Anda di halaman 1dari 3

1.

Pemanenan

Merupakan tahap awal dalam seluruh rangkaian pasca panen yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap kualitas hasil panen dan kuantitas kedelai.
Pemanenan terlalu awal, akan memberikn hasil panen dengan persentase butir
muda yang tinggi sehingga mengakibatkan kualitas biji dan daya simpannya
rendah, sedangkan pemanenan yang terlalu tua atau terlambat akan
mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatkan kehilangan hasil sebagai
akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan
penyakit pada lahan. Secara visual, umur panen yang tepat ditandai dengan daun
berwarna kuning dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan
pecah.
Pemanenan kadelai tidak boleh dilakukan pada kadar air tinggi yaitu 30-40%
karena dapat menyebabkan banyak butir hijau yang kemudian dapat berubah
menjadi kuning, tetapi warnanya kusam dan sebagian menjadi butir keriput dan
waktu pengeringan lama, sehingga susut mutu dapat meningkatkan terutama pada
waktu musim hujan.

Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah yaitu 17-20%
karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
a. Rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat
waktu tenaga dan biaya yang dibutuhkan.
b. Jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungki terjadi lebih rendah dari
pemanenan pada kadar air tinggi yaitu 60%.

Akan tetapi ada beberapa yang perlu diwaspadai panen kedelai pada kadar air
rendah yaitu, pemanenan disarankan dilakukan pada lahan yang kering selama
musim panen. Untuk alat yang digunakan saat panen lebih baik menggunakan
sabit bergeringi yang memiliki gagang terbuat dari kayu dan mudah
penggunaannya.
Pemanenan kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(a). dengan cara mencabut,
Dalam hal ini kondisi atau tekstur tanahnya yaitu ringan dan berpasir.
Mecabutnya dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah
ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang
tua mudah rontok. Pada dasarnya pemanenan dengan cara mencabut tidak
dianjurkan, karena bintil akar yang mengandung rhizobium ikut terbuang.

(b). Dengan cara memotong,


Yaitu dengan menggunakan alat yang tajam seperti sabit. Hal ini
dilakukan agar proses pemanenan berjalan dengan cepat dan jumlah buah yang
rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan
tanah karena akar dengan bintil - bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak
ikut tercabut.

Dalam menentukan masa panen kedelai dilakukan berdasarkan :


a) jenis atau varietas kedelai,
b) kenampakan fisik
Yang secara kasat mata dapat dilihat dengan adanya : daun berwarna
kuning dan rontok, batang telah kering, polong kering, berwarna coklat dan pecah.
Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan di pagi hari agar keadaan polong tidak
pecah pecah dan pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar
hasilnya segera dapat dijemur. Pemanenan kedelai yang terlalu awal, memberikan
hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya
simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan
penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh
cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada
lahan. Oleh karena itu, penentuan masa panen merupakan salah satu faktor yang
penting.

2. Pengeringan Brangkasan :
Dapat dilakukan dengan 2
a. Secara alami
Pengeringan Secara Alami Brangkasan kedele dijemur langsung di bawah
sinar matahari. Dapat dilakukan di atas lantai jemur atau menggunakan alas
plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna hitam/gelap untuk mempercepat
pengeringan. Brangkasan kedele yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam
timbunan besar, terutama pada musim hujan untuk mencegah kerusakan biji
karena kelembaban yang tinggi.
b. Pengeringan dengan para-para
Cara ini dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim
hujan. Para-para dibuat bertingkat Brangkasan kedele ditebar merata di atas para-
para tersebut. Dari bawah dialirkan panas dari sekam, untuk menurunkan kadar air
Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih
18 %.
DAFTAR PUSTAKA

Atiim, P. 2011. ASSESSMENT OF POSTHARVEST LOSSES IN SOYBEANS


PRODUCTION IN THE BUILSA DISTRICT IN THE UPPER EAST
REGION AND SAVELUGU DISTRICT IN THE NORTHERN REGION
OF GHANA. Kwame Nkrumah University Of Science And Technology,
Kumasi.

Anda mungkin juga menyukai