Anda di halaman 1dari 19

CHAPTER 6 PENDEKATAN PENGUKURAN KEBERMANFAATAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

Gambar 6.1 Organisasi

A. Konsep pendekatan pengukuran


Perspektif pengukuran (measurement perspective) terhadap pelaporan keuangan adalah
suatu pendekatan yang menuntut akuntan untuk melaksanakan tanggungjawab memasukkan nilai
wajar terhadap laporan keuangan pokok, dengan reliabilitas yang masih rasional, yang berarti
meningkatnya tanggungjawab akuntan untuk membantu investor dalam memprediksi kinerja
masa depan perusahaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan,
tetapi jangan meninggalkan reliabilitasnya dalam rangka membantu investor mengambil
keputusan.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin relevannya
informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor terhadap
informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi
oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan pokok
adalah metode yang tidak mengakibatkan menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.
Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi.
Akuntan mengambil tanggungjawab untuk membantu investor dengan cara menggunakan
pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2
menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok, yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus
dijaga keseimbangannya. Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan
berkurang dan menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan publik yang
merupakan ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa berjalan karena laporan keuangan
tidak bisa diaudit. Karena itu, batasan measurement perspective adalah berusaha untuk
menggunakan pengukuran yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok
asalkan kualitas reliabilitas laporan keuangan pokok tersebut tidak berkurang.

B. Apakah Pasar Saham Efisien Sepenuhnya?


a. Teory Prospek
Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti empiris terjadinya pelanggaran aksioma
EUT (Expected Utility Theory). Berdasarkan aksioma EUT, dalam kondisi ketidakpastian,
orang akan memilih pilihan yang menghasilkan expected utility terbesar. Mereka menamainya
teori prospek (prospect theory). Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana
seseorang mengambil keputusan dalam kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah
proses pembuatan keputusan individual yang berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa
terjadi di ilmu ekonomi.
Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi:
Reference point.
PT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan reference point, bukan nilai
absolut laba atau rugi tersebut. Utilitas adalah fungsi dari laba atau rugi relatif
terhadap benchmark (reference point).
EUT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan nilai absolut kekayaan. Utilitas
adalah fungsi dari nilai kekayaan absolut (tidak ada reference point).
Utility function.
PT. Dalam domain laba, orang risk averse; dalam domain rugi, orang risk seeking.
Fungsi utilitas adalah cekung pada domain laba dan cembung pada domain rugi.
EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk averse. Fungsi utilitas adalah cembung
baik pada domain laba maupun pada domain rugi
Loss aversion
PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih mengutamakan menghindari rugi
daripada memperoleh laba. Rugi memiliki kekuatan (power) psikologis sebanyak dua
kali lipat daripada laba. Overweight terhadap rugi dan underweight terhadap laba.
Berubah 1% dari 2% ke 3% lebih bernilai besar daripada berubah 1% dari 30% ke
31% (diminishing sensitivity).
EUT. Laba atau rugi tidak dapat didefinisikan karena teori ini tidak memiliki
reference point untuk mengukur laba atau rugi tersebut.

b. Apakah Beta Mati?


`Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta
menggambarkan besarnya perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan dengan
perubahan harga pasar. Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return historis sekuritas dan
pasar, misalnya 200 hari untuk return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM. Beta
merupakan konsep yang penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan pengukur
risiko sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak
dapat didiversifikasi melalui portofolio. Risiko ini menggambarkan faktor ekonomi secara
keseluruhan yang mempengaruhi semua sekuritas yang ada.
Apabila fluktuasi return suatu sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas
tersebut bernilai 1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama dengan
risiko pasar. Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 1963-1990,
menemukan bahwa beta memiliki sedikit kemampuan untuk menjelaskan keuntungan sekuritas.
Mereka menemukan bahwa book-to-market ratio dan ukuran perusahaan (firm size) lebih
signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas.
Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran perusahaan
sebagai ukuran risiko. Risiko akan meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan
menurun dengan semakin besarnya ukuran perusahaan.
Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta mati.
c. Anomali Efisiensi Pasar
Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap informasi baru tetapi membutuhkan waktu
lebih lama, maka keuntungan abnormal dapat terjadi. Berbagai anomali pasar modal efisien:
Teori prospek
Post-Announcement Drift
Rasio Keuangan
Akrual
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka harus juga membahas tentang adanya
ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Anomali di
sini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-
hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada.
Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return.
Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan
mengandalkan suatu perisitiwa tertentu.
Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja,
tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali
di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan
pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali
menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back tested method). Pada model
pendekatan ini peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga
historis (hystorical price data) bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian
atau pengamatan. Untuk kuatnya suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar,
perlu adanya dukungan yang tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki
kesimpulan yang tidak jauh berbeda satu sama lain.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat
anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal
anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi
(accounting anomalies).

C. Alasan Lain yang Mendukung Pendekatan Pengukuran


Mengapa measurement perspective mengusulkan untuk memasukkan informasi yang
bernilai lebih relevan (more value-relevant information) dalam laporan keuangan pokok, padahal
teori pasar modal efisien berimplikasi bahwa catatan kaki dan pengungkapan lain sudah cukup?
Berdasarkan information perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi dan
mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi akuntansi bagi
investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa diasumsikan banyak
rational investor dan informed investor yang bereaksi cepat terhadap informasi akuntansi. Riset
empiris tentang efisiensi pasar modal telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya informasi laba
bermanfaat bagi pasar. Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information
pespective, seperti (1) laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar modal mungkin
tidak seefisien yang diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab hukum oleh masyarakat terhadap
akuntan meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari adanya kemungkinan bahwa measurement
perspective dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa mengabaikan reliabilitas
informasi akuntansi tersebut.
Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu menjelaskan sangat kecil tentang
harga sekuritas. Lev (1989) menemukan bahwa respon pasar terhadap berita baik atau berita
buruk tentang earnings sangat kecil. Variabilitas keuntungan abnormal dalam narrow window
hanya 2% sampai 5% yang dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya diakibatkan oleh faktor
lain selain perubahan earnings. Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings
disebabkan oleh earnings quality yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994)
menyatakan bahwa rendahnya reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh
keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu terlalu lama untuk mengakui suatu
kejadian yang relevan. Hal ini menuntut perlunya perbaikan earnings quality dengan pengenalan
perspektif pengukuran terhadap laporan keuangan.

D. Ohlsons Surplus Bersih Teory


Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien seperti dalam teori
efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana implikasi informasi akuntansi
terhadap prediksi keuntungan masa depan. Hal ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory
yang menekankan bahwa peran utama laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai
perusahaan, bukan perspektif informasi di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber
informasi. Teori ini menuntut ke arah perspektif pengukuran.
D.1 Tiga Formula Nilai Perusahaan
Teori Clean Surplus Ohlson atau disebut juga model income residual memberikan kerangka kerja
yang konsisten dengan pendekatan pengukuran, dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar
perusahaan dapat dinyatakan dalam bentuk komponen neraca dan pendapatan fundamental. Teori
ini mengasumsikan kondisi ideal di pasar modal, termasuk ketidakrelevanan dividen.

E. Auditor Legal Liability


Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva tetap dinyatakan
terlalu tinggi dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan
prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko (value at risk) juga berorientasi pada
measurement perspective. Dalam hal ini, perusahaan (bukan investor) menyiapkan penilaian
tentang risiko karena perusahaan lebih mengerti risiko yang mereka hadapi daripada investor.
Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang besar dalam decision usefulness.
Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement perspective dengan
mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat secara eksplisit menjawab tuntutan
hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa laporan keuangan telah mengantisipasi perubahan
nilai instrumen keuangan apakah akan mengarah ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan.
Dalam hal ini estimasi dan judgment banyak digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi
fair value hanya apabila dengan pengukuran tersebut reliabilitas informasi keuangan tidak
berkurang.

CHAPTER 7 APLIKASI PERSPEKTIF PENGUKURAN

1. Overview
Meskipun tekanan untuk pengukuran perspektif seperti yang dibahas dalam bab 6,
gerakan praktik akuntansi dalam arah ini pertemuan dua hambatan tangguh. Pertama adalah
kehandalan, kegunaan keputusan laporan keuangan berbasis nilai wajar akan dikompromikan
jika terlalu banyak kehandalan dikorbankan untuk relevansi yang lebih besar. Kedua,
manajemen skeptisisme tentang RRA yang kita lihat dalam bagian 2.4.3. membawa ke adil
akuntansi nilai pada umumnya, terutama karena perspektif pengukuran menunjukkan bahwa
nilai wajar dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang tepat. Kekhawatiran manajemen secara
khusus meningkatkan jika keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai
wajar termasuk dalam laba bersih. Namun demikian, beberapa tahun terakhir telah melihat
standar berorientasi pengukuran utama baru, dengan lebih di cakrawala. dalam bab ini, kami
meninjau dan mengevaluasi beberapa standar tersebut.

2. Akuntansi Nilai Lancar


2.1 Dua Dasar Pengukuran Nilai Lancar
1. Value in use
dapat diukur dengan nilai sekarang yang didiskontokan dari kas yang diharapkan dapat
diterima atau dibayarkan sehubungan dengan penggunaan aset atau kewajiban.
Relevansinya tinggi, karena mengukur arus kas yang diharapkan ke atau dari
perusahaan.
Keandalan: manajemen dapat mengubah penggunaan yang diinginkan.
Nilai pakai juga mengalami masalah reliabilitas, karena arus kas masa depan harus
diestimasi. ini menunjukkan perkiraan kesalahan dan kemungkinan bias manajer.
2. Fair Value, nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar
untuk mengalihkan kewajiban dalam transaksi yang teratur antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran.
Harga keluar: mengukur biaya peluang untuk mempertahankan aset/kewajiban di
perusahaan, sehingga berorientasi pada kepengurusan
Relevansi: tinggi jika nilai pasar bekerja baik tersedia
Kehandalan: tinggi jika nilai pasar bekerja baik tersedia
Nilai wajar adalah dasar pengukuran SFAS 157
3. Akuntansi Nilai Lancar dan Laporan Laba Rugi
Kita juga dapat mempertimbangkan akuntansi nilai sekarang dari sudut pandang
penerimaan pendapatan. Value in use mengakui pendapatan sebelum direalisasikan, karena
mengantisipasi kenaikan nilai tunai di masa mendatang dikapitalisasi ke dalam nilai aset.
akuntansi nilai wajar mengakui laba rugi karena perubahan nilai wajar terjadi. Akibatnya,
akuntansi nilai wajar, seperti yang dilihat oleh setter standar, merupakan upaya untuk
meningkatkan sifat berwawasan ke depan dari laporan laba rugi, sehingga mengurangi
kelonggaran pengakuan dan meningkatnya keputusan yang berguna bagi investor.
Namun, sejarah tidak berulang dengan sendirinya. perusahaan beroperasi di lingkungan
yang terus berubah. Oleh karena itu, pendukung nilai wajar berpendapat bahwa nilai aset dan
kewajiban saat ini memberikan indikasi yang paling berguna mengenai proposisi masa depan
perusahaan. Argumen ini didasarkan pada samuelson (1965), yang menunjukkan bahwa
ketika pasar bekerja dengan baik, harga pasar berfluktuasi secara acak. Jika demikian, harga
currebt adalah prediktor terbaik dari harga di masa depan. karena nilai aset dan kewajiban
tidak stabil, laporan laba rugi juga akan berubah-ubah. Namun, volatilitas ini mencerminkan
volatilitas lingkungan perusahaan, yang mana argumentasi pendukung arus, seharusnya tidak
diratakan secara artifisial.
Akuntansi nilai wajar juga meningkatkan kemampuan laba bersih untuk melaporkan
pengelolaan manajer. kita bisa melihat manajer sesuai dengan biaya peluang aset bersih yang
digunakan dalam bisnis.
4. Contoh Penilaian Jangka Panjang
A. Akun Receivable dan Payable
Untuk sebagian besar perusahaan, piutang dan hutang dinilai sebesar jumlah uang tunai yang
diharapkan untuk diterima atau dibayar. Karena lamanya waktu pembayaran singkat, faktor
diskon dapat diabaikan, jadi dasar penilaian ini mendekati nilai sekarang.
B. Arus Kas yang Ditentukan Oleh Kontrak
Kondisi umum lain dimana pengukuran beradap dengan dasar nilai kini terjadi ketika
arus kas yang melingkupi asset dan liabilitas ditentukan oleh kontrak, seperti pada hutang,
sewa, dan pensiun. Kita akan membahas masing-masing dengan jelas. Amortisasi diskon
pada surat berharga jangka panjang. APB 21 (1971) memerlukan penggunaan metode
diskon bunga atau amortisasi hutang, sedangkan diskon atau premium diamortisasi untuk
menghasilkan biaya atau penghasilan bunga setiap periode pada tingkat efektif yang
ditentukan pada saat publikasi atau akuisisi. Sewa. Contoh penting lain dari aplikasi kontrak
model nilai saat ini dijumpai pada sewa/leasing (SFAS 13, 1977), dimana sewa modal dan
kewajiban yang terkait dinilai dengan nilai kini pembayaran sewa minimum, dengan
menggunakan suku bunga implisit dalam sewa. Kewajiban Pensiun. Contoh lain dari laporan
berbasis pengukuran adalah kewajiban pensiun dalam rencana tunjangan tertentu. SFAS 87
(1986) membutuhkan pengakuan setiap periode biaya pensiun bersih, yang meliputi biaya
pelayanan (nilai keuntungan kini yang diperoleh karyawan dalam rencana untuk periode
tersebut) dan biaya bunga, yang menjadi akumulasi diskon pada pembukaan neraca
kewajiban pensiun yang diproyeksikan.

C. Penurunan Biaya atau Aturan Pasar


ARB 43 (1953) membahas penurunan biaya atau aturan pasar. Jika nilai pasar ada dibawah
biaya, persediaan seharusnya dicatat untuk nilai pasar. ARB 43 menentukan nilai pasar sebagai
biaya penggantian, subyek bagi persyaratan dimana (1) pasar seharusnya tidak melampaui nilai
bersih yang direalisasikan dan (2) pencatatan seharusnya tidak begitu besar untuk
menghasilkan margin laba yang lebih besar daripada normal.

D. Opsi revaluasi untuk properti, pabrik dan peralatan


Sebagai alternatif biaya historis, asumsi non finansial dapat dinilai pada nilai wajar,
sehingga hal ini dapat dilakukan dengan andal. Setelah aset dinilai kembali, nilai wajar harus
selalu diperbarui, sehingga tidak berbeda secara material dari nilai wajar pada tanggal neraca.
revaluasi ini dapat meningkatkan atau mengurangi nilai tercatat.
E. Penurunan nilai aset tetap

Standar setter telah memberlakukan uji penurunan nilai untuk sebagian besar aset non-
keuangan, seperti properti, pabrik, dan peralatan. Tes penurunan nilai membantu melindungi
auditor dari tanggung jawab hukum, dan karena mereka memaksa writedowns aset yang
seharusnya dinilai terlalu tinggi.
Di bawah IAS 36, kerugian penurunan nilai aset diakui pada laba bersih. Kerugiannya
adalah selisih antara nilai buku dengan jumlah yang dapat didaur ulang, di mana jumlah yang
didaur ulang adalah nilai wajarnya yang lebih rendah dikurangi biaya pembuangan atau value
in use.
Di bawah peraturan FASB, tes penurunan nilai agak berbeda. ASC 36-10-35 menerapkan
prosedur dua langkah. pertama, itu menentukan apakah aset tersebut terganggu. Hal ini terjadi
jika nilai buku melebihi jumlah arus kas bersih langsung yang diharapkan tidak terdiskonto.
5. INSTRUMEN KEUANGAN
Intrumen keuangan didefinisikan sebagai kontrak yang menciptakan asset keuangan dari satu
perusahaan dan instrumen ekuitas atau kewajiban dari perusahaan lain.
Yang termasuk asset adalah
a. Kas
b. Instrumen ekuitas dari perusahaan lain
c. Hak kontraktual
Menerima kas atau asset lain dari perusahaan lain atau menukar instrumen keuangan untuk
mendapatkan potensi keuntungan yang lebih menguntungkan.
Yang teramasuk dalam Liabilitas
Obligasi (Menyampaikan kas atau ase lain ke perusahaan lain; atau menukar asset atau
liabilitas dengan perusahaan lain dalam kondisi tidak menguntungkan.

6. INSTRUMEN KEUANGAN UTAMA


A. Standard Setter Back Down berdasarkan Akuntansi Fair Value
Penentu standar dengan demikian tertangkap dalam posisi bahwa standar penerapan nilai
wajarnya dipatok dengan asumsi pasar berjalan dengan baik, namun pasar jelas tidak berjalan
dengan baik. Dalam menghadapi kesulitannya, mereka mengenalkan beberapa modifikasi di
tahun 2008

1. IASB dan FASB mengeluarkan panduan serupa tentang bagaimana menentukan nilai wajar
saat pasar tidak aktif. artinya, ketika nilai pasar tidak ada dan tidak dapat disimpulkan dengan
andal dari nilai barang serupa, perusahaan dapat menentukan nilai wajar dengan menggunakan
asumsi arus kas masa depan mereka sendiri, dari aset dan kewajiban, yang didiskontokan dengan
bunga yang disesuaikan dengan risiko. menilai. Namun, penyusun standar mensyaratkan
pengungkapan suplementer yang luas tentang bagaimana memperkirakan nilai wajar yang
ditentukan. Selanjutnya, persyaratan untuk menggunakan tingkat diskonto yang disesuaikan
dengan risiko dalam periode risiko tinggi akan menurunkan estimasi nilai sekarang.
2. FASB juga memiliki peraturan yang lemah yang memerlukan efek hutang dan ekuitas tertentu
yang harus dituliskan ke nilai ekonomis dengan kerugian yang termasuk dalam laba bersih.
3. IASB mengizinkan dilakukannya reclasifikasi aset keuangan tertentu untuk memungkinkan
konsistensi yang lebih besar dengan standar FASB, yang mempercepat relaksasi nilai wajar
dalam "keadaan langka".

7.5.2 Perubahan jangka Panjang Akuntansi Nilai Wajar

Perubahan terhadap akuntansi nilai wajar tersebut diperkirakan akan jarang terjadi, sehingga
mengurangi probabilitas bahwa manajemen akan mengubah basis penilaian untuk alasan
strategis.
Pada saat penulisan, aturan FASB untuk penilaian efek hutang dan ekuitas agak berbeda. ASC
320-10 memberlakukan klasifikasi tiga bagian untuk aset keuangan.

1. Perdagangan. Efek ini diperoleh dengan tujuan dijual kembali. nilai tersebut dinilai sebesar
nilai wajarnya, dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi termasuk dalam laba
bersih.

2. Dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini diperoleh dengan maksud agar dimiliki hingga jatuh
tempo. mereka dinilai sebesar biaya perolehan diamortisasi.

3. Tersedia untuk dijual. Efek - efek tersebut dinilai berdasarkan nilai wajar, dengan keuntungan
dan kerugian yang belum direalisasi dalam pendapatan komprehensif lainnya

B. Opsi Fair Value


IFRS 9 berisi opsi nilai wajar. Pada saat akuisisi, perusahaan tersebut dapat secara tidak dapat
ditarik kembali menentukan aset keuangan dan / atau kewajiban keuangan yang biasanya dinilai
berdasarkan biaya diamortisasi ke dalam kategori nilai wajar jika hal ini mengurangi
ketidakcocokan, di mana ketidakcocokan adalah volatilitas pendapatan yang melebihi
ketidakstabilan nyata yang dihadapi perusahaan. nilai wajar aset dan kewajiban yang ditetapkan
berdasarkan nilai wajar termasuk dalam laba bersih.

Ketidakcocokan muncul ketika beberapa aset atau kewajiban bernilai wajar namun kewajiban
atau aset yang terkait tidak. Untuk mengurangi potensi ketidakcocokan, perusahaan dapat
menerapkan opsi nilai wajar untuk hutang jangka panjangnya sehingga "kedua sisi" dari lindung
nilai alami dinilai wajar, dengan keuntungan dan kerugian keduanya termasuk dalam laba bersih.
berdasarkan IFRS 9, penggunaan opsi nilai wajar dibatasi. satu pembatasan adalah bahwa opsi
ini digunakan untuk mengurangi ketidakcocokan seperti yang baru saja dijelaskan.
C. Risiko Likuiditas dan Kualitas Laporan Keuangan

Acharya dan Pederso (AP: 2005) mendefinisikan risiko likuiditas karena ketidakpastian tentang
biaya pembelian atau penjualan ini. CAPM menganggap likuiditas sempurna, seperti yang
dicatat di bagian sebelumnya. AP memperluas CAPM untuk memodelkan pengaruh risiko
likuiditas terhadap biaya modal, yang menunjukkan kondisi di mana biaya peningkatan modal
bagi perusahaan dengan risiko likuiditas tinggi.

Lang dan Maffett menemukan bahwa transparansi pelaporan yang lebih besar dikaitkan dengan
volatilitas likuiditas saham perusahaan yang lebih rendah, terutama selama periode krisis,
konsisten dengan argumen tersebut. Ng (2011) juga melaporkan adanya hubungan negatif antara
kualitas pelaporan dan risiko likuiditas.

kami menyimpulkan bahwa risiko likuiditas dapat menjadi kontributor signifikan terhadap biaya
modal, terutama pada saat terjadi penurunan pasar yang parah, dan bahwa pelaporan keuangan
yang berkualitas, dengan mengurangi risiko likuiditas, dapat membantu mengurangi dampak
buruk risiko likuiditas terhadap biaya modal.

D. Derecognition dan konsolidasi


Derecognition dan konsolidasi merupakan inti dari masalah akuntansi yang berkontribusi pada
krisis pasar 2007-2008 yang diuraikan pada bagian 1.3. Kriteria yang biasa untuk derecognition
adalah titik penjualan. Alternatif untuk derecognition adalah untuk mempertahankan aset yang
ditransfer pada neraca dan memperlakukan hasil yang diterima sebagai pinjaman yang dijamin.
Perlakuan ini sesuai jika transfer disertai oleh begitu banyak risiko dan kewajiban masa depan
sehingga risiko dan imbalan kepemilikan belum benar-benar ditransfer ke pembeli.

Menurut IAS 39, secara substansi risiko dan reward kepemilikan itu harus diasumsikan oleh
penerima transfer jika transfer tersebut harus diperhitungkan sebagai penghentian pengakuan. Di
bawah standar FASB pada saat itu, perusahaan pengalihan harus "menyerahkan kendali" dari
aset yang ditransfer. IFRS 9 memungkinkan penghentian pengakuan ketika perusahaan
mentransfer secara substansial seluruh risiko dan imbalan kepemilikan aset keuangan, serupa
dengan IAS 39 sebelumnya.
Sehubungan dengan konsolidasi, IFRS 10 mensyaratkan konsolidasi ketika satu entitas
mengendalikan pihak lain. IFRS 10 mencoba memperketat dan mengklarifikasi konsep kontrol.
Ini mendefinisikan kontrol ada ketika satu entitas memiliki hak untuk mengembalikan variabel
entitas lain dan dapat mempengaruhi mereka yang kembali melalui kekuatannya atas entitas
tersebut. perhatikan bahwa dua dimensi dari definisi ini - kekuatan dan risiko. Kekuasaan ada
ketika sebuah entitas memiliki kekuatan untuk mengarahkan aktivitas yang secara signifikan
mempengaruhi tingkat pengembalian orang lain. Risiko ada karena perusahaan pengendali
memiliki minat variabel.

Biasanya, kekuatan ada ketika satu entitas memiliki lebih dari separuh hak suara di negara lain.
Namun, di bawah IFRS 10, kontrol juga dapat terjadi dengan hak suara yang kurang dari
mayoritas, yang, hanya disebutkan, bahwa entitas pengendali memiliki kekuatan untuk
mengarahkan kegiatan signifikan entitas lain.

FASB juga memperketat kriteria konsolidasi entitas khusus (special purpose entity / SPE),
dengan kriteria yang disepakati dengan IFRS 10 yang baru saja dijelaskan. Di bawah ASC 810-
10, kontrol dapat diperoleh saat sponsor memiliki kekuatan untuk mengarahkan aktivitas SPE
yang paling signifikan mempengaruhi kinerja akustik SPE, dan berkewajiban untuk menyerap
kerugian atau menerima manfaat dari SPE.

Standar baru juga memerlukan pengungkapan tambahan yang substansial terkait dengan
konsolidasi dan penghentian pengakuan. IFRS 12 mensyaratkan, pengungkapan "pertimbangan
signifikan" yang dibuat dalam menentukan apakah perusahaan memiliki kendali atas entitas lain.
juga, pengungkapan kepentingan dan risiko yang timbul dari pengaturan bersama dengan orang
lain dan dari "entitas terstruktur yang tidak dikonsolidasikan" seperti SPE dan entitas minat
variabel (VIE).

implikasi dari standar derecognition, konsolidasi, dan pengungkapan tambahan ini adalah bahwa
sebelum krisis pasar, investor tidak memiliki cukup informasi untuk mengevaluasi secara penuh
aktivitas neraca. Standar baru tersebut digunakan untuk mengembangkan pelaporan dan
pengungkapan, sehingga praktik akuntansi yang berperan dalam krisis pasar tidak akan terulang.
Namun, sejauh mana individu pintar merancang cara untuk mengatasi standar baru tetap harus
dilihat.
7. INSTRUMEN KEUANGAN DERIVATIF
A. Karakteristik derivasi
Instrumen keuangan derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya diperoleh dari
beberapa asset yang mendasarinya. Contoh yang umum adalah pilihan. Misalnya, perhatikan
tawaran yang memberikan hak untuk membeli saham $20 atau lebih untuk masa mendatang.
Semakin tinggi nilai pasar saham, semakin berharga pilihan, sedangkan hal lainnya tetap sama.
Maka derivatif meliputi kontrak masa mendatang, ke depan dan perdagangan, suku bunga dan
batas bawah, serta komitmen pinjaman dengan tingkatan yang tetap. Jika nilai dasar
menunjukkan keuntungan bagi pemilik jika ada gerakan yang menguntungkan pada nilai yang
mendasari. Jika nilai yang mendasari bergerak dengan cara yang tidak menguntungkan,
mungkin terjadi kerugian bagi pemilik.

SFAS 105 dan 107 membutuhkan penjelasan tentang informasi tertentu tentang derivatif
yang dimiliki atau dikeluarkan oleh suatu perusahaan. SFAS 105 membutuhkan penjelasan
informasi tentang resiko di luar neraca. Misalnya suatu perusahaan masuk ke dalam kontrak ke
depan sementara ia membayar $10.000 untuk satu blok saham dalam waktu 6 bulan. Jika harga
saham turun dibawah $10.000 (yakni harga yang mendasari bergerak dengan cara yang tidak
menguntungkan), kontrak ke depan akan menjadi liabilitas.

Ciri instrumen derivatif adalah bahwa pada umumnya mereka memerlukan atau
mengizinkan penyelesaian dalam pengiriman tunai aset yang terkait dengan kebutuhan
mendasar yang harus dilakukan.

B. Hedging-Lindung Nilai
Setiap evaluasi kerentanan terhadap risiko perusahaan juga harus mempertimbangkan
natural hedging, sejak natural hedge, karena natural hedge pada akhirnya merupakan keputusan
manajemen, . Akibatnya, hedging dengan derivatif mengambil alih tempat lindung nilai alam
lepas.
Ada berbagai tipe hedge. instrumen derivatif yang ditujukan sebagai hedge atas aset
dan kewajiban yang diakui disebut hedge atas nilai wajar. Inti dari hedge nilai wajar adalah
bahwa jika sebuah perusahaan memiliki, katakanlah, aset atau kewajiban berisiko, ia dapat
melakukan hedge risiko ini dengan memperoleh instrumen hedge. Hedge mungkin tidak
sepenuhnya efektif karena mungkin tidak ada instrumen hedge yang sepenuhnya akan
mengimbangi keuntungan atau kerugian item yang dihedging.

Perusahaan menerbitkan instrument keuangan dengan berbagai alasan. Salah satu


alasannya adalah mereka mengelola struktur modal dengan convertible debt atau dengan
menerbitkan zero-coupon debt untuk mengelola cash flow. Tetapi alasan utama perusahaan
dalam financial derivative adalah membantu mengelola risiko. IAS 39 dan SFAS 133
menjelaskan langkah pendekatan pengukuran untuk instrument derivative, yaitu

Gain dan losses pada hedge fair value termasuk dalam curent net income.
Hedge cash flow adalah fair valued, dengan unrealized gain and losses termasuk
dalam comprehensive income lainnya sampai transaksi net income.
Kritetia untuk hedge adalah instrument derivative yang harus highly effective
dalam menutup kerugian di fair value terhadap item hedge.
Salah satu cara mengestimasi hubungan diatas adalah dengan metode cumulative
dollar offset.

8. AKUNTANSI UNTUK ASET TAK BERWUJUD


Akuntansi untuk aset tak berwujud adalah capital asset yang tidak memiliki wujud fisik,
seperti hak paten,trademark, franchise, kekuatan pekerja yang baik, lokasi, restructure,
teknologi informasi, nama internet, dan goodwill. Beberapa intangible banyak dihitung seperti
property, pabrik, dan perlengkapan. Jika dibeli atau self-development dengan alasan tertentu
terhadap keuntungan masa depan dan biaya dapat ditentukan reliable, mereka dinilai at cost dan
diamortisasi lebih dari masa guna hidupnya. Intangible asset adalah asset penting untuk
perusahaan dan untuk beberapa perusahaan, terdiri dari sebagian besar nilai perusahaan.

Penting untuk disadari bahwa mereka ada walaupun mereka tidak tertera dalam neraca.
Sebagai gantinya, karena adanya lag pengakuan, mereka muncul melalui laporan laba rugi.
Artinya, karena akuntansi biaya historis menunggu sampai nilai direalisasikan sebagai penjualan
dan pendapatan, laporan laba rugi berisi "iinstallment" saat ini dari nilai barang tak berwujud.
Jika installment positif, perusahaan memiliki goodwill.

A. Akuntansi Purchased Goodwill


Ketika satu perusahaan memerlukan lainnya dalam kombinasi bisnis, purchased method
akuntansi untuk transaksi memerlukan asset berwujud dan tidak berwujud dan liabilities
perusahaan dinilai pada fair value untuk tujuan konsolidasi laporan keuangan. Goodwill
kemudian berbeda antara jumlah bersih pada fair value dan total pembelian harga dibayar
dengan keperluan perusahaan.

Banyak manajer berusaha menghindari amortisasi goodwill. Salah satu pendekatannya


adalah mengadopsi pooling interest accounting, di mana kombinasi tersebut secara formal
dianggap sebagai merger yang setara. Di bawah akuntansi ini, neraca entitas gabungan hanya
digabungkan. Pendekatan lain adalah menekankan pendapatan proforma, di mana pendapatan
proforma adalah laba bersih sebelum amortisasi goodwill, biaya restrukturisasi, dan berbagai
item lain yang dipilih oleh manajemen. Di bawah taktik ini, laporan laba rugi GAAP itu sendiri
tidak terpengaruh. Namun, pendapatan pro-forma ditekankan dalam pengumuman pendapatan,
pesan kepada pemegang saham, MD & A, dan sebagainya. Dengan cara ini, manajemen
berusaha meyakinkan investor bahwa amortisasi goodwill dan item terpilih lainnya tidak
masalah, dalam artian bahwa hal itu tidak relevan dengan evaluasi kinerja entitas yang
dikonsolidasikan.

Kritik terhadap pro-forma income:nvm


1. Sejauh ini manajemen berhasil meyakinkan investor bahwa ini adalah ukuran keuntungan
yang lebih baik daripada laba bersih GAAP, tidak ada sedikit disiplin bagi manajer untuk
menghindari membayar lebih dalam akuisisi bisnis.
2. Pendapatan pro-forma membuat investor menyesatkan, karena hanya ada sedikit
peraturan untuk menentukan item apa saja yang tidak termasuk pendapatan GAAP

Terlepas dari pengaruhnya terhadap pelaporan proforma, menghilangkan amortisasi tidak serta
merta mencegah perilaku manajer oportunistik berkenaan dengan goodwill, karena valuasi
goodwill awal, dan waktu dan jumlah uji penurunan nilai, memerlukan penilaian
B. Self-developed Goodwill
Tidak seperti purchased goodwill, tidak tersedianya transaksi teridentifikasi tetap untuk
menentukan biaya self-developed goodwill. konsekuensinya, biaya mungkin menciptakan
goodwill, seperti R&D. Goodwill lain yang dikembangkan dari biaya ini menunjukkan
sebagai abnormal earning di laporan keuangan berikutnya. Pengakuan ini ketinggalan,
alasan utama mengapa harga saham merespon pengumuman pendapatan. Pasar melihat net
income dengan hati-hati untuk petunjuk earning power masa depan.
C. The Clean surplus model revisited
Pendekatan lain untuk menilai goodwill adalah menggungakan the clean surplus model revisited.
Sebagai alternatif, perhitungan clean surplus goodwill dapat menjadi uji penurunan nilai untuk
goodwill yang dibeli.

9. REPORTING ON RISK
A. Risiko Beta
Cara biasa untuk mengestimasikan beta adalah dengan analisis regresi berdasarkan pada
model pasar. Tapi beta adalah subjek untuk risiko estimasi, pada dasarnya jika tidak stasioner.
Informasi laporan keuangan mungkin membantu di sini, karena beta dan laporan keuangan
tertentu berdasarkan risiko pengukuran saling berhubungan. Selanjutnya, pengukuran ini dapat
mengindikasikan arah dan besarnya perubahan dalam risiko daripada model pasar, yang mana
akan memerlukan beberapa waktu untuk data baru untuk reestimasi. Kami menyimpulkan
bahwa informasi tentang risiko perusahaan, selain beta, dihargai oleh pasar saham, setidaknya
untuk lembaga keuangan. Ini didokumentasikan oleh sensitivitas saham hasil dari lembaga ini
untuk eksposur risiko dan dampak Hedging atas eksposur tersebut. Pelaporan keuangan telah
merespon dengan peningkatan pelaporan nilai wajar untuk instrumen keuangan, dilengkapi
dengan diskusi tentang risiko dan bagaimana mereka dikelola, dan dengan pengungkapan
informasi kontrak instrumen keuangan. ini memungkinkan investor untuk lebih mengevaluasi
jumlah, waktu dan ketidakpastian pengembalian atas investasi mereka. Dapat disarankan
bahwa peningkatan pemilahan informasi instrumen keuangan lebih lanjut akan membantu
investor dalam hal ini. Pelaporan keuangan juga bergerak menuju menyediakan investor
dengan informasi risiko kuantitatif, seperti analisis sensitivitas dan nilai beresiko. Meskipun
tantangan metodologis, ini merupakan langkah penting dalam menggerakkan pengungkapan
risiko terhadap perspektif pengukuran.

Beaver, Kettler, dan Scholes (BKS, 1970) adalah orang yang pertama kali menguji
hubungan antara beta dan pengukuran risiko berdasarkan laporan keuangan. Mereka
menggunakan model analisis regresi model pasar untuk menilai beta sampel perusahaan setiap
periode waktu. Kemudian mereka menghitung berbagai ukuran risiko berdasarkan laporan
keuangan dalam periode sama. Korelasi antara tiga ukuran risiko tersebut dan beta ditunjukkan
dalam tabel berikut:

Tabel 1 Koefisien Korelasi antara Accounting Risk Measures dan Beta, untuk Five-security
Portopolios
Accounting Risk Measure Period I (1947-56) Periode 2 (1957-65)
Dividend Payout -0.79 -0.50
Leverage 0.41 0.48
Earnings Variability 0.90 0.82
Sumber : Based on BKS, tabel 5

B. Mengapa Perusahaan mengatur Firm-Specific Risk?


Beberapa alasan untuk mengelola dan melaporkan risiko spesifik perusahaan dapat disarankan:
1. Pelaporan strategi manajemen risiko perusahaan dapat mengurangi kekhawatiran investor
tentang perkiraan risiko akibat adverse selection.
2. Perusahaan yang memiliki pengeluaran modal besar mungkin ingin memastikan kas tersedia
bila diperlukan.
3. Manajer dapat menggunakan derivatif untuk berspekulasi. Ini adalah bentuk manajemen
risiko yang meningkatkan risiko daripada menguranginya.
4. Akuntansi konservatif dapat membantu mengurangi pertanggungjawaban hukum yang
timbul dari kerugian perusahaan. Namun, hedging untuk mengelola risiko dapat mencegah
kerugian yang timbul sejak awal.
5. Manajer yang menghindari risiko yang komplemennya didasarkan pada pendapatan dapat
menggunakan derivatif untuk mengurangi volatilitas kompensasi mereka.

C. Reaksi Pasar Saham terhadap Risiko Lain


Kita berharap bahwa jika sumber risiko lain selain beta bermanfaat bagi investor, itu akan
beresiko pada tingkat bunga lembaga keuangan. Namun, perusahaan di industri lain juga
menghadapi risiko harga, memunculkan pertanyaan apakah pasar juga merespon hal ini. Wong
(2000) meneliti risiko nilai tukar valuta asing dari 145 perusahaan manufaktur selama periode
1994-1996. Dia menemukan bahwa, untuk beberapa perusahaan dalam sampelnya, harga saham
sensitif terhadap eksposur mata uang asing, yang menyiratkan bahwa perusahaan dan investor
tidak sepenuhnya mendiversifikasikan risiko nilai tukar asing. Namun, baik nilai wajar maupun
jumlah nosional dari posisi derivatif valuta asing perusahaan menjelaskan besarnya
sensitivitasnya. Satu penjelasan positif adalah bahwa investor cukup melakukan diversifikasi
kepemilikan mereka sehingga mereka tidak sensitif terhadap risiko valuta asing perusahaan.
Namun, Wong menghubungkan kurangnya hasil dengan kekurangan pengungkapan hedging
dalam laporan tahunan. dia merekomendasikan lebih banyak pengungkapan disaggregat dalam
laporan tahunan nosional, nilai wajar, posisi long dan short, jatuh tempo menurut kelas
instrumen.
10. Sebuah pengukuran mengukur pelaporan risiko
Dua teknik pengukuran kuantitatif menarik. yang pertama adalah analisis sensitivitas,
menunjukkan dampaknya terhadap pendapatan, arus kas, atau nilai wajar instrumen keuangan
akibat perubahan risiko harga - yaitu, risiko yang timbul dari kemungkinan perubahan harga
komoditas, suku bunga, dan nilai tukar yang relevan. Yang kedua adalah nilai risiko, karena
hilangnya pendapatan, arus kas, atau nilai wajar akibat perubahan harga di masa depan yang
cukup besar sehingga memiliki probabilitas rendah yang pasti terjadi.
Dalam ukuran risiko, perusahaan, daripada investor, menyiapkan penilaian risiko kuantitatif.
kami wolud berharap bahwa itu adalah perusahaan yang memiliki perkiraan paling akurat atas
risikonya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai