Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia
dan untuk manusia. Oleh karena itu pembicaraan tentang pendidikan tidak pernah lepas
dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh
para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau
diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang
positif.
Pendidikan adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung tranformasi
pengetahuan nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan di dalam dan di luar sekolah yang
berlangsung sepanjang hayat (life long procces) dan generasi ke generasi.
Di dalam proses pendidikan, pendidik memiliki peran utama. Seorang pendidik yang
akan membantu pembentukan serta mengembangkan potensi peserta didik. Oleh kerena itu
di butuhkan karakter seorang pendidik yang kuat untuk membentuk karekteristik peserta
didik.
Tak kalah penting dalam pendidikan yaitu perlu adanya landasan. Landasan
Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan
dunia pendidikan. Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di
negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini
mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak
sama.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang
tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan
menerapkan asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih
besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Bedasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai landasan
pendidikan sebagai pijakan dan arah pembentukan manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana uraian dari Landasan Pendidikan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan uraian dari Landasan Pendidikan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini, dibagi menjadi beberapa kalangan
sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam membuat karya ilmiah
dan juga sebagai bahan pengetahuan dan dasar pemikiran sebagai calon pendidik yang
nantinya mampu mengelola pendidikan.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami akan
pentingnya memahami dan mengamalkan Landasan Pendidikan sebagai bekal untuk
seorang pendidik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Uraian Landasan Pendidikan
Jika dilihat dari pengertiaan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
ditijau dari pendidikan itu sendiri dimana usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. ini juga dalam pengembangan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang cerdas dalam membangun generasi muda yang membangun bangsa yang
lebih baik. Ada tiga pokok bahasan yang akan dikaji dalam kegiatan belajar ini, yaitu (1)
pengertian pendidik, (2) landasan pendidikan dan (3) asas-asas pokok pendidikan.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan tujuan utama
yang akan menjadi perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Adapun
landasan pendidikan tersebut yaitu landasan difilosofi, landasan sosiologi landasan kultural
dan landasan psikologis dimana landasan tersebut sangat memegang perannya masing-
masing dalam mentukan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Selanjutnya landasan ilmiah
dan teknologi akan mendorong pendidikan dalam di zaman globalisasi yang berkembang
sangat pesat ini.
Dalam pembelajaran ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan
asas pendidikan serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-
landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, landasan sosiologia, landasan kultural,
landasan psikologi, serta landasan ilmiah dan teknologi. Dan terakhir ada tiga pokok asas-
asas pendidikan yaitu asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat dan kemandirian
dalam belajar.

3
A. Pengertian Pendidikan
1. Pengertian pendidikan dilihat dari beberapa batasan arti pendidikan yaitu:
a) Batasan dari segi Filsafat Pendidikan
Menurut Prof. Dr. N. Drijakara, pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
b) Batasan dari segi Ilmu Pendidikan
Menurut Prof. Dr. M. J. Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak berujung pada kedewasaan
anak atau lebih tepat membantu anak agar cakap melaksanakan tugasnya sendiri.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup
dan tumbuhnya anak-anak maksudnya pendidikan itu menuntun segala kodrat yang
ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
setingginya.
c) Batasan dari segi Sosial Pendidikan
Menurut John Owey, pendidikan adalah proses membangun dan membawa.
Sedangkan menurut Francis J. Brown, pendidikan adalah proses kontrol yang
memperhatikan perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam
kelompok.
d) Batasan dari segi Psikologi Belajar
Menurut Arthur K. Ellis, John J. Cogan, dan Kenneth R. Howey, pendidikan adalah
jumlah total dari pengalaman belajar seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam
pengalaman pendidikan formal. Ini adalah proses dimana seseorang mendapatkan,
mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.
2. Pengertian Pendidikan menurut GBHN
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan
martabat bangsa.
3. Pendidikan Menurut Fungsinya
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari
kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Pendidikan sebagai proses pembentuk pribadi

4
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis terarah pada terbentuknya
kepribadian anak didik yang berlandasan pancasila sesusai dengan UU No 20 tahun
2003 dalam membangun generasi bangsa yang lebih baik.
5. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan diartikan sebagai bimbingan kepada anak didik untuk mengembangkan
bakat yang dapat digunakan untuk bekerja. UUD 1945 pasal 25 menyatakan bahwa tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

B. Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan filsafat dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah secara radikal, menyeluruh, dan konseptual
yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Dimana konsepsi-
konsepsi ini bersumber dari dua faktor, yaitu religi dan etika yang beracuan pada
keyakinan dan ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Tujuan filosofis tentang
sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta berpikir panjang sampai sejauh-
jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan,
yakni:
1) Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap
orang serta sangat bermanfaat dalam memberikan makna kepada ilmu
pengetahuannya dalam proses perkembangan itu sendiri.
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology
(tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika, metafiska, serta
sosial dan politik.

a) Pengertian tentang Landasan Filosofis


Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan suatu citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendidikan berusaha menjadi perujudan citra itu.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme,
Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme, dan Ekstensialisme.
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik
(liberal arts) atau bahan ajar esensial.

5
2. Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme
yang menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b) Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menerapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tetntang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, kepribadian bangas Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar Negara Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
Manusia adalah makhluk yang satu-satunya memiliki pikiran dari mahluk lainnya.
Maka daripada itu bisa dikatakan kodrat manusia ialah sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Sebagai makhluk individu manusia memiliki pribadi yang bernilai,
dimana haknya itu tidak bisa direndahkan atau dirampas. Untuk melindungi hak-haknya
tersebut, manusia juga memerlukan bantuan pertolongan untuk pertumbuhannya. Maka
dari itu manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tapi juga sebagai makhluk social
yang selalu berinteraksi satu sama yang lainya. Manusia sebagai makhluk social selalu
hidup berkelompok dimana mereka bertempat tinggal. Dimana dalam hidup berkelompok
ini, manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain agar menjadi
manusia yang utuh dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Kehidupan social manusia
tersebut dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang
sebenarnya sebagai acuan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kukuh. Sosiologi
sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama
sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun

6
1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan social yang menjelma dalam realitas social
dalam hubungan individu ataupun kelompok. Mengingat banyaknya realitas sosial maka
lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi,
sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan dan lain sebagainya.
a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Proses sosial yang terjadi di masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan
pendidikan. Pendidikan merupakan perantara social yang berfungsi untuk
mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas.
Maka dari itu di dalam dunia pendidikan sangat diperlukan landasan sosiologis yang
akan membekali tenaga pendidik untuk bersosialisasi terhadap peserta didik dalam
komundikasi yang baik suatu proses. Perhatian sosiologi terhadap pendidikan sangat
intensif, sehingga munculah cabang sosiologi pendidikan dalam meningkatkan kegiatan
mutu pendidikan kedepannya. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang
proses sosial dan pola-pola interaksi di dalam lingkup sistem pendidikan. Ruang lingkup
yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol social dan sistem kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses social dan
perubahan kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dengan kelas social atau sistem status.
e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras,
kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar
sekolah.
b) Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a) Peranan social guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.

7
4. Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok social lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap
organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem social
komunitas kaum tidak terpelajar.
c) Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
d) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi
sekolah.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mencakup pendidikan secara formal, tetapi juga
di non formal seperti diluar dari lingkup sekolah. Pendidikan yang paling terpenting
bukan hanya sama seperti disekolah contohnya pendidikan dikeluarga. Pendidikan
dalam keluarga sangatlah penting karena keluarga adalah tempat pertama anak
mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya. Suatu proses yang dalam perkembangan
dalam pertumbuhannya pasti anak dapatkan dari ayah dan ibu mereka masing-masing.
Dorongan, dukungan dan pendidikan yang keluarga berikan akan sangat mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 10 Ayat 4
dinyatakan bahwa Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Dan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal
7 ayat 1 dinyatakan bahwa orang tua barhak berperan serta dalam memilih satuan
pendidikan dan memperoleh informasi tetnang perkembangan pendidikan anaknya.
Walaupun anak sudah banyak mendapatkan pendidikan di sekolah tetapi di dalam
keluarga jaga anak harus mendapatkan pengawasan dan pendidikan yang cukup dalam
proses pertumbuhan mereka. Situasi dan kondisi yang keluarga alami seperti pola
hubungan orang tua dan anak, keberadaan orang tua, perbedaan kelas social keluarga
dan sebagainya sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh
interaksi social masyarakat dan lingkungan, seperti mengikuti keorganisasian di
lingkungan rumah, pramuka, keagamaan dan sebagainya. Kebanyakan anak terkadang
dalam proses pergaulan memilih kelompok sebaya dari pada yang umurnya lebih
dewasa. Dari pergaulan kelompok sebaya seperti cara bergaul, komunikasi dan tata
karma sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan mereka. Kelompok sebaya ini
tidak bersifat tetap. Seiring berjalannya usia, anak akan mempunyai kelompok sebaya

8
yang berbeda-beda bahkan bisa memiliki banyak kelompok dalam waktu yang
bersamaan. Kelompok sebaya ini tidak memiliki tujuan yang tetap dalam proses
pendidikan, namun kekompakan dan kesolidaritasan yang baik dapat memberikan
semangat dan dorongan yang kuat untuk anak dalam perkembangan dirinya. Rasa
peduli dan saling menghargai dalam kelompok sebaya akan memberikan pendidikan
yang sangat berarti dalam menumbuhkan sikap yang baik.
Di dalam masyarakat pastinya ada pengaruh sosilisasi atau interaksi untuk proses
pertumbuhan pendidikan. Dari sisi lain, tidak kalah pentingnya juga yaitu pengaruh
pendidikan terhadap masyarakat. Ini pasti mengacu pada tujuan pendidikan yang
sebenarnya. Apakah pendidikan mempersiapkan anak untuk hidup di dalam
masyarakatnya (penekanan pada sosialisasi) atau mempersiapkan anak untuk
merombak memperbarui masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Pada
umumnya pendidikan yang dilaksanakan tidak memilih salah satu pendapat tersebut,
tetapi diupayakan seimbang antara upaya pelestarian dan pengembangan. (Umar
Tirtarahardja, 2010: 97-98)
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
Masyarakat adalah tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan diantara manusia,
dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi didalam hubungan manusia-manusia.
Masyarakat mencakup sekelompok orang dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk
memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua
orang, dalam arti sempit adalah struktur social. Masyarakat sebagai kesatuan hidup
memiliki ciri utama antara lain:
a) Ada interaksi antara warga-warganya.
b) Pola tingkah laku warganya dapat diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum, dan
aturan-aturan yang khas.
c) Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan
adat-istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan
pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotism, nasionalisme, jiwa korps, dan
kesetiakawanan social dan lain-lain.
Masyarakat Indonesia mengalami perjalanan yang cukup panjang, mulai dari zaman
prasejarah hingga zaman kemerdekaan sekarang ini. Melalui perjalanan panjang ini
masyarakat Indonesia akhirnya mencapai satu kesatuan politik untuk mendirikan satu
Negara dan berusaha mewujudkan satu masyarakat Indonesia sebagai masyarakat Bhineka

9
Tunggal Ika. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik,
yaitu:
1) Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau komunitas
berdasarkan perbedaan suku, agama, adat-istiadat, dan kedaerahan.
2) Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas,
menengah, dan lapisan rendah.
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah:
a) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok social atau golongan social jajahan yang
sering seringkali memilki sub-kebudayaan sendiri.
b) Memiliki strktur social yang terbagi-bagi.
c) Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus
diantara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar.
d) Di antara kelompok, relative seringkali mengalami konflik-konflik.
e) Terdapat saling ketergantungan dibidang ekonomi.
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok social yang
lain.
g) Secara relative integrasi social sukar dapat tumbuh.
Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara
horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian juga halnya dengan sifat-
sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus sepenuhnya. Namun dengan niat politik
yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam
berbagai bidang pembangunan, utamanya dalam pendidikan politik, maka sisi
ketunggalan dari bhineka tunggal ika makin mencuat. Berbagai upaya yang dilakukan,
baik melalui kegatan jalur sekolah (umpamanya dengan mata pelajaran pendidikan moral
Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan lain-lain), maupun jalur
pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran, dan lain-lain),
telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang semakin kukuh.
Berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang
kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat
perhatian yang semestinya dengan antara lain dimasukkannya muatan local di dalam
kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyarakat
Indonesia itu telah dikukuhkan dalam UU-RI No.2 Tahun 1989 Pasal 37 dan Pasal 14
Ayat 3 dan 4. Perlu ditegaskan bahwa muatan local di dalam kurikulum tidak
dimaksudkan sebagai upaya membentuk manusia local, akan tetapi haruslah dirancang

10
dan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia disuatu local
tertentu. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan
nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi yang memahami dan menyatu dengan
lingkungan (alam, social, dan budaya) disekitarnya. (Umar Tirtarahardja, 2010: 99-100)

3. Landasan Kultural
Antara pendidikan, manusia dan kebudayaan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Manusia yang merupakan makhluk intelektual tidak akan pernah bisa lepas dari
pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus
sepanjang hayat. Sedangkan antara manusia dan kebudayaan juga memiliki keterkaitan.
Manusia yang menciptakan kebudayaannya sendiri dari kejadian atau kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari yang alami dan melestarikannya secara turun temurun. Kemudian
antara pendidikan dan kebudayaan juga memiliki hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan secara turun temurun melalui
pendidikan baik secara informal, nonformal maupun formal. Sebaliknya bentuk ciri-ciri
dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Oleh
karenanya, dalam UU-RI No. 2 tahun 1981 pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang
dimaksud dengan sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
Pancasila dan UUD 1945.
Pengertian mengenai kebudayaan yaitu hasil karya, cipta dan rasa manusia yang
mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat serta cara hidup
yang dimiliki dan dikembangkan oleh kelompok individu tertetu yang kemudian dikenal
sebagai masyarakat.
a. Pengertian Landasan Kultural
Landasan kultural adalah kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta
hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud :
1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3) Fisik yakni hasil karya masyarakat.
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 100)

11
Agar kebudayaan tidak pudar dan terkikis oleh zaman maka kebudayaan tersebut
harus dilestarikan dan diwariskan secara turun-temurun melalui pendidikan. Baik itu
berupa pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga, pendidikan non formal
yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang berkelanjutan dan belangsung dalam
kehidupan sehari-hari serta melalui pendidikan formal yang melalui lembaga khusus
seperti sekolah. pewarisan kebudayaan melalui pendidikan formal itu sudah sangat jelas.
Sekolah yang merupakan lembaga pedidikan formal yang mempunyai peranan yang sangat
penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada
generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan
agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman. Sekolah telah memiliki mata
pelajaran khusus untuk melatih dan mengajar anak didiknya untuk mengetahui,
mempelajari dan melestaraikan kebudayaanya di daerah dan negaranya. Misalnya melalui
mata pelajaran seni budaya siswa di didik untuk tahu tentang seni yang ada di daerah dan
negaranya kemudian melalui mata pelajaran bahasa daerah siswa dilatih tata cara
berbahasa yang sesuai dengan budaya setempat.
b. Kebudayaan Nasional Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Bangsa Indonesia memiliki beragam kebudayaan, dimana seluruh daerah memiliki
kebudayaannya masing-masing dan berbeda-beda. Maka untuk melestarikan kebudayaan
tersebut agar selalu bisa menyesuaikan dengan zaman namun tetap menjaga keutuhan
kesatuan RI diperlukanlah sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Yang dimaksud dengan
Sisdiknas atau sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia. Seperti yang telah tertuang pada UU-RI No. 2/1989 pasal 1
ayat 2.
Salah satu upaya pemerintah dalam menyelaraskan keragaman atau kemajemukan
budaya di Indoesia yang tumbuh dari adat istiadat, tata cara, tata karma, kesenian bahasa
dan sastra di wilayah tertentu yang berbeda-beda adalah dengan bantuan lembaga sekolah
yaitu dengan memberlakukan sistem muatan lokal di dalam kurikulum sekolah utamanya
di sekolah dasar (SD). Misalnya dengan mengadakan mata pelajaran bahasa daerah atau
menggunakan bahasa daerah dalam proses belajar mengajar. Tujuannya adalah agara
kebudayaan di Indonesia tetap lestari dan tidak di tinggalkan oleh kaum muda. Pelestarian
dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia.

12
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Psikologi dan Landasan Psikologi
Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu psyche yang berarti jiwa
dan logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat diartikan yaitu ilmu tentang
jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca psikologi merupakan ilmu tentang perilaku.
Sedangkan menurut Woodworth dan Marquis, psikologi adalah ilmu tentang aktivitas
individu, baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosinonal. Dari pengertian diatas,
dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan
perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.
Sehingga, Landasan Psikologis merupakan pemahaman terhadap peserta didik
yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Dalam kenyataannya setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan dengan
yang lainnya baik dari segi intelektual, kepribadian, penalaran sifat dan hal lainnya. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara peserta didik,
yang tidak hanya disebabkan oleh kecerdasan dan bakat tapi juga perbedaan pengalaman
dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pendidik
untuk mengetahui bahwa setiap individu itu unik agar pendidik bisa memahami perilaku
peserta didiknya serta memberikan solusi dan membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk
mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.
A.Maslow mengemukakan kategorisasi kebutuhan-kebutuhan menjadi enam
kelompok, mulai dari yang paling sederhana dan mendasar meliputi:
1) Kebutuha fisiologis: Kebutuhan untuk mempertahankan hidup
2) Kebutuhan rasa aman: Kebutuhan untuk secra terus menerus merasa aman dan bebas
dari ketakutan
3) Kebutuhan akan cinta dan pengakuan: Kebutuhan berkaitan dengan kasih sayang dan
cinta dalam kelompok dan dilindungi oleh oranglain.
4) Kebutuhan harga diri (esteem needs): Kebutuhan berkaitan dengan perolehan
pengakuan oleh orang lain sebagai orang yang berkehendak baik.

13
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri: Kebutuhan untuk dapat melakukan sesuatu dan
mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki (menyatakan pendapat, perasaan, dan
sebagainya)
6) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami: Kebutuhan yang berkaitan dengan
penguasaan iptek.
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 106)
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik, serta
kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek pendidikan. Jadi peranan peserta didik
tidak hanya membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya tetapi juga sebagai fasilitator dan
motivator bagi peserta didiknya. Oleh karenanya penting bagi pendidik untuk
memahami perkembangan peserta didik atau yang sering disebut tumbuh kembang
peserta didik.
Setiap individu dalam perjalanan hidupnya mengalami perkembangan
(development). Perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus menerus
sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal dunia. Adapun perubahan-
perubahan dalam perkembangan individu tersebut dapat terjadi karena dua hal, yaitu: 1)
kematangan (maturation) dan 2) belajar (learning).
Selain istilah perkembangan, istilah pertumbuhan juga sering digunakan untuk
menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri individu yang mengarah pada
perubahan bentuk fisik seperti tinggi badan. Crow & Crow mengemukakan bahwa
pertumbuhan berkenaan dengan perubahan-perubahan struktural dan fisiologis
(jasmaniah) pada diri seseorang yang berlangsung sejak saat konsepsi melalui periode-
periode prenatal (dalam kandungan) dan postnatal (setelah lahir) sampai
kedewasaannya. Jadi, pertumbuhan merupakan proses perubahan yang berkenaan
dengan aspek fisik atau jasmaniah individu seperti perubahan tinggi badan, berat badan
dan sebagainya. Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan-perubahan
yang terutama berhubungan dengan aspek psikis atau hidup kejiwaan individu seperti
perubahan mental, sosial, emosi, dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebutlah
yang dapat melahirkan tingkah laku yang dapat diamati, meskipun tidak dapat diukur
seperti yang terjadi pada perubahan-perubahan pada aspek jasmaniah. Namun, karena
individu itu hakikatnya adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi atau tak dapat

14
dipisah-pisahkan, maka sesunguhnya antara proses pertumbuhan dan perkembangan itu
pun pada dasarnya sulit untuk dipisahkan satu sama lainnya dan memiliki hubungan
yang sangat erat. Oleh karena itu pertumbuhan akan selalu terlibat dalam proses
perkembangan.
Ada dua periode tumbuh kembang yaitu:
1) Masa Prenatal yaitu masa sebelum lahir
2) Masa Postnatal yaitu masa sesudah lahir yang meliputi masa bayi, kanak-kanak, anak
sekolah, remaja, dewasa, kemunduran dan masa ketuaan (Umar Tirtarahardja dan S.L.
La Sulo, 2005: 108)
Tumbuh kembang peserta didik merupakan hal penting yang menjadi dasar agar
bisa memahami peserta didik dalam menentukan keputusa dan atau tindakan yang tepat
dalam membantu proses tumbuh kembang secara efektif dan efisien.
Selain itu hal lain yang perlu dijadikan modal dalam memahami peserta didik
adalah perkembangan kepribadian yang meliput factor keluarga, hereditas (keadaan fisik,
intelegensi, tempramen dan sebagainya) serta factor social budaya di lingkungan
keluarga. Prinsip-prinsip perkembangan kepribadian ialah bahwa perkembangan
kepribadian mencangkup aspek behavioral maupun aspek motivasional. Prinsip kedua
dari perkembangan kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan
yang menerus dan tidak terputus-putus.
Terdapat dua hal tentang kepribadian yang sangat penting ditinjau dari konteks
perkembangan kepribadian yakni :
1. Terintegrasi seluruh komponen ke pribadian ke dalam struktur yang terorganisir
secara sistematik
2. Terjadinya pola-pola tingkah laku yang konsisten dalam menghadapi ligkungannya
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 110)
Kedua hal tersebut memiliki hubugan yang sangat erat dalam proses pembentukan
konsep diri seorang anak. Mungkin semasa bayi konsep Aku atau konsep diri tidak
terlalu jelas namun lama kelamaan konsep tentang diri anak tersebut akan semakin jelas
dengan adanya factor keadaan fisik, proes maturasi, harapan-harapan orang tua, sikap
anggota keluarga, masalah personal dan ekonomi keluarga, lingkungan sekolah teman
sebaya dan beberapa factor lain yang membentuk persepsi, konsepsi dan sikap terhadap
dirinya sendiri, oleh karena itulah amat penting menumbuhkan sifat positif tentang dirinya
sendiri.

15
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan
pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau
instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam
memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral.
Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan
memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan
sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah
1) Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
2) Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.
3) Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4) Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5) Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6) Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
7) Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8) Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
9) Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
10) Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung makna norma dasar yang
bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan
mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
Norma dasarnya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus
mengandung ciri-ciri keilmuan yang hakiki.
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis, dan
aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu ataupun ilmu
pengetahuan. Landasan ontologis dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah
oleh ilmu adalah: Ilmu membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat
empiris, yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung maupun dengan
bantuan alat lain (mikroskop, teleskop, dan sebagainya). Untuk itu, ilmu mempunyai
tiga asumsi tentang objek empiris itu, yakni:

16
1. Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan
dilakukan klasifikasi.
2. Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan (kelestarian yang
relative).
3. Adanya determinisme, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang
kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap.
Landasan epistemology dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah, yakni: Ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan. Landasan
aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan ilmiah itu,
yakni: Ilmu telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta
memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu
itu digunakan untuk mengancam martabat dan kebudayaan manusia. Dengan kata
lain, manusia pemilik ilmu yang harus menentukan apakah ilmunya itu bermanfaat
bagi manusia atau sebaliknya.
Ketiga sisi ilmu pengetahuan itu seharusnya mendapat perhatian yang
proposional di dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
iptek dan calon pakar iptek itu. Dengan demikian, pendidikan akan dapat
mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Menurut pandangan M. T. Zen yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari
hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta
bersifat mampu menguji diri sendiri. Sedangkan teknologi diartikan dengan
peristilahan, dan praktik sains terapan yang mempunyai nilai praktek atau
penggunaan di industry (dalam arti sempit). Dalam arti yang agak lebih luas:
teknologi adalah semua proses yang bersangkutan dengan bahan. Teknologi bukanlah
bakat atau kodrat, melainkan harus dipelajari, baik sebagai sains terapan maupun
sebagai suatu kecakapan tangan.
Teknologi sebenarnya mencakup ilmu pengetahuan dan engineering atau
teknik. Jadi teknologi itu sendiri sebenarnya telah mengandung ilmu pengetahuan di
dalamnya. Jadi sebenarnya, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang
tidak bisa dipisahkan karena saling terkait. Ilmu pengetahuan tanpa teknologi

17
bagaikan pohon tidak berbuah, sedangkan teknologi tanpa ilmu pengetahuan
bagaikan pohon tanpa akar.
Keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan akibat langsung dari
eksistensi manusia yang kemudian membentuk historisitas pendidikan sejak lahir
sampai mati. Jadi, jika manusia tidak eksis dalam rentetan panjang kependidikan,
sesungguhnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin ada. Ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah suatu sistem intelektual pemberdayaan manusia yang dihasilkan
dari sistem kegiatan pendidikan. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, segala
perubahan yang direncanakan oleh pendidikan dapat dikerjakan.
b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia.
Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan:
penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan
teknologi serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius. Lembaga
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
harusnya hasil dari perkembangan iptek mutakhir.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi
mendukung tanggungjawab untuk membudayakan eksistensi kehidupan manusia.
Artinya: dengan peralatan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin lebih
berpeluang untuk menciptakan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi
kehidupan yang lebih berkembang dan maju. Perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan misalnya, telah mampu memberikan manusia paradigma-paradigma
yang baru.
Selain itu, dengan teknologi, pendidikan mampu membuat perubahan; dan
dengan pendidikan, teknologi diharapakan mampu membuat kehidupan semakin
berkembang dan maju. Berkembang dan maju dalam arti bernilai kultural manusiawi,
sehingga segala kebutuhan hidup dapat lebih mudah dicukupi dan dapat dimanfaatkan
secara adil dan merata. Dengan pendidikan teknologi, jalan menuju kesejahteraan
umum semakin terbuka.

18
C. Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadikan dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberika arah dalam merancang dan
melaksankan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas
Belajar Sepanjang Hayat dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai Asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari system among perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh
Drs. R.M.P Sistrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi yaitu:
- Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberikan contoh)
- Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberikan dukungan dan
semangat)
- Tut Wuri Handyani(jika dibelakang memberi dorongan)

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidika seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu vertical
dan horizontal
1) Dimensi vertical dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan
2) Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara pengalama
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sendiri mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur
tangan bila diperlukan.
Perwujuda asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama
sebagai gasilitatir dan motifator. Salah satu pendidkatan yang memberikan peluang
dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah system CBSA (cara belajar
siswa aktif).

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Pendidikan adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung tranformasi
pengetahuan nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan di dalam dan di luar sekolah yang
berlangsung sepanjang hayat (life long procces) dan generasi ke generasi.
2. Landasan pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang filosofis, sosiologis, kultural,
psikologis, ilmiah dan teknologi.
3. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah secara radikal, menyeluru, dan konseptual yang
menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Landasan sosiologis
merupakan landasan yang berkaitan dengan proses sosial dan pola-pola interaksi soaial.
Landasan Kultural adalah kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil
budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Landasan
Psikologis merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan. Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung makna norma dasar
yang bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan
mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
4. Terdapat tiga pokok asas-asas pendidikan yaitu asas Tut Wuri Handayani, asas belajar
sepanjang hayat dan asas kemandirian dalam belajar.

3.2 Saran
Agar semua pihak lebih memahami bagaimana pentingnya landasan pendidikan ini, sehingga
masyarakat bisa menjadi masyarakat yang diharapkan bangsa yaitu menjadi lebih maju, baik,
berkembang, mandiri serta bisa meningkatkan kehidupan bangsa dengan menjadikan
landasan-landasan pendidikan sebagai pijakan dan arah pembentukan manusia.

20

Anda mungkin juga menyukai