadakan invaginasi ke dalam alur primitive streak. Selanjutnya sel-sel
tadi menyebar ke arah lateral diantara lapisan ectoderm dan entoderm membentuk lapisan
ketiga di bagian tengah dan disebut sebagai lapisan germinalis mesoderm (mesoderm
intra embryonal). Sel-sel ini berkembang terus sampai berhubungan dengan mesoderm
extra embryonal. Perkembangan selanjutnya, nodus primitivum akan menjadi lubang
sederhana disebut blastophorus. Sel-sel yang mengadakan invaginasi di daerah
blastophorus terus bergerak ke depan sampai pada prochordal plate (ujung anterior
ectoderm dan entoderm). Sel-sel ini membentuk batang yang menyerupai tabung disebut
processus notochord. Menjelang perkembangan hari ke 17, lapisan mesoderm dan
processus notochord memisahkan lapisan ectoderm dan entoderm kecuali pada bagian
cranial pada prochordal plate dan pada bagian caudal pada cloacal plate. Menjelang
hari ke 18, dasar processus notochord bersatu dengan entoderm di bawahnya. Lama
kelamaan processus notochord mnghilang dan tinggal saluran kecil disebut canalis
neuroentericus yang menghubungkan antara yolk sac dengan rongga amnion.
Selanjutnya processus notochord berproliferasi dan membentuk tali yang padat disebut
chorda dorsalis. Dari ketiga lapisan germinalis tadi akan terbentuk jaringan-jaringan dan
organ-organ embryo.
Dari ectoderm akan terbentuk:
central nervus system
pheriferal nervus system
epitel mucosa dari teinga, hidung, mata.
epidermis
kelenjar mammae, hypophyse, kel-kel. subcutaneus
email gigi
Dari Entoderm akan terbentuk
epitel yang membatasi tr. Digestivus, tr. Respiratorius.
parenchym dari tonsil, gld. Thyroidea, gld. Para thyroidea, thymus, hepar,
pancreas.
epitel yang membatasi vesica urinaria dan urethra.
primordial grem cell (PGC) : ovum dan spermatozoa.
epitel yang membatasi cav. Tympani, tuba eustachii.
Dari mesoderm akan terbentuk:
jaringan ikat, kartilago, tulang, otot.
jantung, pembuluh darah, pembuluh lymphe, lymphonodus.
ren, gonade dan saluran-salurannya.
selaput serosa seperti: pericardium, pleura, peritoneum.
lien
cortex adrenalis
Selain dari ketiga lapisan germinal tersebut diatas, ditemukan pula beberapa organ
yang berkembang dari lapisan khusus yaitu disebut mesectoderm. Dari mesectoderm
terbentuk : ganglion, nervus sensoris, melanoblast,cartilago branchialis,mesenchyme dari
kepala.

Anda mungkin juga menyukai