Anda di halaman 1dari 12

KASUS I

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

Kasus pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L)

Disusun oleh:

Chia Tedi Hantryoko 20160210079

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

2017
BAB I
KASUS

Pak marno mempunyai tanah sawah dengan jenis tanah grumosol pada ketinggian tempat 100
dpal. Dia mengusahakan tanaman cabai besar pada sawahnya tersebut. Ketika tanaman cabai
mulai berbuah, beberapa tanaman buahnya layu kuning, mengering terus rontok, selain itu
batangnya juga layu. Berikan advis agar tanaman cabai pak marno terselamatkan dari gagal
panen .

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tanah yang digunakan untuk budidaya cabai yaitu tanah sawah dengan tanah jenis
grumosol
2. Pada saat tanaman cabai berbuah beberapa tanaman buahnya layu kuning, mengering dan
rontok.
3. Batang pada tanaman cabai mengalami layu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat Fisik Tanah Grumosol
Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik didalamnya. Hal
inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu
sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat
menjadi racun bagi tumbuhan. Tanah grumusol masih membawa sifat dan karakteristik seperti
batuan induknya. Pelapukan yang terjadi hanyalah mengubah fisik dan tekstur unsur seperti Ca
dan Mg yang sebelumnya terikat secara rapat pada batuan induknya menjadi lebih longgar yang
dipengaruhi oleh faktor faktor luar seperti cuaca, iklim, air dan lainnya. ( anonym, 2015)
Tanah Grumosol memiliki sifat fisik dan kimia yang tidak bagus. Jenis tanah ini terdapat
di dataran rendah hingga ketinggian 200 m dpl dengan bentuk wilayah melandai . berombak
sampai bergelombang. Ciri- ciri tanah grumosol antara lain solum tanahnya agak dalam antara
100-200 cm. berwarna kelabu sampai hitan, teksturnya lempung berliat sampai liat, dan
produktivitas tanahnya rendah sampai sedang .( rahmat dan yuyun, 1996).

B. Cabai
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan batang berkayu
dan bercabang banyak.Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman
sampai 90 cm (Cahyono,2003). Daun cabai pada umumnya berwarna hijau muda sampai hijau
gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai
pertulangan daun menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan
ujung meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya.
Menurut Tjitrosoepomo (2010) cabai besar termasuk dalam Famili Solanaceae, dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum L.
C. Syarat Tumbuh Cabai
Menurut Harpenas dan Dermawan (2010) beberapa kondisi ekologis yang perlu dipenuhi
untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah ketinggian 1.300 m dpl. Penanaman di
dataran tinggi memerlukan teknik budidaya tersendiri serta pemilihan benih yang adaptif
terhadap lingkungan dataran tinggi. Cabai membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan
tidak pula terlalu lembab. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 25-30oC dan
untuk pembentukan buah pada kisaran 16-23oC. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya
penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
2. Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi
tanaman cabai. Tanaman cabai dapat ditanaman pada tanah sawah maupun tegalan. Untuk
mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai lebih baik ditanam padatanah yang
subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), dan bebas OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman). Kisaran pH tanah yang ideal adalah 6,5-6,8. Pada pH di
bawah 6,5 atau diatas 6,8 pertumbuhan cabai akan terhambat yang berakibat rendahnya produksi.
Pada tanah yang tergenang seringkali menyebabkan gugur daun dan tanaman mudah terserang
penyakit layu.
D. OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang mengganggu tanaman Cabai
Menurut balai pengkajian teknologi pertanian BPTP jambi (2014) hama dan penyakit yang
sering mengganggu tanaman cabai :
a. Hama
1. Thrips ( Thrips parvispinus Karny) (Thripidae:Thysanoptera)
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun-
daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak - perakkan. Daun yang terserang
berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada
serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan
seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati.
akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan. Hama ini
merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan
hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan populasinya
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah yang sudah
matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat
dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena
aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan
menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah menimbulkan
kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang
terserang hama ini akan menurun dan tidak layak untuk dipasarkan. Serangan berat terjadi pada
musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh
cendawan sehingga buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun
muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis pada daun.
4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda dan bagian
tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-bercak. Hal ini akan
menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian tanaman yang terserang akan didapati kutu
yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan berkerut-kerut (menjadi keriput),
tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu
dan mati.
5. Kutu Daun (Aphididae)

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa
dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda Daun yang diserang akan mengkerut,
mengeriting dan melingka menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi
kerdil.
6. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)

Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan menyebabkan
kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan perubahan warna seperti
daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau kecokelatan. Daun menjadi kaku dan
melengkung ke bawah, menyusut dan keriting.

b. Penyakit
1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)

Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning danmenjalar ke
atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu. Warna jaringan akar dan
batang menjadi coklat.

2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia solanacearum)


Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada daun yang terletak pada bagian bawah
tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun bagian atas tanaman. Setelah
beberapa hari gejala layu diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan seluruh daun tanaman menjadi layu
permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan. Jaringan
vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Bila batang atau akar dipotong
melintang dan dicelupkan ke dalam air yang jernih, maka akan keluar cairan keruh koloni bakteri
yang melayang dalam air menyerupai kepulan asap. Serangan pada buah menyebabkan warna
buah menjadi kekuningan dan busuk. Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum,
bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan, nematoda atau
alat-alat pertanian.

3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)


Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak mengkilap, sedikit
terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari
cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan
berwarna orange atau merah muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan
membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih.
Dalam waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk,
ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh
buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.

4. Penyakit Virus kuning (Gemini Virus)


Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning
jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas. Infeksi lanjut dari gemini virus
menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.

5. Penyakit bercak daun (Cercospora sp.)


Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala serangan penyakit ini
mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak
bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih
tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang.
BAB III
ANALISIS MASALAH

Pada kasus ini tanah yang di gunakan untuk menanam cabai adalah tanah Grumosol,
menurut ilmu geografi (2015) Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan
induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik
didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur organik lainnya.
Dilihat dari media tanam yang digunakan tanaman cabai memiliki masalah yaitu kekurangan
unsur hara dan sifat tanah yang awalnya berupa lahan sawah. Sehingga tekstur tanah lempung
yaitu kelebihan air tetapi ketika kemarau tanah akan kering.

Tanaman cabai pada saat berbuah beberapa buah cabai layu kuning, mengering dan
rontok. Dalam hal ini menurut balai pengkajian teknologi pertanian jambi (2014) ada beberapa
hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai terutama pada masalah buah cabai yaitu lalat
buah (Bactrocera sp.) lalat ini biasanya menyerang bagian dalam buah. Gejala dari lalat buah ini
yaitu titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena
aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai hingga akhirnya buah
akan menguning busuk dan jatuh ketanah. Dapat juga disebabkan oleh penyakit busuk buah
antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides) gejalanya yaitu munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna hitam
merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus). Dalam waktu yang tidak
lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat
cepat pada musim hujan.

Batang tanaman cabai yang mengalami layu dapat disebabkan oleh penyakit layu
fussarium (Fusarium oxysporum f.sp). menurut Anonym (2016) fusarium menyerang jaringan
pembuluh kayu (xylem) yang menyebabkan transportasi air terganggu sehingga tanaman menjadi
layu. Fusarium masuk ke dalam jaringan tanaman melalui akar yang terluka. Jika di belah
pembuluh di dalam batang berwarna coklat. Batang pada tanaman cabai yang layu juga dapat di
sebabkan jamur Phytophtora capsici, biasanya menyerang pada saat kondisi cuaca basah (
lembab dan hangat )
BAB IV

PENYELESAIAN MASALAH

Masalah pertama yaitu lahan yang digunakan untuk menanam cabai adalah lahan sawah
dengan jenis grumosol yaitu sifat tanahnya yang sangat miskin akan unsurh hara. Karena cabai
yang di tanam pak marno telah mencapai masa berbuah maka solusi yang dapat di gunakan
menurut Trisyono (2014): Pada saat tanaman cabe memasuki waktu untuk berbuah. Pemberian
pupuk kimia harus dihentikan terutama pada masa berbunga dan penyerbukan namun pemberian
pupuk masih tetap dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik cair dan juga larutan
pupuk phonska cair. Pemberian pupuk kandang berupa tai ayam kering juga dapat dilakukan
dengan cara menggali tanah di area sekitar cabai. Tujuan ada dua yakni menambah unsur hara
dalam tanah dan juga melancarkan sirkulasi udara di dalam tanah.
Pada saat tanaman cabai mulai berbuah, beberapa buahnya mengalami layu kuning,
mengering dan rontok. Setelah di analisis tanaman cabai di perkirakan terkena hama lalat buah
(Bactrocera sp.) dan penyakit busuk buah antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2014) pengendaliannya dapat
dilakukan dengan cara :
A. Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)
1. Pemusnahan buah terserang
2. Pembungkusan buah
3. Pengggunaan perangkap atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1
ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha. Perangkap dipasang pada
saat tanaman berumur 2 minggu sampai akhir panen dan atraktan diganti setiap 2 minggu
sekali.
4. Rotasi tanaman
5. Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp, Opius sp),
predator semut, Arachnidae (laba laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera
(Cecopet).
Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara cara pengendalian lainnya tidak
dapat menekan populasi hama. Pestisida yang digunakan harus efektif, terdaftar dan sesuai
anjuran.
B. Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dan tanaman yang terserang agar
tidak menyebar.
2. Seleksi benih atau menggunakan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini perlu
dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih.
3. Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat dan sanitasi dengan
memotong dan memusnahkan buah yang sakit.
4. Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir. Hindari pengguanaan alat
semprot, atau lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum menggunakan alat semprot.

Masalah terakhir yang dihadapi pak marno yaitu batang pada tanaman cabai mengalami
layu. Yang disebabkan oleh penyakit layu fussarium (Fusarium oxysporum f.sp) dan jamur
Phytophtora capsici . Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2014)
pengendaliannya dapat di lakukan dengan cara :
A. penyakit layu fussarium (Fusarium oxysporum f.sp).
1. Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman terserang
2. Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang
diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
3. Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

B. jamur Phytophtora capsici. Pengendaliannya juga hampir sama yaitu dengan :


1. Sanitasi lingkungan dengan cara selektif dan total bila serangannya telah berat
2. Penggunaan fungisida aplikasi fungisida lebih intensif dilakukan pada saat musim hujan.
KESIMPULAN

Tanaman cabai yang ditanam pada lahan sawah dengan jenis tanah Grumosol yang memiliki
kandungan unsur hara yang sedikit dapat di atasi dengan pemberian pupuk organic cair dan
pupuk phonska cair untuk menambah kandungan hara dalam tanah. Pemberian pupuk organic
cair diberikan karna tanaman telah mengalami masa berbuah. Masalah buah cabai yang layu
kuning, mengering, dan rontok disebabkan oleh Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) dan Penyakit
Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides) pengendaliannya dapat di lakukan
dengan pemusnahan buahn yang busuk, pembungkusan buah dan pembersihan lahan. Jika
tanaman telah terkena serangan berat dapat dilakukan dengan fungisida. Masalah pada batang
buah yang layu di sebabkan oleh penyakit layu fussarium (Fusarium oxysporum f.sp) dan jamur
Phytophtora capsici . pengendaliannya dapat dilakukan dengan sanitasi lingkungan dan
fungisida bila penyebarannya telah besar
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Sifat fisik tanah grumosol. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/tanah-


grumusol. Diakses pada tanggal 16 september 2017
Anonym. 2016. 4 jenis pathogen penyebab penyakit layu (wilting) pada tanaman cabai.
http://belajartani.com/4-jenis-patogen-penyebab-penyakit-layu-wilting-pada-tanaman-
cabaicabe/. Diakses pada tanggal 19 september 2017.
Araz Meilin. 2014.HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI SERTA
PENGENDALIANNYA. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP)
JAMBI. Jambi.

Cahyono Pitojo.2003.Benih Cabai.Kanisius:Yogyakarta

Harpanes dan Dermawan. 2010. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah Besar.
http://www.petanihebat.com/2014/03/syarat-tumbuh-tanaman-cabai-merah.html.
Diakses pada tanggal 19 september 2017

Rahmat Rukmana dan yuyun yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pacapanen. Kanisius.
Yogyakarta
Tjitrosoepomo. 2010. Budidaya Cabai di Lahan Kering. Badan Litbang Pertanian : Ungkaran.

Trisyono wibowo. 2014. 3 Panduan Pemupukam Sesuai Umur Tanaman Cabai.


http://www.dzargon.com/2017/06/3-cara-pemberian-pupuk-tanaman-cabe.html. Diakses
pada tanggal 19 september 2017

Anda mungkin juga menyukai