KajianMekanismePenangananBencana
5.1.KajianTerhadapAspekMekanismeyangAda
GembaranyangpalingmewakilikeadanyangadadiIndonesiapadatahun2005
ini adalah bahwa penanganan bencana dilaksanakan dengan cara yang berfokus
padapenanggulangankedaruratan.Keluhanyangpalinggencardilontarkanoleh
publik maupun mitramitra internasional adalah kesulitan untuk mengenalpasti
pejabat atau instansi yang paling bertanggung jawab untuk menjadi titik tumpu
atau focal point dalam suatu kejadian kedaruratan. Kelemahan koordinasi juga
menjadisuatubahankeluhanyangpalingseringdisuarakanolehmediamassa.
PublikmengenaladanyasuatuartikulasikebijakanpejabattinggiIndonesiayang
menetapkan masa tanggap darurat, biasanya tiga bulan, yang mewakili suatu
episode pengerahan aset dan prosedur utnuk memberikan tanggapan terhadap
suatukeadaandarurat.AkhirakhiriniPresidenjugamenetapkansuatukejadian
bencanasebagaisuatubencanapropinsiyaitusuatubencanadimana,diasumsikan,
tanggung jawab utama untuk menanggapinya terletak dipundak pemerintah
daerah.Kalaudiperhatikan,keduaartikulasiinimempunyaidasardanparameter
yangkurangbegitudipahamisecaraluas.
Pengurangan risiko bencana rupanya juga masih jauh dari khasanah bernegara
dan pemerintahan di Indonesia. Belum ada mekanisme yang mendorong atau
mengharuskan pemerintah untuk secara koheren dan berkala mengenalpasti
menilai dan memantau ancamanancaman bencana. Tanpa itu, pemerintah tidak
pernah berpikir untuk mengumumkan kepada publik dan mendorong mereka
5.2.IlustrasiMekanismeMekanismePenangananBencana
6.KerjasamaInternasionaldalamPenangananBencana
Salah satu mekanisme penanganan bencana yang juga penting adalah kerjasama
internasional. Kemungkinan besar kegiatan kerjasama regional dan internasional
dalamkegiatanpenangananbencanayangbukandalamkontekspenanggulangan
kedaruratandilangsungkandalamkerangkaarusutamakerjasamapembangunan
yangdiaturdalamkaidahkaidahhubunganinternasionalbiasa.
PadakonteksASEAN,Indonesiamempunyaibeberapakomitmenregionaldalam
bidang penanganan bencana. Termasuk diantaranya adalah: Komitmen kepada
tujuan dan keperluan ASEAN seperti dicanangkan dalam Deklarasi Bangkok 8
Agustus1967,termasukdiantaranyauntukmendorongkerjasamaregionaldalam
semangat kesetaraan dan kemitraan dan dengan demikian memberikan
sumbagnsih kearah pencapaian kedamaian, kemajuan dan kesejahteraan di
region. Komitmen ini ditegaskan oleh Indonesia pada saat menandatangani
Deklarasi ASEAN Concord1 pada tanggal 24 Februari 1976 bahwa sejauh
dimungkinkanolehkemampuannya,anggotaASEANharusmemebrikanbantuan
utnukmeringankananggotalainyangtertimpabencana.Semangatinidiperkuat
lagi pada tangal 7 November 2003 ketika Presiden Indonesia menandatangani
Deklarasi ASEAN Concord2 yang menyatakan bahwa Indonesia akan
SetelahkejadianTsunami,padaatangagl6Januari2005,parapemimpinASEAN
dan pimpinan negaranegara lain mengeluarkan deklarasi aksi temasuk
diantaranya menignkatkan kemampuan penanganan bencana, dan dalam hal
terjadi bencana besarbesaran, memberikan bantuan berdasarkan permintaan
negarayangbersangkutan.
IndonesiajugamenandatanganiPerjanjianregionaltentangPersediaanKeamanan
Pangan tanggal 4 Oktober 1979 yang mendorong upayaupaya terkoordinasi
utnuk memastikan keamanan pangan termasuk diantaranya utnuk kepentingan
penanggualanganbencana.
PenggunaanAsetMiliterNegaraLainDalamPenanggulanganBencana
Sebagaiacuan,terdapatTheGuidelinesontheUseofMilitaryandCivilDefence
Assets in Disaster Relief (Oslo Guidelines) yang disusun pada tahun 1994
berdasarkan Charter PBB dan resolusi Majelis Umum PBB. Oslo Guidelines
(PedomanOslo)adalahsuatupanduanyangtidakmengikattetapimenyediakan
Bantuan aset militer adalah personil, peralatan, pasokan barang, dan pelayanan
yangdisediakanolehangkatanmiliterdanpertahanansipildarinegaralainuntuk
operasi kemanusiaan penanggulangan bencana. Berdasar konvensi Geneva 1949,
aset semacam itu diberikan kekebalan dari proses hukum terhadap tindakan
mereka selama dalam tugas resmi dalam menyampaikan bantuan internasional,
dan pengecualian dari bea dan pajak langsung maupun tidak langsung.
Kemudahan semacam ini berlaku ketika aset militer memasuki wilayah dan
berada dalam payung kendali operasi internasional. Negara penerima dapat
memintanegarapembantuuntukmenarikasetmiliternyakapansaja.
Prinsipprinsipbantuanasetmiliterdalamoperasiinternasionaladalah
Berdasarkanpermintaanatauataspersetujuannegarapenerima
Tidakmenimbulkanongkospadanegarapenerima
Merupakandukunganterhadappenanggulanganbencanasetempat
Merupakanunsurpenambahataupelengkapdaripemerintahsetempat
Berdasarkankebutuhan,tidakberpihak,dantidakmembedakan
Tidakbersenjatadanmengenakanseragamnasional