Anda di halaman 1dari 9

Nama: Dwi Siti Nur Hayati

NIM: 160210102043
Kelas: B
1. Pendekatan dalam setiap perkembangan kurikulum:
a. Kurikulum 1947
Belum mengorientasikan pada perkembangan pemikiran tetapi melakukan
penekanan atau pendekatan karakter. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
masih baru saja merdeka. Sehingga untuk menciptakan atau membangun serta
memperkuat karakter seperti rasa cinta tanah air dibuatlah kurikulum lebih ke
pendekatan karakter. Serta mulai mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
dengan artian menggunakan pendekatan kontekstual, tetapi tidak sekompleks
kontekstual yang sekarang. Karena kehidupan pada zaman itu masih sangat
sederhana.
b. Kurikulum 1952
Setiap mata pelajaran pada kurikulum ini diusahakan atau bahkan
dianjurkan untuk mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat
kita simpulkan pendekatan yang dilakukan pada pembelajarannya adalah
pendekatan kontekstual.
c. Kurikulum 1964
Kurikulm tersebut menggunakan pendekatan kognitif atau pengetahuan.
Selain itu menjalankan pendekatan fungsional, pendekatan ini berdasar pada
masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas
melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang
dipandang ada hubungannya.Karena kegiatan pembelajarannya menekankan
pada penetahuan dan proses fungsional praktis. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Jumlah pelajarannya 9. Organisasi artinya mengelola atau menghubungkan
antarmata pelajaran yang ada. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan
kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan struktur kulrikulum pendidikan
dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati.
e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut.
a. Berorientasi pada tujuan
b. Menganut pendekatan bahan ajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan
pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih
flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang
pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan.
Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar
ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk
pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
f. Kurikulum 1984
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Selain itu juga menggunakan pendekatan keterampilan
proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang
memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam
mencapai tujuan pelajaran.
Sedangkan materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan
spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan
ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi
kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pendekatan yang dilakukan diantaranya adalah pendekatan konsep dan
pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan proses. Jadi, pembelajaran
tidak hanya menilai dari taraf tercapainya tujuan pembelajaran tetapi
bagaimana proses penangkapan materi atau pengetahuan oleh siswa melalui
pembelajaran. Sedangkan pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan
dimana guru langsng memberikan suatu konsep matang kepada siswa, tanpa
siswa tersebut mengetahui asal mula dari konsep tersebut.
h. Kurikulum 2004 (KBK)
Pendekatan yang dilakukan pada kurikulum ini mulai beragam. Karena
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh masing-masing peserta
didik. Selanjutnya, kita mengetahui bahwasanya karakter dan latar belakang
peserta didik yang berbeda-beda membuat pendidik akan melakukan
pendekatan dengan berbagai variasi agar kompetensi yang diharapkan dapat
tercapai. Pendekatan bisa dilakukan dengan pendekatan kognitif, kontekstual,
inkuiri, konsep, dll.
i. Kurikulum 2006 (KTSP)
Pendekatan yang dilakukan cenderung pada behaviouristik dan kognitif.
Bagian yang ditekankan berarti proses belajar nantinya akan mengacu pada
perubahan tingkah laku an pengetahun yang dimiliki oleh seorang peserta
didik.
j. Kurikulum 2013
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan saintific yang terdiri dari
5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Selain itu, juga cenderung pada pendekatan
kontruktivisme yaitu pendekatan yang mengorientasikan pembangunan
pengetahuan dilakukan oleh peserta didik sendiri. Sementara itu, guru hanya
sebagai fasilitator.
2. Semua prinsip tersebut sebenarnya dimiliki oleh semua kurikulum termasuk
kurikulum 2013. Berikut penjabaran dari masing-masing prinsip tersebut.
Yang pertama adalah prinsip umum:
a. Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi dibagi
menjadi dua yaitu relevansi internal dan eksternal. Relevansi eksternal
maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum
hendaknya sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Kita mengetahui bahwasanya adalanya perubahan KTSP menjadi kurikulu
2013 salah satunya karena penyesuaian dengan perkembanagan zaman.
Semakain maju kehidupan atau peradaban suatu masyarakat maka semakin
tinggi pula kebutuhan yang harus dipenuhi olehnya. Dasar pembentukan
kurikulum ini karena adanya globalisasi. Pendidikan dituntut untuk
mencipakan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman maupun
iptek, agar lulusannya mempu bersaing di tingkat nasional maupun
internasional tidak hanya dari segi kognitif, tetapi dari segi afektif maupun
psikomotor.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas artinya kurikulum kurikulum itu harus lentur, tidak kaku,
terutama dalam hal pelaksanaannya. Kurikulum mempersiapkan anak untuk
kehidupan sekarang, akan datang, di semua tempat dan semua kondisi, tetapi
dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang
anak. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik.
Hal tersebut dapat kita amati dalam perkembangan kurikulum 2013 dalam
perjalanannya disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan
tuntutan, keadaan, kemampuan setempat dan sesuai dengan situasi dan
kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum di terapkan. Meninjau bagaimana
pelaksanaan kurikulum 2013 ini dikota dan di daerah pedesaan. Perbedaan
pelaksanaan disebabkan karena penyesuaian kurikulum 2013 dengan kondisi
awal yang dimiliki oleh setiap sekolah di masing-masing daerah.
Kondisi awal menjukkan di daerah perkotaan memiliki kesiapan lebih
pada aspek sarana dan prasarana sedangkan di daerah pedesaan cenderung
masih menggunakan sarana dan prasarana yang seadanya. Tak hanya itu
kondisi latar belakang masing-masing peserta didik perkotaan yang mayoritas
dari keluarga karyawan atau wiraswasta sedangakn pedessaan dari petani,
nelayan dan pedagang. Dimana kedua siss tersebut membedakan bagaimana
terkadang dukungan dari orang tua untuk melaksanakan pendidikan yang
lebih tinggi. Tidak harus kondisi awal kedua wilayah tersebut memiliki
persamaan yang identik, justru dengan adanya kurikulum ini nantinya akan
menghasilkan SDA dengan kualitas tinggi tanpa meninjau asal aderah.
c. Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara
berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas,
maupun sinambung antar jenjang pendidikan.
Kesinambungan kurikulum 2013 dari mata pelajaran yang disuhkan dari
berbagai jenjang. Misalnya pada mata pelajaran matematika saat SD kelas 6
diajarkan perbandingan senilai dan berbalik nilai. Kemudian pada kelas 7 di
jelaskan perbandingan yang lebih kompleks dengan menambahkan mislnya
penyelesaian denag Sistem persamaan maupun biasanya disajikan selalu
dengan soal cerita yang lebih kopleks.
d. Praktis
Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Salah satu kriteria praktis itu
adalah efisien, artinya tidak mahal alias murah. Meskipun menganut prinsip
murah tapi tidak berarti murahan. Efisien berkaitan dengan biaya, tenaga
pendidik, maupun waktu. Biaya penjalan kurikulum 2013 relatif lebih mahal
daripada kurikulum sebelumnya. Sebab dana yang diberikan pemerintah
kepada pendidikan lebih besar yang digunakan untuk membeli buku
perpustakaan yang wajib dimiliki oleh peserta didik.
Kemudian pelengkapan sarana dan prasarana sebagai kegiatan pendukung
maupun sebagai media dalam pembelajaran dilakuka oleh instansi yang
bersangkutan. Maupunsrpras yang dibutuhkan peserta didik dalam
mendukung belajarnya, misalnya laptop karena perkembangan IT semakin
canhgih sehingga laptop menjadi kebutuhan primer dalam pembelajaran.
Keefisienan tenaga pendidik dan waktu untuk pengembangan kurikulum
2013 ini dinilai cukup efisien karena adanya pengurangan jumlah mata
pelajaran dan penambahan jam belajar. Sehingga waktu yang diberikan dapat
lebih banyak dengan fokus pembahsan yang dikurangi. Hal tersebut akan
semakin meningkatkan keefisienan terhadap pelaksanaan kurikulum tersebut.
Selaian itu hal lain dapat membuktikan keefisienan kurikulum ini dilihat dari
adanya massa uji selama satu tahun, selanjutnya adanya evalusi. Uji coba
tersebut dinilai efisien karena tidak membung waktu secara percuma. Namun,
mendapatkan hasil untuk membenahi kekurangan dari yang dimiliki oleh
kurikulum 2013.
e. Efektifan
Prinsip ini sendiri secara pasti masih belum bisa dibuktikan secara nyata
namun secara literasi bisa. Keefektifan suatu kurikulum bisa dinilai dari hasil
evaluasi terkait dengan hasil belajar dan meninjaunya dari tujuan pendidikan
maupun tujuan pengembangan kurikulum tersebut. Ada beberapa lagkah
unuk mencapai keefektifan yaitu dengan:
1. Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim
akademi dan budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila
kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan.
2. Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian
efektifitas pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui
observasi, asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
3. Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya kesinambungan
pembelajaran horizonta dan vertikal.
Terdapat pengurangan jumlah mata pelajaran yang diimbangi dengan
penambahan waktu belajar disekolah. Sehingga secara teoritik keefektifan
kurikulum ini semain tinggi untuk menghasilkan outpun yang nantinya benar-
benar bersaiang di kalangan nasional maupun internasional dengan
pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimilikinya.
Sedangkan prinsip khusus pengembangan kurikulum didasarkan pada:
a. Berorientasi pada tujuan
Kita dapat melingamati bagaimana kurikulum 2013 dalam
pelaksanaanya mengorientasikan pada tujuan. Tujuan Kurikulum 2013
adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
b. Beriorientasi pada isi
Isi dari kurikulum ini mencakup adanya afektif, konitif serta
psikomotorik. Pelaksanaannya meninjau bagaimana keseimbangan antara
ketiga segi tersebut dengan menomor satukan afektif atau sikap, kemudian
baru kognitif (pengetahuan) dan psikomotor(keterampilan). Sehingga isis
dari kurikulum serta mata pelajaran, baik startegi metode atau sebaginya
bisa meninjau dahulu isi kurikulum tersebut.
c. Berorientasi pada proses
Aspek yang satu ini memberikan mengenai gambaran strategi, maupun
metode dalam menjalankan suatu kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013
ini berorientasi pada proses yang artinya mengedepankan bagaimana siswa
berproses untuk mendapatkan pengetahuan tanpa mengesampingkan hasil
yang telah dimiliki oleh siswa tersebut.
d. Media dan alat bantu ajar
Tentunya dalam setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan media
maupun alat pendukung untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Begitu pula dalam pelaksanaan kurikulum 2013 dalam proses
pembelajarnnya membutuhkan suatu media atau alat dukung. Namun
kebutuhan tersebut disesuaikan dengan keberadaan media, pengaruhnya
terhadap pembelajaran dan keefisienan alat tersebut. Misalnya dalam
mempresentasikan siswa menggunakan LCD, namun perlu ditinjau
bagamana kemanfatan dari alat tersebut dibandingakn dengan tidak
memakai alat tersebut.
e. Evaluasi
Kurikulum 2013 juga menyangut adanya evalusi. Bukti nyata dapat dilihat,
adanya perubahan dari kurikulum 2013 sebelum da sesudah revisi.
3. Bahwasanya dalam mengembangka kurikulum terdapat 4 landasan yang
harus benar-benar ada, yaitu filosofis, psikologis, sosiologis yang
menyangkut sosial dan budaya , serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi landasan organistoris merupakan landasan tambahan atau landasan
pendukung. Kurikulum 2013 juga memiliki landasan teooritis dan yuridis
sebagai tambahahan. Berikut merupakan penjelasn dalam landasan-
landasan yang ada dalam pengembangan kurikulum 2013:
a. Landasa filosofis
Landasan ini erkaitan dengan filsafat atau falsafah negara kita yaitu
Pancasila. Kita menemui kenyataan tersebut dari tujuan nasional endidikan
yang sebenarnya merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila. Pasal 3
UU No. 20 Tahun 2003 berbunyi: tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kemudian kita bandingkan dengan tujuan dari kurikulum 2013,
yang menyatakan Sedangkan Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dimana dapat
kita lihat bagaimana kaitan antara tujuan pendidikan nasional yang
kemudian diperinci ke dalam tujuan kurikulum 2013 tanpa menghilangkan
esensi dari sila-sila Pancasila yang ada didalamnya.
b. Landasan psikologis
Landasan ini menyangkut dalam maslah perkembangan cara berfikir
anak atau psikolog. Semakin majunya peradaban maka semakin
berkembnag pula cara-cara berfikir anak. Sehingga kurikulum 2013 ini
merupakan suatu jawaban dari tantangan perkembangan psikologi anak
tersebjt yang semakin hari semakin maju berbanding lurus dengan
perkembnag zaman dan iptek. Dalam pembelajarannya dibutuhkan tahap-
tahap tertentu dan memahami karakteristik dari setiap jenjang
perkembangan anak.
Landasan psikologi ini menyankut teori belajar, diantaranya
behaviouristik yaitu adanya stimulus dan respon yang mempengaruhi
perilaku dari siswa. Begitu pula dalam kurikulum 2013 ditunjukkan
adanya stimulus akan mempengaruhi ranah afektif (sikap) dari seorang
siswa. Kemudian teori kognitif yang memandang bahwasanya pengeahuan
itu didapatkan oleh manusia melalui pengalamannya, yang berkaitan
dengan ranah pengetahuan dalam kurikulum 2013 ini. Terakhir adalah
humanistik yang memandang manusia memiliki daya untuk
mengembangkan atau mencari pengetahuannya, berkaitan dengan ketiga
ranah tersebut. Artinya memandang manusia memiliki daya untuk
mengembangkan afektif, psikomotor maupun kognitif. Sehingga sangat
jelas bahwasanya kurikulum 2013 menerapkan landasan psikologis.
c. Landasan sosiologis
Landasan ini mengacu pada adanya interaksi baik antar peserta didik,
antarpendidik maupun antara peserta didik dan pendidik dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu juga ada hubungan masyarakat dengan
pendidikan yang berlangsung didalamnya.
Sosiologi masyarakat berkaitan dengan sosial budaya yang
berkembang akan mempengaruhi penciptan atau pengembangan
kurikulum. Kita amati sekarang ini perkembangan sosial budaya
masyarakat yang semakin tinggi, yaitu ditandai dengan adanya globalisasi
dan semakin bergantunya pada teknologi serta permasalahan yang
semakin kompleks, menimbulkan pengaruh untuk menciptakan kurikulum
pendidikan yang mutakhir atau setidaknya mampu menjawab
perkembnagan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi. Kemudian
munculah kurikulum 2013 sebagai sarana jawaban perkembangan maupun
tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi.
d. Landasan organisatoris
Landasan ini berkaitan dengan bagaimana cara mengelola kurikulum
dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kurikulum 2013 ini
tidak hanya menuntut peran serta tenaga pendidik, peserta didik, tetapi
juga peran masayarakat sebagai agen pendudkung pendidikan. Masyarakat
disini dapat diartikan keluarga dan lingkungan sekitar pendidikan. Jika
dukungan positif yang diberikan untuk proses pembelajaran maka hasil
dari pembelajaan akan baik pula.
Kita mengingat bahwasanya awal kali penerapan kurikulum 2013
adanya pro dan kontra dari masyarakat. Kemudian pemerintah melakaun
revisi dengan evaluasi terlebih dahulu. Hal tersebut menujukkan
pengellaan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum 2013, dan juga
peran instansi pendidikan dalam melaksanakan secara real serta bagaimana
mengkolaborasikan antara pendidik, peserta didik dan masyarakat
nantinya memiliki persepsi untuk bersama-sama mendukung kegiatan
pembelajaran.
Selain itu terdapat landasan lain bagi pengembangan kurikulum 2013
yaitu:
1. Landasan teoritik yan berkaitan dengan pelaksanakan kurikulum
mengacu pada delapan standar pendidikan nasional.
2. Landasan yuridis yang mengacu pada landasan hukum
pengembangan k13. Yaitu menyakut UU No. 20 Tahun 2003 serta
instruksi Presiden tahun 2010 mengenai pendidikan karakter, sikap
dan kewirausahaan.
3. Komponen penyusun kurikulum ada 4 yaitu tujuan, isi, metode dan evaluasi.
Berikut merupakan penjelasa dari setiap kurikulum:
a) Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Rumusan tujuan menggambarkan sesuatu yang dicita-citakan. Tujuan
pendidikan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Merupakan tujuan yang paling bersifat umum dan merupakan sasaran
akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan
pendidikan ini dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan
pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan pemerintah
dalam bentuk undang-undang. Di Indonesia tujuan pendidikan nasional
dicantumkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3.
b. Tujuan Institusional (TI)
Merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
Tujuan ini didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap
siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu
lembaga pendidikan tertentu.
c. Tujuan Kurikuler (TK)
Merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran. Tujuan ini didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki
siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu di suatu
lembaga pendidikan.
d. Tujuan Pembelajaran (TP)
Merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dan dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dan suatu bidang studi dalam satu kali pertemuan.
b) Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi komponen merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubunngan dnegan pengetahuan atau
materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran
yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi ataupun
aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c) Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan
idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat di capai. Strategi meliputi
rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
d) Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan Evaluasi. Merujuk
pada pendapat tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian-bagian mana yang perlu disempurnakan.

Anda mungkin juga menyukai