Oleh: KELOMPOK 1
KELAS B
Luthfan Harisan Jihadi
270110110007
Ali Fahmi
270110120034
Tedy Ardiansyah
270110120007
Radi Rahmansyah
270110120008
Choiril Firmansyah
270110120009
270110120010
Muhaimin Arif
270110120031
270110120032
Sergio Serano
270110120033
Febrian Rahmana P.
270110120084
270110120207
1.1 Pendahuluan
Cekungan Lariang yang berada di Kawasan Timur Indonesia terletak di
bagian barat Pulau Sulawesi dan diperkirakan dapat menjadi target eksplorasi baru
yang potensial dengan lapisan reservoir Tersier sebagai sasarannya. Wilayah
cekungan terletak di antara zona tumbukan di sebelah timur dan zona pemekaran
2
Gambar 2.2 Sabuk Lipatan Sulawesi Barat dan penyebaran sumur (Fraser dkk,
2003).
Di Kalimantan Timur terjadi proses pengangkatan dan inversi selama
Miosen namun hal ini tidak terjadi di sebelah barat Sulawesi. Proses inversi di
Kalimantan Timur disebabkan oleh peristiwa tektonik di Kalimantan, bukan
karena tumbukan di Sulawesi (Calvert dan Hall, 2003). Selama Pliosen
karakteristik sedimentasi di barat, tengah dan timur Sulawesi berubah secara
signifikan. Pengangkatan dan erosi diikuti oleh pengendapan klastik berbutir kasar
yang berasal dari lajur orogenik di sebelah timur Cekungan Lariang, sedangkan di
sebelah barat terjadi sedimentasi syn-orogenic, inversi struktur half-graben
Paleogen, perlipatan dan pembentukan sesar-sesar naik, berkembangnya ketidakselarasan intra-basinal dan pembentukan cekungan-cekungan kecil. Orogenesa
Pliosen menghasilkan pegunungan sekarang yang mencapai ketinggian 3 km.
Berdasarkan data seismik, kompresi terjadi sangat kuat di bagian utara dan tengah
cekungan dan lemah di bagian selatan (Gambar 4).
Gambar 2.3 Bottom Seismic Reflector (BSR) di Sabuk Lipatan Sulawesi Barat
(Fraser dkk, 2003).
letaknya
pada
lempeng,
jenis
deformasi
tektonik,
dan
Jenis
Cekungan
Epikontinental,
Infrakratonik
Struktur
graben, zona
rift,
aulacogen
Strike-slip
Bentukan
Tektonik
Karakteristik
Cekungan
Kontinental
Divergen
Area luas,
subsidence lambat
Kontinental
Divergen
Tensionalrift, tensionshear,
margin
lembahan
Transisional
Divergen
+
shear
Nascent
ocean basin
Samudera
Divergen
Palung,
forearc,
backarc,
interarc
Cekungan
residual
Cekungan
terkait
tumbukan
Lempengan
di bawahnya
Foreland
(peripheral),
retroarc,
broken
foreland
Terrane
basin
Transtensional dan
transpressional
Samudera
Konvergen
Transisional,
samudera
Dominan
divergen
Samudera
Kontinental
Konvergen
Flexure kerak,
konvergen local,
atau transform
Besar, asimetris,
subsidence lambat
Sebagian
asimetris,
kedalaman dan
subsidence
beragam
Subsidence
diakibatkan
penimbunan
sedimen yang
pesat
Asimetris,
subsidence terus
meningakat, uplift
dan subsidence
Mirip dengan
backarc basin
Samudera
Kontinental,
atau/dan
samudera
Cenderung sempit,
dibatasi sesar,
subsidence pesat
pada rifting awal
Asimetris,
sebagian tidak
mengakumulasi
sedimen,
subsidence
menengah-rendah
Transform,
dengan atau
tanpa divergen
atau konvergen
Relatif kecil,
memanjang,
subsidence pesat
Gambar 3.1 Sketsa model pengendapan Cekungan Lariang (Calvert dan Hall,
2003).
Gambar 3.2 Stratigrafi regional Cekungan Lariang (Calvert dan Hall, 2003).
.
4.1. Kesimpulan
Terdapat dua ketidakselarasan yang berhasil diidentifikasi pada daerah
Lariang dan Karama di Barat Sulawesi. Pertama pada dasar cekungan berumur
Kapur atas terdapat ketidakselarasan antara dua sedimen yang berumur Pliosen
bawah dengan Plio-Pliosen. Endapan sedimen bawah dari endapan non marine
yang berumur Kenozoikum dapat berumur Paleosen, tetapi sedimen marine tertua
memiliki pola transgresi dan berumur Eosen Tengah yang menunjukkan awal
terjadinya rifting (pemekaran). Sedimen pada masa Eosen diendapkan di graben
dan half-graben baik di lingkungan laut maupun lingkungan batas dari laut.
Rift atau pematang di Selat Makassar berbentuk asimetris. Zona ekstensi
di tepi batas Barat Kalimantan diaproksimasi memilik tebal dua kali lipat lebih
besar dari tepi batas Timur Sulawesi hingga akhir dari Oligosen, banyak daerah di
Barat Sulawesi merupakan paparan karbonat dan endapan batulempung. Selama
Miosen awal hingga Miosen tengah atau akhir, karbonat dan batulempung
diendapkan pada lingukan laut dangkal. Kolisi pada Miosen Awal di Sulawesi
Barat tidak menyebabkan terbentuknya pegunungan di Barat Sulawesi. Pada
zaman Pliosen, karakter sedimentasi di barat, tengah, dan timur Sulawesi berubah
jauh.
Uplift (pengangkatan) dan erosi diikuti pengendapan dari sedimen klastik
kasar pada orogenic belt. Di sebelah Barat dari orogenic belt ada sedimentasi synorogenic, inverse, dan lipatan diatas half-graben yang berumur paleogen, lipatan
dengan tipe detachment dan thrusting, dan menghasilkan ketidakselarasan di intrabasinal dan cekungan-cekungan kecil. Kontradiksi deformasi di barat Sulawesi
yang berumul Pliosen berbeda dengan Timur Kalimantan yang berumur Miosen
awal. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bagian tersebut disebabkan oleh aktivitas
yang berbeda.
Potensi hidrokarbon pada Cekungan Lariang adalah ia berada pada
lingkungan carbonate build up, slope fan deposits, dan fluvial sediment berumur
Eosen
dan
berada
pada
Kelompok
Toraja
(berdasarkan
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Calvert, S.J., Hall, R., 2003, The Cenozoic Geology of the Lariang and Karama
Regions, Western Sulawesi: New Insight into the Evolution of the
th
Makassar Straits Region, Indonesian Pet. Assoc., 29 Annual Convention
Proceeding.
Einsele, G. 1992, Sedimentary Basins: Evolution, Facies, and Sediment Budget.
Heilderberg: Springer
Fraser, T.H., Jackson B.A., Barber P.M., Baillie P., and Myers K., 2003, The
West Sulawesi Fold Belt and other New Plays within the North Makassar
th
Straits a Prospectivity Review, Indonesian Pet. Assoc., 29 Annual
Convention Proceeding.
Guntoro, A., 1999, The Formation of the Makassar Straits and the Separation
between SE Kalimantan and SW Borneo, Journal of the Asian Earth
Sciences, hal.79-98.
Hadipandoyo, S., Setyoko, J., Riyanto, H., Guntur, A., Suliantara, Sunarjanto, D.,
Gatot, T., Adji., Isnawati, dan Suprijanto, 2005, Kuantifikasi Sumberdaya
Hidrokarbon Kawasan Timur Indonesia. Vol. II hal. 57-63. LEMIGAS,
Jakarta.
Hall, Robert, 2005, Cenozoic Tectonics of Indonesia, Problems and Models: ArcContent Collision?: Sulawesi, Royal Holloway Universityof London, UK.
Hasan, K., 1991, Upper Cretaceous Flysch Succession of the Balangbaru
th
Formation, Southwest Sulawesi, Indonesian Pet. Assoc., 20 Annual
Convention Proceeding, hal.183-208.
Moss, S. J., dan Chambers, J.L.C., 2000, Depositional Modeling and Facies
Architecture of Rift and Inversion Episodes in the Kutai Basin,
th
Kalimantan, Indonesian Pet. Assoc., 27 Annual Convention Proceeding,
Jakarta.
Puspita, S. D., Hall, R., Elders, C. F., 2005, Structural Styles of the Offshore West
Sulawesi Fold Belt, North Makassar Straits, Indonesia, Proceedings,
th
Indonesian Petroleum Association 30 Annual Convention and Exhibition.