Abstrak
Tower crane merupakan alat yang digunakan pada pembangunan gedung bertingkat dengan
risiko kecelakaan tinggi.Berdasarkanhasil penelusuran dokumen PT. Waskita Karya telah terjadi
kecelakaan kerja akibat kabel tali sling penahan segment TC putus, 2 orang luka ringan. Penelitian
bertujuan menganalisispelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengawasan pada
penggunaan tower crane. Metode penelitian denganpendekatan kualitatif analitik. Jumlah informan 5
orang.Alat ukur yang digunakan adalah lembar checklist dan matriks risiko.Analisis data
menggunakan triangulasi sumber, metode dan data.Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan
identifikasi bahaya menggunakan inspeksi harian pada awal pelaksanaan proyek. Penilaian risiko
dilakukan oleh HES, pelaksana lapangan, kepala proyek serta teknik administrasi kontrak
menggunakan matriks risiko dengan risiko beban terjatuh yang harus segera ditangani. Pengawasan
pada penggunaan tower crane tidak memiliki supervisor khusus dari pemilik tower crane.
Abstract
Tower crane was a tool used to build a multistory building which has a high risk. Based on
results document, PT. Waskita Karya had accidents due to cable sling strap anchoring segment TC
disconnected, causing two people suffered minor injuries. Research aims to analyze the
implementation of hazards identification, risk assessment and supervison on the used of tower
cranes.This research method to design qualitative analytic.Number of informants are5 people.
Measuring instrument used was checklist sheet and risk matrix. Data analysis used triangulation of
data sources, methods and data.The results showed implementation of hazard identification used
daily inspection carried out at the beginning of the project, the risk assessment carried out by the
HES, field implementers, project heads and engineering contract administrationwith risk matrixat the
risk of falling loads must be addressed.The supervison on the used of tower cranes hadnt the direct
supervisor of the owner tower crane.
PENDAHULUAN
Pembangunan gedung bertingkat dengan konstruksi modern merupakan salah satu faktor yang
signifikan terhadap lajunya pertumbuhan nasional khususnya dibidang infarstruktur, akan tetapi
disamping peranan positif tersebut terdapat dampak negatif terhadap terjadinya kecelakaan kerja
dilingkungan kerja.Pekerjaan dalam sektor industri konstruksi mempunyai potensi bahaya yang sangat
tinggi yang merupakan faktor yang saling berhubungan, mulai dari faktor manusia, faktor lingkungan
dan juga faktor peralatan.Untuk menjamin pelaksanaan industri, aspek keselamatan kerja memegang
peranan penting didalam menghilangkan potensi bahaya yang ada ditempat kerja atau meminimalkan
risiko bahaya yang ada di tempat kerja.Keselamatan Kerja haruslah mendapat perhatian utama demi
berhasilnya program-program perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas bagi
perusahaan. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (IBPR) merupakan elemen pokok dalam sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan
dan pengendalian bahaya dalam menentukan potensi bahaya yang menimbulkan dampak serius
terhadap Keselamatan pekerja. (1,2 )
Tower crane adalah salah satu alat yang sering digunakan pada proyek bangunan bertingkat.
Alat ini digunakan sebagai alat pemindah material (Material HandlingEquiptment) dari suatu tempat ke
tempat lain baik secara vertikal maupun horizontal.Pengoperasian tower crane merupakan pekerjaan
yang berisiko tinggi, kesalahan dalam pemasangan, pengoperasian dan pembongkaran akan
mengakibatkan kecelakaan kerja. Kondisi lingkungan yang tidak aman juga merupakan sebab dari
METODE
Rancangan penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan kualitatif analitik, melalui
wawancara mendalam dan walk trough surveyserta penelusuran dokumen.Penelitian dilaksanakan di
proyek gedung kantor SKPD Pemerintah Kota Pekanbaru oleh PT.Waskita Karya. Jumlah informan 5
orang.Alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan matriks risiko dan lembar checklist.Analisis
data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data, metode serta triangulasi pada data.
Tabel 2. Lembar Matriks Risiko pada PenggunaanTower Crane Proyek Gedung Kantor SKPD
Pemerintah Kota Pekanbaru Oleh PT. Waskita Karya.
Risk
KMxKP Leve
No. Peristiwa Risiko Akibat Risiko KM KP Pengendalian Risiko
l
1. Naik turun TC Jatuh dari Luka berat, 3 5 15 H APD lengkap, full body
ketinggian kaki patah harnest, sistem
meninggal perlindungan tepi,
dunia sistem pengendalian
perjalanan, ukuran
control.
Kelelahan Nyeri pada 4 2 8 M pengaturan shift kerja
seluruh
anggota
tubuh
Terpeleset Luka berat, 2 5 10 M Safety shoes, full body
kaki patah, hardnest,
meninggal
dunia
2. Pengangkatan Membentur Luka berat, 3 4 12 H Alat komunikasi untuk
Material Material lain cacat. operator dan signaler,
SOP, pengangkatan
atau penurunan material
di area yang luas,
pelatihan untuk operator
dan signaler.
Penilaian Risiko
Menurut hasil observasi yang dilakukan, penilaian risiko pada pengoperasian tower crane
dilakukan menggunakan matriks risiko, mengalikan antara probability dan consequence untuk
mendapatkan tingkatan risiko.Dari hasil telaah dokumen, perusahaan memiliki HIRA untuk seluruh
pekerjaan pada pengoperasian tower crane.Dan didukung oleh hasil wawancara bersama
informan.Upaya penilian risiko digunakan untuk menentukan tingkatan risiko yang ada pada
perusahaan dengan menggunakan matriks risiko (2).
Menurut Occupational Safety and Health Branch of the Labour Departement penilaian risiko
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan melibatkan proses konsultasi antara kontraktor utama,
pemilik crane dan operator,serta anggota crane lainnya, namun berbeda dengan hasil observasi dan
hasil wawancara mengatakan bahwa penilaian risiko pada penggunaan tower crane dilakukan oleh
HES, pelaksana, Teknik Administrasi Kontrak serta Kepala Proyek (9).
Peneliti menggunakan alat ukur matriks risiko untuk menilai bahaya, adapun hasil penilaian
risiko (Tabel 2). Bahaya yang memiliki tingkatan risiko yang tinggi antara lain:
1. Beban Terjatuh atau Tertimpa Material
Hasil observasi yang dilakukanpada penilaian risiko dengan menggunakan matrik risiko, bahaya
beban terjatuh atau tertimpa material menduduki level risiko sangat tinggi dengan skor 20,
kemungkinan terjadinya risiko sering dan keparahannya mengakibatkan luka berat, cacat, serta
meninggal dunia. Kecelakaan kerja material yang diangkat oleh tower crane sudah pernah terjadi saat
pengangkatan material pada proyek gedung kantor SKPD Pemerintah Kota Pekanbaru oleh PT.
Waskita Karya. Hasil wawancara mendalam, 4 informan mengatakan beban terjatuh memiki risiko
sangat tinggi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wicaksono dan Moses , bahwa risiko paling tinggi adalah ketika proses pengangkatan material
(beban) dengan risiko material jatuh memiliki tingkat risiko sebesar 13,95 (risiko tertinggi). Berbeda
dengan hasil penelitian Chundawan, beban terjatuh memiliki tingkat risiko tinggi dan pernah terjadi
kecelakaan kerja dengan mean 2.26. Risiko kecelakaan pada beban terjatuh tingkat risiko medium (4-
9) dengan keparahan luka parah, kaki retak dan kemungkinan kecelakan tidak pernah terjadi.
(10,11,12)
Asumsi peneliti bahwa hasil penelitian yang berbeda pada penilaian tingkatan risiko pada
penggunaan tower crane dapat disebabkan oleh keadaan tower crane yang digunakan oleh setiap
perusahaan berbeda, penerapan K3 yang dilakukan dan kebijakan K3 yang diterapkan oleh setiap
perusahaan memiliki perbedaan serta prilaku operator dan rigger dalam proses pengangkatan
material.Untuk itu perlunya dilakukan pengendalian terhadap risiko tertimpa material yaitu, rigger
(msandor) harus selalu memastikan ikatan tali sling pada material yang akan diangkat harus benar,
dilakukan inspeksi pada tali slingdan shackle sebelum digunakan, pemeriksaan bahwa material yang
akan diangkat telah aman. Dan tali sling ditukar jika sudah terkelupas dan aus, memiliki zona eksklusi,
lanyar alat, layar jala, penjadwalan kerja, sistem penahanan (13,14).
2. Jatuh Dari Ketinggian
Hasil observasi yang dilakukandengan menggunakan matriks risiko, menunjukkan bahwa
bahaya jatuh dari ketinggian menduduki level risiko tinggi dengan skor 15 dengan kemungkinan terjadi
sekali-sekali dan keparahannya adalah mengalami luka berat, cacat, tulang patah serta meninggal
dunia. Ini disebabkan pekerjaan operator 2 yang setiap harinya memanjat tower crane untuk dapat
mencapai cabin operator untuk memulai pengoperasian.Sejalan dengan hasil penelitian Chundawan,
bahwa risiko kecelakaan yang pernah terjadi pada pengoperasian tower crane terjatuh dari ketinggian
yaitu memiliki risiko yang tinggi dan pernah terjadi kecelakaan dengan mean 2.00 (12)
Namun berbeda dengan dokumen HIRA PT. Waskita (2015) hasil wawancara ditemukan
pernyataan yang dinyatakan oleh informan 4 yang menyatakan bahwa jatuh dari ketinggian memilki
risiko sangat tinggi.berdasarkan penelitian Mayasari (2011), risiko jatuh dari ketinggian memiliki
tingkatan risiko medium dengan skor level risiko 4-9.Peneliti berasumsi bahwa penilaian risiko pada
penggunaan tower crane dengan risiko jatuh dari ketinggian memiliki tingkat risiko tinggi dikarenakan
dampak yang terjadi mengenai operator tower crane saja tanpa mengenai lingkungan dan masyarakat
PENUTUP
Pelaksanaan identifikasi bahaya menggunakan inspeksi harian pada awal pelaksanaan proyek.
Penilaian risiko yang dilakukan oleh HES, pelaksana lapangan, kepala proyek serta teknik
administrasi kontrak menggunakan matriks risiko dengan risiko beban terjatuh yang harus segera
ditangani. Pengawasan pada penggunaan tower crane tidak memiliki supervisor khusus dari pemilik
tower crane. Sehingga diharapkan perusahaan tidak hanya menggunakan metode inspeksi harian
dalam pelaksanaan identifikasi bahaya, tetapi bisa menggunakan metode lain seperti ETAatau
FTAuntuk mengetahui bahaya lebih detail dan maksimal, penilaian risiko seharusnya melalui
konsultasi dengan pemilik tower crane, operator serta anggota tower crane lainnya, sehingga dapat
mengetahui keadaan tower crane dengan baik dan menilai tingkatan risiko. Diharapkan perusahaan
dan pemilik tower crane dapat membuat kesepakatan diperlukannya supervisor khusus yang terlatih
untuk mengawasi pengoperasian tower crane, sehingga dapat berjalan sesuai Instruksi Kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyuni, I. (2010). Sistem Pengendalian Bahaya Bekerja Pada Ketinggian Dalam Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT. Gunanusa Utama Pabricators Serang Banten. Laporan
Khusus. Universitas Sebelas Maret.
2. Ramli, S (ed). (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Prespektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat.
3. Kuswanto, W. (2015).Identifikasi Potensi Risiko Pada Pengoperasian Tower Crane.Tugas Akhir.
Universitas Gadjah Mada. [online] http://etd.repository.ugm.ac.id diakses 13 Desember 2015.