Anda di halaman 1dari 47

OKTOBER

2017

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

PASIEN DIARE

Oleh:

Indah Purnamasari, S.Ked

K1A1 11 009

Pembimbing:

dr. Syamsiah Pawennai, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


DAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Indah Purnamasari, S.Ked

NIM : K1A1 11 009

Judul Laporan : Laporan Kunjungan Rumah Kasus Diare

Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepaniteraan klinik pada

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas

Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

Kendari, Oktober 2017

Mengetahui:

Pembimbing,

dr. Syamsiah Pawennai, M.Kes

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh

Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat

kecenderungan insidens naik.1

Pada tahun 2012 Diare terus menjadi salah satu pembunuh utama

Balita di seluruh dunia yang bertanggung jawab sekitar 9% dari semua

kematian Balita di seluruh dunia dan secara kolektif menewaskan lebih dari

1,7 juta Balita bersama dengan penyakit pneumoni.2,3

Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering

menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu

Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati

urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya,

Keracunan makanan, Difteri dan Campak. Keadaan ini tidak berbeda jauh

dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009 , KLB diare penyakit ke 7

terbanyak yang menimbulkan KLB.1

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3 kalihari) disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi cair), dengantanpa darah danatau lendir. Diare Akut adalah

3
diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam

atau hari dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu, dan disebut

diare persisten bila berlangsung selana 2 sampai dengan 4 minggu. Bila

berlangsung lebih dari 4 minggu disebut diare kronik.4

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap

episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya

anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga

apabila episodenya berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan

dan kesehatan anak.5

Beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor risiko yang

meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya Diare, yaitu (1) faktor

perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik (tidak

memberikan ASI secara ekslusif sejak lahir, menggunakan botol susu yang

kurang bersih, tidak mencuci tangan, menyimpan makanan di tempat yang

tidak higienis, anak tidak diberikan imunisasi), (2) faktor pejamu (kurang

gizi dan imunodefisiensi), (3) faktor lingkungan (sarana air bersih dan

pembuangan tinja). Tidak kalah pentingnya adalah (4) Faktor

sosiodemografi (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan, status

ekonomi dan pendapatan keluarga).6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien

Diare dan keluarganya di Kecamatan Perumnas 20 april 2017.

4
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan

siklus keluarga) keluarga pasien Diare.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

kesehatan pada pasien Diare dan keluarganya.

c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Diare dan

keluarganya

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga,

serta penatalaksanaan terhadap pasien Diare dengan pendekatan

kedokteran keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap

memberikan penatalaksanaan kepada pasien Diare dilakukan secara

holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga

dalam proses penyembuhan, serta memberikan informasi kepada

petugas kesehatan dalam mensosialisasikan pencegahan penyakit Diare.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa

keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan

pasien dan berperan dalam memberantas penyakit Diare.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat

dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja lebih

lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya serta berlangsung dalam

waktu kurang dari dua minggu.4

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya

lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi

masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat

normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi

laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.7

B. Epidemiologi

Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan

berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian

peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia.1

The Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan untuk

menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990-2015. Diare

menduduki urutan kedua penyebab kematian pada anak 5, dan sebagai salah

satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia.1

6
Di Indonesia berdasarkan data laporan Surveilan Terpadu Penyakit

(STP) Puskesmas dan Rumah Sakit (RS) secara keseluruhan angka insidens

Diare selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2006

cenderung berfluktuasi dari 6,7 per 1000 pada tahun 2002 menjadi 9,6 per

1000 pada tahun 2006 ( angka insiden bervariasi antara 4,5- 25,7 per

1000).6 Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001

penyakit diare menduduki urutan ke dua dari penyakit infeksi dengan angka

morbiditas sebesar 4,0% dan mortalitas 3,8%.7 Dilaporkan pula bahwa

penyakit Diare menempati urutan tertinggi penyebab kematian (9,4%) dari

seluruh kematian bayi. Dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007, dilaporkan bahwa prevalensi Diare 9,0%, dan

diantara 33 provinsi bervariasi antara 4,2% - 18,9%.1

Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7%. Lima provinsi dengan

insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta

(8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).8

C. Etiologi

Ditinjau dari sudut patofisiologi kehilangan cairan tubuh penyebab

Diare Akut dapat dibagi dalam:

1) Diare sekresi (secretory diarrhea) disebabkan oleh:

a) Infeksi bakteri: Golongan Vibrio, Bacillus cereus, E.coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter aeromonas, Stafilokokus

aureus, Clostridium perfringens.

7
b) Infeksi virus: Enteroovirus, (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, dan Astrovirus.

c) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

d) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-

bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan

yang pedas, dan makanan basi), gangguan saraf, hawa dingin, dan

alergi.

e) Defisiensi imun terutama SigA (Secretory imunoglobulin A) yang

mengakibatkan terjadinya bakterijamur tumbuh berlipat ganda

(overgrowth).

2) Diare osmotik (osmotic Diarrhea), disebabkan oleh:

a) Malabsorbsi makanan

(1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa, dan sukrosa), monosakarada (intoleransi glukosa,

fruktosa, dan galakktosa). Pada bayi dan anak paling sering

adalah intoleransi laktosa.

(2) Malabsorpsi lemak: Terutama Long Chain Triglyceride

(3) Malabsorbsi protein: Asam amino, B lactoglobulin

b) KKP (Kekurangan Kalori Protein)

c) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).8

8
D. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu

melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau

kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah

tercemar tinja atau tidak langsung melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flier,

fluid, field).5

Faktor risiko kejadian Diare adalah:

1) Faktor perilaku

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyabaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya Diare. Perilaku tersebut

antara lain:6,9

a) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif selama 6

bulan pertama kehidupan. Sehingga bayi beresiko menderita Diare

lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara eksklusif dan

kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Pada

Balita yang diberikan MP-ASI terlalu dini dapat mempercepat bayi

kontak terhadap kuman.

b) Menggunakan botol susu yang kurang bersih terbukti dapat

menimbulkan Diare, karena sangat sulit untuk membersihkan botol

susu.

c) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak pada saat memberi ASI atau makan anak.

9
d) Menyimpan makanan di tempat yang tidak higienis seperti

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, karena makanan

akan tercemar dan kuman akan berkembang biak beberapa jam

pada makanan yang berada pada suhu ruangan.

e) Tidak diberikan imunisasi Campak. Diare sering terjadi dan

berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita Campak,

hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi Campak setelah

berumur 9 bulan.

2) Faktor pejamu (HospesInang)

Beberapa faktor pejamu dapat meningkatkan insiden dan

lamanya penyakit Diare. Faktor-faktor tersebut antara lain:9

a) Kurang gizi. Risiko kematian karena Diare meningkat pada anak-

anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi

buruk.

b) Imunodefisiensiimunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya

berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti

Campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti para

penderita AIDS (Autoimmune Deficiency Syndrom). Pada anak

imunosupresi berat, Diare dapat terjadi karena kuman yang tidak

patogen.

3) Faktor lingkungan9

10
Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis 2

faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan tempat

pembuangan tinja.

4) Faktor Sosiodemografi9

Demografi memperhatikan berbagai karakteristik individu

maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi,

karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial

dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan

agama. Karakteristik pendidikan meliputi tingkat pendidikan.

Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan

pendapatan.

E. Patofisiologi

Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:7

1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang

menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan

osmotik.

2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor

yg spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam

membran intestinal sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga

menyebabkan diare.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang

masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan

menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak

11
diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami

atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan

meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya

sehingga timbul diare. 7,10

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang

berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,

cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella,

shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi

prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel

mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin

shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga

menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan

adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.5

F. Manifestasi Klinis

Sebagai akibat Diare Akut akan terjadi:8

1) Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih

banyak dari pada pemasukan, merupakan penyebab terjadinya kematian

pada Diare.

2) Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis). Metabolik

asidosis ini terjadi karena:

a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

12
c) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

d) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligouria atau anuria)

e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler.

3) Hipoglikemia. Terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita Diare.

Pada anak-anak yang menderita gizi cukupbaik, hipoglikemia ini jarang

terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita

KKP. Hal ini terjadi karena:

a) Penyimpanan persediaan glikogen dalam hati terganggu

b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)

Gejala hipoglikemia yaitu lemah, apatis, peka rangsang, tremor,

berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Gejala-gejala ini akan

muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg% pada bayi

dan 50 mg% pada anak-anak

4) Gangguan gizi. Sewaktu anak menderita Diare, sering terjadi gangguan

gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

singkat. Hal ini disebabkan:

a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut Diare

danatau muntahnya akan bertambah berat. Orang tua sering hanya

memberikan air teh saja

b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran

dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama

13
c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan di absorbsi

dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat Diare disertai muntah, dapat terjadi

gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat

mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila

tidak segera ditolong penderita akan meninggal.

G. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama

diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lender

dan darah. Bila disertai muntah : volume dan frekuensinya. Kencing :

biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.

Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas

atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media,

campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:

memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit

dan obat-obatan yang sudah diberikan serat riwayat imunisasinya.5

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu

tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah.

Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa

haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya :

14
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cekung atau tidak, ada atau

tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.7

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis

metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat

hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan kapilery

refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.5

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan

dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan

sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria

WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain dapat dilihat

pada table berikut .5

Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Simptom Minimal atau Dehidrasi Ringan- Dehidrasi Berat


tanpa dehidrasi Sedang, Kehilangan BB
kehilangan BB Kehilangan BB3%- > 9%
<3% 9%
Baik Normal, lelah, Apatis, letargi,
Kesadaran gelisah, irritable tidak sadar
Normal Normal- meningkat Takikardi,
Denyut Jantung bradikardi pada
kasus berat
Normal Normal melemah Lemah, kecil,
Kualitas nadi tidak teraba
Normal Normal- cepat Dalam
Pernapasan
Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Mata
Normal Berkurang Tidak ada
Air mata
Basah Kering Sangat kering
Mulut dan lidah

15
Segera kembali Kembali <2 detik Kembali >2 detik
Cubitan kulit
Normal Memanjang Memanjang,
Capillary refil minimal
Hangat Dingin Dingin, mottled,
Ekstremitas sianotik
Normal Berkurang Minimal
Kencing
Dikutip dari kepustakaan 5.

Tabel 2. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO

Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, Rewel *Lesu, lunglai atau tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air Mata Ada Tidak ada Sangat Cekung
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa haus Minum biasa *Haus ingin Sangat kering
tidak haus minum banyak *Malas minum atau tidak
mau minum
Turgor kulit Kembali *Kembali *Kembali sangat lambat
cepat lambat
Hasil Pemeriksaan Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
Dehidrasi Ringan/sedang Bila ada 1 tanda *
bila asa 1 tanda ditambah 1 atau lebih
* ditambah 1 tanda lain.
atau lebih tanda
lain
Dikutip dari kepustakaan 5.

3. Laboratorium

a) Pemeriksaan tinja

(1) Makroskopis dan mikroskopis

(2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinitest, bila didapat intoleransi gula

(3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

16
b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,

dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi

dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila

memunginkan)

c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

d) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium

dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita Diare disertai

kejang).

e) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad

renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama

dilakkukan pada penderita Diare Kronik.11

H. Terapi

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata

Laksana Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan

Dokter Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Untuk itu,

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi

semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah

maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu. 5,10

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

Dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila

anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula

lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang

17
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya

lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang

paling banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih

baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut

tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Karena

itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat

osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan lebih mendekati

osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya

hipernatremia.5

Oralit baru ini adalah oralit yang osmolaritas yang rendah.

Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan,

namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit

baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan

suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja

hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu,

oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan INUCEF

untuk diare akut non-kolera pada anak.5 Ketentuan pemberian oralit

formula baru :

1) Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

2) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang,

untuk persediaan 24 jam

3) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan

ketentuan sebagai berikut :

18
- Untuk anak < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB

- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

4) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,

maka sisa larutan harus dibuang.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare

sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc

mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan

Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi

Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

- Umur < 6 bulan : tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

19
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah

larut berikan pada anak diare.1

3. Asi dan makanan tetap diteruskan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi

harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga

diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan

lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.1

4. Antibiotik selektif

Antibiotik diberikan jika ada indikasi misalnya diare berdarah

atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan

memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan

flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan

menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik

yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap

antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.

Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme sebagai

20
berikut : inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri,

perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan

permeabilitas membran terhadap antibiotik.5

5. Nasihat kepada orang tua

Nasihat yang diberikan yaitu bagaimana cara memberikan cairan

dan obat di rumah dan kapa harus membawa kembali bali ke petugas

kesehatan apabila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,

makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan diare tidak

membaik dalam 3 hari.1

Pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu

dengan terapi terapi cairan dan elektrolit per-oral serta melanjutkan

pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak

direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.

Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus

dehidrasi berat.5,11

a) Pengobatan diare tanpa dehidrasi

TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah

tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti : air tajin, larutan gula garam,

kuah sayur-sayuran dan sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan

dirumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah

10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun adalah 50-100 ml, 1-5 tahun

21
adalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah

300-400 ml setiap BAB.5

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan

dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.

Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar

dapat minum langsung dari cangkir atau gelas dengan tegukan yang

sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian

mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.

Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain

cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus

diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang

6 kali sehari) serta rendah serat. Makanan yang merangsang (pedas,

asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan dulu karena dapat

menyebabkan diare bertambah berat. Bila dengan cara pengobatan ini

diare tetap berlangsung atau bertambah hebat dan keadaan anak

bertambah berat serta jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang,

obati dengan cara pengobatan dehidrasi ringan sedang.5

b) Pengobatan diare dehidrasi ringan sedang

TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di

sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan

oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila

berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat,

22
perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan

umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun adalah 300 ml, 1-5 tahun

adalah 600 ml, >5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml.

rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang

sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita

dan memantau tanda-tanda dehidrasi.5

Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi

lagi. Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata menjadi

bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan

minum air putih atau air tawar. Bila udema kelopak mata sudah hilang

dapat diberikan lagi.5

Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat

diberikan secara per-oral. Oralit dapat diberikan melalui nasogastrik

dengan volume sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam

keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk.

Bila keadaan penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan

dapat dilanjutkan dirumah dengan memberikan oralit dan makanan

dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila

memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi berat, penderita

tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah

pemberian cairan parenteral.7

c) Pengobatan diare dehidrasi berat

TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)

23
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di Puskesmas atau

Rumah Sakit. Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit

harus diberi oralit sampai cairan infuse terpasang. Disamping itu, semua

anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena ( 5

ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-4

jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian

tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang

mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian

intravena. Untuk rehidrasi parenteral di gunakan cairan Ringer Laktat

dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam

pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas

1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 jam bberikutnya 70

cc/kgBB.5

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila dehidrasi tidak membaik,

tetesan IV dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada

anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang

sesuai yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi ringan-sedang atau

pengobatan diare tanpa dehidrasi.5

d) Terapi medikamentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare

seperti: antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik dan obat yang

mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari

satu mekanisme kerja, banyak di antaranya mempunyai efek toksik

24
sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur

kurang dari 2 3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat

tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.5

Antibiotik

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua

diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus

yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan

antibiotika.5

Tabel 3 Antibiotik pada diare

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif


Kolera Tetracycline Erythromycin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Cyprofloxacin Pivmecillinam
dysentery 15 mg/kgBB 20 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari kasus berat )
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Obat Antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai

keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare

akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya.

25
I. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,

dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:11

1) Dehidrasi.

2) Renjatan hipovolemik.

3) Hipokalemi dan hiponatremia

4) Hipoglikemi.

5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa usus halus.

6) Kejang, terutama pada Diare hipertonik

J. Pencegahan

1. Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk

dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup

untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada

makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.1

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti

susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-

bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI

saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

26
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang

akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara

penuh (memberikan ASI Eksklusif).1

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6

bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus

diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses

menyapih).1

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan

adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,

pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih

besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan

susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya

bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi

menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.1

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara

bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku

pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian

terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI

diberikan.1

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI, yaitu:

27
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan

dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan

setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih

sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua

makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan

pemberian ASI bila mungkin.

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-

bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,

daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau

ke dalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.

Suapi anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada

anak.1

c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut

melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-

minum yang dicuci dengan air tercemar.1

28
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-

benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.1

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare

yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air

tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan

di rumah.1

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Ambil air dari sumber air yang bersih

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi

anak-anak

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

bersih dan cukup.1

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai

29
dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare

sebesar 47%).1

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai

jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di

jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.1

f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan

penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang

secara benar.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di

jangkau olehnya.

30
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti

di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan

dengan sabun.1

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk

mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit

campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak

segera setelah bayi berumur 9 bulan.1

K. Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang

mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare

infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang

minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan

pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits

berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi

EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik


7,12
hemolitik.

31
BAB III

KUNJUNGAN RUMAH

A. Tinjauan kasus

Tanggal kunjungan : Kunjungan I (04 Juni 2017)

Kunjungan II (07 juni 2017)

Alamat : jl. Jambu, kecamatan

Poasia, Kota Kendari.

B. Data Identitas Pasien

Nama Penderita : An. Caca

Umur : 7 Tahun

Pendidikan : SD

Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

Nama Umur Hubungan Pendidikan Keadaan


No Imunisasi
anggota L/P keluarga / pekerjaan fisik
L/47
1. Tn. Lukman Ayah pasien S1/PNS Lengkap Sehat
Tahun
P/44
2. Ny. Asriatin Ibu pasien SMA/PNS Lengkap Sehat
Tahun
L/14
3. Muh. Alim Kakak pasien SMP Lengkap Sehat
Tahun
P/ 12
4. Fitri Kakak Pasien SD Lengkap Sehat
Tahun
5. An. Caca L/7 Tahun Pasien SD Lengkap Sakit
6. An. Fahmi L/5 Tahun Adik pasien - Lengkap Sehat

32
Diagram 1. Genogram keluarga

Keterangan : : laki-laki

: Perempuan

: Pasien

C. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan dengan cara alloanamnesa

1. Keluhan Utama: BAB Cair

2. Riwayat penyakit sekarang

Seorang pasien Anak berusia 7 tahun dibawa oleh orangtuanya

dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari sebelum dibawa puskesmas,

sebanyak 4x sehari, warna kekuningan, BAB disertai sedikit ampas,

namun tidak disertai darah. demam (+) sejak 2 hari sebelum dibawa ke

puskesmas, Kejang (-) Menggigil (-) Mual (-), Muntah (+) sebanyak 2

kali, nafsu makan menurun sejak sakit. Pasien juga masih mau minum.

BAK pasien normal seperti biasanya. Keluhan lain seperti batuk (-),

pilek (-), Riwayat imunisasi lengkap sesuai usia.

33
3. Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat menderita keluhan yang sama sebelumnya (+) 4 bulan yang

lalu.

4. Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama (-)

- Riwayat alergi dalam keluarga (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sakit ringan

Tanda Vital

Frekwensi nadi : 98 x/menit

Frekwensi napas : 24 x/menit

Suhu : 36,6oC

Berat badan : 21 Kg

Tinggi badan : 115 cm

Gizi : baik

Kepala : Normosefal , UUK tidak cekung

Kulit : Tidak ada kelainan, turgor kulit baik

Mata : mata tidak cekung, konjungtiva palpebra tidak anemis

sklera tidak ikterik, tidak hiperemi

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Deviasi septum (-)

Mulut : Stomatitis (-), lidah kotor (-)

Tenggorok : Hiperemis (-)

34
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar.

Thorax :

Pulmo

Inspeksi : Dada simetris kiri = kanan, retraksi (-),

Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal fremitus normal kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : BP : Bronkovasikuler, BT : Rh-/- Wh : -/-

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Pekak

Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra

Batas kanan pada linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni reguler

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus kesan meningkat

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Ekstremitas :

Edema : Tidak ada edema

Akral dingin : Tidak

35
Cap refill : Normal

Tabel 2. Pemeriksaan Kelenjar limfe

Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal


Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

A Pemeriksaan penunjang yang diperlukan


Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urin dan tinja pada sepsis atau
infeksi saluran kemih.
B Alasan diperlukan pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebakan oleh
infeksi diluar saluran gastrointestinal
2. Pemeriksaan Mikroskopis: pemeriksaan mikroskopis untuk
mencari adanya lekosit dapat memberikan informasi tentang
penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan
mukosa.
C Hasil laboratorium
- Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan Laboratorium
D Diagnosis kerja
Diare Akut Tanpa Dehidrasi
E Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah, peralatan makan,
pembuangan sampah, jamban dan konsumsi makanan yang terjamin
kebersihannya, kurangi konsumsi jajanan pinggir jalan dan menambahkan

36
sayuran dan buah-buahan untuk menu makan anak.
F Pasien ini perlu dirujuk
Pasien ini perlu dirujuk bila keluhan pasein semakin memberat misalnya
terjadi penurunan kesadaran, pasien gelisah, bibir atau kulit sianosis,
muntah hebat, tidak mau minum, frekuensi BAB semakin bertambah.
G Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita
Adapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang diare, penyebab dan
faktor pencetusnya, komplikasi dan penatalaksanaannya. Diare adalah
suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penyebab diare dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh
bakteri, virus atau paasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
(penurunan sistem kekebalan tubuh), dan sebab-sebab lainnya. Penyebab
yang sering ditemukan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Diare dapat menyebabkan dehidrasi baik ringan, sedang,
maupun berat yang apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
komplikasi hingga kematian. Cara mencegah dehidrasi sebelum anak
dibawa ke sarana kesehatan dengan cara memberikan oralit, bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga kuah sayur, sari buah, air teh, air
matang. Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,
penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik.
H Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan
keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita
- Peran keluarga sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan
anaknya dan segera ke pusat pelayanan kesehatan jika didapatkan
keluhan, menjelaskan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan diri
dan anak, membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan, setelah

37
buang air, dan sebelum mengelola makanan, serta menjaga kebersihan
makanan, konsumsi makanan yang terjamin kebersihannya agar anak
tidak mudah terserang diare.
I Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya (pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
1. Pencegahan primer
- Health promotion: penyuluhan tentang penyakit diare, penyuluhan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat, penyuluhan gizi seimbang
pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah.
- Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko diare dengan
menerapkan pola hidup sehat misalnya membiasakan diri mencuci
tangan, menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan rumah,
mengkonsumsi makanan yang terjamin keberihannya.
2. Pencegahan sekunder
- Early diagnosis dan prompt treatment: Upaya penanggulangan
diare dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan menganjurkan
kepada semua anggota keluarga jika mengalami suatu keluhan agar
segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
3. Pencegahan tersier
- Disability limitation: menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta
penanganan pertama yang perlu dilakukan sehingga mencegah
terjadinya komplikasi maupun kematian.
- Rehabilitation: Menyampaikan kepada keluarga agar memastikan
anak yang sakit mendapat istirahat yang cukup. Usahakan untuk
memberi ruangan yang aman dan nyaman untuknya beristirahat.
Jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien maka
dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga
komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya.

38
KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAH

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan

diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik.

A Perjalanan penyakit saat ini :


Seorang pasien Anak berusia 7 tahun dibawa oleh orangtuanya

dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari sebelum dibawa puskesmas,

sebanyak 4x sehari, warna kekuningan, BAB disertai sedikit ampas,

namun tidak disertai darah. demam (+) sejak 2 hari sebelum dibawa ke

puskesmas, Kejang (-) Menggigil (-) Mual (-), Muntah (+) 2 kali, nafsu

makan menurun sejak sakit. Pasien juga masih mau minum. BAK pasien

normal seperti biasanya. Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-),Riwayat

imunisasi lengkap sesuai usia.

B Riwayat penyakit keluarga :


- Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama (+) 4 bulan
yang lalu.
- Riwayat alergi dalam keluarga (-)
C Riwayat penyakit dahulu
Riwayat menderita keluhan yang sama sebelumnya (-).

Diagnosis Holistik

A Aspek personal
Ibu pasien membawa anaknya berobat ke Puskesmas dengan harapan
anaknya cepat sembuh.
B Aspek risiko internal
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:
Anak tersebut sering makan makanan yang dibeli diwarung dan pasien
sering makan tidak mencuci tangan.

39
C Aspek psikososial keluarga
- Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada
selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil
berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama dan
pasienpun tidak rewel.
- Faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu
ibu pasien kurang memperhatikan pasien karena kesibukan sehingga
pasien sering beli makanan diluar dan sering makan tanpa mencuci
tangan.

Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

A. Sosial - Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar


baik, saling membantu jika ada kesulitan
- Tidak ada masalah di rumah, maupun di masyarakat.
- Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu
sarjana.
B. Ekonomi Dari segi ekonomi pasien termasuk golongan ekonomi
. yang cukup dimana orangtuanya mempunyai pengahasilan
tetap ( 3.000.000/bulan), memiliki rumah yang cukup
luas, dan memiliki kendaraan motor
C. Penggunaan Jika salah satu anggota keluarga sakit maka lebih sering ke
pelayanan puskesmas.
kesehatan
D. Perilaku yang Belum menerapkan PHBS
tidak
menunjang
kesehatan.

40
Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga

Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan Puskesmas Memuaskan
kesehatan yang
digunakan oleh keluarga
Cara mencapai sarana Memakai kendaraan
pelayanan kesehatan tsb pribadi
Tarif pelayanan (sangat mahal,mahal, Gratis karena dengan
kesehatan yang dirasakan terjangkau, murah, gratis) menggunakan BPJS
Kualitas pelayanan (sangat baik, baik, biasa, Baik
kesehatan yang dirasakan kurang baik, buruk)

Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah : Milik sendiri


Daerah perumahan : Lumayan padat, kurang bersih,
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,) halaman tampak kurang rapi.
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang faktor
lingkungan tempat tinggal
Luas rumah : 10 m x 7 m
Bertingkat / tidak Tidak Bertingkat
Jumlah penghuni rumah : 6 orang
Luas halaman rumah : 2mx7m
Kondisi halaman : Kurang bersih
Lantai rumah dari : Tegel
Dinding rumah dari : Batu
Kondisi dalam rumah : Bersih
Sumber air Sumur

41
INTERVENSI PADA KELUARGA

Hari / INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA


Tanggal TINDAK LANJUT.
Kunjungan a. Edukasi pasien dan ibu pasien tentang diare
rumah b. Memberikan edukasi kepada ibu pasien tentang makanan
pertama, yang diberikan kepada pasien (menambahkan sayur ataupun
untuk dimakan oleh pasien)
04 Juni 2017 c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
d. Menjaga kebersihan perorangan (biasakan mencuci tangan
dan rajin mandi serta ganti pakaian) dan lingkungan (menjaga
kebersihan rumah maupun lingkungan, hindari polutan).
e. Edukasi penanganan awal untuk mencegah dehidrasi pada
diare semakin berat.
f. Menyarankan kepada ibu pasien agar memperhatikan
kebersihan makanan yang diberikan pada pasien
g. Segera ke pusat pelayanan kesehatan jika keluhan pasien
memberat
Kunjungan Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah
kedua diberikan
Hasilnya: keluarga pasien memahami edukasi tentang diare yang
07 Juni 2017 telah diberikan dan sudah ada keinginan untuk mengubah pola
hidupnya, misalnya membiasakan ibu pasien untuk mencuci
tangan dengan sabun sebelum memberikan makan, menjaga
kebersihan rumah, halaman, dan pekarangan, serta mengurangi
membelikan makanan di warung.
Untuk pemberian makanan bagi pasien, ibu pasien sudah
mencoba membuatkan sendiri sarapan untuk anaknya di rumah.

42
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Adapun kesimpulan dari laporan kunjungan rumah ini yaitu:

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan pada

pasien ini maka dapat didiangnosis dengan diare akut tanpa dehidrasi. Faktor

risiko diare yang ada pada pasien ini yaitu riwayat sering mengkonsumsi

makanan siap saji yang dibeli di warung dan pasien sering makan tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu.

B. Saran

Saran kepada pasien dan keluarganya :

1. Disarankan kepada ibu agar mengubah pola hidupnya dengan

memberikan makanan yang terjamin kebersihannya.

2. Disarankan ke ibu pasien agar mencuci tangan dengan sabun saat

hendak memberi makan dan sebelum menyiapkan makanan.

3. Disarankan ke ibu pasien agar menyempatkan waktunya untuk

memasakkan makanan untuk anaknya.

4. Menjaga kebersihan rumah, dan memperhatikan kebersihan makanan.

5. Sering membersihkan tempat penampungan air bersih dan dapur.

43
LAMPIRAN

DOKUMENTASI KUNJUNGAN RUMAH PASIEN DIARE

Lampiran 1. Proses Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Pasien

Lampiran 2. Edukasi pasien dan keluarga pasien

44
Lampiran 2. Halaman Rumah Pasien

Lampiran 3. Dapur

45
Lampiran 4. WC

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di indonesia. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.
2. The United Nations Childrens Fund (UNICEF)/World Health Organization
(WHO). 2009. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be
done.http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/978924159
8415/en/. (Diakses 06 Februari 2014).
3. UNICEF. 2013. Committing to Child Survival: A Promise Renewed.
Progress Report 2013. http://www.unicef.org/publications/files/APR.
(Diakses tanggal 06 Februari 2014).
4. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
5. Subagyo B, Budi N. S, Diare akut. Buku Ajar Gasroenterologi-Hepatologi.
Jilid 1. Cetakan ketiga. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. 2012. P 87-
120.
6. Depkes R.I. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta :
Ditjen PPM dan PL.
7. Zein U, Huda K. S, Ginting J. Diare akut disebabkan bakteri. Fakultas
Kedokteran. Bagian Penyakit Tropik dan Infeksi. Universitas Sumatera
Utara. Medan. 2004. P 1-15.
8. Suraatmaja, Sudaryat. 2010. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
9. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare
Pada Balita. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkunga.
10. Herry G, Melinda H. D. N. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan
anak. Edisi ke-3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rs. Dr. Hasan Sadikin. Bandung. 2005. P271-279.
11. Abdorrachman M.H., dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
12. Herniyanti, Hasanah O, Rahmalia S. Karakteristik diare pada anak di RSUD
TG. Balai Karimun. 2012.

47

Anda mungkin juga menyukai