Anda di halaman 1dari 26

MODUL 10

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PROYEK

CAPAIAN PEMBELAJARAN:
1. Mengetahui Tentang
Manajemen K3
2. Mengetahui Sistem
Tentang Manajemen
SMK3
3. Mengetahui Sistem
Manajemen K3LL

349
1. PENDAHULUAN
Data yang diperoleh dari Annual Report mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Tahun 2002, yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
menunjukkan bahwa sektor usaha Bangunan menduduki peringkat ke ke-4
4 yang mempunyai
kasus kecelakaan tertinggi, selengkapnya peringkat untuk 5 sektor usaha adalah:

a. Sektor
or Pertanian dan Peternakan 13,60
13,60%
b. Industri Tekstil 8,65
8,65%
c. Industri Pakaian dan Bahan Jadi
Jadi 5,60
5,60%
d. Bangunan 5,67
5,67%
e. Penebangan Kayu 5,58
5,58%

Data di atas diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 s/d 1999 dengan
jumlah kecelakaan kerja 412.652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan
pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang
kurang lebih Rp 329 Milyar lebih. Oleh
karena itu penerapan prinsip K3 di proyek sangat memerlukan perhatian Kontraktor.

Gambar 10.1 Pentingnya Penerapan K3 di Proyek

2. MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3)
Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
yang diambil dari beberapa sumber, diantaranya ialah pengertian dan definisi k3 menurut
Filosofi, menurut Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007. (Suryatri, 2014)
Filosofi (Mangkunegara): Suatu Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakt adil dan makmur.
Keilmuan: Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
Penyakit Akibat Kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Atau
Penyakit
bisa juga dikatakan sebagai Ilmu mengantisipasi, mengetahui, mengevaluasi dan

350
mengontrol bahaya yang timbul di dale atau dari tempat kerja yang dapat merusak
kesehatan dan kesejahteraan pekerja, juga berdampak pada komunitas dan lingkungan
sekitarnya .
OHSAS 18001:2007: Kondisi-kondisi dan factor-faktor yang berdampak, atau dapat
berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerj control dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).

B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Paramita dan Wijayanto (2012) menuliskan, tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial dan psikologis.
2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin.
3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Riantiwi (2012), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi :


1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih
rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.

Gambar 10.2 Meningkatnya Produktivitas Pekerja


351
Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan
kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas
kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan semakin efektif (Riantiwi,
2012).
Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
menurut Paramita dan Wijayanto (2102) adalah sebagai berikut :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan
yang berbahaya.
3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penerangan yang cukup dan
menyejukkan serta mencegah kebisingan.
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
5. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja.
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

Gambar 10.3 Memberikan Perlengkapan APD pada Pekerja

C. Kelengkapan Administrasi K3
Kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administrasi K3 ini antara lain terdiri dari:
Pendaftaran proyek ke Depnaker
Sebelum melakukan aktivitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib
melapor dan mendaftar ke Depnaker setempat, karena Depnaker adalah instansi
Pemerintah yang benvenang dan bertanggung jawab menangani masalah K3.
Sebagai bukti dari kegiatan ini berupa Surat pendaftaran proyek ke Depnaker
setempat dan sudah ada penerimaan konfirmasi dari Depnaker.

352
Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, perusahaan atau proyek yang
mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi tenaga kerja
meldui ASTEK. Sebagai bukti dari pelaksanaannya: adanya polis dari ASTEK
untuk proyek tersebut berikut kuitansi pembayaran preminya.

Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Lainnya, misal CAR dan PA (bila


Disyaratkan dalam Proyek)
Apabila disebutkan dalam kontrak, proyek wajib membayar polis asuransi
Construction All Risks (CAR) atau Personal Accident (PA). Yang dimaksud dengan
CAR adalah untuk bangunan fisik proyek dan peralatan kerjanya. Sedangkan PA
untuk petugas orang yang melaksanakan (kadang-kadang termasuk petugas dari
Manajemen Konstruksil Customer Representative).

Izin dari Kantor Kimoraswil Tentang Penggunaan Jalan/Jembatan yang Menuju


Lokasi Untuk Lalu Lintas Alat Berat
Untuk beberapa proyek seperti pada proyek-proyek sipil perlu mendatangkan
alat-alat berat. Apabila keadaan jalan/jembatan relatif kecil, perlu ijin dari
Pemerintah setempat, dalam hal ini Departemen terkait setempat. Maksud izin
tersebut adalah bahwa instansi terkait setempat telah mengadakan pemeriksaan
terhadap kekuatan jalan jembatan yang akan dilalui alat berat. Apabila perlu
Kontraktor diharuskan menambah daya topang khusus pada struktur jalan jembatan
tersebut sebelum dipakai. Sebagai bukti dari kegiatan ini adalah Surat Izin dari
Departemen (Catatan: surat izin berarti izin dari Departemen, bukan surat
permohonan izin dari Kontraktor).

Keterangan Layak Pakai untuk Alat Berat/Ringan


Keterangan layak pakai untuk alat berat/ringan memerlukan rekomendasi dari
Depnaker atau instansi yang benvenang. Peralatan proyek yang menyangkut
keselamatan umum (orang banyak) pads saat pengoperasian umumnya harus
dipantau pemakaiannya oleh instansi pemerintah yang benvenang. Alat-alat yang
dimaksud adalah seperti: Mobil busltruk, lift (elevator), eskalator, lift tenaga kerja,
lift bahan, tower crane, dan sebagainya, Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya
surat keterangan laik pakai dari instansi yang benvenang. Selain itu, adanya label
laik pakai yang menempel pada alat yang bersangkutan.

Gambar 10.4 Kelayakan pada Alat Berat

353
Pemberitahuan kepada Pemerintah Lingkungan Setempat
Pemerintah setempat/Muspida yang dimaksud terdiri dari unsur Departemen
Dalam Negeri (lurah/camat/bupati/walikota), Kepolisian (Polsek, Polwill, Polda),
dan TNI (Babinsa/Koramil/Kodim). Ketiga unsur di atas adalah instansi-instansi
aparat negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan dan keamanan
ketertiban umum. Pemerintahan/lingkungan setempat harus diberi laporan tentang
keberadaan adanya kegiatan proyek, karena akan menyangkut banyak tenaga kerja
yang umumnya para pendatang, banyaknya kendaraan keluar masuk membawa
material, adanya kegiatan-kegiatan di luar kegiatan rutin yang terkadang dapat
mengganggu kelancaran ketenangan kegiatan yang sudah ada. Sebagai bukti dari
pelaksanaan adalah: adanya surat pemberitahuan ke pemerintahan lingkungan
setempat dan sudah ada informasinya.

D. Penyusunan Safety Plan (Rencana K3) untuk Proyek


Tujuan Safety Plan adalah agar proyek dalam pelaksanaannya nanti, aman dari
kecelakaan dan penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja tinggi.
Safety Plan berisi antara lain:
1. Pembukaan:
a. Gambaran Proyek
b. Pokok perhatian untuk kegiatan K3
2. Risiko kecelakaan dan pencegahannya (risiko yang mungkin terjadi di proyek tersebut)
3. Tata cara pengoperasian peralatan
4. Alamat Instansi terkait
a. Rumah sakit
b. Polisi
c. Depnaker
d. Pemadan Kebakaran

Catatan:
Yang disebut kecelakaan K3 BUKAN hanya yang mengakibatkan cederal sakitnya
tenaga kerja, TAP1 juga menyangkut rusaklkurangnya produktivitas bahanlperalatan.
Jadi penanganan K3 yang tidak baik akan berakibat pada turunnya Produktivitas.
Sebagai bukti pelaksanaan: Adanya Safety Plan yang sudah disahkan Manajer Proyek.

E. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3


Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 dalam pelaksanaan proyek meliputi
beberapa hal antara lain:
i. Promosi Program K3
Promosi program K3 terdiri dari:
Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
Pemasangan Sign Board K3 yang dapat berisi antara lain: Slogan-slogan yang
mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamatseperti bisa dilihat contoh

354
dalam gambar c dan gambar d di Halaman 110. Selain itu bisa berisi gambar-
gambarlpamflet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi
pekerjaan. Slogan maupun pamflet-pamflet dapat dipasang di kantor proyek atau
lokasi pekerjaan di lapangan.

ii. Sarana Peralatan untuk K3


Berikut ini akan dijelaskan mengenai pedoman penerapan SMK3 menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.05/MEN/1996
Sistem Manajemen K3 didalam suatu perusahaan diarahkan kepada kemandirian
perusahaan dan sangat bergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
tenaga kerja terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta upaya-upaya
untuk menciptakan cara kerja dan kondisi kerja yang selamat. Mekanisme operasi
rutin dibuat sedemikian rupa telah diatur melalui sesuatu mekanisme yang
konsisten, maka tenaga kerja akan berlaku sebagaimana aturan yang telah dibuat
dan peluang penyimpangan dapat diperkecil, peluang penyimpangan sangat
berarti bagi pengendalian kemungkinan kecelakaan kerja oleh faktor manusia
(Sihombing, Walangitan, Pratasis, 2014).
Pekerja konstruksi yang patuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah mereka yang memperhatikan alat pelindung dirinya ketika berada di
lapangan. Alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan fungsinya,
antara lain (Sihombing, Walangitan, Pratasis, 2014).

Pakaian Kerja

Gambar 10.5 Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap


pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat
karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi
yang k eras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama
dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor.
Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3
pasang dalam setiap tahunnya.

355
Sepatu Kerja

Gambar 10.6 Sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap


pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh
kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki
tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

Kacamata Kerja

Gambar 10.7 Kacamata Kerja


Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya
mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.

356
Sarung Tangan

Gambar 10.8 Sarung Tangan

`Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan


utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda
keras dab tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang
memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan
yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag cor secara terus-meerus dapat
mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag.

Helm

Gambar 10.9 Helm Keselamatan

Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya
dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari
bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau
material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan
para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat
membahayakan diri sendiri

357
Sabuk Pengaman

Gambar 10.10 Sabuk Pengaman


Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali
pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga
seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan
erection baja pada bangunan tower.

Penutip Telinga

Gambar 10.11 penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang


dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising
tanpa penutup telinga ini.

358
Masker

Gambar 10.12 Masker

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi


mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengampelas, mengerut
kayu

b. Sarana Peralatan Lingkungan


Tabung Pemadam Kebakaran
Tabung pemadaman kebakaran pada ruang-ruang antara lain: Kantor proyek,
Gudang bahan bakar, Gudang Materiallperalatan, Ruang genset, Bengkel,
Gudang bahan peledak, Mess karyawan, Barak tenaga kerja. Tiap' lantai
bangunan proyek (pada saat pekerjaan bekisting dan finisihing) .
Pagar pengaman
Pagar Pengaman yang terdiri dari: Pagarlrailing yang kuat dan tali warna
kuning sebagai tanda pembataslperingatan. Pagar ini diperlukan untuk lokasi
antara lain: lubang di lantai, lubang di sumur galian tanah, tepi bangunan
tinggi. Lokasi kerja alat berat (bila dianggapperlu).
Penangkal Petir
Pemeliharaan Jalan Kerja dan jembatan kerja
Jaringan Pengamanan pada Bangunan Tinggi
Pagar Pengamanan Lokasi Proyek

c. Rambu-Rambu
Fungsi Rambu-rambu Peringatan antara Lain, yaitu:

359
Peringatan bahaya dari atas
Peringatan bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan bahaya apilkebakaran
Peringatan tersengat listrik
Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai)
Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
Penunjuk batas ketinggian penumpukan material
Larangan memasuki ke area tertentu
Larangan membawa bahan-bahan berbahaya
Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
Peringatan ada alatlmesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
Peringatanllarangan untuk mas& kelokasi genset power listrik (untuk
lokasi tertentu)

Gambar 10.13 Spanduk Serta Bendera K3

360
Gambar 10.14 Penempatan Bendera

Gambar 10.15 Contoh Slogan K3

361
Gambar 10.16 Contoh Slogan K3

Dalam hal ini ada beberapa catatan antara lain. Ada pemahaman yang
keliru tentang K3, yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi sarana
peralatan K3 berarti sudah memenuhi persyaratan K3. Padahal sarana peralatan
K3 ini adalah baru sebagian dari sistem K3. Bekerja dengan K3 yang benar
adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut:
a. Pekerja
Pekerja maupun pengawas harus memiliki sikap kerja yang benar, yaitu:
Punya pengetahuan dan ketrampilan K3
Berperilaku sesuai ketentuan K3
Sehat jasmani dan rohani

b. Mesin dan sarana peralatan K3 sesuai ketentuan


c. Lingkungan kerja sesuai ketentuan
Penataan lingkungan meliputi perencanaan tata letak fasilitas-fasilitas
untuk melaksanakan pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja di
proyek (house keeping) antara lain adalah:
i. Perencanaan Tata Letak (Lay Out palnning)
Perencanaan tata letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan alat
yang bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung, agar
pelaksanaan kerja dengan produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai. Faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak adalah:
Dimensi (ukuran), posisi, elevasi (ketinggian)
Gerakan manusia dan alat
Suara (kebisingan)
Getaran
Cahaya dan sirkulasi udara

362
ii. House Keeping
Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana
kebersihan dan kerapian untuk program K3 adalah:
Penyediaan air bersih yang cukup
Penyediaan toilet/WC yang bersih
Penyediaan Musholla yang bersih dan terawat
Penyediaan toilet1WC untuk pekerja proyek
Penyediaan bak-bak sampai pada lokasi yang diperlukan
Pembuatan saluran pembuangan limbah
Pembersihan sampah-sampah secara teratur
Kerapian penempatan alat-alat kerja di lapangan setelah dipakai (beatty
scaffolding, pipe support, pipa-pipa, jack base, concrete vibrator, lampu-
lampu penerangan, dan lain-lain)

Berikut ini adalah contoh isi Safety Plan yang menyangkut tentang hal-hal:
Risiko kecelakaan dan pencegahannya dan Tata Cara Pengoperasian Alat

363
364
365
TATA CARA PENGOPERASIAN PERALATAN
Beberapa contoh adalah sebagai berikut:

366
F. Program Pelatihan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting saat melaksanakan pekerjaan
konstruksi, maka sangat diperlukan adanya pelatihan K3. Pelatihan program k3 terbagi atas
2 bagian, yaitu:
i. Pelatihan Secara Umum
Materi pelatihan ini bersifat umum yaitu panduan tentang K3 di proyek misalnya:
Pedoman praktis Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek
Bangunan Gedung
Penanganan, Penyimpanan, dan Pemeliharaan Material

367
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sipil
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Luar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Bekisting
Keselamatan dan Kesahatan Kerja dalam Pekerjaan Pembesian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sementara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Rangka Baja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Struktur Khusus
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pembetonan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pondasi Pile dan Strutting
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembongkaran

Gambar 10.16 Menggunakan Perlengkapan K3 dalam Pekerjaan Sipil

ii. Pelatihan Khusus Proyek


Pada pelatihan khusus proyek diberikan pada saat:
Saat awal proyek
Saat di tengah periode pelaksanaan proyek (sebagai penyegaran)
Materi yang diberikan saat pertengahan proyek dapat meliputi: Pengetahuan
Umum tentang K3 dan Safety Plan proyek yang bersangkutan. Peserta pelatihan

368
khusus ini adalah seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek.

iii. Pelatihan Khusus proyek


Pelatihan penjelasan ini adalah khusus untuk kegiatan tertentu saja yang
dipertimbangkan memiliki risiko kecelakaan dan langsung dijelaskan kepada
pengawas tukang pada saat akan memulai pekerjaan tersebut. Misalnya pada saat
pertama kali akan ada pekerjaan blasting, maka diadakan penjelasan kepada para
petugas tukang tentang kemungkinan-kemungkinan bahaya/risiko yang akan terjadi.
Sebagai bukti dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: adanya catatan yang mendukung
kegiatan tersebut.

G. Kegiatan di Lapangan
Kegiatan K3 di lapangan merupakan pelaksanaan Safety Plan yang harus
dilaksanakan Kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut beberapa kegiatan antara
lain:
Kerja Sama dengan Instansi yang Terkait K3
Kerja sama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi yang
dimaksud antara lain adalah: Depnaker, Polisi, dan Rumah Sakit. Hubungan awal
yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan pemberitahuan ke instansi
pemerintah1Muspida setempat perlu dipertahankan dengan hubungan informal yang
lain agar apabila ada masalah K3,masalahnya cepat tertangani dengan baik. Untuk
proyek tertentu (misalnya yang cukup terpencil dan rawan terhadap kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja) perlu dijalin hubungan kerja sama dengan rumah sakit
terdekat. Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya dokumen-dokumenlsurat- surat
serta hubungan kerja sama yang nyata dengan instansi-instansi terkait tersebut.
Pengawasan Pelaksanaan K3
Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan:
a) Safety patrol
Yang dimaksud Safety Patrol adalah suatu tim K3 yang terdiri 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli selama kira-kira 1 atau 2 jam (tergantung lingkup proyek).
Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak
sesuai ketentuanlyang memiliki risiko kecelakaan. Ketentuan tolok ukurnya ada
dalam:
o Safety Plan
o Panduan pelaksanaan K3
o Hal-hal yang secara teknis mengandung risiko bahaya
b) Safety supervisor
Safety Supervisor adalah Petugas yang ditunjuk oleh Manajer Proyek yang secara
terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat
dari segi K3. Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi
langsung kepada Superintendent (kepala pelaksana) bila ada pelaksanaan yang
mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja.

369
c) Safety meeting
Safety Meeting adalah rapatlmeeting dalam proyek yang membahas hasil laporan
dari Safety Patrol maupun hasil laporan dari safety supervisor. Yang paling utama
dalam Safety Meeting adalah:
o Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3
dan
o Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang
kembali.

Pelaporan dan Penanganan Kecelakaan


Pelaporan dari kecelakaan terdiri dari:
a. Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
b. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
c. Pelaporan dan penanganan kecalakaan dengan .korban meninggal
d. Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat
Sebagai bukti pelaksanaan dari kegiatan ini adalah: adanya catatan yang
mendukung kegiatan-kegiatan tersebut dan adanya penanganan yang nyata atas
kegiatan tersebut di lapangan.

3. SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


A. Pengertian
Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur dan saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas (KBBI, 1990). Permatasari (2009) memaparkan
menurut David A. Cooling dalam bukunya yang berjudul Industrial Safety
Management and Technology manajemen merupakan fungsi, posisi sosial,
kedudukan bagi mereka yang mempelajari, sebuah lapangan pembelajaran dan
professional Manajemen merupakan jiwa keefektifan suatu organisasi dan
menyediakan kebutuhan yang memberi nyawa organisasi .

B. Tujuan SMK3
Menurut PERMENAKER No 5 Tahun 1996 tujuan SMK3 adalah menciptakan
suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif .

C. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-Undangan


Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Permen PU Nomor: 09/PRT/M/2008
tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang PU tercantum elemen-elemen yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:
1. Kebijakan K3
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan. kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi

370
dan kerjasama semua pihak. kebijakan K3 menggaribawahi hubungan kerja
manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif.
2. Perencanaan K3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang
diterapkan. Adapun bagian-bagian perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaliannya,
b. Pemenuhan Perundang-undangan dan persyaratan lainnya,
c. Sasaran dan Program. (Permen, 2008)
3. Penerapan dan Operasi Kegiatan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem
yang diterapkan. Adapun kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun
2008 adalah sebagai berikut:
a. Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggung jawaban.
b. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian.
c. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi.
d. Dokumentasi.
e. Pengendalian Dokumen.
f. Pengendalian Operasional.
g. Kesiagaan dan Tanggap Darurat. (Permen, 2008)
4. Pemeriksaan atau Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan
keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan. Seperti yang
terdapat pada pasal 10 Permen PU tahun 2008 menyatakan bahwa dalam hal materi
penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang dijadikan salah
satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, maka PPK wajib
menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ialah pejabat yang
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluara anggaran belanja. Berikut ini
adalahbagian peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran kinerja SMK3 terdiri
dari 4 bagian yaitu (Permen, 2008):
a. Evaluasi Kepatuhan.
b. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan pencegahan.
c. Pengendalian Rekaman.
d. Audit Internal
5. Tinjauan Manajemen (Permen, 2008)
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara
berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3.Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 harus
dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa
termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.

371
D. Analisa Keberhasilan Penerapan SMK3
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di tempat kerja,dapat diukur menurut Permenaker 05/MEN/1996 sebagai
berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan
(nonconformance) dikenaitindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100 % diberikan sertifikat dan bendera emas.
Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi
bidang Pekerjaan Umum, menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.
2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.
3. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.

4. SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SERTA


LINDUNGAN LINGKUNGAN (K3LL)
A. Tujuan dari K3LL
Agustino Imam (2008) menuliskan bahwa Sistem Manajemen K3LL
Perusahaan yang telah ditetapkan secara terstruktur menjadi pedoman bagi setiap
Unit Bisnis atau kostruksi dalam pelaksanaan kegiatan operasional dengan selalu
menerapkan aspek-aspek K3LL. Nilai-nilai dalam Sistem Manajemen K3LL
Perusahaan yang dijalankan oleh setiap pekerja di Perusahaan antara lain: kepatuhan
Terhadap Peraturan Perundangan Republik Indonesia dan standard-standar di
industri migas, memastikan manajemen risiko berjalan dengan efektif dan efisien,
menjamin semua standar K3LL dipenuhi dengan baik, mengembangkan budaya
Operations Excellence, dan melakukan peningkatan kinerja K3LL yang
berkelanjutan. Sebagai dasar hukum pelaksanaan kegiatan operasional yang
menerapkan aspek K3LL ini, perusahaan menetapkan 12 hal penting yang harus
dipenuhi guna mencapai target-target operasional dan K3LL. Ada pun ke-12 hal
penting tersebut adalah:
1. Kepemimpinan, Komitmen, dan Akuntabilitas
2. Manajemen Risiko
3. Sumber Daya Manusia, Pelatihan dan Perilaku
4. Manajemen Kontraktor
5. Desain dan Konstruksi Fasilitas
6. Pemeliharaan dan Operasi
7. Manajemen Perubahan
8. Informasi dan Dokumentasi
9. Komunikasi, Kesadaran Komunitas dan Pemangku Kepentingan
10. Manajemen Keadaan Darurat dan Krisis
11. Pelaporan dan Investigasi Insiden
12. Penilaian, Penjaminan, dan Perbaikan

372
Setiap Kepala Unit Bisnis atau kontruksi bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa sasaran-sasaran operasional dicapai dengan selalu
memperhatikan pengelolaan yang baik terhadap Keselamatan Kerja, dan Kesehatan
Kerja, serta upaya Perlindungan Lingkungan. Saat ini, setiap Unit Bisnis yang
berada di wilayah operasi Perusahaan telah mengembangkan SMK3LL sesuai
dengan karakteristik kegiatannya, yang mengacu pada Operations Excellence
(Keunggulan Operasional).

B. Penerapan K3LL
Agustino Imam (2008) menulis bahwa penerapannya sendiri perusahaan-
perusahaan memfokuskan kegiatan K3LL pada berbagai kegiatan yang bertujuan
mempertahankan atau meningkatkan kualitas K3LL. Fokus utama adalah
mempertahankan kepatuhan terhadap ketentuan Pemerintah yang terkait dengan
aspek K3LL, termasuk dalam fokus ini adalah memperhatikan ketentuan tentang
pengelolaan air limbah, emisi udara, limbah B3, meningkatkan kepatuhan pada
ketentuan AMDAL, UKP-UPL dan Izin Lingkungan serta mematuhi ketentuan
pengelolaan higiene industri dan sanitasi lingkungan kerja.
Sudah menjadi rahasia publik pula bahwa fokus K3LL ini berikutnya adalah
peningkatan penerapan sistem manajemen K3LL yang dilakukan melalui berbagai
pelatihan dan sosialisasi tentang berbagai aspek K3LL, antara lain Sosialisasi ulang
Sistem Manajemen K3LL Perusahaan, Sosialisasi/ Awareness tentang ISO 14001 dan
OHSAS 18001, Modern Safety Management (MSM), Defensive Driving Course,
Pengelolaan Limbah B3, Pelaporan dan Investigasi Insiden, Pelaporan Kondisi dan
Perilaku Tidak Aman, Manajemen Risiko, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K), Pemadaman Kebakaran, dan lain sebagainya. Dalam fokus ini juga tercakup
kegiatan melakukan berbagai kampanye bertema K3LL, analisis insiden dan tindak
lanjut program observasi perilaku pekerja.
Perusahaan juga melakukan audit internal tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) dan audit internal
ISM Code, audit sertifikasi ISO14001 dan OHSAS 18001 oleh badan sertifikasi
independen serta melakukan Audit sertifikasi ISM Code untuk FSO Ladinda yang
dioperasikan oleh Perusahaan. Di bidang lingkungan, Perusahaan fokus pada
peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup dengan melakukan langkah-
langkah pengurangan emisi gas rumah kaca, melakukan konservasi dan audit energi,
serta beberapa kegiatan serupa lainnya. Perusahaan juga fokus pada konservasi
keanekaragaman hayati, program higiene industry (Industri Higenis) dan peningkatan
kesiap-siagaan tanggap darurat.

373
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai