Anda di halaman 1dari 9

LO AURIDHO

I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu diperhatikan:


1. Profil
Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan
indikasi hubungan rahang atas dan bawah. Terdapat tiga macam bentuk
profil muka yatu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave).
Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan
dilihat dari arah proksimal.
Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah titik
pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion) dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada
satu garis lurus maka profil mukanya lurus. Bila titik pada glabella dan
puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka
profilnya adalah cekung. Dan profil cembung terjadi pada arah yang
sebaliknya. (Gunadi, 1995)
2. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah
instrument yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in all
direction. Bila tidak, maka keadaan ini disebut dengan unmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
Garis inter-pupil yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit dan kesejajaran
galangan gigit rahang atas bagian posterior.
Bidang horizontal Frankfurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infra orbita
dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas
dengan bahan cetak cair . pada penderita yang sensitive dan mudah mual,
garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.

2
Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
Garis tengah wajah penderita.
3. Telinga
Telinga diperiksa, simetri atau tidak. Peranan telinga dalam pembuatan gigi
tiruan adalah untuk
Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada saat
pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression
compound harus sejajar dengan lantai.
Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil
rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih
setengah inci dari tragus.
Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan
rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
Menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP). (Gunadi, 1995)
4. Galangan gigit
Galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk
lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir, pipi, dan lidah), catatan awal
hubungan antar-rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk dukungan
wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Terletak sejajar dengan garis
puncak lingir yang telah digambar. Tinggi galangan gigit sebesar panjang gigi
ditambah dengan penyusutan jaringan alveolar yaitu kira kira 10-12 mm. (Zarb,
2002)
Pembuatan Galengan Gigit dan Penetapan Gigit
Pembuatan Galengan Gigit atau Occlusal Rim
Occlusal rimatau galengan gigitadalah bentuk wax yang digunakan untuk menetapkan
hubungan maksilomandibular secara akurat dan untuk menyusun gigi artifisial pada bentuk
trial gigi tiruan. (Veeraiyan, 2003)
a. Dimensi yang digunakan untuk membuat Occlusal rim standar
Untuk Occlusal rim maksila seharusnya dibuat mengikuti dimensi berikut:
1) Tinggi 22 mm dari sulkus terdalam pada regio eminensia kaninus.
2) Anterior edge dari Occlusal rim pada midline sekitar 8 mm dari papila insisif.
3) Luas 4-6 mm pada regio anterior. (Veeraiyan, 2003)
b. Teknik pembuatan Occlusal rim
Occlusal rim dapat dibuat dengan teknik berikut.
1. Rolled wax technique
Teknik ini sering digunakan. Satu lembar wax dipanaskan diatas api dan digulung
dengan luas 4 mm (gb 1.1). Wax harus benar-benar lunak dan digulung dengan hati-hati
untuk mencegah masuknya gelembung udara. Setelah satu gulungan, panaskan lagi
dengan api, lalu gulung lagi (gb 1.2).

Gb 1.1 Gb 1.2
Wax yang telah digulung membentuk silinder diadaptasikan diatas base plate kemudian
dibengkokan mengikuti lengkung rahang (gb 1.3). Occlusal rim maksila biasanya
berbentuk U dan occlusal rim mandibula berbentuk V atau agak seluas U (gb 1.4).
Wax tersebut pada base plate ditutup pada permukaan lingual/palatal dengan pisau
malam yang panas (gb 1.5).
Gb 1.3 Gb 1.4 Gb 1.5
Lakukan tekanan ringan pada wax sehingga berbentuk oval sampai melebar sedikit ke
labial (gb 1.6). Permukaan labial dan bukal diisi dengan wax (gb 1.7). Permukaan
terluar occlusal rim dibentuk dengan pisau malam yang berujung seperti ekor.
Permukaan lingual juga dibentuk sama (gb 1.7). kemudian occlusal rim dibentuk
trapezoid dengan hotplate (gb 1.8). (Veeraiyan, 2003)

Gb 1.6 gb 1.7 gb 1.8


2. Metal occlusal rim former
Dengan cara, wax digulung hingga berbentuk silinder dengan teknik rolled wax
technique. Wax tersebut dibentuk dengan metal occlusal rim former. Kemudian
diletakkan pada base plate, ditutup, dan dibentuk seperti teknik rolled wax technique.
(Veeraiyan, 2003)

gb 2. wax diletakkan diantara komponen metal occlusal rim former.


3. Pre-formed occlusal rim
Caranya hampir sama dengan teknik Metal occlusal rim former. (Veeraiyan, 2003)
Penetapan Gigit (Intermaxillary Relation Recording)
Tujuan penetapan gigit adalah untuk memperoleh kondisi ideal RB terhadap RA dari
dalam mulut kemudian diproyeksikan keluar mulut dengan bantuan sarana galengan gigit.
Tahapan dalam penetapan gigit yaitu :
1) Persiapan
Lempeng, galengan gigit dan kesejajaran bidang oklusal.Galengan gigit dari arah
depan sejajar dengan garis interpupil dan dari arah samping sejajar bidang champer
(tragus alanasi).
2) Menetapkan relasi vertical atau tinggi gigit
Sebelum gigi diekstraksi (Pre Extracio Records)
o Penetapan tinggi gigit dilakukan sebelum gigi-gigi yang masih ada akan
dicabut (indikasi pencabutan). Pencatatan tinggi gigit sebelum pencabutan
sangat membantu dalam menetapkan dimensi vertikal oklusal pada penderita
tak bergigi. Cara pengukuran dengan menggunakan :
Profile radiographs
o Menggunakan foto radiografi dari kepala penderita dari arahsamping yang
dibuat pada saat gigi-gigi dalam keadaan oklusi. Setelah gigi dicabut,
dilakukan foto rongent kembali. Kemudian diukur atau dibandingkan dengan
foto radiografi sebelum dilakukan pencabutan.
Potret wajah (Profile photographs)
o Membuat potret wajah dari arah samping dengan menggunakan kamera , gigi
oklusi maksimal kemudian diperbesar, setelah itu diukur anatomical landmark,
lalu dibandingkan hasil penngukuran anatomical landmark pada penderita.
Ada dua klasifikasi relasi vertikal:
Relasi vertikal dalam keadaan oklusi (vertical relation of occlusion)
o Hubungan gigi-gigi RA dan RB dalam keadaan oklusi dilihat dari arah vertikal
Relasi vertikal dalam keadaan rest position atau dimensi vertikal fisiologi
(physiologic rest position mandible)
o yaitu posisi netral mandibula dimana otot-otot pembuka danpenutup mulut
dalam keadaan seimbang atau tonus kontraksi otot-otot minimal yang cukup
untuk mempertahankankondisi tersebut.
o Pada penderita edentulous untuk mendapatkan tinggi gigit, mencari dahulu
keadaan Rest position.
Post Extraction Record
Yaitu: penetapan tinggi gigit yang dilaksanakan setelah gigi-gigi dicabut. Cara
penetapan tinggi gigit :
a. Cara Niswonger
Merupakan cara yang sering digunakan. Caranya galengan gigit dilepas dahulu dari
rongga mulut, posisi kepala pasien (tragus alanasi) sejajar lantai. Kemudian dibuat 2
titik di ujung hidung dan ujung dagu. Penderita diminta relaks dan melakukan gerakan
menelan berkali-kali. Mengukurjarak kedua titik tersbut berkali-kali, ambil rata-rata
misal A cm. Untuk mendapatkan dimensi Vertikal oklusi : jarak Acm-free way space
(2-4 mm) = B cm. Kemudiandimasukkan galengan gigit rahang atas dan rahang
bawahdi dalam mulut dan dioklusikan, ukur ke dua titik tersebut dan dibuat B cm.
Kemudianpenderita diinstruksikan mengucapkan huruf S dan perhatikan (periksa)
jarak antara bidangoklusal rahang atas dan rahang bawah dan keharmonisan wajah.

b. Cara Willis
Jarak antara pupil mata (titik tengah iris mata) ke rima oris ( pertemuan bibir atas dan
bibir bawah ) akan sebanding dengan jarak antara dasar hidung ke batas terbawah
dagu dengan alat Willis bite gauge.

c. Cara Silverman
Penetapan tinggi gigit melalui metode pelisanan beberapa huruf (closest speaking
space).
Dilakukan apabila otot-otot yang terlibat dalam keadaan berfungsi berbicara yang
fisilogis.Caranya galengan gigit dimasukkan ke dalam rongga mulut, kemudian
penderita dianjurkan melisankan huruf S. Dimensi vertikal kedua galengan gigit
adalah 2 mm (bervariasi 0-10 mm), jika dimensi vertical lebih besar dari 8-10 mm
maka digunakan metode lain.
3) Menetapkan relasi horizontal
Yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dari arah horizontal. Yang dicari
adalah relasi sentrik. Relasi sentrik adalah relasi paling posterior mandibula terhadap
maksila, di mana kondil terletak paling posterior dalam fossa glenoid pada tinggi gigit
tertentu, yang masih memungkinkan pergerakkan mandibula ke lateral. Relasi sentris
spontan, tidak berubah seumur hidup, selama TMJ tidak mengalami kelainan yang
serius.Cara mendapatkan relasi sentris yaitu penderita duduk dan kepala pada posisi
dorsal fleksi, kemudian diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan berulang
kali. Melakukan gerakan mandibula maju mundur dan dibantu operator mendorong
mandibula sampai posisi posterior. Membuka dan menutup mulut berulang kali
sampai lelah, kemudian menutup mulut dan galengan gigit dalam keadaan kontak,
operator membantu meletakkan posisi distal. Daerah palatum galengan gigit diberi
nukleus dari walkhoff, kemudian penderita diinstruksikan untuk menyentuh nukleus
tersebut dengan ujung lidah, operator membantu mendorong mandibula ke posterior.
4) Mencatat relasi sentrik
Dibuat keratan bentuk V pada regio M1 galengan gigit rahang bawah (bagian
oklusal). Oklusal rahang atas posterior cukup dibuat keratan pada lokasi berhadapan.
Kemudian pada keratan diberi malam lunak, kemudian dilakukan relasi sentris atau
memakai steples.Kemudian galengan gigit dikeluarkan dari dalam mulut dalam
keadaan kontak dan difiksir. Kemudian dibuat garis pada galengan gigit sisi anterior
meliputi garis median, garis senyum, dan garis canine (Veeraiyan, 2003).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilisasi GTL
Retensi adalah kualitas perlekatan pada protesa untuk menahan tekanan akan lepas.
Stabilisasi adalah kualitas gigi tiruan untuk tetap kuat, dan konstan terhadap displacement
oleh stres fungsional, horizontal atau rotasional. Support adalah resistensi terhadap
pergerakan vertikal dari basis gigi tiruan, terhadap ridge. (Sarandha, 2007)
a) Faktor retensi
1) Faktor fisik
Adhesi
Adalah tekanan fisik dari daya tarik antara molekul tidak sejenis antara permukaan pada
close contact. Dalam gigi tiruan merupakan daya tarik antara saliva dan basis gigi tiruan
atau saliva dan membran mukosa dari basal seat. Hal itu terjadi apabila saliva melekat
pada basis gigi tiruan dan pada membran mukosa dari basal seat. Kekuatan adhesi
mempengaruhi pembasahan gigi tiruan dan permukaan mukosa. Hal itu tergantung pada
ukuran gigi tiruan dan tipe saliva. Palatum yang berbentuk V dapat menginduksi
pergeseran atau pembelokan, karena itu adhesi berkurang. (Basker dkk, 1994) (Sarandha,
2007)
Kohesi
Adalah daya tarik fisik antar molekul sejenis antara permukaan pada close contact. Dalam
kasus gigi tiruan lengkap, tekanan dari daya tarik antar molekul saliva, antara molekul
basis gigi tiruan dan molekul membran mukosa. (Sarandha, 2007) Kekuatan kohesi
mempertahankan keutuhan film saliva. (Basker dkk, 1994)
Tegangan permukaan interfasial
Adalah tekanan yang tercipta pada permukaan cairan film atau resistensi terhadap
pemisahan antara dua pemukaan oleh film tipis dari cairan. Daya tarik kohesif antar
molekul yang diseimbangkan dalam equilibrium dalam cairan tetapi permukaan molekul
sebelahnya menciptakan daya tarik satu sisi dan ketidakseimbangan yang menyebabkan
energi potensial bebas yang disebut tegangan permukaan. (Sarandha, 2007)
Kekuatan adhesi dan kohesi menimbulkan dua sifat saliva, tegangan permukaa dan
viskositas, yang diduga membantu retensi gigi tiruan lengkap. Hasilnya tekanan didalam
film saliva yang terletak diantara gigi tiruan dan mukosa menjadi lebih kecil dari tekanan
udara didalam mulut. Perbedaan ini menjadikan gigi tiruan tetap pada tempatnya. (Basker
dkk, 1994)
Tekanan atmosfer
Adalah faktor fisik dari tekanan hidrostatik karena berat atmosfer pada permukaan bumi.
Apabila tekanan negatif berada didalam, tekanan atmosfir dari luar mendorong gigi tiruan
menuju basal seat membantu retensi gigi tiruan.
Kapilaritas atau daya tarik kapilaritas
Adalah tekanan yang terjadi karena tegangan permukaan yang menyebabkan permukaan
cairan menjadi tinggi atau ditekan ketika kontak dengan bahan solid. Saat adaptasi basis
gigi tiruan pada mukosa, spasi terisi dengan saliva seperti tubulus kapiler dan membantu
untuk retensi gigi tiruan. (Sarandha, 2007)
(meniskus adalah melengkungnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler)
2) Faktor mekanik
b) Faktor stabilisasi
Hubungan basis gigi tiruan terhadap jaringan dibawahnya yaitu ridge harus terbentuk
baik, penyatuan permukaan pada sudut yang benar ke permukaan oklusal, maksimum
gunakan permukaan jaringan yang kuat dan dekat perlekatan tulang, lengkung palatum
yang tinggi meningkatkan stabilisasi. Hubungan permukaan eksternal dan penahan
optimum gigi tiruan dari otot buccinator, mylohyoid, dan otot lidah. Oklusi yang
seimbang juga akan membantu stabilisasi. (Sarandha, 2007)
c) Faktor support (dukungan)
Jaringan lunak pendukung protesa harus menahan tekanan yang diinduksi oleh fungsi
normal, yang difasilitasi oleh ikatan keratinisasi mukosa yang kuat. Jaringan keras yang
mendukung harus resisten terhadap peubahan remodelling dan resorbsi. (Sarandha, 2007)

Anda mungkin juga menyukai