I. TUJUAN
1. Mempelajari penetapan potensiometris penentuan ion tertentu.
2. Menentukan kadar ion Sianida menggunakan Elektroda Ion Selektif.
II. TEORI
Metode Potensiometris didasarkan pada pengukuran beda potensial yang terjadi antara
sepasang Elektroda dalam larutan, yakni Elektroda Pembanding (EP) dan Elektroda
indikator (EI) ion tertentu dimana besarannya merupakan fungsi logaritma dari aktifitas ion
tertentu yang ditunjuknya. Penentuan secara langsung suatu ion dalam larutan
dimungkinkan dengan pemilihan Elektroda Indikator bagi ion yang ingin ditentukan. Pada
elektroda ion selektif sistem Elektrodanya menggunakan suatu sistem penyekat khusus
yang memungkinkan adanya respon selektif terhadap ion tertentu, dapat berupa membran
gelas, Kristal garam tertentu maupun resin penukar ion[1].
Hubungan yang linear antara besaran potensial dengan konsentrasi ion sianida dapat
dilarutkan pada :
a Kurva semi logaritma dimana besaran konsentrasi ion pada absis dengan skala
lognya dan potensial sel (E) pada skala biasa.
b Pada grafik biasa (mm block) antara beda potensial terhadap nilai minus logaritma
konsentrasi ionnya[2].
Dengan melakukan pengukuran terhadap deretan larutan standar ion sianida
kemudian dialurkan nilai potensial selnya terhadap konsentrasi ion akan didapatkan Kurva
-
Kalibrasi Standar yang dapat digunakan langsung bagi penentuan konsentrasi ion CN dari
larutan tugas. Pada elektroda ion selektif sianida ini membutuhkan lingkungan basa
dengan penambahan larutan NaOH 1 N[2].
Ion selektif elektroda (ISE) adalah elektroda membran yang selektif merespon
keberadaan ion lain dalam larutan, juga spesifik menyelidiki keberadaan gas dan ion
dalam larutan. Ion yang paling umum digunakan yaitu ion selektif elektroda untuk pH. Ion
lain yang dapat diukur menggunakan ISE seperti, fluor, brom, kadmium, dan gas-gas
dalam larutan seperti NH3, CO2 dan NO2. Ion selektif elektroda memberikan respon
potensial tertentu pada ion yang spesifik. Untuk potensial standar digunakan potensial dari
ion H+ yang dipakai pada pH meter. Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua
elektroda akan tergantung pada aktivitas ion yang spesifik dalam larutan. Aktivitas ion
terkait pada konsentrasi ion yang spesifik, sehingga memungkinkan untuk analisis ukuran
ion yang spesifik. Beberapa ISE telah dikembangkan untuk beberapa ion yang berbeda[3].
Polimer yang baik digunakan sebagai ion induk adalah:
1. Polimer yang mempunyai gugus yang mampu menyumbangkan elektron guna
membentuk ikatan koordinasi dengan kation garam dopan. Interaksi ini terjadi bila
polimer mempunyai pasangan electron bebas yang disediakan oleh atom nitrogen,
oksigen, sulfur atau klor.
2. Polimer yang mempunyai rantai fleksibel sehingga atom dopan dapat dengan mudah
terikat pada polimer aktif.
3. Polimer yang memiliki densitas energi kohesi yang tinggi dan suhu transisi gelas (Tg)
yang rendah[3].
Membran selektif ion adalah membran yang memiliki sifat yang sama dengan membran
permeabel selektif namun yang ditranspor adalah ion-ion tertentu, sehingga dapat
mengadakan pertukaran secara spesifik sedangkan ion lain tidak. Membran pada
elektroda selektif ion secara umum dibagi menjadi 2, yaitu membran kristal dan membran
non kristal.
a. Membran kristal
1. Kristal tunggal, contoh LiF3 untuk F-
2. Poli kristalin atau Kristal campuran, contoh Ag2S untuk S2- dan Ag+
b. Nonkristal membran
1. Gelas, contoh gelas silikat untuk Na+ dan H+
2. Cairan, contoh cairan penukar ion untuk Ca2+ dan pembawa netral untuk K+
3. Cairan polimer, contoh poli vinil klorida untuk Ca2+ dan NO-[4]
Ion selektif elektroda termasuk yang paling umum digunakan (pH elektroda) bekerja
dengan prinsip dasar dari sel galvanik. Dengan mengukur potensial listrik yang dihasilkan
oleh membran pada ion tertentu dan dibandingkan dengan elektroda indikator. Kekuatan
beda potensial yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi dari ion yang terukur
(selektif). Rumus dasar yang digunakan pada sel galvani yaitu :
Esel = EISE Eref
Potensial sel sebanding dengan potensial ISE dikurangi potensial reference elektrode.
Seperti telah diketahui, ISE yang paling umum digunakan yaitu pH elektroda yang
ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : elektroda pendeteksi peka terhadap gas dan
elektroda bersubtrat enzim.
a. Pendeteksi gas adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada konsentrasi
gas dalam larutan, contoh membran hidrofob untuk CO2 dan NH3.
b. Elektroda bersubstrat enzim adalah sebuah elektroda yang merespon konsentrasi
substrat dengan mereaksikan substrat dengan enzim yang statis, menghasilkan ion
yang dapat dipantau dengan ion-selektif elektroda, contoh membran urease untuk
urea darah[2].
Ini adalah perbedaan dalam konstruksi membran yang membuat elektroda selektif
untuk ion tertentu.
1. Elektroda Membran Polimer (Exchanger Ion Organic dan Agen Chelating) Polimer
elektroda membran terdiri dari berbagai pertukaran ion bahan dimasukkan kedalam
matriks inert seperti PVC, poli etilena atau karet silikon. Setelah membran terbentuk,
itu disegel keujung tabung PVC. Potensi yang dikembangkan pada permukaan
membran berhubungan dengan konsentrasi spesies bunga. Elektroda jenis ini
termasuk potasium, kalsium, klorida, fluoroborate, nitrat, perklorat, kalium, dan
kesadahan air.
2. Elektroda Solid State (larut Garam anorganik Konduktif) - elektroda Solid state
memanfaatkan garam anorganik yang relative tidak larut dalam membran. Elektroda
Solid state ada dalam bentuk homogen atau heterogen. Dalam kedua jenis, potensi
dikembangkan pada permukaan membran akibat proses pertukaran ion. Contohnya
perak / sulfida, timbal, dan tembaga.
3. Gas Elektroda Sensing - Gas penginderaan elektroda yang tersedia untuk
pengukuran gas terlarut seperti amonia, karbon dioksida, oksida nitrogen, dan
belerang. Elektroda ini memiliki membran permeabel gas dan solusi buffer
internal. Molekul gas berdifusi melintasi membran dan bereaksi dengan larutan buffer,
mengubah pH buffer. PH dari perubahan larutan buffer sebagai gas bereaksi dengan
itu. Perubahan terdeteksi oleh sensor pH kombinasi dalam perumahan. Karena
konstruksi mereka, gas penginderaan elektroda tidak memerlukan elektroda referensi
eksternal.
4. Elektroda Membran kaca elektroda membran kaca yang dibentuk oleh doping dari
matriks silikon dioksida kaca dengan berbagai bahan kimia[5].
3.1.2 Bahan
1. Larutan standar 1000 mg/L : Sebagai larutan standar.
2. NaOH 1 N : Sebagai pemberi suasana basa.
3. Akuades : Sebagai pelarut.
Larutan tugas
- Lima mL larutan diambil dan ditambahkan dengan NaOH1N
- Larutan diencerkan
- Larutan dimasukkan ke gelas piala
- Elektroda dicelupkan beserta termometer pada larutan tugas
- Perlakuan hal yang sama pada larutan standar
- Data pengukuran dibuat kurva kalibrasi antara E vs -log C (pada kertas mm
blok) dan E vs C (pada kertas semilog)
Keterangan :
1. Elektroda ion selektif (CN-)
2. Elektroda pembanding (LaF3)
3. Larutan analit
1 2
3 4
Keterangan :
1. Larutan standar
2. Ion meter atau pH meter
3. Labu ukur
4. Digital detektor
4.1.2 Perhitungan
A. Pembuatan Variasi Larutan Standar
a. Untuk 0 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 0 ppm
V1 = 0 mL
b. Untuk 1 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 1 ppm
V1 = 0,05 mL
c. Untuk 4 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 4 ppm
V1 = 0,2 mL
d. Untuk 16 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 16 ppm
V1 = 0,8 mL
e. Untuk 64 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 64 ppm
V1 = 3,2 mL
f. Untuk 256 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 256 ppm
V1 = 12,8 mL
B. Tabel Kurva Kalibrasi Standar Untuk Grafik Non Blok ( grafik biasa )
X = -log C
Y = E (mV)
No. X Y XY X2
1. 0 - 106,6 0 0
2. 0 - 171,4 0 0
3. - 0,602 - 176,6 106,3132 0,362
4. - 1,204 - 226,2 272,3448 1,450
5. - 1,806 - 275,1 496,8306 3,262
6. - 2,408 - 307,5 740,4600 5,798
- 6,020 -1263,8 1615,9486 10,872
1. Persamaan Regresi
n xy - x . y
B =
n x2 - (x)2
6 . (1615,9486) - (- 6,020) (-1263,8)
B =
6 .(10,872) - (- 6,020)2
2087,6156
=
28,9916
= 72,0076
A = Bx
= - 210,633 (72,0076)(- 1,003)
= - 138,4094
Y = A + Bx
= -138,4094 + 72,0076x
2. Konsentrasi Sampel
Y = -138,4094 + 72,0076x
-296,0 = -138,4094 + 72,007x
-296,0 + 138,4094
X = 72,007
= -2,1885
X = - log Cx
-2,1885 = - log Cx
Cx =154,3476ppm
3. Persen Kesalahan
Volume percobaan
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 mL x 154,3476 ppm
V1 = 7,71 mL
% Kesalahan percobaan
Vsebenarnya - Vpercobaan
=| |x 100 %
Vsebenarnya
5 7,71 mL
=| |x 100 %
5 mL
= 54,2 %
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dengan judul Elektroda Ion Selektif, dimana bertujuan untuk
mempelajari penerapan potensiometris penentuan ion tertentu serta menentukan kadar
ion-nya dengan menggunakan elektroda ion selektif. Kadar ion yang akan ditentukan
dalam praktikum ini adalah ion sianida (CN-).
Metode Potensiometris didasarkan pada pengukuran beda potensial yang terjadi
antara sepasang Elektroda dalam larutan, yakni Elektroda Pembanding (EP) dan Elektroda
indikator (EI) ion tertentu dimana besarannya merupakan fungsi logaritma dari aktifitas ion
tertentu yang ditunjuknya.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran nilai potensial (E) terhadap sederetan
larutan standar yang diketahui konsentrasinya dengan pasti, dimana larutan standar yang
digunakan adalah dengan konsentrasi 0 : 1 : 4 : 16 : 64 : 256 ppm. Digunakan digital buret
pada percobaan gunanya adalah memungkinkan pengambilan volume larutan yang sangat
kecil (hingga ketelitian 10-3), dimana diambil larutan CN- nya sebesar 0 : 0,05 : 0,2 : 0,8 :
3,2 : dan 12,8 mL.
Pada percobaan yang digunakan sebagai elektroda ion selektif adalah ion CN-
dengan elektroda pembandingnya adalah ion LiF3. Alat potensiometris yang digunakan
memiliki tombol koreksi suhu dimana suhu dapat mempengaruhi nilai potensial larutan
yang diukur.
Dari data dan perhitungan maka dapat dibuat kurva kalibrasi standar yang dibuat
yaitu E vs log C pada kertas grafik biasa (mm blok) dan E vs C pada kertas grafik semi
log. Digunakan kertas grafik semi log, karena konsentrasi larutan yang digunakan
mencapai 256 ppm, sehingga grafik semi log dibutuhkan untuk memperkecil skala pada
pembuatan grafiknya.
Dari perhitungan didapatkan nilai Cx sebesar 154,3476 ppm dengan memberikan
volume sebesar 7,71 mL, sedangkan pada teori besar volume yang digunakan adalah
sebesar 5 mL. Jadi nilai persen kesalahan yang didapat yakni 54,2 %.
Besarnya persen kesalahan dari percobaan dapat disebabkan oleh kurangnya
ketelitian dalam bekerja dimana perbedaan volume dari percobaan sangat sedikit sehingga
dibutuhkan ketelitian yang besar. Kesalahan kerja dapat menyebabkan besarnya persen
kesalahan dan perbedaan suhu memberikan pengaruh terhadap besarnya potensial. Hal
lain yang mempengaruhi adalah kesalahan dalam mengencerkan larutan.
5.2 Saran
Agar praktikum dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka disarankan kepada
praktikan sebagai berikut :
1. Lakukan pengenceran larutan sampel dan larutan standar dengan baik dan benar
agar diperoleh hasil yang benar dan sesuai.
2. Memahami prosedur kerja dan cara kerja alat dengan baik.
3. Berhati-hati dan teliti dalam menggunakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. UI : Jakarta. Hal 245-246.
3. Day, R.A. dan A. L. Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke V. Penerbit
Erlangga ; Jakarta .Hal. 461 -465.
4. Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi ke-IV. Penerbit EGC. Hal .
165 - 170.
5. Brinc, Slobodan. 2012. Cu (II) Ion-Selesctive Electrode Based on Mixed Silver Copper
Sulfide : Phase Structure and Elekctrochemical Properties. Teslina :
Departement of Environmental Chemistry.