Anda di halaman 1dari 8

POTRET BATUAN VULKANIK YANG MENARIK PADA GEOLOGI

PULAU LEMBEH, SULAWESI UTARA


Kevin Muster Regulus Victor (Mahasiswa Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran)
Ir. Undang Mardiana., M.Si (Dosen Fakultas Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran)
Ir. Delyuzar Ilahude., MT (Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL) Bandung)

Pulau Lembeh adalah salah satu pulau yang terletak di Kabupaten Bitung,
Sulawesi Utara. Pulau ini memang memiliki keindahan alam yang mempesona,
tak kalah juga dengan pemandangan bawah laut yang mempesona layaknya
Bunaken. Belum lagi batuan volkanik di Pulau Lembeh ini ini sangat berbeda
sekali karakteristiknya dibandingkan dengan batuan vokanik yang tersingkap di
dinding pantai daratan Bitung (Sulawesi Utara) yang didominasi batuan berumur
Kuarter (1,6 juta 10 ribu tahun yang lalu). Perbedaan umur yang cukup
mencolok inilah yang menyebabkan kondisi geologi Lembeh yang unik dan
menarik dan eksotis. Pengamatan geologi di Pulau Lembeh dilakukan dengan
cara menelusuri kawasan pantai yang berdinding terjal, sehingga diperoleh jejakjejak proses geologi yang membentuknya. Pantai-pantai bertebing curam inilah
yang memberikan indikasi dan dugaan proses kejadian geologinya, khususnya
pada batuan volkanoklastik purba yang berumur Tersier (Miosen Awal sampai
Miosen Akhir atau sekitar 23,7 5,3 juta tahun yang lalu).
Keunikan geologi di kawasan Pulau Lembeh adalah adanya perbedaan
umur batuan yang sangat mencolok. Batuan yang ditemukan di Pulau Lembeh
umumnya terdiri dari batuan volkanik berumur Tersier, sedangkan batuan di
wilayah Bitung (daratan Pulau Sulawesi) merupakan batuan volkanik muda
Kuarter (Kusumadinata, 1979). Secara umum wilayah Bitung dan sekitarnya
disusun oleh batuan volkanik yang berumur Kuarter yang terdiri atas lava, bom,

lapili dan abu yang sebagian kecil ditutupi oleh endapan. Endapan Qs ini terdiri
atas pasir lanau, konglomerat dan lempung napalan (Effendi dan Bawono, 1997).
Berdasarkan hasil pengamatan geologi permukaan yang dilakukan oleh Puslitbang
Geologi Kelautan, Kementerian ESDM bulan April 2016, daerah Bitung secara
umum disusun oleh batuan volkanik dan volkaniklastik, sebagian batuan ini
ditutupi oleh endapan permukaan yang terdiri dari satuan tufa, tufa-breksi, satuan
lava, satuan tefra, serta satuan aluvium sungai dan pantai.

Foto 1. Singkapan tufa breksi pada dinding jalan lingkar luar Manado
dengan ketebalan lebih dari 6 meter, memperlihatkan struktur masif
namun dibeberapa tempat memperlihatkan struktur berlapis tipis dari
fragmen volkanikklastik halus yang berukuran halus sampai kasar
(Foto: Purnomo).
Satuan Batuan di Pulau Lembeh
Satuan batuan gunung api purba Tersier terdiri dari breksi, lava dan tufa. Aliran
lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai basal singkapannya banyak

ditemukan di tebing-tebing tanjung yang terabrasi. Endapan lava dasite juga dapat
dibedakan dari lava andesit berdasarkan ukuran fragmen yang lebih kasar.
Koperberg (1928) dalam Effendi (1974) menyebutkan sebagai breksi berbutir
sangat kasar, berkomposisi andesit, sebagian bersifat konglomerat, mengandung
sisipan tufa, batupasir, dan batulempung. Fosil foraminifera kecil yang ditemukan
dalam sisipan lempung berlapis yaitu: Globorotalia periphereacuta, Globorotalia
mayeri dan Globorotalia praemenardii menunjukkan umur pengendapan pada
Miosen Tengah atau sekitar 18 juta tahun yang lalu.
Batuan sedimen tua Tersier yang berkarakter marin terdiri atas batupasir kasar dan
greywacke, sedangkan Batugamping napalan dan batugamping hanya ditemukan
di daratan pulau Sulawesi, tetapi tidak ditemukan di Pulau Lembeh. Batupasirnya
tersusun oleh butiran andesit dan setempat bersifat gampingan. Koperberg (1928)
melaporkan adanya foraminifera yaitu Milliolina dan Textularia di dalam satuan
ini sebagai fosil penciri Miosen Awal sampai Miosen Akhir (23,7 -5,3 juta tahun
yang lalu). Di Papusungan, Lembeh Selatan batuan lempung ini telah
termineralisasikan dan mengandung mineral pirit. Secara umum, di Pulau
Lembeh banyak tersingkap satuan batuan yang tersusun dari aliran lava dan breksi
yang berkomposisi andesit.
Beberapa singkapan batuan Tersier yang ditemukan di daratan Pulau Lembeh serta
keunikan batuannya diperlihatkan pada Foto 2 s/d Foto 5.

Foto 2. Satuan batuan batuan gunungapi purba yang terdiri dari tubuh lava
berkomposisi andesit sampai basal dan breksi volkanik dengan
fragmen andesit berumur Tersier yang tersingkap akibat abrasi di
Tanjung Galise, Moto, Kecamatan Lembeh Utara (Foto: S. Lubis).

Foto 3. Batuan lava andesitik yang memperlihatkan pola struktur berlapis. Hal
ini diduga terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang
berbeda pada saat pembekuan, sehingga membentuk aliran lava yang
mengalami Sheeting joint yaitu struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan (Foto: S. Lubis)

Foto 4. Sisipan batu lempung berlaminasi dan mengalami pelapukan kuat yang
tersingkap di tebing Tanjung Pintukota, keberadaannya masih sulit
dianalisa karena tidak ditemukannya bidang kontak dengan satuan tufa
di atasnya. Diduga terbentuknya batu lempung ini adalah lingkungan
danau purba yang mengalami pengangkatan lemah.

Foto 5. Batu tufa yang terletak pada tidal elevation atau yang terendam pada
saat air laut pasang merupakan tempat hidup koloni semacam siput dan
cacing laut (sea worm) sehingga banyak dijumpai lubang-lubang cacing
(burrow). Kehadiran makhluk air dalam batuan ini telah meninggalkan
jejak berupa lubang-lubang atau liang moluska atau arthropoda dan
cacing laut. Proses Burrowing atau ciri-ciri bioturbasi sangat penting
digunakan dalam menentukan indikator lingkungan terbentuknya serta
proses biologinya.
Beberapa keunikan fitur geologi yang ditemukan di sepanjang pantai Pulau Lembeh
bagian barat diperlihatkan pada Foto 6 s/d Foto 9.

Foto 6. Satuan endapan tefra yang tersusun dari endapan lahar dengan fraksi
kasar namun belum terkonsolidasi ditemukan di Tanjung Pintukota.
Satuan batuan ini terdiri dari endapan lahar yang diendapkan secara
tidak selaras di atas breksi volkanik. Kondisi batuan yang tersingkap ini
berbentuk tanjung sempit akibat proses abrasi kuat yang terjadi di
kedua sisinya. Diperkirakan bahwa dalam jangka pendek teluk ini akan

hilang akibat abrasi gelombang laut. A: tampak atas dan B: tampak


samping dari arah selatan (Foto: S. Lubis).

Foto 7. Batu Bolong di Pulau Sarena, pulau yang terletak ditengah-tengah Selat
Lembeh ini terdiri dari tufa lapilli dicirikan oleh banyaknya fragmen
kasar batu apung. Sebagian dinding pulau ini runtuh akibat kekar
(joint) yang mendatar dan proses abrasi gelombang laut sehingga
membentuk

fitur Sea arch yang umumnya terbentuk pasca

pembentukan goa laut (Foto: S. Lubis)

Foto 8. Kontak batu pasir (greywacke?) dan tufa lapilli yang ditemukan di
Tanjung Rarandam memperlihatkan bukti dua proses volkanik yang
berlainan. Umumnya bidang kontak yang ditemukan menunjam
sekitar 10-18o (Foto: S. Lubis).

Foto 9. Gawir vertikal di pantai Kenreko yang terbentuk akibat terjadinya


runtuhan (rock fall) tebing pantai, sebagai konsekuensi dari adanya
kekar (crack) vertical sehingga menyisakan tebing vertikal yang
memperlihatkan gejala garis pantai yang semakin mundur (Foto: S.
Lubis)

Anda mungkin juga menyukai