Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri dada yang
dirasakan memberat sejak 1 minggu terakhir. Keluhan dirasakan substernal, tidak terus
menerus dan dan tidak menjalar. Nyeri terjadi ketika melakukan kegiatan berat dan membaik
dengan istirahat. Dia menyangkal mengalami keluhan, mual, muntah atau diaforesis. Dia
memiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia. Riwayat sebagai perokok aktif sejak
SMA dan menghabiskan sekitar 2 bungkus/hari. Pada pemeriksaan fisis diperoleh tekanan
darah 150/90 mmHg, nadi 100 kali permenit dan lainnya dalam batas normal.
1. KLARIFIKASI KATA SULIT
1. Dislipidemia
2. Diaforesis
2. TENTUKAN KATA KUNCI
- Seorang laki-laki berusia 45 tahun
- Keluhan nyeri dada memberat sejal 1 minggu terakhir
- Riwayat penyakit hipertensi dan dyslipidemia
- Keluhan dirasaka substernal, terus menerus, dan tidak menjalar
- Nyeri terjadi jika melakukan kegiatan berat dan membaik jika istirahat
- Riwayat perokok aktif sejak SMA dan menghabiskan 2 bungkus/hari
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100x/menit,
dan lainnya dalam batas normal
1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium
dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
Kiri : ujung ventrikel kiri
Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol. Makin banyak
jumlah rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Pada
perempuan perokok maka penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar
dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV
hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada
diabetes melitus disertai obesitas dan hipertensi sehingga perokok cenderung lebih
mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yg bukan perokok.
Apabila berhenti merokok, maka penurunan resiko PJK akan mencapai 50 % pada
akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak
merokok setelah berhenti merokok 10 tahun. Harus diupayakan seseorang berhenti
merokok untuk selama-lamanya. Menghentikan merokok secara total
memungkinkan tapi dapat juga sedikit demi sedikit mengurangi jumlah rokok
yang dihisap sampai akhirnya berhenti total.
Referensi :
Letsoin, HV. 2014. Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Sidorejo:
UKSW.
4. USIA
Usia merupakan faktor penentu penting pada pasien sindrom coroner akut. Tahun
2004 sindrom koroner akut menyebabkan 36% kematian pada orang berusia 65
tahun di Amerika serikat. Morbiditas kardiovaskular dan tingkat kematian
meningkat sangat pesat. Usia adalah prediktor yang kuat pada faktor resiko
sindrom koroner akut.
Pada penelitian Ruiz dkk didapatkan bahwa terjadinya aterosklerosis dipercepat
dengan bertambahnya usia, penelitian ini membagi 2 kelompok usia <65tahun dan
>65tahun. Penelitian ini dilakukan secara in vivo untuk menilai karakteristik dan
komposisi plak. Penelitian ini menjelaskan bahwa dengan penuaan, peningkatan
plak, necrotic core, dan peningkatan kadar kalsium yang secara signifikan
menunjukkan efek yang berhubungan dengan pengembangan aterosklerosis.
Pada penelitian Radovanovic dkk, pada studinya mendapatkan usia merupakan
prediktor independen untuk terjadinya MACE dengan OR 1,08 per tahun (IK 95%
1,07-1,09). Komplikasi gagal jantung, edema paru atau syok meningkat sesuai
dengan usia, lebih dari 40% pasien SKA usia lanjut disertai dengan gagal jantung
dan syok kardiogenik saat dirawat dirumah sakit. Kejadian iskemia dan infark
berulang juga lebih sering dijumpai pada usia lanjut, fungsi sistolik ventrikel kiri
juga mengalami penurunan yang bermakna pada pasien SKA usia lanjut.
Pengaruh usia lanjut pada pasien menjadi lebih berat dua kali lipat. Penjelasan
dalam hal ini karena perubahan fungsi endotel vaskular dan thrombogenesis. Pada
orang tua ditandai dengan peningkatan sirkulasi fibrinogen dan faktor VII.
Kerusakan fungsi ginjal pada orangtua juga dapat berkontribusi untuk
meningkatkan thrombogenesis melalui efek rusaknya fungsi endotel dengan
konskuensi terganggunya aktivitas fibrinolitik dan respon vasodilator koroner.
JENIS KELAMIN
Data dari Amerika Serikat (Heart Disease and Stroke Statistics 2005 Update),
menunjukkan bahwa mortalitas kardiovaskular pada pria selama dua puluh tahun
terakhir telah mengalami penurunan, namun pada wanita cenderung menetap
bahkan meningkat.
Penelitian oleh Vaccarino dkk tentang hubungan antara jenis kelamin dan usia
dalam hal prognosis pasca infark miokard akut (IMA). Pada kelompok pasien
berusia kurang dari 50 tahun, angka mortalitas dalam rumah sakit pada wanita
hampir dua kali lipat angka pada pria dengan usia sama.
Perbedaan jenis kelamin dari hasil bukti yang dikumpulkan selama beberapa
dekade terakhir pengobatan dan hasil dari penyakit arteri koroner yang
menjelaskan kesenjangan yang berhubungan dengan jenis kelamin. Wanita usia
muda, yang sebagian besar masih dalam efek
proteksi estrogen umumnya terlindungi dari kejadian kardiovaskular. Hal ini
menunjukkan bahwa estrogen mempengaruhi stabilisasi plak.
Pada penelitian Ruiz dkk bahwa perbedaan jenis kelamin pada perempuan dan
laki-laki sangat spesifik. Komposisi pada plak coroner terjadi pada pasien
perempuan usia <65tahun (bukan >65tahun).
Wanita usia muda, yang sebagian besar masih dalam efek proteksi estrogen
umumnya terlindungi dari kejadian kardiovaskular. Namun jika faktor risiko lain
mendominasi sehingga terjadi suatu plak atherosclerosis pada usia muda, adanya
estrogen justru dapat meningkatkan kemungkinan ruptur plak. Estrogen
menimbulkan up-regulation kelompok enzim matrix metalloproteinase (MMP),
antara lain MMP-9. MMP mendegradasi matriks ekstraselular di dalam dinding
arteri. Pada arteri yang relatif sehat, proses up-regulation ini tidak menimbulkan
konsekuensi buruk, namun pada pembuluh darah dengan lesi atherosklerotik,
peningkatan ekspresi MMP-9 di daerah plak dapat menimbulkan risiko ruptur dan
terjadinya SKA.
Pada literatur yang berkembang dan studi klinis mengenai perempuan, memiliki
dokumentasi tingginya kematian setelah terserang infark miokard akut. Pasien
wanita dengan penyakit arteri coroner memiliki prevalensi faktor resiko lebih
tinggi dan memiliki status fungsional yang lebih rendah dari pada pria. Ada bukti
bahwa hormon seks berperan dalam patofisiologi penyakit vaskular. Dimana
selama hidup wanita, vaskularisasinya mengalami fluktuasi yang bermakna dalam
pengaruh hormonal. Sumber dominan estrogen sebelum monopause adalah
estradiol. Setelah monopause, tingkat estrogen lebih rendah terutama dihasilkan
dari konversi androgen menjadi estrone di jaringan adiposa.
Variasi ini berimplikasi pada perbedaan penyakit jantung iskemik antara jenis
kelamin yang terjadi setelah monopause. Didukung oleh fakta bahwa wanita muda
dengan defisiensi endogen estrogen memiliki peningkatan 7 kali lipat terjadinya
rusaknya arteri koroner.
Menurut Sheifer SE dkk bukti yang menjelaskan akibat variasi pada penyakit
arteri koroner adalah perbedaan jenis kelamin dalam struktur pembuluh darah.
Wanita memiliki tipe pembuluh darah yang lebih kecil dan perbedaan diameter
saluran pembuluh darah dengan pria. Hal ini juga
dipengaruhi pada tinggi tekanan darah.
Pada penelitian Jeffrey dkk didapatkan bahwa MACE setelah 30 hari diikuti oleh
136,247 pasien dengan 9,6% pada wanita lebih tinggi dan 5,3% pada pria (OR
1,91; IK 95% 1,832,00; p<0,001).
Referensi:
Siska Hestu Wahyuni. 2014. Usia, Jenis Kelamin Dan Riwayat Keluarga Penyakit
Jantung Koroner Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major Adverse
Cardiac Events Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. Jakarta : Fk-UIN Syarif
Hidayatullah. Hal 12-15.
5. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel
untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium
akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibatkan peningkatan
beban kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark.
Pokok persoalan dalamhipertensi adalah asetilkolin merangsang terjadinya
vasokontriksi yang berlawanan pada arteri koronaria epikardial, oeningkatan
aliran darah karena asetilkolin pada lengan depan dan sirkulasi koroner ditemukan
menjadi menurun dalam semua studi kecuali satu studi. Disfungsi endotel pada
hipertensi dapat mendukung peningkatan tekanan pembuluh darah perifer
(khususnya jika terjadi dalam tahanan arteri ) dan komplikasi penyakit pembuluh
darah, apabila hal ini terjadi pada pembuluh darah berukuran besar dan sedang.
Tekanan darah tinggi secara kronis (lambat laun) menimbulkan gaya regang yang
dapat merobek lapisan endotel arteri dan arteriole . Gaya regang terutama terjadi
pada tempat yang bercabang (bifurcatio) atau membelok hal ini khas terjadi
robekan pada lapisan endotel maka dapat menimbulkan kerusakan berulang
hingga terjadinya siklus peradangan, penimbunan sel darah putih dan trombosit
serta pembentukan terjadinya pembekuan darah (thrombus), setiap thrombus yang
terbentuk dapat terlepas dari arteri sehingga terjadi embolus pada bagian hilir.
Hipertensi mempercepat timbulnya arteriosklerosis yaotu terjadinya penumpukan
kolagen kolagen pada pembuluh arteri. Semula arteri elastic kemudian menjadi
kaku atau keras, hal ini mengakibatkan peningkatan hambatan vaskuler perfifer
yang dapat meningkatkan afterload dan kebutuhan oksigen miokardium. Pada
hipertensi sendiri dipengaruhi oleh asupan kandungan natrium yang tinggi,
kegemukan, minum-minuman beralkohol dan stress.
Dislipidemia
Dislipidemia dapat diartikan sebagai perubahan kadar profil lipid darah yaitu
meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL atau menurunnya HDL
.Kadar kolesterol serta trigliserida yang tinggi dan berlangsung lama dapat
menyebabkan penebalan pembuluh darah dengan risiko penyempitan pembuluh
darah Penyakit yang diakibatkan dislipidemia merupakan masalah yang serius
pada negara-negara maju bahkan saat ini juga muncul sebagai penyebab kematian
dini dan ketidakmampuan fisik di negara-negara berkembang.
Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan
terbentuknya arteriosklerosis. Pada pengidap arterisklerosis, pengendapan lemak
ditemukan diseluruh tunika intima dan meluas kedalam tunika media kolesterol
dan trigliserida dibawa didalam darah terbungkus dalam protein pengangkut
lemak yang disebut dengan lipoprotein . selanjutnya lipoprotein berdensitas tinggi
(HDL) membawa lemak keseluruh tubuh termasuk sel endotel arteri . Lipoprotein
meresap ke dalam sel mengakibatkan kolesterol dalam trogliserida menyebabkan
terbentuknya radikal radikal bebab yang mengakibatkan terjadinya keruskan sel-
sel endotel, kerusakan sel endotel berpengaruh terhadap elastisitas pembuluh
darah arteri dalam merespon rangsang saraf simpatis dan para simpatis (
vasodilatasi dan vasokontriksi ) . Pada tahap berikutnya tumpukan lemak terlepas
(emboli) berjalan bersama darah yang akan berhenti pada pembuluh darah kecil
sehingga emboli ini akan mengakibatkan sumbatan (obstruksi), pada daerah yang
terkena sumbatan mengalami pengurangan pasokan darah dan terjadi iskemik
apabila ni tidak teratasi dengan baik berakibat kematian jaringan (infark).
Referensi:
7. Anamnesis
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum.
- Pasien tampak lemah/cukup baik/tampak sakit berat/tampak sesak.
- Kesadaran penderita kompos mentis, apatis, somnolens, sopor,
soporokoma dan coma.
2. Tanda-tanda vital,meliputi:
a. Tekanan Darah
Sebelum diperiksa , pasien sebaiknya tidak makan, merokok, minum
kopi atau olahraga dalam 30 menit. Tekanan darah diukur waktu
berbaring. Pada penderita hipertensi perlu juga diukur tekanan darah
waktu berdiri. Tekanan darah juga tidak hanya diukur dilengan tapi
juga ditungai karena akan terdapat perbedaan yang jelas yang mungkin
disebabkan oleh koartasio aorta atau penyakit takayasu. Kadang-
kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap) , gejala ini sering
dijumpai pada penderita hipertensi dan dapat muncul bila manset
dikembangkan terlalu lambat. Hal ini dapat menyebabkan kekeliruan
menaksir tekanan sistolik rendah. Untuk mengukur tekanan darah harus
menggunakan ukuran manset yang tepat. Manset harus menutupi
lengan atas atau tungkai. Manset diikatkan diatas arteri brachialis kira-
kira 2 cm diatas lipat siku. Manset yang terlalu kecil akan memberikan
hasil yang lebih tinggi dan manset besar memberikan hasil yang lebih
rendah.ukuran manset biasanya 20% - 25% lebih lebar daripada
diameter lengan.
b. Denyut nadi.
Tekanan arteri radialis dengan jari telenjuk dan tengah. Perhatikan nadi
teratur atau tidak. Hitung nadi selama 15 detik kemudian kalikan 4.
Namun jika nadi tidak teratur nadi dihitung selama satu menit.
Kemudian catat irama dan kecepatan. Irama jantung dimonitor jika ekg
monitor tersedia. (Lihat pada pemeriksaan arteri perifer).
c. Suhu tubuh.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan melalui mulut,ketiak, dan
rektum.suhu tubuh tinggi mengidentifikasikan kemungkinan adanya
reaksi inflamasi atau proses infeksi, misalnya miokardiak infark,
perikarditis, endokarditis, dll.
3. Pernafasan.
4. Berat badan dan tinggi badan.
5. Pemeriksaan kepala dan leher.
- Wajah
ekspresi wajah : tampak sesak gelisah, kesakitan, pucat, biru.
- Mata
1) Palpebra
Adanya palpebrarum xantoma( bintik kekuningan, lunak atau
plak pada kelopak mata)
2) Konjuntiva
Pucat (anemia), ptechiae(perdarahan bawah kulit atau selaput
lendir) pada endocarditis bakterial.
3) Skelera
Kuning(ikterus), pada gagal jantung kanan, penyakit hati dll.
4) Kornea
Akut senellis(garis melingkar putih atau abu-abu ditepi kornea)
berhubungan dengan peningkatan kolesterol pada penyakit
jantung koroner. Tapi normal bila ditemukan pada pasien lanjut.
5) Eksopthalmus.
Berhubungan dengan tiroksikosis, dapat ditemukan pada CHF
dengan hipertensi pulmonal.
6) Gerakan bola mata.
Lateral, medial,bawah nasal, atas, dll.
7) Reflek kornea.
Kapas disentuhkan pada kornea, maka mata akan terpejam
(nervus V)
8) Funduscopi
Pemeriksaan dengan oftalmoskop untuk menilai kondisi
pembuluh darah retina. Untuk melihat perubahan arteri dan vena
karena hipertensi, arteri skelerossis, diabetes, hiperkolesteromia,
endokarditis.
- Telinga.
- Hidung.
Simetris/ tidak
Adanya peradangan
Adanya kelainan bentuk
Mukosa membran terdapat edema, exudat atau perdarahan.
- Mulut dan pharynx
Bibir sianosis ( pada penyakit jantung bawaan )
Bibir pucat ( anemia )
Pharinx hals dan basa, tidak terjadi exudat, ulserasi dan
pembengkakan.
- Leher
Pada pemeriksaan leher dinilai JVP, pulsasai arteri karotis, kelenjar
tiroid dan trakea.
6. Perut.
Adanya bruit atau bising pembuluh yang dapat disebabkan oleh
stenosis yang menyangkut pembuluh-pembuluh cabang aorta.
Pada payah jantung dapat ditemui hepatomegali, kadang-kadang
disertai acites. Hepar terasa kenyal dan nyeri tekan, tetapi pada
keadaan kronik nyeri tekan tidak terasa.
Pada TI berat, kadang teraba hepar berdenyut sesuai kontraksi atrium,
kadang terdapat bendungan pada lien.
Pada AI pulsasi aorta abdominal teraba kuat di daerah abdomen
sebelah kiri.
Pada aneurisma aorta abdominal, aorta teraba amat besar dengan
pulsasi yang nyata.
7. Kulit/ekstremitas.
Temperatur/acral yang dingin atau hangat, kulit basah dapat
mencerminkan tanda gagal jantung ( low output ).
Kadang-kadang tedapat sianosis perifer pada dasar kuku.
Sianosis yang lebih terlihat dibagian atas tubuh mencerminkan adanya
pirau intra cardial karena adanya kelainan jantung bawaan.
Pada hiperlipidemia terlihat adanya santomata yang merupakan
penumpukan lemak pada nodul-nodul dibawah kulit.
Adanya edema.
Pada sindrom vena cava superior, mungkin akan terlihat adanya
pelebaran vena di bawah kulit pada daerah thorax bagian atas sebagai
garis-garis biru kecil yang mencolok.
Perdaran kecil pada kulit kuku atau jaringan mukosa dapat menjadi
tanda endokarditis.
8. Pemeriksaan kuku.
Warna : kebiruan mengidentifikasikan adanya sianosis perifer
Clubbing ( jari tabuh ) mengidentifikasikan adanya hipoksia kronik.
Splinter hemoragic : garis merah kehitaman dibawah dasar kuku yang
muncul dari dasar sampai ujung kuku. Kemungkinan
mengindikasikan adanya endokarditis bakterial.
Inspeksi dan Palpasi
a. Bantu pasien mengatur posisi supin dan perawat pemeriksa berdiri disisi
kanan pasien.
b. Tentukan lokasi sudut louis(angle of louis).
c. Pindahkan jari-jari ke bawah ke arah tiap sisisudut sehingga akan terasa
ruang interkostalis ke 2. Area aorta terletak di ruang interkostalis ke 2
kanan dan area pulmonal terletak pada ruang interkostalis ke 2 kiri.
d. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk
mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
e. Dari area pulmonal pindahkan jari-jari anda ke bawah sepanjang tiga
ruang interkostal kiri.Area ventrikel atau trikuspidalis terletak pada
ruang interkostal kiri menghadap ke sternum.Amati ada atau tidaknya
pulsasi. Dari area trikuspidalis ,pindahkan tangan anda secara lateral 5-7
cm ke garis midclavikular kiri dimana akan ditemukan area apikal atau
PMI (Point of Maximal Impulse).
f. Inspeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Sekitar 50 % orang dewasa
akan memperlihatkan pulsasi apikal. Ukuran jantung dapat diketaui
dengan mengamati lokasi apikal. Pada orang dewasa normalnya terletak
di ruang sela iga ke 4 kiri 2-3 cm dari garis midklavikula. Sedangkan
pada anak normalnya terletak di ruang sela iga ke 4 kiri.Apabila jantung
membesar maka pulsasi ini akan bergeser secara lateral ke garis
midklavikula.
g. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area
epigastrik di dasar sternum. Pada saat dilakukan palpasi akan dapat
ditemukan adanya getaran ( thrill) pada pasien yang mengalami kelainan
katup. Pasien dengan pulmonal stenosis akan ditemukan adanya thrill
pada sela iga ke 2 kiri sternum. Pasien dengan ventrikular septal defek,
thrill ditemukan pada sela iga ke 4 kiri sternum. Pasien dengan aortik
stenosis ,thrill ditemukan pada sela iga ke 2 kanan sternum (basis). Dan
untuk pasien dengan mitral insufisiensi, thrill dapat ditemukan pada
apeks. Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk
ke depan, dengan nafas di tahan waktu ekspirasi,kecuali getaran mitral
stenosis lebih mudah teraba bila penderita berbaring ke sebelah kiri.
Perkusi
Auskultasi
4. Echocardio
Fungsinya: mengetahui hemodinamik secara non invasive, yang apabila
dilakukan oleh tenaga expert hampir sama hasilnya dengan pemeriksaan
invasive (kateterisasi).
- dapat mengevaluasi cardiac structure dan performance secara cepat,
bahkan dalam keadaan emergency sekalipun. (tidak perlu persiapan)
- Echo Doppler (Color doppler dapat mendeteksi secara cepat apakah
valve stenosis atau regurgitasi
- Echocardiografi (Trans Thoracal Echocardiografi = TTE)Prinsip
pemeriksaan dengan Ultrasound (USG)
- Echocardiografi (2D; two dimensional) Dapat mem-visualisasikan
pergerakan jantung secara akurat sesuai dengan real time, meliputi :
o Myocardium
o rongga jantung
o katup-katup jantung
o pericardium
o pembuluh darah besar
5. Nuclear Medicine
Bahan radioaktif disuntikan ke tubuh pasien sehingga timbul radiasi dari
tubuh pasien yang nantinya ditangkap oleh sebuah alat. Bahan radioaktif
dibuat agar cenderung berkumpul di jaringan target.
PEMERIKSAAN INVASIVE
1. COROANGIOGRAFI
Tujuan : Untuk melihat tingkat, derajat dan besarnya penyumbatan
stenosis coroner.
Kateter untuk arteri kiri didorong sampai pangkal aorta hingga diprogram
tepat di pangkal aorta kiri. Contras disemprotkan masuk ke artery
coronary kiri dan cabang-cabangnya.
2. ELEKTROFISIOLOGI
Elektrofisiologi jantung merupakan pemeriksaan penunjang lanjutan bagi
pasien dengan aritmia (gangguan irama jantung) yang bertujuan untuk
mengetahui penyebab aritmia dan menentukan penanganan lebih lanjut.
Karena ini adalah pemeriksaan yang bersifat invasif tentu pasien telah
dilakukan pemeriksaan penunjang yang lebih sederhana dan aman
sebelumnya, yaitu EKG dan Holter EKG.
Referensi:
Brunner & suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC : Jakarta.
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4.
Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorrain M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. EGC : Jakarta.
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI
Referensi:
4. Patofisiologi
o Gangguan plak atau ruptur plak
Ruptur plak sering terjadi pada bagian pinggir dari plak dimana bagian tersebut
menempel di dinding pembuluh darah. Pada area tersebut plak terinfiltrasi
dengan sel-sel inflamasi dan memiliki tekanan yang tinggi untuk ruptur. Plak
yang cenderung untuk ruptur memiliki struktur fibrous cap yang tipis dan massa
lemak yang besar. Struktur ini dipengaruhi faktor biomekanik dari plak tersebut
dan meningkatkan kemungkinan untuk rupture.
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi, agregasi platelet, dan
menyebabkan terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus
tidak menyumbat 100% akan menyebabkan angina pektoris tak stabil
o Vasokonstriksi
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak
stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet, berperan dalam perubahan tonus pembuluh darah
dan menyebabkan spasme.
o Trombosis
Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi
yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag, dan kolagen. Inti lemak
merupakan bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya
trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa yang ada dalam plak
berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil.
Faktor jaringan menginisiasi kaskade koagulasi ekstrinsik, menghasilkan
aktivasi faktor X menjadi faktor Xa dimana hal ini akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin mengkatalisasi perubahan fibrinogen
menjadi fibrin, membentuk pembekuan platelet-fibrin yang membuat
obstruksi aliran darah coroner
5. Manifestasi klinik
Sebagian besar pasien SKA dating dengan keluhan nyeri dada , rasa berat , atau
rasa seperti ditekan, atau rasa seperti dicengkram di belakang sternum , bisa
menjalar ke rahang , bahu, punggung , atau lengan.
Keluhan angina pada SKA biasanya disertai dengan keringat dingin karena
respons simpatis , mual dan muntah karena stimulasi vagal , rasa lemas tidak
bertenaga.
6. Pemeriksaan penunjang
o Elektrokardiogram
Pemeriksaan melalui elektrokardiogram dapat menunjukkan adanya gejala
iskemia atau infark pada jantung. Adanya depresi segmen ST menunjukkan
terjadi iskemia. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia. Perubahan
gelombang ST dan T yang non spesifik seperti depresi pada segmen ST kurang
dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm, tidak spesifik untuk
iskemia.
Walaupun, gambaran elektrokardiogram tidak menunjukkan tanda dari angina
pektoris tak stabil bukan berarti menunjukkan bahwa pasien tersebut tidak
menderita angina pektoris tak stabil. Pada angina tak stabil 4% mempunyai
gambaran EKG normal .
7. penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan angina pektoris tak stabil harus dilakukan dalam waktu
yang cepat. Target pengobatan adalah kontrol gejala dari iskemia miokard,
infark miokard dan pencegahan kematian. Efek dari pengobatan didapat dengan
mengoptimalisasi keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah oksigen miokard,
hal ini dapat dipenuhi dengan cara mengkontrol proses pembentukan trombus
yang sedang terjadi .
o penanganan awal
a) atasi nyeri dada akibat iskemia
b) melakukan penilaian status hemodinamik dan perbaiki kelainannya.
c) Pemeberian penyekat beta untuk mencegah terjadinya iskemia berulang dan
aritmia ventrikuler
d) Inisasi anti trombotik untuk mencegah terjadinya thrombosis baru dan
embolisasi dari plak aterosklerosis yang rupture atau erosi
e) Risiko untuk terjadi komplikasi diestimasi menggunakan stratifikasi resiko
dini.
o Terapi antiplatelet
a) Aspirin
b) Adenosine diphosphate receptor antagonis
c) GPIIb/IIIa inhibitor
d) Upstream GPIIb/GPIIIa
e) Adjunctive GPIIb/GPIIIa
o Terapi antikoagulan
a) Unfractioned Heparin
b) Low molecular weight heparin
c) Fondaparinux
d) Direct thrombin inhibitor (Fuster et al, 2008)
o Revaskularisasi koroner
Tindakan ini dapat menghilangkan gejala, meningkatkan prognosis dan
kapasitas fungsional. Pemilihan tindakan ini dilakukan setelah
mempertimbangkan banyak hal yaitu, anatomi pembuluh darah koroner, fungsi
ventrikel kiri, kapasitas fungsional, dan keparahan gejala
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan iskemia
berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pada angina tak stabil
tindakan ini dilakukan tergantung dari stratifikasi resiko pasien. Pada resiko
tinggi, seperti angina terus-menerus adanya depresi segmen ST, kadar troponin
yang meningkat, faal ventrikel kiri yang buruk, dan adanya gangguan irama
jantung yang maligna seperti takikardi ventrikel perlu tindakan invasif dini
o Intervensi coroner perkutan
Intervensi coroner perkutan umumnya menggunakan cincin untuk
mengurangi oklusi tiba-tiba dan penyempitan kembali
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Laboratorium
4. Foto thoraks
5. Pemeriksaan jantung non-invasif
EKG istirahat
Uji latihan jasmani (treadmill)
Uji latih jasmani kombinasi pencitraan :
o Uji latih jasmani ekokardiografi ( Stress Eko)
o Uji latih jasmani Scintigrafi Perfusi Miokard
o Uji latih jasmani Farmakologi Koombinasi teknik Imaging
Ekokardiografi istirahat
Monitoring EKG ambulator
Teknik non-invasif penentuan klasifikasi koroner dan anatomi koroner:
o Computed Tomography
o Magnetic Resonanse Arteriography
6. Pemeriksaan jantung invasif menentukan anatomi koroner
Arteriografi koroner
Ultrasound intra vaskular (IVUS)
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang tidak bisa dihindari
Penuaan : seiring dengan bertambahnya usia, fungsi sistem
kardiovaskular juga akan memburuk.
Jenis kelamin : penelitian menunjukkan bahwa pria yang berusia di
bawah 50 tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar akibat
penyakit jantung koroner, 3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada wanita
pada usia yang sama. Namun, bagi para wanita yang berusia di atas 50
tahun atau telah mengalami menopause, perbedaan faktor jenis kelamin
ini tidak terlalu berpengaruh.
Keturunan : orang-orang yang orangtua atau saudara kandungnya pernah
mengalami penyakit jantung atau stroke memiliki tingkat risiko yang
lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung koroner.
Suku bangsa : orang-orang yang berasal dari suku bangsa Eropa dan
Amerika Serikat memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi daripada
orang-orang Hongkong.
Faktor sosial : lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kepadatan
tinggi, gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh dengan tekanan akan
meningkatkan kerja jantung.
PENATALAKSANAAN
o Farmakologi
o Obat antiangina
o Nitrat
Obat
Kerja cepat efek
singkat
Nitogliserin (SL) Nitrokaf (2,5 0,15-1,2 mg 10-30 min
mg dan 5
mg/tab) 5-10 g/min
Nitrogiserin (IV) Nitrosin (10 (titrasi
mg/10cc) dosis)
GTN
(50mg/10cc)
o Antiplatelets
Aspirin. Pemberian aspirin dosis rendah (75 mg/hari) pada pasien
angina pektoris, pasca infark miokard atau pasca coronary artery
bypass graft (cABGs) bermanfaat untuk mencegah infark miokard
ulang dan mati mendadak. Jadi aspirin 80-160 mg sehari mutlak harus
diberikan pada pasien angina pektoris stabil, kecuali ada
kontraindikasi.
o -Bloker
o Calcium Channel Blockers
o ACE-inhibitors
o Ivabradine
Operatif
o Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA)
o Coronary Artey Bypass Graft (cABGs)
o Enhanced External Counterpulsation (EECP)
1. DEFINISI
Angina pektoris stabil merupakan suatu sindroma klinis berupa rasa tidak nyaman di
dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan yang timbul saat aktifitasatau stress
emosional yang berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.
2. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kurang lebih 50% dari Penderita Jantung Koroner(PJK) mempunyai
manifestasi angina pektoris. Jumlah angina pektoris sulitdiketahui. Dilaporkan bahwa
insiden angina pektoris pertahun pada penderita diatas 3 tahun sebesar 213 penderita
per 100.000 penduduk.
3. ETIOLOGI
Angina pektoris stabil terjadi karena suplai oksigen yang dibawa olehaliran darah
koroner tidak mencukupi kebutuhan oksigen miokardium. Hal initerjadi bila kebutuhan
oksigen miokardium meningkat (misalnya karena kerjafisik, emosi, tirotoksikosis,
hipertensi), atau bila aliran darah koroner kurang (misalnya pada spasme atau trombus
koroner) atau bila terjadi keduanya.Faktor-faktor resiko:
Kelebihan aktifitas
Kelelahan
Rokok
Stress
Obesitas
Terlalu kenyang
Tidak berolahraga
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
4. PATOMEKANISME
5. MANIFESTASI KLINIK
Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya. Nyeri berawal
sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar kelengan kiri
bagian dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu dan leher kiri bahkan dapat sampai
ke kelingking kiri. Perasaan ini dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan rahang
gigi dan ada juga yang sampaikan ke lengan kananRasa tidak enak dapat juga dirasakan
di ulu hati, tetapi jarang terasa didaerah apeks kordis. Rasa nyeri dapat disertai
beberapan atau salah satu gejala berikut ini:
1.Berkeringat dingin
3. Rasa lemas
4.Berdebar
Biasanya angina timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil).Serangan ini akan
hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik tersebut dan beristirahat. Serangan
berlangsung hanya beberapa menit (1 5 menit) tetapi bisasampai lebih dari 20 menit.
Nyeri angina sifatnya konstan. Bila terjadi perubahan misalnya lamaserangan
bertambah, nyeri lebih hebat, ambang timbulnya serangan menurun atauserangan
datang saat bangun tidur, maka gangguan ini perlu diwaspadai.Perubahan ini mungkin
merupakan tanda prainfark (angina tidak stabil).Suatu bentuk ubahan (variant) yang
disebut angina Prinzmetal biasanyatimbul saat penderita sedang istirahat.Angina
dikatakan bertambah berat apabila serangan berikutnya terjadisesudah kerja fisik yang
lebih ringan, misalnya sesudah makan. Ini tergolong jugaangina tidak stabil.
Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidakmenunjukkan kelainan yang berarti.
Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah meningkat dan di
daerah prekordium pukulan jantungterasa keras. Pada auskultasi, suara jantung
terdengar jauh, bising sistolikterdengar pada pertengahan atau akhir sistol dan
terdengar bunyi keempat. Nyeri yang berasal dari jantung memiliki karakteristik
tersendiri sepertidibawah ini:
1.Farmakologis
2.Angina
3.Penyekat beta
4. Angiotensin converting enzyme, terutama bila disertai hipertensi ataudisfungsi LV
Non Farmakologis
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
KESIMPULAN
Angina pektoris adalah keadaan klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak atau nyeri
di dada akibat iskemia jaringan otot jantung.Secara klinik bentuk angina dibedakan atas
dua bentuk, yaitu angina stabildan tidak stabil. Angina tidak stabil merupakan bentuk
yang lebih berat yangdapat berkembang menjadi dan/atau merupakan bentuk awal
infark miokardsehingga penderita perlu diperiksa dan diobservasi lebih lanjut di rumah
sakit.Angina pektoris stabil merupakan suatu sindroma klinis berupa rasa tidaknyaman
di dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan yang timbul saat aktifitasatau stress
emosional.Adapun penanganan paling utama dari angina pectoris stabil adalah
cukupdengan beristirahat agar kebutuhan oksigen di dalam jantung dapat kembali
stabilakibat dari aktifitas yang berlebihan tersebut. Dan selama angina pectoris stabil ini
belum berubah menjadi angina pectoris tidak stabil, angina pectoris ini sangatkecil
kemungkinan untuk menyebabkan kematian.
Referensi:
Dari skenario dan berbagai informasi yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa diagnosis banding seperti Penyakit Jantung Koroner, Angina Stabil, dan
Sindrom Koroner Akut. Hal tersebut terlihat dari gejala pasien pada skenario yang nyeri
dada yang dirasakan memberat sejak 1 minggu terakhir. Keluhan dirasakan substernal,
tidak terus menerus dan dan tidak menjalar. Nyeri terjadi ketika melakukan kegiatan berat
dan membaik dengan istirahat. Pasien menyangkal mengalami keluhan, mual, muntah atau
diaforesis. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia. Riwayat sebagai
perokok aktif sejak SMA dan menghabiskan sekitar 2 bungkus/hari.