Anda di halaman 1dari 22

Sumber utama dari material yang menjadi endapan fluvial adalah pecahan dari

batuan kerak bumi. Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain

oleh tenaga air, angin dan gletser. Air mengalir dipermukaan tanah atau sungai

membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju

tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan

bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya

angkutnya. Peristiwa ini disebut dengan disintegrasi yang prosesnya dapat fisik atau

kimia. Sebagai akibat proses tersebut adalah terbentuknya butiran tanah dengan

berbagai macam sifat yang berbeda, tergantung dari keadaan iklim, topografi, jenis

batuan, waktu dan organisme. Apabila partikel tanah tersebut terkikis dari permukaan

bumi atau palung sungai maka material yang dihasilkan akan bergerak atau berpindah

menurut arah aliran yang membawanya menjadi angkutan sedimen.

Pengetahuan mengenai angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai

dalam kaitannya dengan besar aliran sungai akan mempunyai arti penting bagi

kegiatan pengembangan dan manajemen sumber daya air, konservasi tanah dan

perencanaan bangunan pengamanan sungai. Pengetahuan mengenai sedimen akan

memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran sedimen yang melayang terbawa

aliran ataupun sedimen yang bergerak di dasar sungai. Sedimentasi adalah suatu

proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es atau gletser di

suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses

pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai. Proses sedimentasi

meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan

pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses tersebut berjalan sangat

komplek, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang

Universitas Sumatera Utara


merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu

menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan

bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen. Bentuk,

ukuran dan beratnya partikel tanah tersebut akan menentukan jumlah besarnya

angkutan sedimen.

Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material angkutan sedimen

yang terbawa oleh aliran sungai, material tersebut dapat terangkut kembali apabila

terjadi kenaikan kecepatan aliran cukup tinggi. Besarnya volume angkutan sedimen

tergantung dari pada perubahan kecepatan aliran dan adanya kegiatan di palung

sungai. Sebagai akibat dari perubahan volume angkutan sedimen adalah terjadinya

penggerusan di beberapa tempat serta terjadinya pengendapan di tempat lain pada

dasar sungai sehingga dengan demikian bentuk dari dasar sungai akan selalu berubah.

II.2 Transportasi Sedimen

Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana

kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan oleh

suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Sifat-sifat transportasi sedimen

berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri yaitu mempengaruhi pembentukan struktur

Universitas Sumatera Utara


sedimen yang terbentuk. Hal ini penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur

sedimen merupakan suatu catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu

sedimen tersebut diendapkan. Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari

gerakan media pengangkut. Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan

berat jenis) butiran sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari

erosi, transportasi sampai ke pengendapan.

II.2.1 Erosi dan Sedimentasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi dan sedimentasi merupakan proses

terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material

tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material

yang terangkut di tempat lain (Suripin, 2002). Proses erosi dan sedimentasi ini baru

mendapat perhatian cukup serius oleh manusia pada sekitar tahun 1940-an, setelah

menimbulkan kerugian yang cukup besar, baik berupa merosotnya produktivitas tanah

serta yang tidak kalah pentingnya adalah rusaknya bangunan-bangunan keairan serta

sedimentasi waduk. Daerah pertanian merupakan lahan yang paling rentan terhadap

terjadinya proses erosi. Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering

terutama yang memiliki kemiringan lereng sekitar 15% atau lebih.

II.2.2. Erosi

Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan

tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi tanah

yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam keadaan normal di

lapangan, yaitu tahap pertama pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah ke

dalam bentuk butir-butir kecil atau partikel tanah, tahap kedua pemindahan atau

pengangkutan butir-butir yang kecil sampai sangat halus tersebut, dan tahap ketiga

Universitas Sumatera Utara


pengendapan partikel-partikel tersebut di tempat yang lebih rendah atau di dasar

sungai (Priyantoro, 1987).

Hujan merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya erosi tanah.

Tetesan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah. Pada saat butiran

air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat terlepas dan

terlempar sampai beberapa centimeter ke udara. Pada lahan datar partikel-partikel

tanah tersebar lebih kurang merata ke segala arah, tapi untuk lahan miring terjadi

dominasi kearah bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah yang terlepas ini akan

menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi.

Pada kondisi dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi

genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan.

Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-partikel yang

terlepas baik oleh tetesan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri.

Pada saat aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel

tanah yag terlepas, maka partikel tanah tersebut akan diendapkan.

Proses pengangkutan partikel-partikel tanah ini akan terhenti baik untuk

sementara atau tetap, sebagai pengendapan atau sedimentasi. Proses pengendapan

sementara terjadi pada lereng yang bergelombang, yaitu bagian lereng yang cekung

akan menampung endapan partikel yang hanyut untuk sementara dan pada hujan

berikutnya endapan ini akan terangkat kembali menuju dataran rendah atau sungai.

Sedangkan pengendapan akhir atau sedimentasi terjadi pada sungai. Pada daerah

aliran sungai partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan

mengalir ke sungai sehingga terjadi pendangkalan pada tempat tersebut. Keadaan ini

akan mengakibatkan daya tampung sungai menjadi turun sehingga timbul bahaya

banjir.

Universitas Sumatera Utara


II.2.3. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terangkut oleh aliran

dari bagian hulu akibat dari erosi. Sungai-sungai membawa sedimen dalam setiap

alirannya. Sedimen dapat berada di berbagai lokasi dalam aliran, tergantung pada

keseimbangan antara kecepatan ke atas pada partikel (gaya tarik dan gaya angkat) dan

kecepatan pengendapan partikel.

Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

Sedimentasi fluvial

Sedimentasi fluvial adalah proses pengendapan materi yang diangkut oleh air

sungai dan diendapkan disepanjang sungai atau muara sungai. Bentang alam

hasil sedimentasi fluvial antara lain pulau sungai dan delta. Pulau sungai

merupakan dataran yang terdapat di tengah-tengah badan sungai. Sedangkan

delta adalah bentuk hasil endapan lumpur, tanah, pasir, dan batuan yang

terdapat di muara sungai. Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen

fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir,

kerikil dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini

sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan.

Sedimentasi aeris

Universitas Sumatera Utara


Sedimentasi Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga

angin. Contohnya: tanah loss, sand dunes.

Sedimentasi pantai

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai.

Berdasarkan ukuran butirannya, sedimen panai dapat berkisar dari sedimen

berukuran butir lempung sampai gravel. Suplai muatan sedimen yang sangat

tinggi yang menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan

yang dibawa ke laut melalui aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran

sungai yang meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor utama yang

meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut.

Ada 3 (tiga) macam pergerakan angkutan sedimen yaitu:

1. Bed load transport

Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai secara keseluruhan

disebut dengan bed load. Adanya bed load ditunjukkan oleh gerakan partikel

di dasar sungai yang ukurannya besar, gerakan itu dapat bergeser,

menggelinding atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar

sungai.

2. Was load transport

Wash load adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung (silk)

dan debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan terbawa

aliran sampai ke laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang atau

pada air yang tergenang.

3. Suspended load transport

Universitas Sumatera Utara


Suspended load adalah material dasar sungai (bed material) yang melayang di

dalam aliran dan terutama terdiri dari butir pasir halus yang senantiasa

mengambang di atas dasar sungai, karena selalu didorong oleh turbulensi

aliran. Suspended load itu sendiri umumnya bergantung pada kecepatan jatuh

atau lebih dikenal dengan fall velocity.

Pada kenyataan pada tiap satu satuan waktu pergerakan angkutan sedimen

yang dapat diamati hanyalah Bed Load Transport dan Suspended Load Transport.

II.2.4. Angkutan Sedimen

Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses

alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai disamping berfungsi sebagai media

untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan

sedimen.

Pengertian umum angkutan sedimen adalah sebagai pergerakan butiran-

butiran material dasar saluran yang merupakan hasil erosi yang disebabkan oleh gaya

dan kecepatan aliran sungai.

Di dalam perhitungan sifat-sifat sedimen yang dipakai adalah: ukuran,

kerapatan atau kepadatan, kecepatan jatuh dan porositas. Laju angkutan sedimen,

perubahan dasar dan tebing saluran, perubahan morfologi sungai dapat diterangkan

jika sifat sedimennya diketahui.

Beberapa faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen adalah :

1. Ukuran partikel sedimen

Tabel 2.1 Klasifikasi ukuran partikel sedimen

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi Ukuran butiran

Bongkahan > 256 mm

Berangkal (couble) 64 256 mm

Kerikil (gravel) 2- 64 mm

Pasir (sand) 62 2000 m

Lanau (silt) 4 -62 m

Lempung (clay) < 4 m

Pengukuran ukuran butiran tergantung pada jenis bongkahan, untuk berangkal

pengukuran dilakukan secara langsung, untuk kerikil dan pasir dilakukan dengan

analisa saringan sedangkan untuk lanau dan lempung dilakukan dengan analisa

sedimen.

2. Berat spesifik partikel sedimen

Berat spesifik adalah berat sedimen per satuan volume dari bahan angkutan

sedimen. Dirumuskan sebagai berikut :


= ......................................................................... (2.1)

Dari hasil penelitian, berat spesifik rata-rata sedimen yang ditentukan hampir

sama atau mendekati berat spesifik pasir kwarsa yaitu 2,56 gram/cm3.

3. Tegangan geser kritis

Tegangan geser kritis merupakan parameter penting dalam angkutan sedimen.

Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh tegangan geser, kecepatan kritis dan gaya

Universitas Sumatera Utara


angkat. Partikel sedimen akan terangkat apabila tegangan geser dasar lebih besar

dari tegangan geser kritis erosi dan tegangan geser kritis erosi melebihi tegangan

geser kritis deposisi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tegangan geser kritis sangat bergantung

pada riwayat proses pengendapan dan konsolidasi. Untuk itu beberapa penelitian

tegangan geser kritis sedimen kohesif biasanya dilakukan dengan menghubungkan

antara tegangan geser dan massa jenis sedimen pada berbagai variasi ketinggian

sampel.

Sedimen bergerak tergantung dari besarnya gaya seret dan gaya angkat dan dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Gaya yang bekerja pada butiran di dasar sungai

Dimana:

f = koefisien gesekan

3
W = (s - )*g (2.2)
6

Universitas Sumatera Utara


1 2
FD = 2 . (2.3)
2 4

1 2
FL = 2 . (2.4)
2 4

Partikel sedimen akan mulai bergerak pada kondisi kecepatan geser kritis

terlampaui, karena gaya dorong lebih besar dari gaya gesek.

2
= ( 1)
(2.5)

Persamaan tegangan geser Shield adalah:


= . (2.6)
( )

Dimana :

= , sehingga :


= ( )
(2.7)

D = kedalaman saluran (m)

S = kemiringan saluran

D = diameter butiran sedimen (mm)

= tegangan geser kritis

Apabila bilangan Reynold diketahui maka tegangan geser kritis dapat diketahui

dengan melihat grafik 2.2 buku Sediment Transport, Chi Ted Yang halaman 22.

Universitas Sumatera Utara



= (2.8)

Dimana :

U* = kecepatan geser

d = diameter sedimen

v = viskositas kinematik

Viskositas kinematik dari air (v) dihubungkan kepada viskositas dinamik () oleh

berat jenis sebagai berikut = . Sebagian besar buku Mekanika Fluida

mempunyai tabel dan diagram dari viskositas air sebagai fungsi dari temperatur.

Misalnya harga yang mewakili v = 1.10-6 m2/s untuk air bersih pada suhu 20oC.

Dengan melihat grafik di bawah ini maka akan didapatkan nilai critical stress.

Gambar 2.2. Diagram Shields

Universitas Sumatera Utara


Diagram Shields secara empiris menunjukkan bagaimana pendimensian tegangan

geser kritis yang diperlukan untuk inisiasi pergerakan yang merupakan fungsi dari

bentuk khusus partikel bilangan Reynolds, Rep atau bilangan Reynold yang terkait

dengan partikel tersebut. (Chi Ted Yang, 2003).

4. Kecepatan Jatuh (Fall Velocity)

Karakteristik dari sedimen adalah kecepatan jatuhnya atau fall velocity (),

yang mana adalah kecepatan maksimum yang dicapai oleh suatu partikel akibat gaya

gravitasi. Ukuran pasir yang tersuspensi dalam suatu sungai akan tergantung kepada

nilai fall velocity-nya. Untuk suatu ukuran butiran sedimen yang besar, akan jatuh

dengan cepat dan akan lebih sedikit mendapat tahanan dari air dibandingkan dengan

butiran sedimen yang lebih halus.

Persamaan umum untuk mencari nilai fall velocity :

1 2
= .. (2.9)
18

Dimana :

= kecepatan jatuh (m/det)

= berat jenis sedimen

= berat jenis air

Universitas Sumatera Utara


g = gravitasi (m/det2)

d = diameter sedimen (mm)

v = kinematic viscositas (m/det2)

Gambar 2.3. Sketsa pengendapan partikel sedimen layang

Nilai fall velocity () dapat diketahui apabila diketahui diameter sedimen (d),

temperature air (oC) dan shape factor dari sedimen.

Untuk menentukan fall velocity dapat diperoleh dengan melihat grafik 1.3 buku

sediment transport, Chi Ted Yang, halaman 10.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4. Grafik hubungan antara dan d

II.2.5. Rumus-rumus Angkutan Sedimen

Rumus-rumus yang dipakai dalam perhitungan angkutan sedimen adalah persamaan-

persamaan Yangs, Engelund and Hansen, dan Shen and Hung.

A. Persamaan Yangs (1973)

Yangs (1973) mengusulkan formula transportasi sedimen berdasarkan konsep unit

aliran listrik, yang dapat dimanfaatkan untuk prediksi materi keseluruhan tempat tidur

konsentrasi diangkut dalam flumes tempat tidur pasir dan sungai. Yang mendasarkan

rumusnya pada konsep bahwa jumlah angkutan sedimen berbanding langsung dengan

jumlah energi aliran. Energy per satuan berat air dapat dinyatakan dengan hasil kali

kemiringan dasar dan kecepatan aliran. Energy per satuan besar air tersebut oleh Yang

disebut sebagai unit stream power dan dianggap sebagai parameter penting dalam

menentukan jumlah angkutan sedimen.

Data-data yang dipergunakan dalam pembuatan persamaan Yangs adalah :

Data sedimen

Geometri saluran

Kecepatan aliran

Analisa perhitungan

50
Log C1 = 5.435 0.286 log - 0.457 log

50
+1.799 0.409 log

0.314 log log (2.10)

Universitas Sumatera Utara


Gw = ..(2.11)

Qs = Ct*Gw ..(2.12)

Dimana :

Ct = konsentrasi sedimen total

d50 = diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)

= kecepatan jatuh (m/s)

V = kecepatan aliran (m/s)

Vcr = kecepatan kritis (m/s)

S = kemiringan sungai

U* = kecepatan geser (m/s)

W = lebar sungai (m)

D = kedalaman sungai (m)

Qs = muatan sedimen (kg/s)

B. Engelund and Hansen

Engelund and Hansen (1967) persamaan Engelund-Hansen didasarkan pada

pendekatan tegangan geser. Persamaan Engelund and Hansen dapat ditulis sebagai

berikut :

1/2
50 0 3/2
2
qs = 0.05 (2.13)
( 1) ( )50

Universitas Sumatera Utara


Qs = W * qs (2.14)

Dimana : 0 = .(2.15)

0 = tegangan geser (kg/m2)

Qs = muatan sedimen (kg/s)

C. Shen and Hungs

Shen and Hung (1971) diasumsikan bahwa transportasi sedimen adalah begitu

kompleks sehingga tidak menggunakan bilangan Reynolds, bilangan Froude,

kombinasi ini dapat ditemukan untuk menjelaskan transportasi sedimen dengan semua

kondisi. Shen and Hung mencoba untuk menemukan variabel yang dominan yang

mendominasi laju transportasi sedimen, mereka merekomendasikan kemunduran

persamaan berdasarkan 587 set data laboratorium. Persamaan Shen and Hung dapat

ditulis sebagai berikut :

Log Ct = - 107404.459 + 324214.747* Y 326309.589*Y2 + 109503.872*Y3

Gw =

Qs = Ct*Gw

0.0075
0.57
Dimana : Y = 0.32

Ct = konsentrasi sedimen total

V = kecepatan aliran (m/s)

= kecepatan jatuh (m/s)

S = kemiringan sungai

Universitas Sumatera Utara


W = lebar sungai (m)

D = kedalaman sungai (m)

Qs = muatan sedimen (kg/s)

II.2.6. Metode Einstein

Einstein (1950) mengawali pendekatan langsung dalam penentuan beban

material dasar dengan menjumlahkan beban dasar dan beban melayang. Ia juga

termasuk salah satu orang pertama yang memperkenalkan ide dari tegangan geser

efektip. Tegangan geser total dipertimbangkan terdiri dari dua bagian: tegangan geser

yang berkaitan kekasaran butiran dan tegangan geser yang berhubungan dengan

tegangan geser akibat pembentukan dasar saluran (form shear stress) .

= +

Tegangan geser butiran adalah efektip untuk membawa sedimen merupakan

tegangan geser yang menghasilkan kecepatan rata-rata bila semua perlawanan

(resistances) disebabkan kekasaran geseran. Dengan harga-harga yang diketahui dari

kecepatan dan radius hidraulik (atau kedalaman pada kasus ratio lebar-kedalaman

yang besar), tegangan geser efektip dapat dihitung langsung dari persamaan kecepatan

(yang dipilih) dan parameter geseran butiran. Ide ini telah dipakai dari awalnya pada

hampir semua hubungan transport sedimen, kecuali untuk metode yang langsung

didasarkan pada kecepatan atau kedalaman dan kecepatan. Metode Einstein masih

dipandang sebagai petunjuk dari segi pandangan teoritis. Metode ini memperkenalkan

beberapa konsep dasar dalam transportasi sedimen yang keudian dimodifikasi atau

disederhanakan oleh lainnya untuk perhitungan transportasi sedimen walaupun

Universitas Sumatera Utara


prosedur dasar difusinya kompleks serta beberapa ketidakpastian dalam penentuan

koefisien (Julien, 1995; Yang, 1996).

II.3. Dampak Erosi dan Sedimentasi

II.3.1. Pengaruh Erosi

Seperti yang telah diuraikan, erosi dan sedimentasi yang diakibatkan oleh

pergerakan air (daerah dengan curah hujan tinggi) meliputi beberapa proses. Terutama

meliputi proses pelepasan, penghanyutan/pengangkutan dan pengendapan daripada

partikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan percikan air hujan dan aliran

permukaan.

Air hanya akan mengalir dipermukaan tanah apabila jumlah air hujan lebih

besar daripada kemampuan tanah untuk menginfiltrasi air ke lapisan yang lebih

dalam. Dengan menurunnya porositas tanah, karena sebagian pori-pori tertutup oleh

partikel tanah yang halus, maka laju infiltrasi akan semakin berkurang, akibatnya

aliran air dipermukaan akan semakin bertambah banyak. Aliran air di permukaan

mempunyai peranan yang penting. Lebih banyak air yang mengalir di permukaan

tanah maka lebih banyak tanah yang terkikis dan terangkut banjir yang dilanjutkan

terus ke sungai untuk akhirnya diendapkan. Lebih lanjut tetesan air hujan ini dapat

menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Akibatnya

dapat menyetop sama sekali laju infiltrasi sehingga aliran permukaan semakin

berlimpah.

Dari uraian ini jelas bahwa pengaruh erosi ini dapat menimbulkan

kemerosotan kesuburan fisik dari tanah.

II.3.2. Pengaruh Sedimentasi

Universitas Sumatera Utara


Erosi tidak hanya berpengaruh negative pada lahan dimana terjadi erosi, tetapi

juga di daerah hilirnya dimana material sedimen diendapkan. Banyak bangunan-

bangunan sipil di daerah hilir akan terganggu, saluran-saluran, jalur navigasi air akan

mengalami pengendapan sedimen. Disamping itu kandungan sedimen yang tinggi

pada air sungai juga akan merugikan pada penyediaan air bersih. Salah satu

keuntungan yang dapat diperoleh dari pengendapan sedimen barangkali adalah

penyuburan tanah jika sumber sedimen berasal dari tanah yang subur.

II.4. Morfologi Sungai

Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari sifat, jenis dan perilaku

sungai dengan semua aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Gejala

morfologi yang mempengaruhi sungai adalah :

1. Keadaan daerah aliran sungai, yang meliputi unsure topografi, vegetasi,

geologi tanah dan penggunaan tanah yang berpengaruh terhadap koefisien

rembesan pengaliran, sifat curah hujan serta keadaan hidrologi.

2. Hidrologi di palung sungai.

3. Material dasar saluran, tebing serta berubahnya alur aliran.

4. Aktivitas manusia diantaranya:

Dibangunnya prasarana air

Pengambilan material dasar sungai, tebing sungai dan bantaran sungai.

Pembuangan material dan sampah ke sungai.

II.5. Geometri dan Geoteknik Sungai

Bentuk sungai dapat dibedakan berdasarkan :

Universitas Sumatera Utara


1. Topografi sungai meliputi bagian hulu dan hilir sungai dan sungai transisi.

Parameter yang menentukan adalah kemiringan dasar saluran, yang

dipengaruhi oleh jenis butiran material dasar dan kekasaran dasar sungai.

2. Lapisan dasar sungai yang meliputi :

a. Sungai dengan dasar yang mudah tergerus.

b. Sungai dengan dasar yang tidak mudah tergerus.

c. Sungai dengan dasar yang mudah tergerus tetapi terlindung oleh material

sungai lain yang mudah bergerak.

d. Sungai dengan lapisan dasar mudah tergerus dan di atasnya terdiri dari

perpaduan antara material itu sendiri dengan muatan dasar lepas.

e. Sungai dengan dasar saliran terdiri dari lapisan alluvial tergerus dengan

kedalaman cukup besar.

3. Jenis sungai dengan dasar batuan gelinding, berpasir, berlempung dan lain-

lainnya.

4. Kemiringan dasar saluran yang meliputi sungai dengan kemiringan curam,

landai dan bertangga.

5. Bentuk melintang sungai.

6. Pembentukan dasar sungai.

7. Jenis angkutan sedimen dan angkutan materialnya.

8. Pola aliran sungai yang meliputi :

a. Dendritik

Pola ini terjadi pada daerah berbatuan sejenis dengan penyebaran yang

luas. Misalnya suatu daerah yang ditutupi oleh endapan sedimen yang

meliputi daerah yang luas dan umumnya endapan itu terletak pada suatu

bidang horizontal.

Universitas Sumatera Utara


b. Radial

Biasanya pola radial dijumpai pada lereng gunung api daerah topografi

berbentuk kubah.

c. Rectangular

Terdapat di daerah yang batuannya mengalami retakan-retakan. Misalnya

batuan jenis limestone.

9. Tinjauan daerah aliran sungai yang meliputi :

a. Sungai lurus

Terjadi bukan karena alam tetapi dikarenakan ole perbaikan aliran sungai

oleh manusia dan disengaja dibuat lurus.

b. Sungai berliku

Terjadi secara alamiah, sangat sering ditemui dan mempunyai cirri dengan

arus yang berupa kurva yang dihubungkan dengan bagian alur sungai yang

lurus.

c. Sungai berjalin

Terjadi karena fenomena sungai, sungai ini terdiri dari alur yang

dipisahkan oleh pulau ataupun tebing kemudian bersatu kembali di bagian

hilirnya.

Topografi sungai termasuk diantaranya adalah kemiringan dasar sungai, alur

sungai, geometri permukaan, daya erosi sungai, dan kesemuanya berpengaruh

terhadap laju debit sungai dan angkutan sedimen. Hal ini dapat merubah bentuk alur

sungai dan kemiringan dasar sungai. Geometri permukaan mempengaruhi alur sungai,

kedalaman sungai dan angkutan sedimen sungai.

Tabel 2.2. Metode Perhitungan dan Karakteristiknya

Universitas Sumatera Utara


METODE PARAMETER PERHITUNGAN

Yangs - Temperatur air

- Kecepatan jatuh sedimen

- adalah fall velocity

- Konsentrasi sedimen

METODE PARAMETER PERHITUNGAN

Engelund and Hansen - Koefisien 0.05

- Parameter qs

- Tegangan geser (0 )

- Lebar sungai

METODE PARAMETER PERHITUNGAN

She and Hungs - Parameter Y

- adalah fall velocity

- Konsentrasi sedimen

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai