Anda di halaman 1dari 22

Acute Mountain

Sickness
Ayu wulandari
13.146
c2
HIGH ALTITUDE ILLNESS
High-altitude illness (HAI) merupakan sekumpulan
gejala paru dan otak yang terjadi pada orang
yang baru pertama kali mendaki ke ketinggian.
HAI terdiri dari :
1. acute mountain sickness (AMS),
2. high-altitude cerebral edema (HACE) dan
3. high-altitude pulmonary edema (HAPE).
AMS (Acute Mountain
Sickness)
Gangguan kesehatan umumnya terjadi di
ketinggian.

Lebih dari 3.000 meter 75% orang mengalami gejala


ringan
Gejala mulai 12-24 jam setelah tiba diketinggian &
mulai penurunan keparahan sekitar hari ketiga
Epidemiologi
ACM lebih sering pemuda yg terlalu bersemangat
karena cenderng mencoba melakukan pendakian
cepat dengan berlari menaiki gunung
Faktor yang
Mempengaruhi
Faktor Kecepatan Naik
Ketinggian diatas 3.000 meter (10.000 feet
= 70 kPa)
Tidak boleh mendaki lebih dari 300 m (1.000 ft)
per hari

Pendakian dari 3.000 meter ke 4.500 meter


(15.000 feet = 58 kPa) dalam 1 hari
Diikuti penurunan sampai ketinggian 3.300 m
(11.000 ft) untuk istirahat
Faktor yang
Mempengaruhi
Faktor Ketinggian
High altitude : 1.500m 3.500m (4.900ft-
11.500ft)
Efek fisiologis : ggn inspiratory oxygen
pressure (PiO))
Penurunan kemampuan fisik & peningkatan
frekuensi napas (lower arterial (PCO))
Kelainan minimal adalah arterial oxygen
transport (arterial oxygen saturation (SaO))
Faktor yang
Mempengaruhi
Faktor Ketinggian
Very High altitude : 3.500m 5.500m
(11.500ft-18.000ft)
SaO turun dibawah 90% seiring dgn PO
turun sampai 60 mmHg
Hipoksia ekstrim selama aktivitas, tidur,
dan komplikasi edema paru (High Altitude
Pulmonary Edema)
Faktor yang
Mempengaruhi
Faktor Ketinggian
Extreme altitude : diatas 5.500m (>18.000ft)
Hipoksia, hypocapnia, dan alkalosis
Keadaan fisiologi mengalami perburukan yg ekstrim
Faktor yang
Mempengaruhi
Faktor Tambahan
Jenis kelamin
Keadaan kesehatan
Pengalaman di ketinggian
Keadaan hidrasi
Diet
Infeksi laten
Emosi
aklimatisasi
Manifestasi Klinis
Beberapa jam sampai kurang dari 3 hari
AMS ringan : sakit kepala, mual, pusing,
kehilangan nafsu makan, kelelahan, sesak napas,
tidur terganggu, perasaan malaise umum
AMS sedang : sakit kepala parah yg tidak
berkurang dgn obatan-obatan, mual dan muntah,
sesak napas, penurunan koordinasi (ataksia)
AMS berat : sesak napas saat istirahat,
ketidakmampuan untuk berjalan, penurunan
status mental, kebocoran cairan di paru-paru
High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)

Kondisi di mana terdapat hasil dari cairan yang


terbentuk di paru-paru.

Cairan mencegah pertukaran oksigen yg efektif.


Kondisi lebih parah : tk O dalam aliran darah berkurang ->
sianosis -> ggn fungsi otak -> kematian
Gejala
Sesak napas saat istirahat
Sesak di dada
Batuk terus menerus dgn cairan putih, berair
atau berbusa
Kelelahan dan kelemahan
Perasaan sesak napas yg akan datang saat
malam
Kebingungan dan perilaku irasional -> tanda
perfusi ke otak tidak cukup
Klasifikasi
Grade Sympstomps Signs Chest Xray
Mild - Sesak napas saat - HR (rest) < 90- Eksudat dalam
melakukan 100 paru-paru kurang
kegiatan - RR (rest) < 20 dari 25%
- Batuk kering - Dusky nailbeds
Moderate - Sesak napas saat - HR 90-110 Eksudat
istirahat - RR 16-30 bertambah
- Kelelahan - Cyanotic menjadi 50%
- Batuk serak nailbeds pada salah satu
atau kedua paru
Severe - Sesak napas - HR > 110 Eksudat lebih dari
- Kelelahan ekstrim - RR > 30 50% pada kedua
- Sesak ketika - Wajah dan kuku paru
berbaring sianosis
(orthopnea) - Sputum dara
TATALAKSANA HIGH-ALTITUDE ILLNESS

Pengobatan yang digunakan dalam pencegahan


dan tatalaksana HAI : acetazolamide,
dexamethasone, phospodiesterase inhibitor dan
analgesik.
Pencegahan terjadinya AMS adalah
preaklimatisasi, konsumsi air yang cukup dan diet
tinggi karbohidrat
Aklimatisasi

Aklimatisasi : proses penyesuaian tubuh terhadap


kondisi hipoksia hipobarik, yang bertujuan untuk
meningkatkan aliran oksigen.
Aklimatisasi paling baik diperoleh dengan
pendakian yang pelan sehingga memberi
kesempatantubuh untuk beradaptasi
Rekomendasi aklimatisasi yang
dianjurkan sebelum pendakian adalah
sebagai berikut :
Pendakian lebih dari 3000 meter, dianjurkan untuk istirahat
setiap ketinggian 300-600 meter per hari.
Climb high and sleep low, artinya pendaki dapat mendaki
lebih dari 1000 kaki dalam satu hari, asalkan tetap beristirahat
di ketinggian yang lebih rendah.
Hidrasi adekuat ( 3-4 liter per hari) untuk mencegah
dehidrasi.
Diet tinggi karbohidrat, hindari rokok, alcohol dan obat-obat
anti depresan.
Bila muncul keluhan selama berada di ketinggian, sebaiknya
jangan mendaki lebih tinggi dan istirahat. Bila keluhan semakin
meningkat, dianjurkan untuk turun ke ketinggian lebih rendah
Acetazolamide

Acetazolamide merupakan inhibitor karbonik


anhidrase yang poten
Pencegahan AMS : Pemberian acetazolamide 125
mg dua kali sehari, 1 hari sebelum pendakian
dilanjutkan 2 hari setelah mencapai ketinggian
maksimal
Dexamethasone

Dexamethasone kemungkinan kurang efektif dibandingkan


dengan acetazolamide, namun efektif sebagi pengobatan
emergensi AMS dengan dosis awal 4-10 mg, diikuti 4 mg
setiap 6 jam.
dexamethasone :
meningkatkan ekspresi dan aktivitas eNOS seperti halnya
konsentrasi cGMP, sesuai perannya sebagai vasodilator paru.
menurunkan transportasi cairan transcascular dengan
memperketat endotel kapiler paru,
meningkatkan ekspresi channel epitelial sodium dan ditambah
dengan aktivitas Na-K-ATPase meningkatkan klirens cairan
alveolar
Acetaminophen dan
Ibuprofen
Acetaminofen dan NSAID seperti ibuprofen dan
aspirin seringkali efektif dalam mengurangi sakit
kepala akibat AMS.
Pemberian 800 mg ibuprofen dan 85 mg
acetazolamide serta placebo 3 kali sehari pada
ketinggian 4280 m dan 4358 m memperlihatkan
perbaikan keluhan sakit kepala
Sehingga dari penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ibuprofen dan acetazolamid
efektif dalam pencegahan AMS

Anda mungkin juga menyukai