Anda di halaman 1dari 48

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI LINGKUNGAN II


KEL. TANJUNG GUSTA KEC. MEDAN HELVETIA
MEDAN TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya Kebidanan

Diajukan Oleh :

SARAH CHRISTINA A. SITORUS


NIM : 10330206044

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2013
ABSTRAK

Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling


banyak terjadi pada kaum wanita. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO),
sebanyak 630 juta perempuan di dunia terjangkit penyakit ini. Sebesar 50
% kasus ditemukan pada wanita usia 35-55 tahun; 50% nya lagi
ditemukan pada wanita dibawah usia 35 tahun. Kunci dari upaya
penyembuhan semua jenis penyakit kanker adalah pendeteksian dini.
Usaha pencegahan dan deteksi dini kanker ginekologik yang sudah
mantap adalah pada kanker serviks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun
2013. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan cara random sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak sederhana dengan jumlah sampel 32 responden.
Hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita usia
subur tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II Kelurahan
Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 adalah
mayoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 15 responden
(46.8%) dan minoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 4
responden (12.5%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan wanita usia
subur adalah berpengetahuan kurang. Diharapkan bagi wanita usia subur
untuk lebih meningkatkan pengetahuannya dengan cara bertanya kepada
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan, lebih banyak
mendengar informasi tentang deteksi dini kanker serviks, baik dari media
cetak atau elektronik, dan ikut dalam kegiatan penyuluhan tentang deteksi
dini kanker serviks.

Kata kunci : Pengetahuan, Wanita Usia Subur, Deteksi Dini


Kanker Serviks

Daftar pustaka : 18 (2005-2013)


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada

peneliti sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat kelulusan menjadi Ahli Madya kebidanan dengan

melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Wanita Usia

Subur tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Di Lingkungan II Kelurahan

Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013.

Keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dr. I. Nyoman E.L, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Prima

Indonesia Medan yang telah menyediakan sarana dan prasarana bagi peneliti

selama mengikuti pendidikan D-III Kebidanan di Universitas Prima Indonesia

Medan.

2. Prof. Dr. Djakobus Tarigan, AAI, DAAK, selaku Rektor Universitas Prima

Indonesia Medan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa

perkuliahan di Universitas Prima Indonesia.

3. Chrismis Novalinda Ginting, SSiT, M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, dan juga

ii
motivasi kepada peneliti selama menjalani dan menyelesaikan program studi

D-III Kebidanan.

4. Subang Aini Nasution SKM, M.Kes, Selaku Ketua Jurusan Program Studi

Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Prima Indonesia

Medan yang telah meluangkan waktunya membimbing dan memberikan

arahan kepada peneliti selama menyelesaikan perkuliahan dan penulisan

Karya Tulis Ilmiah.

5. Ns. Mareli Napitu S.Pd, SST, S.Kep, selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan ilmu,

masukan, serta saran kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan Karya

Tulis Ilmiah.

6. Ns. Juwita Verawati Siahaan, S.Kep, selaku Penguji II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti untuk

melengkapi kesempurnaan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Chrismis Novalinda Ginting, SSiT, M.Kes, selaku Penguji III yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan saran kepada

peneliti untuk melengkapi kesempurnaan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

8. Dosen dan seluruh staff pengajar di Universitas Prima Indonesia khususnya

program studi D-III Kebidanan yang telah banyak memberikan pengetahuan

dan bimbingan kepada peneliti selama menjalani dan menyelesaikan

perkuliahan di Universitas Prima Indonesia Medan.

iii
9. Riswan Sihombing, selaku Bapak Kepala Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia

Medan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan

penelitian dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

10. Ayahanda tersayang Jonni Victor Sitorus dan Ibunda tercinta Rimbun Melina

Br. Silaban yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan moral serta

materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan.

Peneliti menyadari bahwa isi dari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

mempunyai kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun

akan sangat bermanfaat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti

mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 29 Juli 2013

Peneliti

(Sarah Christina A. Sitorus)

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .. .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitan................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6


A. Pengetahuan ......................................................................................... 6
1. Defenisi pengetahuan ....................................................................... 6
2. Jenis pengetahuan ............................................................................ 6
3. Tingkat pengetahuan ........................................................................ 8
4. Sumber pengetahuan ........................................................................ 9
5. Cara memperoleh pengetahuan ........................................................ 10
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............................... 11
7. Fungsi pengetahuan ......................................................................... 13
8. Cara mengukur pengetahuan ............................................................ 14
B. Wanita Usia Subur ............................................................................... 14
C. Deteksi dini kanker serviks ................................................................... 15
1. Pengertian kanker serviks ............................................................... 16
2. Penyebab kanker serviks ................................................................. 16
3. Gejala kanker serviks...................................................................... 17
4. Faktor resiko kanker serviks ........................................................... 18
5. Metode deteksi dini kanker serviks ................................................. 19
a. Pap smear test ..................................................................... 21
b. IVA (inspeksi visual asetat)................................................. 22
c. Thin prep ............................................................................ 25
d. Tes schiller.......................................................................... 26
e. Koloskopi ........................................................................... 26
D. Kerangka konsep .................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 29


A. Jenis penelitian ..................................................................................... 29
B. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................. 29
1. Lokasi penelitian .............................................................................. 29
2. Waktu penelitian .............................................................................. 29
C. Populasi dan sampel ............................................................................. 30
1. Populasi ........................................................................................ 30
2. Sampel ............................................................................................. 30

v
D. Metode pengumpulan data.................................................................... 31
E. Defenisi operasional ............................................................................. 31
F. Aspek pengukuran data ........................................................................ 32
G. Pengolahan dan analisa data ................................................................. 32
1. Pengolahan data.............................................................................. 32
2. Analisa data .................................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 34

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 38


A. Kesimpulan ........................................................................................ 38
B. Saran .................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN KUESIONER

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling

banyak terjadi pada kaum wanita. Fakta menunjukkan bahwa jutaan

wanita di dunia terinfeksi virus HPV, yang dianggap penyakit lewat

hubungan seksual yang paling umum di dunia (Tilong, 2012). Kanker

serviks menduduki urutan tertinggi di Negara berkembang dan urutan ke-

10 di Negara maju atau urutan ke 5 secara global (Nuranna, 2010).

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 630 juta

perempuan terjangkit penyakit ini. Setiap 600 perempuan di dunia

terenggut olehnya (Soebachman, 2011). Data Globocan 2008, terdapat

529.409 kasus baru kanker serviks dengan sekitar 274.883 kematian di

dunia. Hampir 85% kasus terdapat pada negara-negara berkembang

(Nuranna, 2010).

Asia Tenggara, terdapat 188.000 kasus baru kanker serviks

dengan sekitar 102.000 kematian (Nuranna, 2010). Sebuah survei terbaru

mengenai penyakit kanker serviks menunjukkan adanya 40.000 kasus

baru kanker serviks di Asia Tenggara dan 22.000 di antaranya meninggal

dunia (Rasjidi, 2010).

Tingginya kasus kematian yang disebabkan oleh kanker serviks

pada wanita Indonesia terjadi karena umumnya kanker tersebut baru


diketahui setelah memasuki stadium lanjut. (Setiati, 2009). Data Yayasan

Kanker Indonesia, angka prevalensi wanita pengidap kanker serviks di

Indonesia tergolong besar. Setiap hari ditemukan 40-45 kasus baru

dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang. Adapun jumlah wanita

beresiko mengidapnya mencapai 48 juta orang. Oleh sebab itu, WHO

menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan insiden kenker

serviks tertinggi di dunia, dengan 66 % meninggal (Soebachman, 2011).

Data RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 jumlah pasien

kanker serviks sebanyak 367 orang. Menurut umur yang paling banyak

adalah golongan umur 40-55 tahun (58,3%). Seluruh penderita berstatus

kawin (100%). Kebanyakan penderita kanker serviks dengan status

pendidikan SMP-SMA (57,2%). Menurut paritas yang paling sering adalah

3-5 anak (56,1%). Keluhan utama yang paling banyak dialami penderita

adalah perdarahan pervaginam (77,9%), sedangkan stadium terbanyak

adalah IIIb (39,5%) (Prandana dan Rusda, 2013).

Kanker serviks jarang terjadi pada wanita muda (usia 20 tahunan).

Kanker ini cenderung terjadi pada wanita paro baya. Sebesar 50 % kasus

ditemukan pada wanita usia 35-55 tahun; 50% nya lagi ditemukan pada

wanita dibawah usia 35 tahun. Akan tetapi, menginjak usia yang lebih tua,

resiko terserang kanker serviks tetap ada. Sayangnya banyak wanita tidak

tahu bahwa ketika menjadi tua, mereka masih beresiko terkena kanker

serviks. Umumnya mereka tidak waspada terhadap intaian kanker ini.

2
Maka sosialisasi yang lebih gencar terkait masalah ini sangat dibutuhkan

(Soebachman,2011).

Kunci dari upaya penyembuhan semua jenis penyakit kanker

adalah pendeteksian dini (Setiati, 2009). Usaha pencegahan dan deteksi

dini kanker ginekologik yang sudah mantap adalah pada kanker serviks,

karena sudah memenuhi syarat-syarat deteksi dini yaitu antara lain

insidens atau prevalensi cukup tinggi di masyarakat, perkembangan cukup

lama, ada tehnik pemeriksaan yang sensitif dan spesifik serta ada cara

pengobatan yang efektif (Ramli dkk, 2005). Oleh karena itu semakin dini

gejala awal penyakit kanker serviks diketahui, semakin mudah

pengobatan dan penanganannya (Setiati, 2009).

Cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang

menyebabkan kanker serviks paling mudah adalah dengan malakukan

sitologis leher rahim. Pemeriksaan sitologis saat ini popular dengan nama

pap smear test (Tilong, 2012). Di Negara maju, kasus kanker serviks

sudah agak menurun. Penurunan tersebut dihasilkan oleh program pap

smear yang dilakukan secara teratur sebagai upaya pencegahan

sekunder dan deteksi dini kanker serviks (Setiati, 2009). Namun, ada juga

berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan

kanker serviks (Tilong, 2012).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di

Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia

Medan dengan melakukan metode wawancara kepada 7 orang wanita

3
usia subur di dapatkan 2 orang wanita usia subur yang mengetahui

tentang deteksi dini kanker serviks dan 5 orang diantaranya kurang

mengetahui tentang deteksi dini kanker serviks sehingga peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran pengetahuan wanita

usia subur tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II Kelurahan

Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas adapun yang menjadi

perumusan masalah dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

bagaimana Gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi

dini kanker serviks di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

Medan Helvetia Medan Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II

Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun

2013.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Responden

4
Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan kepada wanita

usia subur terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

2. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

deteksi dini kanker serviks.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi diperpustakaan Universitas Prima Indonesia

Medan dan untuk bahan penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengetahuan wanita usia

subur tentang deteksi dini kanker serviks.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami

alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai

hasil dari tahu manusia), ilmu, dan filsafat. Pengetahuan (knowledge)

adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan

what misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010)

Menurut Drs. Sidi Gazalba yang dikutip oleh Bakhtiar, pengetahuan

adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu

tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.

Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran-pikiran. Dengan

demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk

tahu (Bakhtiar, 2012).

2. Jenis Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2012), mengemukakan bahwa pengetahuan

yang dimiliki manusia ada empat yaitu :

Pertama, pengetahuan biasa, adalah pengetahuan yang dalam

filsafat dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan

6
dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia

menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah

karena memang itu merah, benda itu panas karena memag dirasakan

panas dan sebagainya.

Kedua, pengetahuan ilmu, adalah ilmu sebagai terjemahan dari

science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk

menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan

objektif, prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan

menginterpretasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal

dari pengetahuan dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang diperoleh

dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan

filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian

tentang sesuatu yang bersifat reflekstis dan kritis, sehingga ilmu yang

terjadi kaku dan cenderung tertutup terjadi longgar kembali.

Keempat, pengetahuan agama, adalah pengetahuan yang hanya

diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat

mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan

mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara

berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan

vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga

disebut dengan horizontal.

7
3. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), tingkat pengetahuan ada enam

tingkat yaitu :

Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Kedua, memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui

dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari ada situasi atau kondisi

sebenarnya.

Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

Kelima, sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu

materi atau objek.

8
4. Sumber pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang dimiliki oleh manusia

diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber

pengetahuan tersebut. Dalah hal ini ada beberapa pendapat tentang

sumber pengetahuan antara lain :

a. Empirisme

Kata ini berasal dari kata Yunani empirikos, artinya pengalaman.

Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui

pengalamannya.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian

pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.

Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.

c. Intuisi

Menurut Henry Bergson, intuisi adalah hasil dari evolusi

pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi

berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.

d. Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada

manusia lewat perantaraan para nabi.

9
5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), adalah beberapa macam cara untuk

memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian, yakni :

a. Cara Memperoleh kebenaran non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah, tanpa

melalui penelitian. Cara- cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antara lain meliputi :

Pertama, cara coba salah (trial and error), dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

Kedua, cara kebetulan, penemuan kebenaran secara kebetulan

terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

Ketiga, cara kekuasaan dan otoritas, pengetahuan diperoleh

berdasarkan pada pemegang kekuasaan atau otoritas kebiasaan-

kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dan generasi kegenerasi

berikutnya.

Keempat, berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh

sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dikatakan dengan cara mengulang

10
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa yang lalu.

Kelima, melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan penalarannya atau jalan

pikirannya.

b. Cara Ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah,

atau lebih popular disebut metodologi penelitian (Research methodology)

yang mengembangkan metode berfikir induktif dengan mengadakan

pengamatan (observasi) langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan

terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2012), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat

pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang

11
tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seeorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami

perubahan aspek fisik dan psikologis. Secara garis besar, pertumbuhan

fisik terdiri atas empat kategori perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Perubahan ini terjadi

karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental,

taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaiknya, jika pengalaman

tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan

12
kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

seseorang. Pengalaman ini akhirnya dapat membentu sikap positif dalam

kehidupannya.

f. Kebudayaan Lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan

lingkungan, maka sangat mungkin mesyrakat sekitarnya mempunyai sikap

selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

7. Fungsi Pengetahuan

Manusia belajar dari pengalamannya, dan beramsumsi bahwa alam

mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah

satu hasil budaya manusia, dimana lebih mengutamakan kuantitas yang

obyektif, dan mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan

dengan keinginan pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan

mementingkan dirinya sendiri (Salam, 2008).

13
8. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Mubarak, 2012).

Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui tingkat pengetahuan

yang dimiliki seseorang dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : pengetahuan

baik lebih dari 75%, pengetahuan cukup berkisar antara 60-75%, dan

pengetahuan kurang baik adalah dibawah 60%.

B. Wanita Usia Subur

Wanita usia subur (WUS) berkisar usia 15-45 tahun (Romauli dan

Vindari, 2009). Puncak kesuburan untuk wanita, sebelum usia tersebut

kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun

(Mansur, 2009).

Pada masa ini terjadi perubahan fisik, seperti perubahan warna

kulit, perubahan payudara, pembesaran perut, pembesaran rahim, dan

mulut rahim. Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan

berlangsung kira-kira 33 tahun. Menstruasi pada masa ini paling teratur

dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan.

Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali. Kondisi yang perlu

dipantau pada masa subur adalah perawatan antenatal, jarak kehamilan,

deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim, serta infeksi menular

seksual (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

14
C. Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi atau

mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan

menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat

digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang

kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tapi

sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2010).

Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium

yang lebih awal atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak

dini, yaitu kanker yang masih dapat disembuhkan untuk mengurangi

morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) akibat

kanker (Rasjidi, 2010).

Oleh karena itu, mengetahui kanker serviks beserta seluk-beluknya

sejak dini adalah suatu hal yang sangat perlu untuk mengantisipasi,

bahkan mungkin wajib bagi wanita yang sudah terserang penyakit

mematikan ini. Sebab, dengan mengetahui kanker serviks sejak dini,

berarti sudah mempunyai peluang yang sangat besar untuk bisa

melakukan pencegahan atau pengobatan sendiri (Tilong, 2012).

1. Pengertian Kanker Serviks

Menurut Rasjidi (2010), Kanker serviks adalah satu jenis

keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di daerah serviks,

daerah leher rahim atau mulut rahim.

15
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah

serviks (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang

tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Kumalasari

dan Andhyantoro, 2012).

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim,

tetapi terbentuknya secara perlahan. Awalnya beberapa sel berubah dari

normal menjadi sel-sel prakanker, baru kemudian menjadi sel kanker.

Terjadiya dapat bertahun-tahun. Namun, adakalanya terjadi lebih cepat.

Perubahan itu sering disebut displasia (Soebachman, 2011).

2. Penyebab kanker serviks

Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai persentase

yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7

% (Tilong, 2012).

Infeksi dari Human Papiloma Virus (HPV), biasanya terjadi pada

perempuan usia subur. HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan

ditemukan pada 95 % kasus kanker mulut rahim. Infeksi HPV dapat

menetap menjadi dysplasia atau tumbuh secara sempurna (Kumalasari

dan Andhyantoro, 2012).

Terdapat 200 tipe HPV yang sudah teridentifikasi dan terdapat 100

tipe HPV yang dapat menginfeksi manusia. HPV resiko tinggi

menyebabkan kanker (onkogenik) yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.

16
Sebanyak 70% dari kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18. HPV

resiko tipe rendah yaitu tipe 6, 11, 32, 42, 43, dan 44 hanya menyebabkan

kutil kelamin yang jinak (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

3. Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala

atau tanda-tanda yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala

sama sekali (Kumalasari dan Andhyantoro,2012).

Menurut Soebachman (2011), gejala sering kali baru terlihat ketika

kanker telah berkembang lebih jauh dan telah menyebar ke daerah di

dekatnya. Namun, harus segera berkonsultasi dengan dokter bila

menemukan gejala-gejala berikut :

Pertama, pendarahan vagina yang bersifat abnormal. Misalnya

pendarahan setelah bersenggama, pendarahan setelah menopause,

perdarahan dan bercak darah antar menstruasi, dan periode menstruasi

yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya.

Kedua, keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya adalah : kental,

warnanya kuning atau kecoklatan, berbau busuk, dan terasa gatal.

Ketiga, rasa sakit saat bersenggama.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut yakni Pertama, nafsu

makan berkurang, penurunan berat badan, dan kelelahan. Kedua, nyeri

panggul, punggung atau tungkai. Ketiga, dari vagina keluar air kemih atau

tinja. Keempat, patah tulang atau fraktur (Indrawati, 2009).

17
4. Faktor Resiko Kanker serviks

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), beberapa faktor

resiko dan predisposisi yang menyebabkan perempuan terpapar Human

Pappiloma Virus diantaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda.

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda perempuan melakukan

hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.

Kedua, jumlah kehamilan dan partus. Kanker serviks terbanyak

dijumpai pada perempuan yang sering partus. Semakin sering partus

samakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

Ketiga, perilaku seksual. Berdasarkan penelitian, resiko kanker

serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan enam atau

lebih mitra seks, atau bila berhubungan seks pertama di bawah umur 15

tahun.

Keempat, riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul.

Infeksi menular seksual (IMS) dapat menjadi peluang meningkatnya resiko

terkena kanker serviks.

Kelima, sosial ekonomi. Karsinoma serviks banyak dijumpai pada

golongan social ekonomi rendah mungkin faktor social ekonomi srat

kaitannya dengan gizi, imunitas, dan kebersihan perseorangan.

Keenam, hygiene dan sirkumsis. Diduga adanya pengaruh mudah

terjadinya kanker serviks pada perempuan yang pasangannya belum

18
disirkumsisi. Hal ini karena pada prianonsirkumsisi, hygiene penis tidak

terawat sehingga banyak terdapat kumpulan smegma.

Ketujuh, merokok dan Alat kotrasepsi dalam rahim. Terkandung

nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut

dapat menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA

epitel serviks sehingga timbul kanker serviks. Sedangkan pemakaian

AKDR akan berpengaruh terhadap kanker serviks yaitu bermula dari

adanya erosi di serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa

radang yang terus-menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya

kanker serviks.

Kedelapan, defisiensi zat gizi. Beberapa penelitian menyimpulkan

bahwa defisiensi asam folat dan pada wanita yang rendah konsumsi beta

karoten dan vitamin (A,C, dan E) dapat meningkatkan resiko terkena

kanker serviks.

5. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks

Kebanyakan kanker serviks dapat dicegah. Ada dua cara untuk

mencegah penyakit ini yaitu : Pertama, menemukan dan mengobati

prakanker serviks sebelum menjadi kanker serviks. Kedua, mencegah

terjadinya prakanker serviks. Maka cara terbaik untuk mengatasinya

adaah deteksi dini alias tidak menunggu sampai gejala muncul.

(Soebachman, 2011).

19
Skrining pemeriksaan kanker serviks yang dapat dilakukan dapat

dilakukan yakni : tes Pap smear, IVA, kolposkopi, servikografi, tes HPV

(Nuranna,2010).

Menurut Soebachman (2011), pedoman untuk melakukan deteksi

dini kanker serviks yaitu sebagai berikut :

Pertama, para wanita harus mulai melakukan tes Pap Smear

sekitar 3 tahun setelah mereka melakukan hubungan seks, tetapi tidak

lebih tua dari usia 21 tahun.

Kedua, pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap Smear

biasa digunakan, atau setiap 2 tahun jika tes Pap Smear berbasis cairan

digunakan.

Ketiga, dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai

hasil test normal sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat menjalani tes

Pap Smear setiap 2 sampai 3 tahun sekali.

Keempat, pilihan lain untuk wanita di atas 30 tahun adalah

menjalani tes Pap Smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV DNA.

Kelima, wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi

HIV atau punya imunitas lemah) harus mendapatkan tes pap smear setiap

tahun.

Keenam, wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi

HIV atau punya imunitas lemah) harus mendpatkan tes Pap Smear setiap

tahun.

20
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk skrining atau

mendeteksi dini kanker serviks adalah sebagai berikut :

a. Pap Smear Test

Pap smear test atau papanicolaou smear diambil dari nama dokter

Yunani yang menemukan metode ini, yaitu Goerge N. Papanicolaou, yang

merancang metode mewarnai pulasan sampel sel-sel untuk diperiksa

sekitar 50 tahun yang lalu. Pap smear test merupakan pemeriksaan leher

rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan

dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan. Pemeriksaan ini bermanfaat

mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab kanker serviks

(Tilong, 2012).

Pap smear test cenderung murah, cepat dan bisa dilakukan di unit

pelayanan kesehatan terdekat, seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah

sakit, klinik, praktik dokter, dan lain sebagainya. Pap smear test bisa

dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid, atau sesuai petunjuk dokter.

Pap smear test, sebaiknya dilakukan 1 x setahun oleh setiap wanita yang

sudah melakukan hubungan seksual (Tilong, 2012).

Namun, disamping kelebihan, pemeriksaan pap smear juga ada

kekurangannya, yakni sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian

serviks sehingga ada bagian yang bisa saja tidak terdeteksi. Selain itu,

pada pemeriksaan pap smear kemungkinan tidak memperlihatkan kondisi

sel yang sebenarnya dan mempunyai akuransi antara 80-90 % (Tilong,

2012).

21
Beberapa wanita yakin bahwa mereka boleh berhenti melakukan

tes pap Smear dan pemeriksaan panggul setelah berhenti mempunyai

anak. Keyakinan ini sungguh keliru. Bagaimanapun mereka harus terus

megikuti pedoman deteksi dini tersebut (Soebachman, 2011).

Menurut Indrawati (2009), stadium kanker serviks dari hasil

pemeriksaan Pap Smear yakni :

a. Normal

b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

d. Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks yang

paling luar)

e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih

dalam atau ke organ tubuh lainnya).

b. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

IVA singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat, yaitu suatu

metode pemeriksaan dengan mengoles serviksa atau leher rahim

menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat

atau asam cuka 3-5 % dengan mata telanjang (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2012).

Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna agak

keputihan pada leher rahim yang diperiksa (Tilong, 2012). Daerah yang

tidak normal akan berubah warna menjadi putih (acetowhite) dengan

22
batas yang tegas, dan mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki

lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap

tidak ada infeksi pada serviks (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

IVA dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang

mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus

dilakukan. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan

dengan pap smear test yang selama ini lebih popular (Tilong, 2012).

Menurut Tilong (2012), adapun beberapa keunggulan metode IVA

dibandingkan pap smear adalah sebagai berikut :

a. Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil

sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lain sebagainya).

b. Tidak memerlukan teknisi lab khusus untuk pembacaan hasil tes.

c. Hasilnya langsung diketahui, tidak memakai waktu berminggu-minggu.

d. Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi

daripada pap smear test (sekitar 75 %), meskipun dari segi kepastian

lebih rendah (sekitar 85 %).

e. Biayanya sangat murah (bahkan, gratis bila dipuskesmas).

Pemeriksaan IVA dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber yang

daya rendah bila dibandingkan dengan jenis skrining yang lain

dikarenakan, Pertama, mudah dilakukan, aman, dan tidak mahal. Kedua,

akuransinya sama dengan tes-tes yang lain. Ketiga, dapat dipelajari dan

dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan yang sudah terlatih.

Keempat, dapat dilakukan di semua jenjang pelayanan kesehatan (rumah

23
sakit, puskesmas, pustu, polindes, dan klinik dokter spesialis, dokter

umum, dan bidan). Kelima, langsung ada hasilnya sehingga dapat segera

dilakukan pengobatan dengan krioterapi, yaitu pembekuan serviks berupa

penerapan pendinginan secara terus-menerus selama 3 menit untuk

membekukan dan diikuti pencairan selama 5 menit, kemudian diikuti

dengan pembekuan lagi selama 3 menit dengan menggunakan CO2 atau

NO2 sebagai pendingin. Keenam, sebagian besar peralatan dan bahan

untuk pelayanan mudah didapat. Ketujuh, tidak bersifat invasif dan dapat

mengidentifikasi lesi prakanker secara efektif (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2012).

Menurut Tilong (2012), dalam hal ini beberapa kategori yang dapat

dipergunakan dalam pemeriksaan metode IVA. Berikut adalah beberapa

kategori yang dapat dipergunakan pada pemeriksaan dengan metode IVA

yakni :

a. IVA negatif yang merupakan serviks normal.

b. IVA radang , yakni serviks dengan radang (senvisitis) atau kelainan

jinak lainnya (polip serviks).

c. IVA positif, yakni apabila ditemukan bercak putih (aceto white

epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan screening

kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada

diagnosis serviks prakanker.

d. IVA kanker serviks. Tahap ini berupaya untuk penurunan temuan

stadium kanker serviks sehingga masih akan bermanfaat bagi

24
penurunan kematian akibat kanker serviks, yakni ditemukan pada

stadium invasif dini (stadium IB-II A).

c. Thin Prep (Liquid Base Cytology)

Metode thin prep lebih akurat dibandingkan dengan pap smear test.

Jika pap smear test hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau

leher rahim, maka thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau

leher rahim yang tentu hasilnya pun akan jauh lebih akurat dan tepat

(Tilong, 2012).

Thin prep adalah screening sel-sel abnormal dengan cara

visualisasi sama halnya seperti pap smear. Thin prep juga berfungsi

mendekteksi kelainan pada mulut rahim dengan berbasis cairan. Cairan

seperti getah pada leher rahim, lalu dijadikan sampel, dan dimasukkan ke

dalam suatu cairan, kemudian dibawa ke laboratorium (Tilong, 2012).

Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan thin prep, yaitu

dalam waktu 3 tahun pertama setelah melakukan hubungan seksual atau

telah mencapai umur 21 tahun. Kemudian, setiap tahun pemeriksaan ini

sebaiknya juga dilakukan secara rutin. Apabila ada gejala infeksi HPV,

maka pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan lebih sering. Namun, metode

thin prep tergolong baru sehingga belum tersedia secara luas (Tilong,

2012).

Metode Thin Prep memiliki beberapa kelebihan. Adapun beberapa

kelebihan metode thin prep adalah Pertama, pengambilan sampel serviks

25
yang lebih baik. Kedua, lebih akurat mendeteksi kelainan dengan

keakuratan mencapai 100 %. Ketiga, lebih akurat mendeteksi sel yang

abnormal. Keempat, diagnosis dari hasil pemeriksaan akan lebih tepat dan

pasti (Tilong, 2012).

d. Tes Schiller

Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya

akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya

menjadi putih atau kuning (Indrawati, 2009).

Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa

pemeriksaan ; sistoskopi, rontgen dada, urografi intravena, sigmoidoskopi,

scanning tulang dan hati, barium enema (Indrawati, 2009).

e. Kolposkopi

Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan

adanya infeksi atau kejanggalan, maka selanjutnya prosedur kolposkopi

akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa

pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Hal ini bertujuan untuk

menentunkan keberadaan lesi atau jaringan yang tidak normal pada

serviks atau leher rahim (Tilong, 2012).

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan alat kolposkop yaitu alat

mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang terang untuk

memperbesar gambaran visual serviks (Rasjidi, 2008).

26
Kolposkopi bisa digunakan untuk screening primer secara rutin.

Setelah melakukan pemeriksaan cara pap smear, selanjutnya dinyatakan

abnormal pada leher rahim sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan

lanjutan dengan kolposkopi (Tilong, 2012).

Kolposkopi bisa dimanfaatkan untuk melakukan pemantauan

terhadap kelainan prakanker dan melihat perkembangan terapi.

Kolposkopi dapat melihat pola abnormal pembuluh darah, bercak-bercak

putih pada serviks, peradangan, dan erosi atau pengerutan jaringan

serviks yang semuanya menunjukkan adanya perubahan sel kanker.

Apabila pemeriksaan kolposkopi atau biops tidak menunjukkan penyebab

abnormalitas dari pap smear test, maka pasien dianjurkan untuk

melakukan pengambilan jaringan yang lebih luas (Tilong, 2012).

Menurut Tilong (2012), bila rutin melakukan pemeriksaan Pap

smear, IVA, Thin Prep, Tes Schiler ataupun Kolposkopi, maka dapat

mencegah kanker serviks dengan baik. Selain itu, ada juga beberapa

pemeriksaan pada organ kewanitaan dan reproduksi yang penting

dilakukan bagi seorang wanita seperti :

1. Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti

tekanan darah, berat badan, kelenjar tiroid, benjolan, rasa nyeri,

pengeluaran sekret yang abnormal pada payudara untuk deteksi dini

kanker payudara.

2. Kedua, Pemeriksaan pelvis, dilakukan pada organ seks wanita, seperti

vagina, uterus, tuba falopi, dan ovarium.

27
3. Pemeriksaan HPV, tujuan pemeriksaan HPV adalah untuk mendeteksi

adanya infeksi virus HPV yang bisa menjadi sel prakanker yang

berkembang menjadi kanker serviks.

Langkah deteksi dini yang bersifat medis hendaknya dilengkapi

dengan upaya pencegahan nonmedis. Tentu saja dengan mengindari hal-

hal yang berpotensi meningkatkan resiko kanker serviks. Misalnya seks

aman dan sehat, mempertimbangkan lagi pilihan alat kontrasepsi yang

dipakai, menghentikan kebiasaan merokok, tidak mengkonsumsi alkohol.

Lebih dari itu, pola makan sehat dan gaya hidup sehat wajib diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari (Soebachman, 2011).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep Gambaran pengetahuan wanita usia subur

tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II Kelurahan Tanjung

Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 adalah sebagai

berikut :

Variabel Tunggal

Pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini kanker

serviks

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penilitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penilitian deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur

tentang Deteksi Dini Kanker Serviks di Lingkungan II Kelurahan Tanjung

Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 dengan alat bantu

kuesioner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta

Kecamatan Medan Helvetia Medan dengan alasan jumlah sampel

mencukupi untuk penelitian dan berdasarkan pengalaman praktek belajar

lapangan yang pernah dilakukan peneliti di lingkungan tersebut masih

banyaknya wanita usia subur yang belum atau kurang memahami tentang

deteksi dini kanker serviks.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-20 Juni Tahun 2013.

29
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang berada di

Jalan Klambir Lima Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

Medan Helvetia Medan pada bulan April Tahun 2013 sebanyak 131 orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Untuk menentukan besarnya sampel maka menggunakan rumus

Arikunto (2006) yaitu apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang maka

seluruh populasi dijadikan sampel, tetapi apabila jumlah populasi diatas

100 orang maka diambil antara 10-15% atau 20-25%. Rumus Arikunto

(2010) : Sampel = 25 x jumlah populasi

100

= 25 x 131 orang

100

= 32 orang

Jadi, besarnya sampel panelitian ini adalah 32 responden. Tehnik

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

tehnik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak

sederhana atau yang biasa disebut dengan simple random sampling.

30
D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung

dari responden dengan membagikan kuesioner keada responden. Data

sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang

diambil dari data yang sudah ada ditempat penelitian.

E. Defenisi Operasional Variabel

Table 1. Defenisi operasional


Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Pengetahuan Hasil tahu 1. Pengertian kanker Kuesioner Ordinal 1. Baik jika
Wanita usia wanita usia subur serviks responden
subur tentang deteksi 2. Penyebab kanker mampu
dini kanker serviks menjawab
serviks 3. Gejala kanker pertanyaan
serviks dengan
4. Faktor resiko benar 16-20
kanker serviks (76-100%)
5. Metode deteksi (kode = 1)
dini kanker serviks 2. Cukup jika
responden
mampu
menjawab
pertanyaan
dengan
benar12-15
(60-75%)
(kode = 2)
3. Kurang
jika
responden
mampu
menjawab
pertanyaan
dengan
benar 0-11
(<60 %)
(kode = 3)

F. Aspek Pengukuran

31
Aspek pengukuran dilakukan terhadap tingkat pengetahuan

berdasarkan jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan

yaitu 20 pertanyaan. Untuk masing-masing pertanyaan apabila responden

menjawab dengan benar diberi nilai 1 (satu) dan bila salah diberi nilai 0

(nol).

Menurut Arikunto (2006), skala pengukuran pengetahuan dapat di

kategorikan :

1. Baik bila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 16-

20 (skor 76-100%) kode 1.

2. Cukup bila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar

12-15 (skor 60-75%) kode 2.

3. Kurang baik bila responden mampu menjawab pertanyaan dengan

benar 0-11 (< 60%) kode 3.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang penting. Hal ini disebabkan kerana data yang diperoleh

langsung dari penelitian maih mentah, belum memberikan informasi apa-

apa, dan belum siap disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai

hasil yag berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing

32
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata

masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin

dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup

out).

b. Coding

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi

nomor responden, nomor-nomor pertanyaan.

c. Tabulating

Yakni membuat table-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo,2010).

2. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan dengan meneliti persentase data yang

telah terkumpul dan disajikan dalam distribusi frekuensi kemudian dicari

besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden, kemudian

dilakukan dengan pembahasan dengan menggunakan teori dan pustaka

yang ada dan dari sini akan dapat diambil suatu kesimpulan.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Wanita

Usia Subur tentang Deteksi Dini Kanker Serviks di Lingkungan II Kelurahan

Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 telah dilakukan

pengambilan data dengan cara pengisian kuesioner kepada 32 responden dimana

setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan maka diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang


Deteksi Dini Kanker Serviks di Lingkungan II Kelurahan
Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013

No Pengetahuan Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 4 12.5

2. Cukup 13 40.6

3. Kurang 15 46.8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden

yang diteliti mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 15

orang (46.8%) dan minoritas responden dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak

4 orang (12.5%).

34
BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita usia subur

tentang deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II kelurahan Tanjung

Gusta Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 memiliki

pembahasan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 4 orang (12.5%). Menurut Salam (2008),

pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Drs.

Sidi Gazalba, mengemukakan bahwa pengetahuan ialah apa yang

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil

daripada : kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Menurut asumsi

peneliti, responden yang berpengetahuan baik dipengaruhi dipengaruhi

oleh faktor informasi yang banyak diperoleh responden seperti penyuluhan

yang diberikan tentang deteksi dini kanker serviks, pendidikan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks yang di dapat melalui tenaga

kesehatan, media cetak atau elktronik dan ada juga yang menjawab asal

asalan tetapi jawabannya hampir benar semua sehingga responden

memperoleh pengetahuan baik.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang

berpengetahuan cukup sebanyak 13 orang (40.6%). Menurut Notoatmodjo

(2010), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam,

35
dan sebagainya. Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena responden

kurang mendapatkan informasi tentang deteksi dini kanker serviks baik

dari penyuluhan-penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks atau

sumber informasi seperti di media cetak dan media elektronik, dan

dikarenakan ada juga responden yang menjawab dengan cara melihat

jawaban temannya.

Berdasarkan hasil dari penelitian diperoleh bahwa responden yang

berpengetahuan kurang berjumlah 15 orang (46.8%). Menurut Bakhtiar

(2012), pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental

state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu

objek dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada diluar

akal. Menurut asumsi peneliti, hal ini dipengaruhi karena responden

benar-benar tidak mendapatkan informasi tentang deteksi dini kanker

serviks baik dari tenaga kesehatan, media cetak atau elektronik, dan juga

tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks

sehingga dalam pengisian kuesioner responden mengalami kesulitan

dalam menjawab pertanyaan dikarenakan soal terlalu sulit untuk dipahami

oleh responden.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan wanita usia subur tentang

deteksi dini kanker serviks di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta

Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2013 berbeda-beda

dipengaruhi oleh sifat masing-masing responden untuk menanggapi

masalah tentang deteksi dini kanker serviks, dibutuhkan informasi yang

36
lebih tentang deteksi dini kanker serviks untuk responden dari para tenaga

kesehatan, media cetak atau elektronik, dan dari sumber informasi lainnya

seperti penyuluhan yang diberikan kepada wanita usia subur agar

pengetahuannya menjadi lebih baik.

37
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap gambaran Pengetahuan

Wanita Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks di Lingkungan II

Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2013 mayoritas berpengetahuan kurang.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Diharapkan agar responden lebih meningkatkan pengetahuannya

tentang deteksi dini kanker serviks dengan cara bertanya kepada petugas

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan, lebih banyak lagi

mendengarkan informasi tentang deteksi dini kanker serviks, baik dari

media cetak atau elektronik, serta ikut dalam kegiatan penyuluhan tentang

deteksi dini kanker serviks.

2. Kepada Lahan Penelitian

Diharapkan agar petugas kesehatan yang berada di Lingkungan II

Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan agar dapat memberikan

penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada wanita usia subur untuk

lebih meningkatkan pengetahuan terhadap deteksi dini kanker serviks.

3. Bagi Instansi Pendidikan

38
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

program D-III kebidanan Universitas Prima Indonesia guna

mengembangkan konsep ilmu kesehatan, khususnya tentang deteksi dini

kanker serviks.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat lebih untuk dapat

lebih mempersiapkan diri guna melakukan penelitian selanjutnya yang

lebih sempurna mengenai deteksi dini kanker serviks sehingga

kegunaannya dapat dirasakan oleh berbagai pihak.

39
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek, PT Rineka Cipta, Cetakan Ketiga Belas, Jakarta.

Bakhtiar, Amsal., 2012. Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan


Kesebelas, Jakarta.

Indrawati, Maya., 2009. Bahaya Kanker Bagi Wanita dan Pria, AV


Publisher, Cetakan Pertama, Jakarta.

Kumalasari, Intan., Andhyantoro, Iwan., 2012. Kesehatan Reproduksi,


Salemba Medika, Jakarta.

Mansur, Herawati., 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan,


Salemba Medika, Jakarta.

Mubarak, Wahit Iqbal., 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan,


Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT


Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Jakarta.

__________________., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, PT


Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Jakarta.

Prandana, Dhani Arief., Rusda, Muhammad., 2013. Pasien kanker Serviks


di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011,
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/download/1353/731,
Diakses tanggal 25 Mei 2013.
Nuranna, Laila., 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ramli, H. Muchlis., Umbas, Rainy., Panigoro, Sonar S., 2005. Deteksi Dini
Kanker, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Rasjidi, Imam., 2008. Manual Prakanker Serviks, CV Agung Seto, Cetakan


Pertama, Jakarta.

___________., 2010. 100 Question Answers Kanker pada Wanita, PT


Elex Media Komputindo, Jakarta.

Romauli, S., Vindari, Anna, Vida., 2009. Kesehatan Reproduksi, Nuha


Medika, Cetakan Pertama, Yogyakarta
Salam, Baharuddin., 2008. Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Cetakan
Ketujuh, Jakarta.

40
Setiati, Eni., 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, CV Andi
Offset, Cetakan Pertama, Yogyakarta.

Soebachman, Agustina., 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan, Syura


Media Utama, Cetakan Pertama, Yogyakarta.

Tilong, Adi, D., 2012. Bebas dari Ancaman Kanker Serviks, Flashbook.
Cetakan Pertama, Yogyakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai