Breathing/Ventilasi &
Terapi Oksigen
dr. Kinanti Narulita D, M.Si, Sp.An
GOAL
Tujuan utama
menolong pasien
gawat
menghindari
hypoxia
4
Pada keadaan kegawatan / pasien critically ill yang
mengakibatkan hipoksemia dan hipoksia, perlu diperbaiki
dengan peningkatan fraksi oksigen dalam udara inspirasi
(FiO2) dan peningkatan tekanan oksigen dalam udara inspirasi
(PO2).
KRITERIA PASIEN GAWAT ???
PASIEN BIRU PASIEN MERAH
( Langsung dilakukan ( SEGERA dilakukan
tindakan darurat) - P1 tindakan darurat) - P2
Sumbatan jalan nafas total Luka bakar daerah wajah atau > 20 %
Sulit bernafas atau SaO2 ≤ 92 % Urine < 0,5 ml/kg BB/jam
Nadi < 50 atau > 150 X/menit Luka terbuka/cedera anggota tubuh
VF, VT, Asytole, EMD Dehidrasi sedang - berat
Sistolik < 90 mmHg atau MAP < 70 mmHg Sumbatan jalan nafas parsial
GCS < 9 Nafas > 30 atau < 8 x
Kejang Sistolik > 160 atau diast > 110
Perdarahan aktif Penurunan kesadaran GCS 9 s/d < 12
Chest Pain
• Pasien Gawat – Darurat adalah pasien gawat di mana
kondisinya berpotensi menyebabkan kematian atau kecacatan
sehingga membutuhkan tindakan darurat untuk mengatasi
kegawatannya.
CRITICALL
Y ILL
PASIEN HIJAU
PASIEN KUNING
Bukan pasien Gawat &
( SECEPATNYA dilakukan
tidak butuh tindakan
tindakan darurat) - P3
darurat - P4
Tertelan benda asing tanpa sesak nafas. Tidak ada Tanda & Gejala kegawatan pada :
Jejas dada tanpa nyeri tulang iga, tanpa Sistem Pernafasan
kesulitan nafas
Sistem Sirkulasi Darah
Cedera kepala tanpa penurunan Sistem Saraf Pusat
kesadaran.
Sistem Urogenital
Cedera ringan, luka lecet,
Sistem Saluran Cerna
Patah tulang tertutup, Radang sendi
Sistem Lokomotorius
Nyeri perut tidak spesifik
Diperlakukan sebagai pasien
In partu kala 1
rawat jalan
Cascade Oxygen Therapy
Monitoring :
Respiratory rate
Work of breathing
Saturasi oksigen
Hemodinamik (BP, MAP, HR)
Kesadaran
SpO2
UDARA
BEBAS
SpO2 < < 93 %
SpO2 < 93 %
SpO2 93 % Target
SpO2 < < 93 % SpO2 96
93 % %
Jangan sekedar memberi oksigen !!!!!
Fisioterapi Nafas
Saturasi O2 lebih besar dari 95% menandakan oksigenasi arteri perifer yang
adekuat (PaO2 > 70 mmHg).
s
y
Reservoir
High-flowsystems
systems: face
: venture
maskmask,
/ face
s
mask withHFNC
reservoir bag
t
e
m
s
n
a
Low-Flow Nasal O2
• Deliver oxygen into the nasopharynx at flow rates of 1 to 6 L/min.
• The normal inspiratory flow rate during quiet breathing is about 15 L/min
• The FIO2 range during quiet breathing is 24% O2 (at 1 L/min) up to 40% O2 (at 6 L/min)
• In patients with acute respiratory failure, peak inspiratory flow rates can increase to 30 –
120 L/min. Low-flow nasal O2 is often not adequate for O2 therapy in patients with high
ventilatory demands
• Nasal prongs are simplicity of use, ability for patients to eat and converse.
• The major disadvantage is the inability to achieve high concentrations of inhaled O2.
Laki – laki, 70 kg, laju napas 30 - 40 kali per
menit dengan volume tidal normal (~500 mL)
mengalami hipoksemia akut. Perhitungan
ventilasi semenit (laju napas x volume tidal)
pasien ini antara 15 - 20 L/menit. Apabila
pasien diberikan bantuan oksigenasi dengan
nasal kanul 6 L/menit, maka FiO2 yang
dihantarkan sekitar 45% (6 L x 4% = 24 +
saturasi udara bebas (21%) = 45%). Apabila
pasien bernapas dengan ventilasi semenit 15 -
20 L melalui mulut dan lubang hidung (sekitar
nasal kanul) dengan fraksi 21%, maka udara
yang mencapai trakea pasien akan berdilusi dan
lebih mendekati fraksi 21% dibandingkan
mencapai 45%.
Standard Face Masks
Considered a reservoir system because the mask encloses a volume of 100 to
200 mL.
Standard face masks deliver oxygen at flow rates between 5 and 10 L/min; a
minimum flow rate of 5 L/min is needed to clear exhaled gas from the mask.
Exhalation ports on the side of the face mask also allow room air to be inhaled. This
system can achieve a maximum FIO2 of about 60% during quiet breathing.
Confining than nasal prongs, and they do not permit oral feeding.
Masks with Reservoir Bags
• Addition of a reservoir bag to a standard face mask increases
the capacity of the oxygen reservoir by 600 to 1000 mL
(depending on the size of the bag).
• There are two types of reservoir bag devices: partial rebreathers
and nonrebreathers.
Partial Rebreather Nonrebreather
• This device allows the gas exhaled in • The expiratory ports on the mask are
the initial phase of expiration to return covered with flaps that allow exhaled gas
to escape but prevent inhalation of room air
to the reservoir bag.
gas.
• The patient can inhale room air • There is also a one-way valve between the
through the exhalation ports on the reservoir bag and the mask that allows
mask, but the gas in the reservoir bag inhalation of gas from the bag but prevents
is under positive pressure, and exhaled gas from entering the bag (to
inhalation will draw primarily from prevent rebreathing of exhaled gas).
the gas in the bag. • Theoretically achieve an FIO2 of 100%,
• Partial rebreather devices can achieve but in reality the maximum FIO2 is closer
to 80% (because of leaks around the mask).
a maximum FIO2 of about 70%.
High Flow
Systems
High Flow
Nasal Canule
What is HFNC ?
• Suplementasi oksigen yang tidak seperti nasal kanul di mana bisa memberikan kecepatan aliran
oksigen yang sangat tinggi.
• Aliran dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan pada ruang pemanas hingga mengalami kenaikan
kelembaban (relative humidity) serta temperatur hingga mencapai temperatur tubuh pasien.
Penyesuaian kelembaban dan temperatur terhadap kondisi pasien ditujukan untuk menjaga
kenyamanan pasien.
• Fraction of inspired oxygen (FiO2) yang dapat diberikan antara 21-100% dengan aliran hingga 85
liter/menit (bervariasi tergantung dari merk HFNC).
• Kecepatan aliran dan FiO2 dapat dititrasi sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Pada pandemi Covid-19, HFNC merupakan salah satu modalitas alat suplemetasi oksigen yang
digunakan pada pasien Covid-19.
Indikasi pemberian HFNC : Kontraindikasi pemberian HFNC :
• Acute Hypoxemic Respiratory • Penurunan GCS <9
Failure • Abnormalitas daerah hidung,
• Post-extubation (Patients at wajah, jalan napas yang tidak
Low Risk for Reintubation) memungkinkan dalam penggunaan
• Pre-oxygenation Prior to nasal kanul yang pas di area
Intubation tersebut (contoh : trauma wajah,
obstruksi hidung)
• Do Not Resuscitate (DNR)/Do
Not Intubate (DNI) in • Pasca henti jantung
Respiratory Distress • Hemodinamik tidak stabil
• Cardiogenic Pulmonary Edema • Multi-organ failure
How to use ???
Inisiasi terapi oksigen dengan alat HFNC yaitu dengan memberikan flow
30 L/menit, FiO2 40% sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapat
mempertahankan target SpO2 92 - 96%. Naikkan flow secara bertahap 5 –
10 L/menit, diikuti peningkatan fraksi oksigen, jika :
1. Frekuensi nafas masih tinggi (>35x/menit)
2. Target SpO2 belum tercapai (92 – 96%)
3. Work of breathing masih meningkat (dyspnea, penggunaan otot bantu
napas)
Laki – laki, 70 kg, laju napas 30 - 40 kali per
menit dengan volume tidal normal (~500 mL)
mengalami hipoksemia akut. Perhitungan
ventilasi semenit (laju napas x volume tidal)
pasien ini antara 15 - 20 L/menit. Apabila
pasien diberikan bantuan oksigenasi dengan
nasal kanul 6 L/menit, maka FiO2 yang
dihantarkan sekitar 45% (6 L x 4% = 24 +
saturasi udara bebas (21%) = 45%). Apabila
pasien bernapas dengan ventilasi semenit 15 -
20 L melalui mulut dan lubang hidung (sekitar
nasal kanul) dengan fraksi 21%, maka udara
yang mencapai trakea pasien akan berdilusi dan
lebih mendekati fraksi 21% dibandingkan
mencapai 45%.
Cara Evaluasi Keberhasilan HFNC
• Evaluasi pemberian HFNC setiap 1 - 2 jam dengan menggunakan
indeks ROX.
• Contoh menghitung index ROX :
SpO2 = 94%
Index ROX =
FiO2 = 60% (0,6) (SpO2 : FiO2) : laju napas
RR = 25
Index ROX = (94 : 0,6) : 25 = 6,27
Cara Evaluasi Keberhasilan HFNC
• Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi
aman (indeks ROX >4.88) pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan
bahwa pasien tidak membutuhkan ventilasi invasif.
• Jika pada evaluasi (1–2 jam pertama), parameter keberhasilan terapi
oksigen dengan HFNC tidak tercapai atau terjadi perburukan klinis
pada pasien, pertimbangkan untuk menggunakan ventilator
mekanik baik secara invasif atau trial NIV.
Bahaya dan efek samping pemberian oksigen :
Kebakaran
Hipoksia
Hipoventilasi
Atelektasis paru
Keracunan oksigen
• Alat ini terdiri dari kantung yang berbentuk balon dan katup satu arah yang
menempel pada sungkup muka. Volume kantung napas ini bervariasi 500 ml,
1.0L, 1.5L, 2 L. Alat ini digunakan untuk pemberian bantuan nafas
disambungkan ke sumber oksigen.
• Bila alat tersebut disambungkan ke sumber oksigen, maka kecepatan aliran
oksigen sampai 12 liter/menit (memberikan FiO2 sebesar 74%).
• Penolong hanya memompa sekitar 400-600 ml (6-8 ml/kgBB) dalam 1 detik ke
penderita.
• Bila tanpa O2 dipompakan 10 ml/kgBB dalam 1 detik.
Ventilasi dengan Bag Valve Mask
Menempatkan tangan untuk membuka
jalan napas dan meletakkan sungkup
menutupi muka dengan teknik C-E
Clamp (bila seorang diri), yaitu ibu jari
dan jari telunjuk membentuk huruf “C”
untuk mempertahankan sungkup di
muka penderita dan jari ketiga,
keempat dan kelima membentuk huruf
“E” dan diletakkan di bawah rahang
bawah untuk mengekstensikan dagu
dan rahang bawah. Tindakan ini akan
mengangkat lidah dari belakang faring
dan membuka jalan nafas.
Ventilasi via ETT
Pada keadaan henti jantung dan henti napas, apabila
terpasang advanced airway, pemberian ventilasi dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
• Pada waktu resusitasi jantung paru / saat terjadi henti
jantung berikan ventilasi 8-10 kali per menit (1 ventilasi
tiap 6 – 8 detik).
• Pada kejadian henti napas tanpa disertai henti jantung
berikan ventilasi 10 -12 kali per menit (1 ventilasi setiap 5
– 6 detik). Contoh : pada pasien cardiac arrest yang telah
kembali ke sirkulasi spontan tetapi terdapat henti napas /
apneu.
Nilai
0 1 2
No. Aspek ketrampilan dan Medis yang dilakukan
1 Informed consent : salam, memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan, meminta persetujuan (kepada keluarga jika pasien
tidak sadar).
2 Melakukan proteksi diri.
3 Melakukan pemasangan pulse oximetry dengan benar pada jari pasien
untuk menilai saturasi oksigen (di ujung jari telunjuk dan memastikan
bahwa posisi lampu LED tepat di atas kuku pasien).
3 Melakukan pembacaan angka yang tertera pada pulse oximetry dan
menentukan derajat hipoksia.
4 Melakukan pemasangan alat suplementasi oksigen sesuai masalah klinis.
5 Menghubungkan alat ke tabung oksigen dan memberikan aliran O2 dengan
benar.
6 Melakukan observasi pemberian oksigen dengan tetap memantau secara
berkala saturasi oksigen, laju pernapasan, work of breathing, hemodinamik
(BP, MAP, HR), kesadaran.
7 Aspek profesionalitas