CAPAIAN PEMBELAJARAN:
1. Mengetahui Tentang
Manajemen K3
2. Mengetahui Sistem
Tentang Manajemen
SMK3
3. Mengetahui Sistem
Manajemen K3LL
349
1. PENDAHULUAN
Data yang diperoleh dari Annual Report mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Tahun 2002, yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
menunjukkan bahwa sektor usaha Bangunan menduduki peringkat ke ke-4
4 yang mempunyai
kasus kecelakaan tertinggi, selengkapnya peringkat untuk 5 sektor usaha adalah:
a. Sektor
or Pertanian dan Peternakan 13,60
13,60%
b. Industri Tekstil 8,65
8,65%
c. Industri Pakaian dan Bahan Jadi
Jadi 5,60
5,60%
d. Bangunan 5,67
5,67%
e. Penebangan Kayu 5,58
5,58%
Data di atas diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 s/d 1999 dengan
jumlah kecelakaan kerja 412.652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan
pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang
kurang lebih Rp 329 Milyar lebih. Oleh
karena itu penerapan prinsip K3 di proyek sangat memerlukan perhatian Kontraktor.
350
mengontrol bahaya yang timbul di dale atau dari tempat kerja yang dapat merusak
kesehatan dan kesejahteraan pekerja, juga berdampak pada komunitas dan lingkungan
sekitarnya .
OHSAS 18001:2007: Kondisi-kondisi dan factor-faktor yang berdampak, atau dapat
berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerj control dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).
C. Kelengkapan Administrasi K3
Kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administrasi K3 ini antara lain terdiri dari:
Pendaftaran proyek ke Depnaker
Sebelum melakukan aktivitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib
melapor dan mendaftar ke Depnaker setempat, karena Depnaker adalah instansi
Pemerintah yang benvenang dan bertanggung jawab menangani masalah K3.
Sebagai bukti dari kegiatan ini berupa Surat pendaftaran proyek ke Depnaker
setempat dan sudah ada penerimaan konfirmasi dari Depnaker.
352
Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, perusahaan atau proyek yang
mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi tenaga kerja
meldui ASTEK. Sebagai bukti dari pelaksanaannya: adanya polis dari ASTEK
untuk proyek tersebut berikut kuitansi pembayaran preminya.
353
Pemberitahuan kepada Pemerintah Lingkungan Setempat
Pemerintah setempat/Muspida yang dimaksud terdiri dari unsur Departemen
Dalam Negeri (lurah/camat/bupati/walikota), Kepolisian (Polsek, Polwill, Polda),
dan TNI (Babinsa/Koramil/Kodim). Ketiga unsur di atas adalah instansi-instansi
aparat negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan dan keamanan
ketertiban umum. Pemerintahan/lingkungan setempat harus diberi laporan tentang
keberadaan adanya kegiatan proyek, karena akan menyangkut banyak tenaga kerja
yang umumnya para pendatang, banyaknya kendaraan keluar masuk membawa
material, adanya kegiatan-kegiatan di luar kegiatan rutin yang terkadang dapat
mengganggu kelancaran ketenangan kegiatan yang sudah ada. Sebagai bukti dari
pelaksanaan adalah: adanya surat pemberitahuan ke pemerintahan lingkungan
setempat dan sudah ada informasinya.
Catatan:
Yang disebut kecelakaan K3 BUKAN hanya yang mengakibatkan cederal sakitnya
tenaga kerja, TAP1 juga menyangkut rusaklkurangnya produktivitas bahanlperalatan.
Jadi penanganan K3 yang tidak baik akan berakibat pada turunnya Produktivitas.
Sebagai bukti pelaksanaan: Adanya Safety Plan yang sudah disahkan Manajer Proyek.
354
dalam gambar c dan gambar d di Halaman 110. Selain itu bisa berisi gambar-
gambarlpamflet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi
pekerjaan. Slogan maupun pamflet-pamflet dapat dipasang di kantor proyek atau
lokasi pekerjaan di lapangan.
Pakaian Kerja
355
Sepatu Kerja
Kacamata Kerja
356
Sarung Tangan
Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya
dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari
bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau
material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan
para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat
membahayakan diri sendiri
357
Sabuk Pengaman
Penutip Telinga
358
Masker
c. Rambu-Rambu
Fungsi Rambu-rambu Peringatan antara Lain, yaitu:
359
Peringatan bahaya dari atas
Peringatan bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan bahaya apilkebakaran
Peringatan tersengat listrik
Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai)
Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
Penunjuk batas ketinggian penumpukan material
Larangan memasuki ke area tertentu
Larangan membawa bahan-bahan berbahaya
Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
Peringatan ada alatlmesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
Peringatanllarangan untuk mas& kelokasi genset power listrik (untuk
lokasi tertentu)
360
Gambar 10.14 Penempatan Bendera
361
Gambar 10.16 Contoh Slogan K3
Dalam hal ini ada beberapa catatan antara lain. Ada pemahaman yang
keliru tentang K3, yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi sarana
peralatan K3 berarti sudah memenuhi persyaratan K3. Padahal sarana peralatan
K3 ini adalah baru sebagian dari sistem K3. Bekerja dengan K3 yang benar
adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut:
a. Pekerja
Pekerja maupun pengawas harus memiliki sikap kerja yang benar, yaitu:
Punya pengetahuan dan ketrampilan K3
Berperilaku sesuai ketentuan K3
Sehat jasmani dan rohani
362
ii. House Keeping
Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana
kebersihan dan kerapian untuk program K3 adalah:
Penyediaan air bersih yang cukup
Penyediaan toilet/WC yang bersih
Penyediaan Musholla yang bersih dan terawat
Penyediaan toilet1WC untuk pekerja proyek
Penyediaan bak-bak sampai pada lokasi yang diperlukan
Pembuatan saluran pembuangan limbah
Pembersihan sampah-sampah secara teratur
Kerapian penempatan alat-alat kerja di lapangan setelah dipakai (beatty
scaffolding, pipe support, pipa-pipa, jack base, concrete vibrator, lampu-
lampu penerangan, dan lain-lain)
Berikut ini adalah contoh isi Safety Plan yang menyangkut tentang hal-hal:
Risiko kecelakaan dan pencegahannya dan Tata Cara Pengoperasian Alat
363
364
365
TATA CARA PENGOPERASIAN PERALATAN
Beberapa contoh adalah sebagai berikut:
366
F. Program Pelatihan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting saat melaksanakan pekerjaan
konstruksi, maka sangat diperlukan adanya pelatihan K3. Pelatihan program k3 terbagi atas
2 bagian, yaitu:
i. Pelatihan Secara Umum
Materi pelatihan ini bersifat umum yaitu panduan tentang K3 di proyek misalnya:
Pedoman praktis Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek
Bangunan Gedung
Penanganan, Penyimpanan, dan Pemeliharaan Material
367
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sipil
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Luar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Bekisting
Keselamatan dan Kesahatan Kerja dalam Pekerjaan Pembesian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sementara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Rangka Baja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Struktur Khusus
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pembetonan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pondasi Pile dan Strutting
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembongkaran
368
khusus ini adalah seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek.
G. Kegiatan di Lapangan
Kegiatan K3 di lapangan merupakan pelaksanaan Safety Plan yang harus
dilaksanakan Kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut beberapa kegiatan antara
lain:
Kerja Sama dengan Instansi yang Terkait K3
Kerja sama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi yang
dimaksud antara lain adalah: Depnaker, Polisi, dan Rumah Sakit. Hubungan awal
yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan pemberitahuan ke instansi
pemerintah1Muspida setempat perlu dipertahankan dengan hubungan informal yang
lain agar apabila ada masalah K3,masalahnya cepat tertangani dengan baik. Untuk
proyek tertentu (misalnya yang cukup terpencil dan rawan terhadap kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja) perlu dijalin hubungan kerja sama dengan rumah sakit
terdekat. Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya dokumen-dokumenlsurat- surat
serta hubungan kerja sama yang nyata dengan instansi-instansi terkait tersebut.
Pengawasan Pelaksanaan K3
Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan:
a) Safety patrol
Yang dimaksud Safety Patrol adalah suatu tim K3 yang terdiri 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli selama kira-kira 1 atau 2 jam (tergantung lingkup proyek).
Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak
sesuai ketentuanlyang memiliki risiko kecelakaan. Ketentuan tolok ukurnya ada
dalam:
o Safety Plan
o Panduan pelaksanaan K3
o Hal-hal yang secara teknis mengandung risiko bahaya
b) Safety supervisor
Safety Supervisor adalah Petugas yang ditunjuk oleh Manajer Proyek yang secara
terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat
dari segi K3. Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi
langsung kepada Superintendent (kepala pelaksana) bila ada pelaksanaan yang
mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja.
369
c) Safety meeting
Safety Meeting adalah rapatlmeeting dalam proyek yang membahas hasil laporan
dari Safety Patrol maupun hasil laporan dari safety supervisor. Yang paling utama
dalam Safety Meeting adalah:
o Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3
dan
o Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang
kembali.
B. Tujuan SMK3
Menurut PERMENAKER No 5 Tahun 1996 tujuan SMK3 adalah menciptakan
suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif .
370
dan kerjasama semua pihak. kebijakan K3 menggaribawahi hubungan kerja
manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif.
2. Perencanaan K3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang
diterapkan. Adapun bagian-bagian perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaliannya,
b. Pemenuhan Perundang-undangan dan persyaratan lainnya,
c. Sasaran dan Program. (Permen, 2008)
3. Penerapan dan Operasi Kegiatan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem
yang diterapkan. Adapun kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun
2008 adalah sebagai berikut:
a. Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggung jawaban.
b. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian.
c. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi.
d. Dokumentasi.
e. Pengendalian Dokumen.
f. Pengendalian Operasional.
g. Kesiagaan dan Tanggap Darurat. (Permen, 2008)
4. Pemeriksaan atau Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan
keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan. Seperti yang
terdapat pada pasal 10 Permen PU tahun 2008 menyatakan bahwa dalam hal materi
penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang dijadikan salah
satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, maka PPK wajib
menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ialah pejabat yang
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluara anggaran belanja. Berikut ini
adalahbagian peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran kinerja SMK3 terdiri
dari 4 bagian yaitu (Permen, 2008):
a. Evaluasi Kepatuhan.
b. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan pencegahan.
c. Pengendalian Rekaman.
d. Audit Internal
5. Tinjauan Manajemen (Permen, 2008)
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara
berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3.Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 harus
dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa
termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
371
D. Analisa Keberhasilan Penerapan SMK3
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di tempat kerja,dapat diukur menurut Permenaker 05/MEN/1996 sebagai
berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan
(nonconformance) dikenaitindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100 % diberikan sertifikat dan bendera emas.
Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi
bidang Pekerjaan Umum, menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.
2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.
3. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.
372
Setiap Kepala Unit Bisnis atau kontruksi bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa sasaran-sasaran operasional dicapai dengan selalu
memperhatikan pengelolaan yang baik terhadap Keselamatan Kerja, dan Kesehatan
Kerja, serta upaya Perlindungan Lingkungan. Saat ini, setiap Unit Bisnis yang
berada di wilayah operasi Perusahaan telah mengembangkan SMK3LL sesuai
dengan karakteristik kegiatannya, yang mengacu pada Operations Excellence
(Keunggulan Operasional).
B. Penerapan K3LL
Agustino Imam (2008) menulis bahwa penerapannya sendiri perusahaan-
perusahaan memfokuskan kegiatan K3LL pada berbagai kegiatan yang bertujuan
mempertahankan atau meningkatkan kualitas K3LL. Fokus utama adalah
mempertahankan kepatuhan terhadap ketentuan Pemerintah yang terkait dengan
aspek K3LL, termasuk dalam fokus ini adalah memperhatikan ketentuan tentang
pengelolaan air limbah, emisi udara, limbah B3, meningkatkan kepatuhan pada
ketentuan AMDAL, UKP-UPL dan Izin Lingkungan serta mematuhi ketentuan
pengelolaan higiene industri dan sanitasi lingkungan kerja.
Sudah menjadi rahasia publik pula bahwa fokus K3LL ini berikutnya adalah
peningkatan penerapan sistem manajemen K3LL yang dilakukan melalui berbagai
pelatihan dan sosialisasi tentang berbagai aspek K3LL, antara lain Sosialisasi ulang
Sistem Manajemen K3LL Perusahaan, Sosialisasi/ Awareness tentang ISO 14001 dan
OHSAS 18001, Modern Safety Management (MSM), Defensive Driving Course,
Pengelolaan Limbah B3, Pelaporan dan Investigasi Insiden, Pelaporan Kondisi dan
Perilaku Tidak Aman, Manajemen Risiko, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K), Pemadaman Kebakaran, dan lain sebagainya. Dalam fokus ini juga tercakup
kegiatan melakukan berbagai kampanye bertema K3LL, analisis insiden dan tindak
lanjut program observasi perilaku pekerja.
Perusahaan juga melakukan audit internal tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) dan audit internal
ISM Code, audit sertifikasi ISO14001 dan OHSAS 18001 oleh badan sertifikasi
independen serta melakukan Audit sertifikasi ISM Code untuk FSO Ladinda yang
dioperasikan oleh Perusahaan. Di bidang lingkungan, Perusahaan fokus pada
peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup dengan melakukan langkah-
langkah pengurangan emisi gas rumah kaca, melakukan konservasi dan audit energi,
serta beberapa kegiatan serupa lainnya. Perusahaan juga fokus pada konservasi
keanekaragaman hayati, program higiene industry (Industri Higenis) dan peningkatan
kesiap-siagaan tanggap darurat.
373
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.