Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam
penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang
dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing
manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus
di beberapa negara berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang
bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit ganeratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus dan lain-lain (Suyono, 2003: 573).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai macam komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
yang disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Mansjoer arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data
organisasi kesehatan dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes Mellitus
News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk, diperkirakan pada tahun
1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan pada tahun 2025 diperkirakan
meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil
menderita Diabetes Mellitus Gestasional (www.depkes.go.id).
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes mellitus dan
penatalaksanaannya
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus
3. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2. Apa saja pengkajian kesehatan pada diabetes melitus?
3. Apa diagnosa NANDA, NOC, NIC terkait dengan diabetes melitus?

1.4. METODE PENULISAN


Makalah ini disusun dengan literasi buku dan internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sebagai organ, pankreas memiliki dua fungsi yang penting, yaitu fungsi
eksokrin yang memegang peranan penting dalam fungsi pencernaan, dan fungsi
endokrin yang menghasilkan hormon insulin, glukagon, somastatin dan pankreatik
polipeptida. Fungsi endokrin adalah untuk mengatur berbagai aspek metabolisme
bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Komponen endokrin
pankreas terdiri dari kurang lebih 0,7 sampai 1 juta sel endokrin yang dikenal sebagai
pulau-pulau langerhans. Sel pulau dapat dibedakan sebagai :
a. Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glukagon
b. Sel beta (lebih kurang 80 % dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin
dari proinsulin. Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal
dengan 86 asam amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan 4
asam amino dan dengan rantai asam amino dari ke-33 sampai ke-63 yang menjadi
peptida penghubung (connecting peptide)
c. Sel D (lebih kurang 3-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
d. Sel PP yang menghasilkan pankreatik polipeptida.

2.2 PENGERTIAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi
akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan
heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan
kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).

2.3 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS


A. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak
dan sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena
pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat
sedikit.
B. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi
terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor.
Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel
dan berkurangnya produksi insulin relatif.
C. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus,
misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi
karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para
ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
2.4 ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe
I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
c. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi
atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes Melitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
d. Bahan toksik atau beracun
/Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan
lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana Mirza, 2009).
2. Diabetes Melitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (Smeltzer
Suzanne C, 2001).
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini
adalah:
a. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II.
Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan
biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya makin
berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang kelewat
gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam peredaran darah.
c. Kurang Gerak Badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa
darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin.
Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai
50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes.
Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,
penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama
di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang
mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun
meningkat.

2.5 PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari
bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari
unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai
40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu
karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga
pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini
penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis
tidak dapat berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
glukosa darah puasa
glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization)
menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh
lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal
hormon terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum
atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar
glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena < 110 110 199 200
darah kapiler < 90 90 - 199 200
Kadar glukosa darah puasa
plasma vena < 110 110 125 126
darah kapiler < 90 90 - 109 110

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa


dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : Normal
Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4 bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada HCO2 (
Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi ) ;Leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stressatau infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi /penurunan fungsi
ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau normal
sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan dalam
penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan antibodi
(autoantibodi).
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah
reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan
reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
2.9 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-
arteri besar. Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering
daripada penderita IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme
lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor
dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat aterosklerosis. Pengecilan
lumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-
jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa
penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis dan
penyakit-penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering
terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati,
retinopati diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 2007).
2.10 PENEGAKKAN DIAGNOSTIK
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa
darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa
yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl
pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.

2.11Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,dannstatus
b. Keluhan Utama
keluhan yang paling di rasakan oleh pasien
c. Riwayat Penyakit Sekarang
keluhan yang di rasakan dari awal terjadinya hingga sampai masuk rumah
sakit
d. Riwayat Penyakit Dahulu
tanyakan kepada klien apakah dulu pernah menderita penyakit seperti ini
maupun penyakit yang berbeda tetapi sampai masuk rumah sakit.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


tanyakan ke Keluarga klien ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Kadaan umum ; Baik
2) Kesadaran ; compos metis (Sadar Penuh)
3) TTV:TD: 130/70 mmHg S: 36,5 N80xm, RR: 20xm
A. PENGKAJIAN FISIK
a. Sistem Pernafasan. Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat
komplikasi, akan sedikit meningkat pada klien diabetes yang sudah lansia karena
menurunnya otot-otot pernafasan sehingga kemampuan pengembangan paru juga
menurun. Akan didapatkan pernafasan kussmaul jika penderita mengalami
ketoasidosis dan didapat pula nafas yang berbau aseton, dan bau halitosis atau bau
manis. Bisa juga didapatkan keluhan batuk dengan atau tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak), dapat pula terjadi paraestesia atau paralysis
pada otot-otot pernafasan (jika kadar Kalium menurun cukup tajam).
b. Sistem Kardiovaskuler. Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi
perifer melemah terutama pada tibia posterior, dan dorsalis pedis, terjadinya
aterosklerosis yang dapat terbentuk baik pada pembuluh darah besar (makrovaskuler)
atau pembuluh darah kecil (mikrovaskuler). Kaji pula adanya hipertensi, edema
jaringan umum, disritmia jantung, nadi lemah halus, pucat, dan takikardia serta
palpitasi menunjukkan terjadinya hipoglikemik. Apabila telah terjadi neuropati pada
kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.
c. Sistem Pencernaan. Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah, konstipasi,
diare, perasaan penuh pada perut, obesitas ataupun penurunan berat badan yang
berlebihan pada periode beberapa hari/minggu dan adanya distensi abdomen.
d. Sistem Persarafan. Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa
pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, bahkan sampai paraestesia,
gangguan penglihatan, didapat juga gangguan orientasi dengan data klien tampak
mengantuk, gelisah, letargi, stupor, bahkan sampai koma bila klien telah mengalami
komplikasi ketoasidosis, hipoglikemia dan adanya aktivitas kejang.
e. Sistem Endokrin. Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P yaitu
Poliuria, Polidipsi dan Poliphagia. Kondisi klien akan lebih berat jika penderita
mempunyai penyakit penyerta lain terutama gangguan pada hormon lain. Oleh karena
itu perlu dikaji penyakit yang dapat ditimbulkan oleh kerja hormon-hormon tersebut
seperti adanya pembesaran kelenjar tiroid paratiroid, moonface, adanya tremor, dll.
Jika tidak ada gangguan pada hormon lain maka pengkajian difokuskan pada hal-hal
yang berhubungan dengan DM seperti trias P, penggunaan insulin, dan faktor
hipoglikemik.
f. Sistem Genitourinaria. Biasanya terjadi perubahan pola dan frekuensi berkemih
(poliuria) dan terkadang nokturia, rasa nyeri dan terbakar saat BAK, kesulitan
berkemih karena infeksi, bahkan bisa terjadi infeksi saluran kemih. Urine akan
tampak lebih encer, pucat, kuning, dan poliuria dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat. Urine bisa tercium bau busuk jika
infeksi. Klien sering merasa haus sehingga intake cairan bertambah. Perlu dikaji juga
adanya masalah impotensi pada laki-laki dan masalah orgasme pada wanita serta
infeksi pada vagina.
g. Sistem Muskuloskeletal. Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan
kekuatan otot, sehingga klien sulit bergerak/berjalan (beraktivitas), juga adanya
keluhan kram pada otot.h. Sistem Integumen. Biasanya ditemukan turgor kulit
menurun, apabila terdapat luka klien sering mengeluh luka sulit sembuh dan malah
membusuk. Akral teraba dingin, dan integritas kulit menurun (rusak). Kulit bisa
kering, gatal, bahkan terjadi ulkus. Demam dan diaporesis dapat terjadi jika klien
mengalami infeksi.
i. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pengkajian Psikologis (yulia, 2013)
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?
4. Apakah anda senantiasa bosan?
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan?
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat
dilupakan?
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu?
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan
menimpa anda?
9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu?
10. Apakah anda merasa tidak berdaya?
11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup?
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-
jalan keluar dan melakukan sesuatu yang baru?
13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda?
14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan?
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan
sampai sekarang?
16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih?
17. Apakah anda merasa tidak berguna?
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda?
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan?
20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru?
21. Apakah anda memiliki energi maksimal?
22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong?
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda?
24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil?
25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis?
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi?
27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari?
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan
sosial?
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan?
30. Apakah pikiran anda jernih?
Interpretasi Hasil
Nilai 0-9 : normal
Nilai 10-19 : depresi ringan
Nilai 20-30 : depresi berat

Pengkajian Status Sosial

APGAR KELUARGA
NO FUNGSI URAIAN SKORE
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 1
saya menyediakan waktu bersama-sama.
Analisa hasil : 9
Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
Skor : 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor : 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Tanyakan kepada pasien bagaimana makannya baik sebelum sakit maupun
sesudah sakit
3) Pola Eliminasi
Tanyakan Sebelum sakit bagaimana pola eliminasinya apakah teratur atau tidak dan
Selama sakit bagaimana

4) Pola Aktivitas dan Latihan


A. Indeks KatZ

Indeks Katz

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


kecil, berpakaian, dan mandi.
A Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
A Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
A Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
A Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
A Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
A Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikimya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain dikiasifikasikan sebagai C, D, E, atau F
Skor : (rohaedi, putri, & karimah, 2016)

Mandiri penuh : indeks Katz A ( 20 )


Ketergantungan ringan : indeks Katz B ( 12-19 )
Ketergantungan sedang : indeks Katz C,D ( 9-11 )
Ketergantungan berat : indeks Katz E, F ( 5-8 )
Tergantung : indeks Katz G ( 0-4 )

Indeks Barthel ( IB )

No Item yang dinilai Skor Nilai


1 Makan (feeding) 0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantu memotong, mengoles
mentega dan lain-lain
2 = mandiri
2 Mandi (bathing) 0 = tergantung orang lain 1
1 = mandiri
3 Perawatan diri 0 = membutuhkan bantuan orang lain 1
(grooming) 1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur
4 Berpakaian 0 = tergantung orang lain 2
(dressing) 1 = sebagian di bantu (missal mengancing
baju)
2 = mandiri
5 Buang air kecil 0 = inkontinensia atau pakai kateter dan 2
(bowel) tidak terkontrol
1 = kadang inkontinensia (maks 1x24 jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6 Buang air besar 0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu 2
(bladder) enema)
1 = kadang inkontensia (sekali seminggu)
2 = kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = tergantung bantuan orang lain 2
toilet 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = mandiri
8 Transfer 0 = tidak mampu 3
1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = immobile (tidak mampu) 3
1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10 Naik turun 0 = tidak mampu 2
tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Jumlah
Interpretasi hasil : 20
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

5) Pola Istirahat dan tidur


A. Pengkajian Emosional
Tahap 1
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah klien mengalami sukar tidur?
2 Apakah klien sering merasa gelisah?
3 Apakah klien sering murung atau menangis
sendiri?
4 Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban
Iya.

Tahap 2

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1
kali dalam 1 bulan?
2 Ada masalah atau banyak pikiran?
3 Ada gangguan/masalah dengan keluarga
lain?
4 Menggunakan obat tidur/penenang atas
anjuran dokter?
5 Cenderung mengurung diri?
Apabila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban Iya ialah masalah
emosional positif (+).
Kesimpulannya dari jawaban diatas bahwa klien mengalami
masalah emosional positif ( + ).

6) Pola kognitif perseptual


Pengkajian Status Kognitif Mental/Afektif (Short Portable Mental Status
Questionnaire/ SPMSQ)
Skor + - No PERTANYAAN JAWABAN
Tidak terjawab= 0 1 Tanggal berapa hari ini? (Tanggal, 1
Terjawab = 1 bulan, tahun)
Tidak terjawab= 0 2 Hari apa sekarang ini? 1
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 3 Apa nama tempat ini? 1
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 4 Berapa nomer telvon anda? 1
Terjawab = 1 4A Dimana alamat anda? ( tanyakan hanya
bila klien tidak memiliki telepon )
Tidak terjawab= 0 5 Berapa umur anda? 1
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 6 Kapan anda lahir? 1
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi Dodo
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 8 Siapa presiden sebelumnya? Susilo
Terjawab = 1 Bambang
Yudhoyono
Tidak terjawab= 0 9 Siapa nama ibu anda?
Terjawab = 1
Tidak terjawab= 0 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
Terjawab = 1 pengurangan 3 dari setiap angka baru, 2
semua secara menurun
Total skor 5 5 5
(dewi, 2015)
Dilengkapi oleh Pewawancara
Nama Pasien: NY A Tanggal pengkajian:10 juni 2017
Jenis kelamin: Perempuan Suku: indonesi
Pendidikan: SD
Nama pewawancara:ni komang trisnayani
Penilaian
Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 Kerusakan intelektual Ringan
Kesalahann 5-7 Kerusakan intelektual Sedang
Kesalahan 8-10 Kerusakan intelektual Berat
Keterangan Penilaian yang berhubungan dengan tingkat pendidikan
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek
mempunyai pendidikan di atas sekolah menengah atas

7) Pola Persepsi dan Konsep diri


Tanyakan kepada klien apakah Cemas akan luka yang lama sembuh.Mekanisme
koping yang tidak efektif bagaiamana yang di lakukan apakah cemas tentang
penyakitnya.

8) Pola peran dan hubungan


B. APGAR Keluarga
NO FUNGSI URAIAN SKORE
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
2 Partnership Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
3 Growt Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
4 Affection Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai.
5 Resolve Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 2
saya menyediakan waktu bersama-sama.
a. Penilaian: selalu
Pertanyaan yang dijawab:
a) Selalu= mendapat point 2
b) Kadang-kadang= mendapat point 1
c) Tidak pernah= mendapat point 0
b. Total nilai kurang dari 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat
tinggi
a) Tota l nilai antara 4-6 mmenandakan disfungsi keluarga sedang
b) Total nilai 7-10 menandakan tidak ada disfungi keluarga

9) Pola seksual dan reproduksi


Tanyakan kepada apakah Klien mengalami gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan
seksualitasnya karena penyakit yang di deritanya menyebabkan klien sering merasa
lemas.

10) Pola Mekanisme koping dan stress


Pengkajian GDS
No Pertanyaan Ya Tidak Point
1 Apakah anda puas dengan kehidupan ini? Ya : 7
Tidak : 0
2 Apakah anda telah banyak menghentikan Ya : 7
aktivitas dan minat-minat anda? Tidak : 0
3 Apakah anda merasa kehidupan anda Ya : 7
kosong? Tidak : 0
4 Apakah ada sering merasa hidup anda Ya : 7
bosan? Tidak : 0
5 Apakah anda mempunyai semangat yang Ya : 7
baik setiap saat? Tidak : 0
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang Ya : 7
buruk akan terjadi pada anda? Tidak : 0
7 Apakah anda merasa bahagia untuk Ya : 7
sebagian besar hidup anda? Tidak : 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya : 7
Tidak : 0
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah Ya : 7
dari pada pergi keluar dan mengerjakan Tidak : 0
sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya : 7
masalah dengan daya ingatan anda Tidak : 0
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda piker bahwa hidup anda Ya : 7
sekarang ini menyenangkan? Tidak : 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga Ya : 7
seperti perasaan anda saat ini? Tidak : 0
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya : 8
Tidak : 0
14 Apakah anda piker bahwa orang lain lebih Ya : 8
baik keadaannya dari pada anda? Tidak : 0
penentuan skornya adalah :
1. Skor 20 40 : Tidak ada depresi
2. Skor 41 60 : Depresi ringan
3. Skor 61 80 : Depresi sedang
4. Skor 81 - 100 : Depresi berati
.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya?
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin?
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
narkoba?
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal?

Kesimpulan dari pengkajian di atas adalah semua dari pengkajian pengkajian


pasien di atas pasien mampu melakukan dengan normal secara mandiri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Perubahan Nutrisi Kurang
Status Gizi : Asupan Monitor gizi
dari Kebutuhan Tubuh b.d Makanan Dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
Penurunan Insulin Klien diharapkan mampu untuk -: Amati kecenderungan
- Mempertahankan berat badan pengurangandan dan penambahan
- - Mempertahankan masa tubuh BB
dan berat badan dalam batas
- Monitor jenis dan jumlah
normal latihan yang dilaksanakan
- Memiliki nilai laboratorium
- Monitor respon emosional klien
dalam batas normal ketika ditempatka pada suatu
- Melaporkan tingkat energi keadaan yang ada makanan
yang adekuat - Monitor lingkungan tempat
makanan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor tingkat energi, rasa
tidak enak badan,kelatihan dan
kelemahan
- Monitor masukan kalori dari
bahan makanan

Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
- Kaji apa klien ada alergi
makanan
- Kerja sama dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah kalori,
protein dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan klien.
- Ajari klien tentang diet yang
bener sesuai kebutuhan tubuh
- Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
- Timbang BB secara teratur
- Pasyikan bahwa diet
mengandung makanan yang
berserat tinggi untuk mencegah
sembelit
- Pastikan kemampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan

Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
- Monitor guladarah
sesuaiindikasi
- Monitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi, polifagia.
Keletihan, pandangankabur
atausakit kepala
- Monitor TTV sesuai indikasi
- Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
- Monitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan

2 Kekurangan
Volume Keseimbangan Elektrolit dan
Manajemen Asam-Basa
Cairan b.d Diuresis asam-Basa Aktivitas yang dilakukan :
Osmotik Klien diharapkan mampu untuk
- Monitor status hemodinamik
- menormalkan : termasuk CVP (tekanan vena
- Albumin serum sentral), MAP (tekanan arteri rata-
- - pH serum rata), PAP (tekanan arteri paru)
- Kreatinin serum - Dapatkan hasil labor untuk
- Bikarbonat serum menganalisa keseimbangna asam
- pH Urine basa seperti ABG, urin dan level
serum
Keseimbangan Cairan - Pantau ketidakseimbangan
Klien diharapkan mampu untuk elektrolit yang semakin buruk
menormalkan : dengan mengoreksi
- Tanda-tanda dehidrasi tidak ketidakseimbangan asam basa
ada - Dorong pasien dan keluarga
- Mukosa mulut dan bibir untuk aktif dalam pengobatan
lembab ketidakseimbangan asam basa
- Balan cairan seimbang

Hidrasi Manajemen Cairan


Klien diharapkan mampu Aktivitas yang dilakukan :
menormalkan : - Timbang BB tiap hari
- Hidrasi kulit - Pertahankan intake yang akurat
- Kelembaban membran
- Monitor status hidrasi (seperti
mukosa\ :kelembapan mukosa membrane,
- Haus yang abormal nadi)
- Pengeluaran urin - Monitor status hemodinamik
- Tekanan darah termasuk CVP,MAP, PAP
- Monitor hasil lab. terkait retensi
cairan (peningkatan BUN, Ht )
- Monitor TTV
- Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan (seperti
:edem, asites, distensi vena leher)
- Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
- Monitor status nutrisi
- Monitor respon pasien untuk
meresepkan terapi elektrolit

Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
- Kaji tentang riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan pola
eliminasi
- Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal jantung,
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
- Monitor BB, intake dan output
- Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
- Monitor osmolalitas urin dan
serum
- Monitor membrane mukosa,
turgor dan rasa haus
- Monitor warna dan kuantitas
urin
3
Intoleransi Aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
Kelemahan Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas yang dilakukan :
menyeimbangkan : - Monitor program aktivitas klien.
- - Denyut nadi saat beraktivitas.- Bantu klien untuk melalukan
- Jumlah pernafasan saat aktivitas yang biasanya ia lakukan.
beraktivitas. - Jadwalkan klien untuk latihan-
- Tekanan darah sistolik saat latihan fisik secara rutin.
beraktivitas. - Bantu klien dengan aktivitas-
- Tekanan darah diastolic saat aktivitas fisik.
beraktivitas. - Monitor respon fisik, sosial, dan
- Warna kulit. spiritual dari klien terhadap
- Kekuatan tubuh bagian atas. aktivitasnya.
- Kekuatan tubuh bagian
- Bantu klien untuk memonitor
bawah. kemajuan dari pencapaian tujuan.

Daya Tahan Tubuh Pengajaran : Penentuan


Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas dan Latihan
menyeimbangkan : Aktivitas yang dilakukan :
- Aktivitas - Ajarkan klien tentang :
- Daya tahan otot a. Tujuan dan kegunaan aktivitas
- Hemoglobin dan latihan.
- Hematocrit b. Bagaimana cara melakukan suatu
- Glukosa darah aktivitas.
- Serum elektrolit c. Bagaimana cara memonitor
- Rasa lelah toleransi aktivitas.
d. Bagaimana menjaga latihan.
- Berikan informasi kepada klien
bagaiamana teknik-teknik untuk
Perawatan Diri : Aktivitas- menyimpan energi.
aktivitas sehari-hari - Berikan informasi-informasi
Klien diharapkan mampu untuk seputar kesehatan fisik klien.
menyeimbangkan :
- Pola makan. Mengontrol berat badan
- Berjalan. Aktivitas yang dilakukan :
- Aktivitas - Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake maknan,
latihan, peningkatan berat badan
dan kehilangan berat badan
- Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
- Diskusikan hubungan resiko
berat badan normal dan tidak
normal
- Beri informasi kepada klien
tentang berat badan yang ideal
- Diskusikan bersama klien
metode tentang intake makanan
sehari-hari
- Minta informasi dari klien,
apakah ada dukungan luar yang
mempengaruhi berat badannya
- Kaji peningkatan keseimbangan
makanan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi di lakukan sesuai intervensi yang di tulis
E. EVALUASI.
BAB III
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk
mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara
adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah
biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan
yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

4.2 SARAN
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena
ini sangat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu
penderita penyakit diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam
darah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang
tinggi. Untuk dari itu penderita bisa menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga
harus harus rajin dalam olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Guthrie, Diana W. Guthrie ,Richard A. 2002. Management of Diabetes Mellitus, A


guide to the pattern approach. 6th ed. New York : Springer Publishing

Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta:


kanisius.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai