Anda di halaman 1dari 19

Abstract:

Etymologically, the word comes from the Sanskrit tourism which consists of two syllables, namely rays and
travel. Pari means a lot, circling and scope, while tourism is travel. Tourism is the term given when someone
tourists travel alone or in other words the activities and events that occur when a person's visitors travel.
Tourism is a complex phenomenon, involving many sectors and many actors in development. The
components in tourism are interrelated and influence each other. This illustrates that tourism is a system.
Tourism system consists of the word "system" and "tourism". The system is a unit that consists of
components or elements that are connected together to facilitate the flow of information, materials or
energy. The system is also the unity of the parts which are interconnected in a region and have those items
mover.

Keyword: Tourism system, Dimension Regional Tourism System, Terminology System Tourism,
Classification System of Tourism.

Abstrak:

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari
dan wisata. Pari berarti banyak, berputar-putar dan lingkup, sedangkan pariwisata adalah perjalanan.
Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri atau
dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan.
Kepariwisataan merupakan fenomena yang kompleks, melibatkan banyak sektor dan banyak aktor dalam
pembangunannya. Komponen-komponen dalam kepariwisataan saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lain. Hal ini menggambarkan bahwa kepariwisataan adalah sebuah sistem. Sistem kepariwisataan terdiri
dari kata sistem dan kepariwisataan. Sistem adalah suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Sistem
juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta
memiliki item-item penggerak.

Kata Kunci: Definisi Sistem Kepariwisataan, Dimensi Wilayah Sistem Kepariwisataan, Terminologi
Sistem Kepariwisataan, Klasifikasi Sistem Kepariwisataan

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mewujudkan pembangunan yang setara dan seimbang dalam strategi struktutral pembangunan
daerah dibutuhkan sebuah konsep integritas dalam pratik pembangunan itu sendiri. Kerangka
pembangunan yang direncanakan dalam agenda pembangunan harus menjangkau seluruh aspek dalam
cakupan wilayah luas. Singkatnya pembangunan itu harus bersifat total yang tdak proporsional dan
menyeluruh, tak ada aspek yang disampingkan dalam pratiknya so, pada akhirnya dapat
mengapresiasikan ekpetasi public. Sebab untuk mewujudkan sebuah daerah yang maju dan
berkembang serta sejahtera harus ada keseimbangan serta pemerataan pembangunan di seluruh daerah
menjangkau seluruh aspek hidup masyarakat. Pada konteks ini saya mengetengahkan pentingnya
potensi pariswisata daerah dalam proses pengembangan dan peningkatan pembangunan daerah demi
mencapai kesejahteraan rakyat khususnya pengembangan wisata daerah manggarai barat yang cukup
potensial dan produktif bagi hidup rakyat pada umumnya.

Pariswisata merupakan suatu bagian integral dari dimensi pembnagunan pendapatan daerah, yang
turut berdampak positif dalam bidang social, ekonomi, serta budaya setempat. disamping sebagai
objek dan wadah bagi setiap orang untuk mengeksplorasikan perasaan entah itu baik atau buruknya
untuk mencapai kelegaan dan kepuasan personal (refreshing place ). Dimensi Pariwisata menyajikan
berbagai asset wisata yang bervariasi yang tentunya masing-masing memliki keunikan yang
mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dalam hal ini pariwisata memiliki multifungsi.
Realitas menunjukan sebuah pembangunan daerah yang masih minimallis dan tidak integral.
Wujud kontras adanya resesi pembangunan adalah kemiskinan structural. Adnya ketidakseimbangan
dan ketidakselarasan dalm prosese pembangunan. Labuan bajo adlah daerah yang punya akses wisata
yang potensial tapi hidup rakyatnya masih dibawah standar kemiskinan. Pratik pembangunan yang
terjadi masih sepihak dan tidak memberikan kepuasan bagi daerah dan rakyat pada umumnya
(superfisialis ). Hal ini tentu para pemerintah serta system pembangunan yang dijalankan menjadi
sorotan utama atas kegagalan ini. Sisitem pembangunan yang ada hendakanya diubah demi mencapai
kesatuan pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Lalu pembangunan seperti apakah yang mesti
diubah ?
Menjawabi keresahan ini tentunya proses pembangunan harus melibatkan elemen pariwisata
secara total sebagai bagian yang integral dalam strategi pembangunan daerah. Sebab, hakikatnya situas
kondisi iklim hidup manggrai barat sebagian besar diperoleh dari dunia pariwisata. Dan tentunya itu

2
dibutuhkan integral skill personal dalam mengolah dan mengembangkan asset wisata yang ada.
Seorang pemimipin yan bergerak dalam pariwisata tentunya memiliki integritas yang patut diakui
publik dalam mengaperesiasikan ekpetasi publik dalam arti seorang pemimipin mamapu memimpin
dan membawa suatu pembaruan positif terhadap perkembangan daerah. Konsep pariwisata dapat
mencipgtgakan berbagai peluang usaha dalam berbagai bentuk. Contahnya saja pulau Bali. Bali
terkenal dengan kota pariwisata. Kebineragaman wisata alam dan buatan yang menjadi factor
pendorong meningkatnya pariwisata Bali, hal ini dibuktikan meningkatnya uusaha pariwisata serta
kesejahteraan hidup masyarakat sebagai bentuk hasli dari usaha pariwisata, sungguh mmengagukan!.
Secara distrik kualitatif, wilyah Bali masih lebih kecil dari manggarai barat serta dapat dikatakan
bahwa segala aset wisata yang terdapat di bali hamper semua terdapat pula di daerah Manggarai Barat.
Kekayaan alam wisata yang melimpah di daerah manggarai barat adalah adalah kekayaan yang tak
tertandinggi. Hal diakui oleh banyak wisatawan yang melakukan wisata ke manggarai barat pada suatu
majalah harian komodo.
Menyadari kelemahan diatas pentas realitas yang tak kunjung pasti ini akhirnya semua itu kembali
lagi pada kita sebgai warga masyarakat Indonesia yang merasa dan bangga memliki kota yang kaya.
Kekurangan bukanlah menjadi alsan utama untuk tidak tidak melakukan rehabilitas tapi terletak pada
kemauan apakah kita ingin daerah kita berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat
ditarik dalam penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana definisi dari sistem kepariwisataan?


2) Bagaimana dimensi wilayah sistem kepariwisataan?
3) Bagaimana terminology sistem kepariwisataan?
4) Bagaimana klasifikasi sistem kepariwisataan?

1.3 Manfaat
Berdasarkan pokok permaslahan yang telah diuraikan tersebut, maka yang menjadi manfaat dalam
penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui definisi dari sistem kepariwisataan.
2) Untuk mengetahui dimensi wilayah sistem kepariwisataan.
3) Untuk mengetahui terminology sistem kepariwisataan.
4) Untuk mengetahui klasifikasi sistem kepariwisataan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sistem Kepariwisataan
Menurut Himawan dalam Tanamaah A.R, pariwisata bagi sebagian besar individu merupakan
kebutuhan yang tidak terhindarkan. Kebutuhan hiburan mulai dari jalan-jalan ke berbagai tempat wisata
hingga wisata kuliner menjadi tujuan utama di berbagai daerah. Begitupula di wilayah Indonesia
khususnya Jogjakarta. Daerah yang telah menjadi tujuan wisata dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan
dunia, menjadikan wisata di Jogjakarta berkembang pesat. Namun pertumbuhan yang tinggi terhadap
minat wisata di Jogjakarta belum di dukung oleh berbagai fasilitas yang memadai. Jika kita mengacu pada
data yang dikeluarkan oleh World Tourism Organization pada tahun 2005, terlihat bahwa minat kunjung
para wisatawan ke Indonesia pada tahun 2003, menduduki urutan ke empat sebagai Negara tujuan wisata
di Asean. Posisi ini jelas memberikan pemahaman dan motivasi agar dapat meningkatakan kualitas
pariwisata di Indonesia. Pariwisata Indonesia memiliki prospek yang sangat besar jikalau di kembangkan
dengan baik. Melalui pembenahan sarana prasarana dan perkuatan partisipasi masyarakat, maka tidak
mungkin sektor pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor yang dapat di andalkan sama seperti
Malaysia, Thailand dan Singapura.
Khusus untuk Indonesia, prospek pendapatan dari sektor pariwisata yang tercermin dari jumlah
kunjungan pariwisata meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2004), jumlah kunjungan
wisatawan asing yang datang ke Indonesia pada tahun 1999 sebesar 4.727.520 orang; pada tahun 2000
naik menjadi 5.064.217 orang; pada tahun 2001 naik menjadi 5.153.620 orang; pada tahun 2002 sebesar
5.033.400 orang; dan pada tahun 2003 sebesar 4.467.021 orang. Jika dikaji lebih jauh, mengacu jumlah
kunjungan wisatawan manca negara berdasarkan wilayah, maka pariwisata Indonesia memiliki prospek
cerah. Berdasarkan data yang dipaparkan, terlihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan selama 5 tahun
menunjukkan bahwa wisatawan dari ASEAN dan Asia Pasifik memberikan kontribusi paling besar
terhadap perkembangan pariwisata Indonesia. Dengan jumlah yang terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia merupakan sektor yang
cukup menjanjikan, apabila dikembangkan dengan baik.
Salah satu fasilitas terpenting yang harus disediakan untuk mendukung sektor pariwisata adalah
kebutuhan akan informasi terhadap tujuan wisata dan fasilitas pendukung seperti bank, supermarket,
ATM dan lain sebagainya. Informasi yang diberikan harus didukung oleh teknologi yang dapat menlayani
berbagai akses permintaan dari para pengguna. Teknologi ini harus bisa menjangkau berbagai lapisan
masyarakat. Dengan kata lain, teknologi ini harus bisa dimanfaatkan oleh berbagai pengguna industri
pariwisata. Teknologi sederhana yang sudah bisa digunakan dan banyak dimanfaatkan oleh user adalah
teknologi handphone. Handphone yang pada dasarnya adalah alat komunikasi, pada saat ini telah

4
berkembang pesat menjadi alat dengan multi fungsi. Fasilitas di dalam handphone yang mendukukung
teknologi MMS, WAP, video streaming bahkan internet dan berbagai fasilitasnya, dapat mempermudah
pengguna mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Dengan fasilitas pendukung yang ada di handphone, maka dapat dibuat berbagai macam aplikasi
yang bisa memasarkan pariwisata di Indonesia khususnya Jogjakarta. Sehingga pengguna pariwisata
dapat dengan mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan wisata.
Teori tentang sistem muncul pertama kali pada dekade 1930-an sebagai upaya untuk membuat
formal dan mengembangkan system thinking. Menurut Anderson dan Johnson (1997) dalam Patria, system
thinking adalah a school of thought that focuses on recognizing the interconnections between the parts
of a system and synthesizing them into a unified view of the whole. System thinking pada umumnya
dipahami sebagai serangkaian alat (a set of tools), sebuah kerangka untuk melihat isu-isu sebagai satu
kesatuan yang sistemik (a framework for looking at issues as systemic wholes) dan sebuah Bahasa untuk
mengkomunikasikan kompleksitas dan saling ketergantungan yang dinamis (a language that offers a way
to communicate about dynamic complexities and interdependencies). Di dunia yang penuh dengan
beragam sistem, system thinking diperlukan untuk mempermudah manusia melihat dan memahami
hubungan antar elemen-elemen serta bagaimana sebuah sistem bekerja, dengan tujuan agar system
tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Lebih jauh, Leiper mengatakan
bahwa fitur-fitur yang paling mudah dikenali dari sebuah teori tentang sistem adalah tujuannya yang
disadari (conscious aim), yaitu untuk menjelaskan sesuatu yang terlihat rumit, serta metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan itu. Metode diawali dengan identifikasi sistem yang akan ditelaah, lalu
identifikasi elemen-elemennya, dan memahami bagaimana elemen-elemen tersebut tersusun dan terkait
satu dengan yang lain. Biasanya, sejumlah sistem yang tumpang tindih (overlap) dapat disusun dalam
suatu tingkatan (hirarki) sehingga setiap sistem memiliki sub-sistem dan sistem yang lebih superior. Dari
pemahaman tentang system thinking di atas, tinjauan teori akan difokuskan pada pemahaman tentang
sistem itu sendiri. Menurut Bertalanffy (1972) dalam Leiper (2004), A system may be defined as a set of
elements standing in interrelation among themselves and their environments.
Definisi kedua, menurut Jordan (1981) dalam Leiper (2004), sistem (system) dijabarkan sebagai
berikut We call a thing a system when we wish to express the fact that the thing is perceived and
conceived as consisting of a set of elements, of parts, that are connected to one another by at least one
distinguishing principle.
Definisi ketiga, A system can be defined as a set of elements or parts that are connected to each
other by at least one distinguishing principle (Leiper, 1990 dalam Page dan Connel, 2006).
Definisi lainnya tentang sistem dikemukakan oleh Anderson dan Johnson (1997), A system is a
group of interacting, interrelated, or interdependent components that form a complex and unified whole.

5
Dari keempat definisi tentang sistem di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan sistem
didasarkan pada beberapa kata kunci berikut: elemen atau komponen dan saling terkait. Dengan kata lain,
sistem adalah suatu kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait, saling memengaruhi, dan saling
bergantung satu dengan lainnya dalam, paling sedikit, satu prinsip tertentu.
Dilihat dari wujud, elemen-elemen pembentuk sistem dapat berwujud (tangible) atau tidak
berwujud (intangible). Lebih lanjut, menurut Anderson dan Johnson (1997), sistem memiliki sejumlah
karakteristik berikut: (1) Sistem harus memiliki semua komponennya agar dapat berfungsi secara optimal
(a systems part must all be present for the system to carry out its purpose optimally) (2) Komponen-
komponen sistem harus tersusun dengan benar agar dapat berfungsi dalam mencapai tujuannya (a
systems parts must be arranged in a specific way for the system to carry out its purpose) (3) Sistem
memiliki tujuan khusus sebagai bagian dari sistem yang lebih besar (systems have specific purposes within
larger systems) (4) Sistem mempertahankan stabilitasnya melalui fluktuasi dan penyesuaian (systems
maintain their stability through fluctuations and adjustments) (5) Sistem memiliki timbal balik (systems
have feedback).
Pariwisata sebagai sebuah industri merupakan sebuah sistem yang kompleks dan melibatkan
banyak elemen. Sejumlah pionir di bidang ilmu pariwisata mencoba menggambarkan sistem pariwisata,
salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh Leiper sebagai berikut:

Gambar 1 Sistem Pariwisata Leiper


Sumber: Leiper dalam Page dan Connel, 2006

Sistem pariwisata Leiper dikenal sebagai salah satu sistem yang paling sederhana dan
menggunakan pendekatan geografis. Dalam sistemnya, Leiper (1990) mengidentifikasi elemen-eleme
dalam suatu sistem pariwisata sebagai berikut: 1) seorang wisatawan; 2) sebuah daerah asal pelaksanaan
perjalanan; 3) daerah-daerah tujuan wisata; 4) rute-rute transit bagi wisatawan yang melakukan perjalanan
antara daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisatawan; dan 5) industri perjalana dan pariwisata
(contoh akomodasi, transportasi, badan dan organisasi penyedia pelayanan dan produk bagi wisatawan).

6
Dalam perkembangannya, Leiper (2004) membagi elemen pariwisata sebagai berikut:

Tabel 1 Lima Elemen dalam Setiap Sistem Kepariwisataan

Element Description
Tourists Human elements: persons on touristic trips
Traveller-generating regions Geographical element: places where a tourists trip begins and normally
ends
Transit routes Geographical element: places where a tourists main travelling activity
occurs
Tourist destination regions Geographical elements: places where a tourists main visiting activity
occurs
Tourism industries Organizational element: collections of managed organizations in the
business of tourism, working together to some degree in marketing
tourism and providing services, goods and facilities

Lebih lanjut Leiper (2004) membagi sistem pariwisata berdasarkan kompleksitasnya


masingmasing. Pengklasifikasian dibuat berdasarkan kondisi yang terdapat di Australia, negara asal Leiper.
Klasifikasi tersebut mencakup: (1) Sistem pariwisata domestic adalah sistem yang menjelaskan elemen-
elemen dan hubungannya mengenai perjalanan orang-orang Australia antara satu tempat dengan tempat
lainnya di dalam negeri. (2) Sistem pariwisata outbound adalah sistem yang elemenelemen dan hubungan
mengenai pergerakan orang-orang Australia antara satu tempat di dalam negeri ke tempat lain di luar negeri.
(3) Sistem kepariwisataan inbound adalah sistem yang menjelaskan elemen-elemen dan hubungan
mengenai perjalanan orang-orang non-Australia di luar negeri ke tempat di dalam Australia.

Weaver dan Lawton (2006), menjabarkan sub-sub komponen dalam sistem pariwisata menjadi:

Wisatawan (The tourist)

Wisatawan didefinisikan sebagai a person who travels temporarily outside of his or her usual
environment (usually defined by some distance threshold) for certain qualifying purpose. Dalam elemen
wisatawan, terdapat sub-sub elemen sebagai berikut: wisatawan (tourist), tujuan perjalanan (travel
purpose), jenis umum wisatawan (major types of tourist), dan pelaku perjalanan yang singgah di suatu
tempat (stopovers).

7
Untuk sub-elemen wisatawan terbagi menjadi: (1) Domestic Tourist, yaitu a tourist whose
itinerary is confined to their usual country of residence. (2) International Tourist, yaitu a tourist who
travels beyond their usual country of residence. (3) Outbound Tourist, yaitu an international tourist
departing from their usual country of residence. (4) Inbound Tourist, yaitu an international tourist
arriving from another country. (5) Long-haul Trips, yaitu trips variably defined as occurring outside of
the world region where the traveler resides, or beyond a given number of flying time hours (6) Short-haul
Trips, yaitu trips variably defined as occurring within the world region where the traveler resides, or
within a given number of flying time hours (7) Stayover, yaitu a tourist who spends at least one night in
a destination region (8) Excursionist, yaitu a tourist who spends less than one night in a destination
region

Tujuan perjalanan adalah the reason why people travel; in tourism, these involve recreation and
leisure, visits to friends and relatives (VFR), business, and less dominant purposes such as study, sport,
religion and health. Selain yang terdapat dalam definisi itu, terdapat pula tujuan seperti MICE (meetings,
incentives, conventions, and exhibitions), berziarah, dan multipurpose (perjalanan yang dilakukan dengan
lebih dari satu tujuan).

Empat jenis wisatawan yang utama mencakup: (1) International Stayovers, yaitu tourists wh stay
at least one night in another country. (2) International Excursionists, yaitu tourists who sta less than one
night in another country. (3) Domestic Stayovers, yaitu tourists who stay within thei own country for at
least one night (4) Domestic Excursionists, yaitu tourists who stay within thei own country for less than
one night. Sedangkan Stopovers didefinisikan sebagai travelers who sto in a location in transit to another
destination; they normally do not clear customs and are no considered tourists from the transit locations
perspective.

Daerah Asal (Origin Region)

Daerah asal didefinisikan sebagai the region (e.g. country, state, city) from which the tourist
originates, also reffered to as the market or generating region. Dalam pembagiannya, daerah asal terbagi
menjadi Origin Community, yaitu warga yang tinggal di daerah asal wisatawan, dan Origin Government,
yaitu pemerintah negara asal wisatawan.

8
Daerah Transit (Transit Region)

Daerah transit didefinisikan sebagai the places and regions that tourists pass through as they
travel from origin to destination region. Dalam elemen ini terdapat istilah Intervening Opportunities, yaitu
places, often within transit regions, that develop as tourist destinations in their own right and subsequently
have the potential to divert tourists from previously patronized destinations.

Daerah Tujuan (Destination Region)

Daerah tujuan didefinisikan sebagai the places to which the tourist is travelling. Daerah tujuan
terbagi menjadi dua, yaitu Destination Community, atau warga yang tinggal di daerah tujuan, dan
Destination Government, atau pemerintah negara tujuan.

Industri Pariwisata (Tourism Industry)

Industri pariwisata didefinisikan sebagai the sum of the industrial and commercial activities that
produce goods and services wholly or mainly for tourist consumption. Contoh yang termasuk ke dalam
industri pariwisata adalah travel agencies, transportation, accommodation, food and beverages, tour
operators, attractions, dan merchandisers.

Bagan berikut menjelaskan pembagian dan status industri pariwisata dalam sistem pariwisata
menurut Weaver dan Lawton (2006):

Tabel 2 Status Industri Pariwisata Utama dalam Sistem Pariwisata

Categories Origin regions Transit regions Destination regions


Travel agencies *
Transportation * *
Accommodation * *
Food and beverages * *
Tour operators *
Attractions *
Merchandisers *
Catatan: * Major Minor Negligible

Sumber: Weaver dan Lawton, 2006

9
2.2 Dimensi Wilayah Sistem Kepariwisataan

Dimensi wilayah adalah penjelasan mengenai suatu wilayah yang menjadi tujuan wisata seperti
wilayahperairan, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Dimensi wilayah juga menjelaskan mengenai garis-
garisbatas suatu perairan atau pulau di suatu wilayah tujuan pariwisata.

Wisata Perairan

Pariwisata menjadi salah satu komoditas yang berperan strategis dalam pengembangan ekonomi
berkelanjutan bagi masyarakat kawasan konservasi perairan. Hal itu karena pariwisata selain menjadi salah
satu produk yang dijual oleh masyarakat, pariwisata sekaligus menjadi pemasok konsumen (pembeli) bagi
produk yang dihasilkan oleh masyarakat seperti ikan hasil tangkapan nelayan atau hasil olahan masyarakat
baik olahan ikan, rumput laut, maupun olahan hasil pertanian/perkebunan. Produk pariwisata itu sendiri
terbagi dalam berbagai jenis yakni wisata alam, wisata budaya, dan wisata kuliner khas daerah.

Wilayah pesisir dan laut di nusantara menyajikan berbagai jenis keindahan alam yang berpotensi
mengundang wisatawan. Keindahan alam itu terbentang mulai dari keindahan pantai dan pasir putihnya
dengan berbagai flora dan fauna di sekitarnya sampai pada keindahan terumbu karang dengan berbagai
jenis ikan warna warni didalamnya. Keragaman budaya di nusantara juga menjadi daya tarik wisata bernilai
tinggi dan sebagian besar budaya tersebut berbasis pada budaya bahari sehingga menjadi paket tak
terpisahkan dari kegiatan wisata bahari. Berbagai citarasa makanan khas daerah di tanah air juga menjadi
potensi wisata, karena sebagian besar pengunjung memiliki keinginan mencoba cita rasa baru yang berasal
dari daerah yang baru dikunjunginya, sehingga menjadi pelengkap kegiatan wisata yang dilakukannya.

Berbagai jenis kerajinan souvenir bisa menjadi pelengkap kegiatan wisata yang terdapat di dalam
Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Souvenir kreasi masyarakat dalam kawasan akan menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat dan menjadi pelengkap perjalanan para pengunjung. Bagian yang tak
terlewatkan dari setiap pegunjung adalah cinderamata dari daerah tersebut. Peluang pendapatan tersebut
harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Peluang itu dapat dimanfaatkan masyarakat maka perlu
pembekalan keterampilan bagi masyarakat.

10
Wisata Daratan

Daratan Indonesia memiliki ratusan gunung dan sungai, hutannya seluas 99,5 juta ha yang terdiri
dari 29,7 juta ha hutan lindung dan 29,6 juta ha hutan produksi, serta ratusan bahkan ribuan jenis flora dan
faunanya. Unsur-unsur ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan bagi kegiatan pariwisata.
Dari berbagai sumber informasi dan surat kabar, diberitakan bahwa Indonesia memiliki banyak
potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan daerah tujuan wisata (DTW). Sekitar
212 obyek wisata, berupa peninggalan bersejarah, gunung, air tejun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada
di Sumatera Selatan yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung yang kaya
dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-pantai dan berbagai keindahan alam
yang terukir pada beberapa lokasi, belum dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-
1999:10). NTT yang kaya akan obyek wisata laut juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27 Juli
1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan sebagai DTW guna
mendatangkan keuntungan secara sosial ekonomi.
Sumberdaya alam hayati, seperti Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim), Taman Nasional Ujung
Kulon (Jabar), Taman Nasional Komodo (NTT) dan berbagai sumberdaya alam hayati lainnya, merupakan
potensi bagi sasaran kunjungan pariwisata (Suara Pembaharuan, 17 Sept. 1999:8).
Selain itu, Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA) yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda, berupa tari-tarian dan upacara-upacara adat juga merupakan hal yang sangat potensial
bagi pengembangan pariwisata. Memang diakui bahwa dengan keragaman SARA tersebut juga
mengandung potensi konflik yang seringkali dapat menimbulkan kerusuhan sosial. Karena itu dalam rangka
pengembangan pariwisata, selain terdapat sejumlah potensi yang dapat diandalkan, juga terdapat sejumlah
hal yang dapat menjadi kendala.
Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan pariwisata, antara lain adalah:
pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan konsisi politik yang masih
memanas, berakibat pada kurang terjaminnya keamanan bagi para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata,
Seni dan Budaya, Marzuki Usman bahwa akibat berbagai kerusuhan yang sering terjadi selama tahun 1998,
terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia sekitar 16,35% dibanding tahun 1997,
yaitu pada tahun 1997 wisatawan asing yang datang sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3
juta orang (Kompas, 28 April 1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak biro perjalanan yang membatalkan
perjalanan wisatanya ke Indoesia karena alasan keamanan. Melihat akan adanya penurunan tersebut, dapat
dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami, apalagi bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang
telah dikeluarkan.
Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata, persaingan yang tidak sehat
di antara para penyelenggara pariwisata serta kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan

11
konsumen yang sangat ditekankan di Eropa, Amerika dan Australia, merupakan kendala yang sangat
menghambat pariwisata di Indonesia (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8)
Ketiga, rendanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan pariwisata merupakan
kendala. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal karena kurang mendapat dukungan dari
masyarakat akibat rendahnya kesadaran tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus pengembangan
pariwisata di Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam pelaksanaan PPA
masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan miliknya, tetapi dana tersebut tidak digunakan
untuk mengecet sampannya tetapi untuk hal yang lain (Kompas, 23 Januari 1999).
Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan
profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan kendala yang seringkali muncul terutama
pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Suara Pembaruan, 5 Peb. 1999:10). Sumberdaya
manusia merupakan komponen utama dan penentu, terutama dalam menjalan pekerjaan pada jajaran
frontlinters, yakni mereka yang bertugas memberikan pelayanan langsung kapada para wisatwan (Suara
Karya, 25 Pebruari 1998:8).
Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi kendala dalam pariwisata
yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Suara
Pembaruan, 17 Sept. 1999:8).
Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat top-down merupakan salah satu kendala yang
banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru yang terlalu otoriter dan sentralistis
(Kompas, 23 Januari 1999:2). Selama ini, banyak DTW yang tidak dikembangkan karena berbagai
keterbatasan dari pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan pemerintah daerah harus menunggu
petunjuk dari pemerintah pusat.

Wisata Pegunungan

Alam selalu menjadi sumber inspirasi terbesar bagi sebagian besar orang. Upaya Anda mencari
tempat wisata dan trekking di pegunungan Indonesia untuk menjelajahi rahmat alam dan situs alam seperti
bukit, hutan, gunung dan lain-lain. Kesempatan bagi anda untuk eksplorasi dan petualangan, merenungkan
keindahan alam dan mensyukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita.
Untuk mengalami tamasya besar, pegunungan Indonesai adalah tempat wisata untuk tujuan
petualangan yang baik. Petualangan dan anugerah merangkul alam, pemandangan indah dari lembah, hutan,
gunung dan situs warisan dunia, tradisi kaya dan budaya masyarakat setempat adalah beberapa penawaran
yang baik untuk Anda alami selama treeking di tempat wisata pegunungan Indonesia.

12
2.3 Terminologi Sistem Kepariwisataan

Kata pariwisata atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan tourism sering sekali diasosiasikan
sebagai rangkaian perjalanan (wisata, tours/traveling) seseorang atau sekelompok orang (wisatawan,
tourist/s) ke suatu tempat untuk berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya (sightseeing), bisnis,
mengunjungi kawan atau kerabat dan berbagai tujuan lainnya. Organisasi pariwisata sedunia, World
Tourism Organization (WTO), mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai activities of person traveling
to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure,
business and other purposes.

1. Kebudayaan

Keseluruhan yg kompleks, yang didalamya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. (E.B. Taylor)

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengn belajar. (Koentjaraningrat)

Kebudayaan berarti semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.( Selo Soemardjan dan Soeleman
Soemardi)

Kebudayaan adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan
dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
pada lahirnya bersifat tertip dan damai. (Ki Hajar Dewantara)

Kebudayaan adalah ciptaan hidu pdari suatu bangsa. (Drs. Mohammad Hatta)

Kebudayaan adalah segala hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran
dan dalam penghidupan. (R. Soekmono)

Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang tersurat maupun yang tersirat, rasional,
irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia. (Kluckhohn
dan Kelly)

Pengertian kebudayaan menurut Sir Edwards B. Tylor bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks
dari ide da segala sesuatu yang dihasilkan mausia kesamaan pengalaman historis. (Sir Edwards B Tylor)

13
2. Pariwisata

Adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik
wisata serta usaha yang terkait dibidang tersebut. (UU RI No. 09 Tahun 1990)

Pariwisata merupakan serangkaian aktivitas yang berupa aktivitas perpindahan orang untuk sementara
waktu ke suatu tujuan di luar tempat tinggal maupun tempat kerjanya, aktivitas yang dilakukannya selama
tinggal di tempat tujuan tersebut dan kemudahan-kemudahan yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhannya baik selama dalam perjalanan maupun di lokasi tujuannya. (Mathieson & Wall (1982)

Pariwisata merupakan suatu fenomena yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan & pergantian
hawa, penilaian yang sadar & menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam, juga pada dasarnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan dari berbagai bangsa dan kelas manusia sebagai hasil dari
perkembangan perniagaan, industri, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan. (Guyer Flauler)

Pariwisata merupakan suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai suatu usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Kodhyat)

Pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan
secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri ataupun diluar negeri, meliputi
pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari dan memperoleh
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya (dimana ia tinggal). (Prof.
Salah Wahab)

Pariwisata ialah susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam
pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang
yang sedang bepergian. (Kusdianto (1996))

Kata kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yaitu aspek material, perilaku dan ide. Dalam
bentuk material mencakup antara lain, peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil-hasil
teknologi dan lain-lain. Dalam wujud perilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara
keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, keterampilan membuat barang-barang kerajinan dan lain-lain.
Dalam wujud ide mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma.

14
Motivasi orang melakukan perjalanan wisata:

- Mendapatkan kenikmatan dari waktu luang

- Memenuhi keingintahuannya di luar lingkungan sekitar

- Melihat budaya luar

- Melihat cagar budaya/objek wisata

- Menikmati pemandangan alam

- Kepentingan olahraga

- Kepentingan kesehatan

- Kepentingan keagamaan

- Mencari peluang kerja

2.4 Klasifikasi Pariwisata

McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat (4) kelompok,
yaitu:

1. Motif Fisik
Motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan
sebagainya;
2. Motif budaya
Yang harus diperhatikan disini adalah yang bersifat budaya seperti, sekedar untuk mengenal atau
memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain: kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari,
kebudayaannya yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya;
3. Motif Interpersonal
Yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar
dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan sebagainya;
4. Motif status atau motif prestise
Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya
melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain
dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya atau statusnya.

15
Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok
motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil tersebut digunakan untuk menentukan tipe perjalanan
wisata. Misalnya, tipe wisata rekreasi, olahraga, ziarah, kesehatan.
Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering disebut-
sebut sebagai berikut:
1. Motif Bersenang-senang atau Tamasya.
Motif bersenang-senang atau tamasya, melahirkan tipe wisata tamasya. Wisatawan tipe ini ingin
mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya, mendengarkan dan menikmati apa saja yang menarik
perhatian. Ia tidak terikat pada satu sasaran yang sudah ditentukan dari rumah. Wisatawan tamasya
berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menikmati pemandangan alam, adat
kebiasaan setempat, pesta rakyat, hiruk pikuk kota besar atau ketenangan tempat yang sepi, monumen,
peninggalan sejarah dan sebagainya. Wisatawan tipe ini sukar dibedakan dari tipe wisatawan tipe
berikutnya.
2. Motif Rekreasi.
Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi ialah kegiatan yang menyelenggarakan kegiatan yang
menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan-
kegiatannya dapat berupa olahraga (tenis, berkuda, mendaki gunung), membaca, mengerjakan hobi dan
sebagainya; juga dapat diisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan di sekitar tempat
menginap (Sightseeing). Bedanya dengan wisatawan tipe wisata tamasya adalah; wisatawan tipe rekreasi
biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedang wisatawan tamasya berpindah-pindah tempat.
3. Motif Kebudayaan.
Dalam tipe wisata kebudayaan orang tidak hanya sekedar mengunjungi suatu tempat untuk
menyaksikan dan menikmati atraksi, akan tetapi lebih dari itu. Ia mungkin datang untuk mempelajari atau
mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata
untuk memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Pelukis-
pelukis sering menjelajahi daerah-daerah tertentu untuk mencari dan mengumpulkan obyek lukisan.
Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan. Jelaslah bahwa atraksi tidak
selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa keindahan alam, atau seniman, atau guru yang terkenal, untuk
mengadakan wawancara, bertukar pikiran dan sebagainya. Dalam wisata budaya itu juga termasuk
kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special events) seperti upacara keagamaan, penobatan
raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal dan sebagainya.

16
4. Wisata Olahraga.
Wisata olahraga ialah pariwisata di mana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif
olahraga. Wisata olahraga ini merupakan bagian yang penting dalam kegiatan pariwisata. Olahraga dewasa
ini merata di kalangan rakyat dan tersebar di seluruh dunia, dengan bermacam-macam organisasi baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Dalam hubungan dengan olahraga, harus dibedakan antara pesta
olahraga atau pertandingan olahraga (sporting events).
5. Wisata Bisnis.
Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi antara orang-orang bisnis. Ada
kunjungan bisnis, ada pertemuan-pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang yang perlu dikunjungi dan
sebagainya, ada yang besar, ada yang kecil. Semua peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang
bisnis, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Arus wisatawan itu tidak hanya bertambah besar pada
waktu peristiwa-peristiwa itu terjadi.
6. Wisata Konvensi.
Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan bermacam-macam
masalah: Kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekadar untuk pertemuan
tahunan antara ahli-ahli di bidang tertentu, dan sebagainya. Perjalanan wisata yang timbul karenanya pada
umumnya disebut wisata konvensi.
7. Motif Spiritual.
Motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang
mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah mengadakan
perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain. Tempat-tempat ziarah
di Palestina, Roma, Mekkah dan Madinah merupakan tempat-tempat tujuan perjalanan pariwisata yang
penting.
8. Motif Interpersonal.
Istilah ini belum mapan dalam literatur kepariwisataan. Maksudnya jelas, yaitu bahwa orang dapat
mengadakan perjalanan untuk bertemu dengan orang lain: orang dapat tertarik oleh orang lain untuk
mengadakan perjalanan wisata, atau dengan istilah kepariwisataan: manusia pun dapat merupakan atraksi
wisata.
9. Motif Kesehatan.
Wisata kesehatan (health tourism) pada zaman dahulu merupakan tipe wisata yang penting sekali.
Selalu ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata di tempat-tempat sumber air mineral
(spa) yang dianggap memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Atau wisata kesehatan seperti yang
sekarang sering dilakukan pasien Indonesia yang berobat ke Singapura, Jepang, check up ke Amerika
Serikat, dan sebagainya. Perjalanan pasien-pasien tersebut adalah perjalanan wisata kesehatan.

17
10. Wisata Sosial (Social Tourism).
Wisata yang dimaksud bukanlah wisata yang berdasarkan motif sosial. Seperti motif wisata pada
umumnya, motif wisata sosial ialah reakreasi, bersenang-senang (pleasure tourism) atau sekadar mengisi
waktu libur. Akan tetapi perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu yang diberikan
secara sosial. Bantuan itu dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti wisma peristirahatan atau
hotel, yang hanya menarik sewa yang rendah sekali. Sebagai contohnya, wisata sosial buruh suatu pabrik
untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan, berupa angkutan, makan, dan wisma
peristirahatan.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks,melibatkan banyak sektor dan dimensi.
Olehkarenanya, pariwisata perlu dipandang sebagai suatusistem. Terdapat beberapa cara memandang
pariwisatasebagai sistem. Pertama, pariwisata merupakan suatukesatuan dari berbagai elemen yang saling
berkaitan. Kedua, pariwisata dapat dipandang juga sebagai suatusistem yang luas yang mencakup sistem-
sistem yanglebih spesifik lagi subsistem dan supersistem. Atau, ketiga, pariwisata dipandang sebagai
subsistem darilingkungan yang lebih luas, di mana input darilingkungan tersebut akan mempengaruhi
pariwisata,dan sebaliknya, output dari pariwisata akanberpengaruh pula terhadap lingkungan
tempatnyaberada.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatansistem tidak hanya bermanfaat dalam
mengidentifikasidan menganalisis elemen serta hubungan antarelemenyang berperan dalam kepariwisataan
di suatu daerah;tetapi juga dapat digunakan sebagai alat mengenalipotensi-potensi, ciri khas, dan kekuatan
suatu daerahdibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

19

Anda mungkin juga menyukai