Tugas Endokrin Sindrom Addison
Tugas Endokrin Sindrom Addison
Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur alhamdulillah
kehadirat Allah SWT.karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Sistem Endokrin tentang Syndrom Addison ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang diberikan.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada referensi, buku dan
media massa yang berhubungan dengan sistem endokrin yang telah membantu
dalam penyusun asuhan keperawatan ini hingga selesai dan juga kami ucapkan
banyak terima kasih atas pemberian tugas ini, karena kami dapat lebih memahami.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan para
pembaca pada umumnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah
perubahan yang lebih baik di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
1.1 DEFINISI
Penyakit addison adalah gangguan akibat kerusakan atau
disfungsi korteks adrenal. Akibatnya adalah kekurangan kortisol,
aldosteron, dan androgen adrenal yang kronik, yang disertai pigmentasi
kulit. Ini dapat terjadi disegala usia meski lebih umum terjadi pada
dewasa dibawah usia 60 tahun. Seperti penyakit endrokin lainnya
penyakit addison lebih umum terjadi pada wanita.
1.2 ETIOLOGI
a. Primer
Penyakit Addison (kerusakan > 90% pada kedua kelenjar
adrenal dan biasanya disebabkan oleh proses autoimun,
ketika antibodi beredar dalam darah bereaksi secara khusus
terhadap jaringan adrenal).
Penyebab lain meliputi :
Tuberculosis (pernah menjadi penyebab utama, tetapi kini
merupakan penyebab pada kurang dari 20% kasus dewasa)
Adrenalektomi : prosedur pengangkatan salah satu atau
kedua kelenjar adrenal karena pertumbuhan tumor
Perdarahan pada kelenjar adrenal
Neoplasma : sekumpulan sel yang abnormal yang terbentuk
oleh sel sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh
Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga ( dapat menjadi
faktor predisposisi untuk penyakit Addison )
b. Sekunder
Hipopituitarisme : kelainan pada hipofisis yang ditandai
dengan sekresi beberapa hormon dalam jumlah rendah,
disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar hipofisis adrenal (
yang menyebabkan penurunan sekresi kartikotropin )
Penghentian mendadak terapi kortikosteroid jangka panjang
( stimulasi kostikosteroid eksogenus jangka panjang
menekan sekresi kortikotropin oleh hipofisis sehingga terjadi
atrofi kelenjar adrenal
Pengangkatan tumor yang menyekresi kortikotropin.
D. SISTEM MUSKULOSKETLETAL
Kelemahan
Pengecilan otot
Nyeri sendi
Nyeri otot
E. SISTEM GASTROINTESTINAL
Anoreksia
Mual dan muntah
Diare
F. SISTEM REPRODUKSI
Perubahan menstruasi
G. EFEK METABOLIK
Hiperkalemia
Hiponatremia
Hipohlikemia
1.5 komplikasi
Komplikasi hipofungsi adrenal yang mungkin terjadi meliputi:
1.7 penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk mengatasi syok :
1. Medis
b) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya kekurangan
kortikostreroid (terutama kortisol), kadar natrium yang
rendah dan kadr kalium yang rendah.
Penilaian fungsi ginjal (misalnya pemeriksaan darah untuk
nitrogen dan kreatinin), biasanya menunjukkan bahwa ginjal
tidak bekerja dengan baik.
Rontgen
CT Scan : menunjukkan adanya pengapuran pada kelenjar
adrenal.
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang
sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada
tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan
dan non malignan, dan haemoragik adrenal.
EKG : Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang
ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya
abnormalitas elektrolik
Tes stimulating ACTH kortisol darah dan urine di ukur
sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH di
berikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang di sebut
pendek cepat. Pengukuran kortisol dalam darah di ulang 30
sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu
kenaikan tingkatan-tingkatan kortisol dalam darah dan urine.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Diskusikan makanan
yang disukai oleh
pasien dan masukan
dalam diet murni.
Dapat maningkatkan
masukan,
meningkatkan rasa
partisipasi.
Dapat meningkatkan
masukan,
meningkatkan rasa
partisipasi
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal /
No. Tindakan Paraf
jam
1. 1. melakukan observasi TTV, catat
perubahan tekanan darah pada
perubahan posisi, kekuatan dari
nadi perifer
Hasil :
2. memberikan perawatan mulut
secara teratur.
3. Mengajarkan pasien bahwa kopi,
teh, dan jus buah anggur dibatasi
4. melakukan pengukuran dan
timbang BB klien setiap 5 hari
sakali
5. melakukan kolaborasi dengan
dokter : pemberian cairan NaCl 0,9
%
6. melakukan kolaborasi dengan
dokter: beri dextros.
SINDROMA ADDISON
Kasus :
A. PENGKAJIAN
a. Identitas :
Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Pekerjaan : IRT
No RM : 00009
Pasien datang dengan keluhan pusing, mual muntah, mudah lelah, dan
warna kulit berubah yang awalnya sawo matang menjadi warna seperti
perunggu. Pasien mengatakan sudah 1 minggu sakit. Dan pagi tadi pada
tanggal 23 Januari 2017 pasien mengalami kelemahan yang berlebihan dan
hiperpigmentasi langsung dibawa ke RS. Prof. dr. Soetomo untuk dilakukan
pemeriksaan. Disarankan dokter untuk rawat inap.
pasien memiliki riwayat TB ginjal dan pernah dirawat di rumah sakit sakinah
sekitar 2 Minggu
keluarga tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien
dan keluarga tidak punya penyakit menular & menurun lainnya.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi
Bentuk dada simetris, saat inspirasi dan ekspirasi dada
mengembang bersamaan, RR : 24x / menit, tidak ada lesi, tidak
menggunakan alat bantu pernapasan
Palpasi
Tidak ada benjolan di sekitar dada
Perkusi
Paru-paru Sonor
Auskultasi
Whezing (-), ronchi (-)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Kekuatan tonus otot menurun, lemas mudah lelah, kekuatan otot 4
4
4
4
B. ANALISA DATA
Kekurangan volume
cairan
2. Ds : pasien mengatakan Aldosteron menurun Gangguan perfusi
pusing. jaringan
Do : Volumen cairan
1. keadaan umum : lemah elektrolit berkurang
2. GCS : 4-5-5
3. TTV : Dehidrasi
TD : 80/50 mmHg
N : 110 x/menit Hipotensi postural
RR : 24 x/menit
S : 37 0C Penurunan curah
4. CRT > 2 dtk jantung
5. membran mukosa
kering Gangguan perfusi
6. akral hangat jaringan
3. Ds : pasien mengatakan Ketidakseimbangan
tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
Do : kebutuhan tubuh
- Porsi makan tidak
habis
- BB menurun
semula 60 kg
menjadi 50 kg
- Pasien lemah
4. Ds :
Do :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kekurangan cairan ditandai dengan
DS : pasien mengeluh pusing
DO :
1. keadaan umum : lemah
2. GCS : 4-5-5
3. TTV :
TD : 80/50 mmHg
N : 110 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 0C
4. CRT > 2 dtk
5. membran mukosa kering
6. akral hangat
D. INTERVENSI
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI