Anda di halaman 1dari 7

IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional

Menurut Berger dalam The Capitalis Revolution, era globalisasi dewasa ini ideology kapitalislah yang
akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjasdi Sistem
internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa bangsa di dunia, dan secara
tidak langsung juga nasib, Sosial, politik dan kebudayaan (Berger,1988). [erubahan global ini menurut
Fukuyama ( 1989: 48 ), membawa perubahan suatu Ideologi, yaitu dari Ideologi particular kea rah
Ideologi Universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan menguasainya.

Dalam kondisi seperti ini Negara nasional akan di kuasai oleh Negara transnasional, yang di dasari oleh
Negara negara dengan prinsip kapitalisme ( Rosenau ). Konsekuensinya Negara Negara lambat laun
akan semakin terdesak. Menurut Toyenbee, cri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya akan menghadapi challence dan response. Jikalau challance cukup besar
sementara response kecil maka, bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada
bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jikalau challance kecil
sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.

Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan hakikat pengertian identitas
nasional sebagaimana di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat di pisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih Populer di sebut sebagai kepripadian suatu bangsa.

Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah bagaimana
pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai
suatu kesatuan nasioanl. Para tokoh besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat
kepribadian bangsa tersebut adalah dari beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan
sosiologi. Tokok tokoh tersebut antara lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham
Kardiner, David Reisman. Menurut Mead dalam Anthropolgy to Day ( 1945 ), bahwa National
Character mencoba menyusun suatu kerangka pikiran yang merupakan suatu konstruksi tentang
bagaimana sifat sifat yang di bawa oleh kelahiran dan unsur unsur ideotyncrotie pada tiap tiap
manusia dan patroon umum serta patroon individu dari proses pendewasaannya.

Tokoh anthropology Ralph Linton dan pakar Psikology Abraham Kardiner, mengadakan suatu proyek
penelitian tentang watak umum suatu bangsa dan sebagai penelitiannya adalah sebagai bangsa
Maequesesas dan Tanala dan hasilnya di tulisa di sebuah buku yang bertitel The Individual and His
Society ( 1938 ). Linton juga mengemukakan pengertian tentang status personality, yaitu watak individu
yang ditentukan oleh statusnya yang didapatkan dari kelahiran maupun dari segala daya upaya.

Berdasarkan pengertian di atas maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu
bangsa adalah keseluruhan atau totalitas dari individu individu sebagai unsure yang membentuk
bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian People Character , National Character atau National Identity .

Menurut Robert de Ventos sebagaimana dikutip oleh Manuel Castells dalam bukunya, The Power of
Identity, bahwa selain factor etnisitas, territorial, bahasa, agama, serta budayadan faktor dinamika suatu
bangsa dalam proses pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Setelah dekrit Presiden 5 Juli 1959, bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945,dan di kenal dengan Orde
Baru. Pada periode tersebut banyak partai komunis yang berkembang, yang ditandai dengan timbulnya G
30 S/PKI. Pada saat itu, identitas dinamis bangsa Indonesia mulai di tandai dengan perang saudara yang
memakan banyak korban yang tidak bersalah, termasuk rakyat kecil. Lalu muncullah gerakkan aksi dari
para pemuda, pelajar, mahasiswa, untuk menyelamatkan bangsa dan Negara dari bahaya Negara
atheistic.

Kejatuhan Orde Lama dengan di gantinya Orde Baru, muncul sosok pemimpin yang kuat, yaitu Jendral
Soeharto. Pada eriode Orde Baru, Soeharto banyak mengembangkan program Pembangunan Nasional
yang sangat popular dengan program Repelita . Namun dalam kenyataannya, pemerintah banyak
melakukan hutang ke dana moneter internasional, sehingga rakyat dibebankan pada hutang Negara.
Selama kurang lebih 32 tahun Soeharto berkuasa seakan akan bangsa Indonesia menunjukkan kepada
masyarakat duniainternasional, bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang demokratis. Namun pada
kenyataannya hanya semu belaka, pemerintah melakukan Pemilu memilih wakil wakil rakyatnamun
secara langsung atau tidak langsung juga mengarah kepada model kepemimpinan yang sentralistik.

Yang paling memprihatinkan saat itu adalah berkembangnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN
). yang mengakar pada pejabat pemerintahan Negara, sehingga konsekuensinyaidentitas nasional
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang KORUP . Akibatnya sebagian rakyat bahkan banyak kalangan
elit politik memiliki pemahaman epistemologis yang sesat yaitu Pancasila sebagai filsafat Negara dan
kepribadian bangsa Indonesia, seakan akan identik dengan kekuasaan Orde Lama.

Pasca kekuasaan Orde Baru bangsa Indonesia melakukan suatu gerakan nasionla yang popular yang
disebut gerakan reformasi . Mahasiswa melakukan reformasi dengan tujuan seharusnya adalah
peningkatan kesejahteraan atas kehidupan rakyat. Konsekuensi ideologi kebangsaan dan kenegaraan
bangsa Indonesia adalah reformasi itu sendiri, sementara arah dan reformasi juga dimaknai secra
beragam. Akibatnya dalam era reformasi ini muncul berbagai konflik perbedaan yang bahkan ditandai
dengan konflik fisik di antara elemen elemen masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia.

Dalam hubungan dalam bentuk konteks identitas nasional secara dinamis, tampaknya bangsa Indinesia
tidak merasa bangga dengan bangsa dan negaranya di dunia Internasional. Akibatnya semangat
patriotisme, semangat kebangsaan, semangat untuk mempersembahkan karya terbaik bagi bangsa dan
negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum menunjukkan akselerasi yang berarti,
jikalau kita lihat sumber daya manusia Indonesia ini juga seharusnya dapat di banggakan. Misal anak
anak bangsa kita sering berprestasi internasional dalam Olympiade Ilmu Pengetahuan.
Oleh karena itu, hubungan identitas nasional secara dinamis, bangsa Indonesia harus memiliki visi yang
jelas dan melakukan reformasi melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Dengan kesadaran akan kebersamaan dan persatuan, maka insya Allah maka bangsa Indonesia akan
mampu mengukir identitas nasional secara dinamis di dunia internasional.

B. Faktor faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Faktor faktor pendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia :

Faktor Obyektif, meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis

Faktor subyektif, meliputi faktor historis, social, politik, dan kebudayaan

Faktor geografis-ekologis membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di persimpangan jalan komunikasi Asia Tenggara, dan ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, social dan kultur bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang di
miliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta
identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya.

Robert de Ventos ( Manuel Castells, The Power of Identity ) bahwa teori tentang munculnya identitas
nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara 4 faktor penting, yaitu :

Faktor Primer, yaitu mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama dan sejenisnya.

Faktor Pendorong, yaitu meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara.

Faktor Penarik, yaitu mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi
dan pemantapan system dan pendidikan nasional

Faktor Reaktif, yaitu meliputi penindasan, dominasai, dan pencarian identitas alternatife melalui
memori kolektif rakyat.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa
Indonesia, yang telah berkembangdari masa sebelum mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa
lain. Oleh karena itu, pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erta dengan unsur unsur
lainnya, seperti social, ekonomi, budaya, etnis, agama, dan geografis.

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, memilki sejarah serta prinsip
dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Para pendiri pendiri Negara menyadari akan
pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan yang
akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu BPUPKI. Jadi, dasar filsafat suatu bangsa dan
negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Hal ini di
kemukakan oleh Titus, bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebgai suatu pandangan
hidup masyarakat ( titus 1984 ).

Sebelum Pancasila dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat
ngara Indonesia, nilai nilainya telah ada pada bangsa ndonesia, dalam kehidupan sehari hari sebagi
suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai nilai tersebut tidal lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri. Dalam pengertian seperti ini menurut Notonagoro bangsa Indonesia adalah
sebagai kausa materialis Pancasila.

Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang sidang BPUPKI
pertama, sidang panitia 9 , Sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis
sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional

Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta
identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar akarbudaya yang mendasari
identitas nasional Indonesia. Kepribadian jati diri serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan
dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak
zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit dll.

Nilai nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,Persatuan,
Kerakyatan serta keadilan dalam kenyataanya secara objektif telah di miliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Terbentuknya bangsa dan Negara Indonesia mulai
tampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
Palembang, lalu Kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur, dll.

Menurut Yamin, dasar dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang di lakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasionla
tahun 1908, lalu di cetuskan pada Sumpah Pemuda tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa
dan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan
bangsa Indonesia.

Oleh karena itu akar akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus
juga merupakan unsure unsure identitas nasional, yaitu nilai nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.
. Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip
dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu
asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri
bangsa yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula bahwa
pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-
nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi,
filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan
melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.

Disebutkan bahwa: kegagalan dalam menjalankan dan medistribusikan output berbagia agenda
pembangunan nasional secara lebih adil akan berdampak negatif pada persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan menjadi salah satu elemen utama dalam memperkuat
eksistensi Negara/Bangsa. Study Robert I Rotberg secara eksplisit mengidentifikasikan salah satu
karakteristik penting Negara gagal (failed states) adalah ketidakmampuan negara mengelola identitas
Negara yang tercermin dalam semangat nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai persoalan
nasionalnya. Ketidakmampuan ini

dapat memicu intra dan interstatewar secara hamper bersamaan. Penataan, pengelolaan, bahkan
pengembangan nasionalisme dalam identitas nasional, dengan demikian akan menjadi prasyarat utama
bagi upaya menciptakan sebuah Negara kuat (strong state). Fenomena globalisasi dengan berbagai
macam aspeknya seakan telah meluluhkan batas-batas tradisional antarnegara, menghapus jarak fisik
antar negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil, konflik komunal menjadi fenomena umum
yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya negara-negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga
melanda Indonesia. Dalam konteks Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik geografis
Indonesia. Berbagai tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis yang terjadi
di berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian internasional. Nasionalisme bukan saja dapat
dipandang sebagai sikap untuk siap mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan
kedaulatan nasional, tetapi juga bermakna sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap segala
aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame membutuhkan sebuah wisdom
dalam mlihat segala kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional.
Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Alinea pertama menyatakan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan
dengan hak asasi manusia.

2. Alinea kedua menyebutkan: dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kepada depan gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya masa
depan yang harus diraih (cita-cita).

3. Alinea ketiga menyebutkan: atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa
dan bernegara harus mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.

3. Alinea keempat menyebutkan: kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kepada

4. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan
kepada: ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh
bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Anda mungkin juga menyukai