Anda di halaman 1dari 4

1.

LATAR BELAKANG
Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini memang sudah
sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelek dan kaum elit politik
bangsa Indonesia ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi, dan hukum serta hankam
merupakan ranah kerjanya Pancasila di dunia Indonesia yang sudah menjadi dasar Negara
dan membawa Negara ini merdeka hingga 66 tahun lebih. Secara hukum Indonesia
memang sudah merdeka selama itu, namun jika kita telaah secara individu (minoritas) hal itu
belum terbukti. Masih banyak penyimpangan yang dilakukan para elit politik dalam berbagai
pengambilan keputusan yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan
keadilan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan yang seharusnya mengacu pada
Pancasila dan UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur sebagaimana
termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan
politik pribadi. Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari
dimensi kehidupan politik. Akan tetapi, kehidupan politik di setiap negara tentu saja berbeda.
Salah satu penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi. Kehidupan politik orang hidup di
negara yang menganut paham liberal, tentu saja berbeda dengan yang hidup di negara
sosialis atau komunis. Begitu juga dengan kehidupan politik rakyat Indonesia, pasti berbeda
dengan rakyat bangsa lainnya. Dalam rangka pembangunan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, khususnya di negara Indonesia ini merupaka suatu keharusan memiliki sebuah
sistem dalam hal ini sebagai pandangan untuk bagaimana pembagian kekuasaan atau
tugas dalam masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembangunan dan pemajuan
dalam masyarakat itu sendiri. Politik di lingkungan masyarakat dalam hal ini tujuan
utamanya untuk kemajuan masyarakat kedepannya, saat ini mulai meleset dan luntur dari
nilai-nilai dan tujuan utamanya. Dengan politik dipandang lagi sebagai hal yang tidak baik di
mata masyarakat. Berkenaan dengan masalah dalam masyarakat mengenai politik
tersebut, perlu dilakukan pembenahan pada sistem politik itu sendiri untuk kembali ke
tujuannya semula, yaitu dengan adanya pandangan atau kembali ke pokok atau dasar
aturan dalam politik. Di sinilah pancasila yang mengandung nilai-nilai moral dan etika
berperan sebagai etika politik dengan harapan ke depannya akan kemajuan masyarakat,
bangsa dan negara.

1. PENGERTIAN ETIKA
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak, adat
ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana
Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan


manusia.
1. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai

aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)


maupun mahluk sosial (etika sosial).

1. PENGERTIAN POLITIK
Pengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Berdasarkan
pengertian-pengertian pokok tentang politik maka secara operasional bidang politik
menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan
(power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy), pembagian
(distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo, 1981: 8,9).

1. PENGERTIAN ETIKA POLITIK


Setelah penjelasan kedua poin di atas, maka tibalah pada intisari penting, yaitu etika politik.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelaku etika, yakni manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam
hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan
dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik
bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk beradab
dan berbudaya.

Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa


berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara yang
dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter. Dalam suatu masyarakat negara yang
demikian ini maka seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak
baik menurut negara serta masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus
senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia
(Suseno, 1987: 15).

1. PENERAPAN ETIKA POLITIK DI INDONESIA


Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari manusia lain. Untuk itu, manusia perlu hidup
berkelompok (zoon politicon) yang menampilkan insan berfikir sekaligus sebagai insan usaha
(homo economicus). Hal itu dilakukan selain sebagai kodratnya, dimaksudkan untuk mencapai
kesejahteraan bersama. Bangsa Indonesia memilih bentuk (organisasi) negara yang
dinamakan Republik yang merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian
kepentingan umum (respublica) dan bukan kepentingan perseorangan atau kepentingan
golongan. Pada umumnya, kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian
bermasyarakat, orang beranggapan bahwa kegiatan kenegaraan meliputi:

1. Membentuk hukum atau kewenangan legislatif.

2. Menerapkan hukum atau kewenangan eksekutif.

3. Menegakkan hukum atau kewenangan yudikatif.


Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum.
Konstitusi adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi negara, yang seringkali
diperluas dalam organisasi apapun. Sebagai pola hidup berkelompok dalam organisasi
negara maka konstitusi pada umumnya memuat:

1. Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi.

2. Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa,
sekalipun oleh bangsa lain tidak dianggap demikian.

3. Hal-hal yang dicita-citakan, sekalipun hal itu seolah-olah sulit untuk dicapai
karena idealistik.

Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti apa yang diharapkan oleh bangsa
Indonesia sendiri. Banyak rakyat Indonesia yang beranggapan bahwa politik di Indonesia
adalah sesuatu hal yang mereka lakukan untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan
dan mereka para pelaku politik rela untuk melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang
mereka inginkan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak
mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian
rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara.
Rakyat sendiri masih belum merasakan bantuan yang mereka dapatkan dari para
pemerintah Indonesia karena kesejahteraan dari para rakyat masih jauh dari kata terpenuhi.
Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah
Indonesia yang tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik,
karena bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan dan
sesuatu yang buruk untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya adalah masalah gaji DPR yang
sangat besar yang mereka peroleh untuk setiap bulannya, tetapi gaji yang diperoleh tidak
sesuai dengan program kerja yang dilakukan oleh para wakil rakyat, malah menambah
kemiskinan bagi rakyat karena semakin banyak wakil rakyat yang melakukan korupsi pada
saat itu. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena disaat yang sama
kemiskinan masih mengharu biru Indonesia.

1. ANALISA KEBIJAKAN KENAIKAN BBM DI INDONESIA (SISI PRO)


Berita tentang naiknya harga BBM di Indonesia bukanlah hal baru lagi bagi rakyat di
Indonesia. Kenaikan harga BBM ini terjadi diakibatkan karena harga BBM di Indonesia
merupakan harga BBM termurah di kawasan ASEAN, untuk harga Rp 4.500 per liter terlalu
murah dibandingkan dengan harga BBM Industri, yaitu Rp 9.300 per liter, harga untuk BBM
di Indonesia memang merupakan harga yang tergolong terlalu jauh. Maka dari itu
pemerintah memilih untuk menaikkan harga BBM guna untuk mencegah terjadinya atau
merangsangnya penyelundupan yang terjadi karena murahnya harga BBM telah
merangsang penyelundupan, baik kepada sektor industri atau pertambangan, maupun
penyelundupan ke luar negeri, seperti contoh penyeludupan bahan bakar yang sering
terjadi. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi negara, karena dengan harga yang murah
BBM di Indonesia, menyebabkan oknum-oknum luar menjual harga BBM tersebut lebih
tinggi sehingga bisa menambah keuntungan bagi perseorangan, bukan keuntungan bagi
negara. Karena secara tidak langsung yang menjual secara eceran itu mengambil apa yang
harusnya milik negara. Padahal untuk harga satu liter hanya merogoh gocek Rp 4.500 per
liter apabila orang luar menjual bisa sekitar Rp 6.000 sampai Rp 8.000, hal ini yang
menyebabkan kerugian bagi negara, BBM yang habis tetapi jadi dijual kembali oleh para
penyelundup. Maka dari itu, saya pribadi setuju untuk menaikkan harga BBM di Indonesia
untuk mengurangi penyelundupan penjualan BBM di Indonesia, walaupun dapat
menyebabkan harga-harga yang lain seperti harga bahan-bahan pokok harus naik, mau
tidak mau kita sebagai rakyat harus menaati dan menuruti kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM, mungkin akan berdampak buruk bagi rakyat yang kurang mampu
karena kenaikan harga BBM membuat mereka semakin berat untuk berbelanja karena
naiknya harga bahan-bahan pokok.

https://intanjulianaa.wordpress.com/2014/11/10/pengertian-etika-politik-dan-penerapan-etika-
politik-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai