Duhai Robbiy,
Duhai Robbiy,
Duhai guru..
Bagaimana kasih-Nya Allah SWT kepadamu dan umat, hingga dalam keadaan susah
secara fisik pun, engkau masih bisa terus berkhidmat kepada umat. Engkau hampir tidak
memperdulikan dirimu sendiri demi sebuah cita agar terus membaiknya keadaan umat
dari waktu ke waktu. Cita akan umat yang lebih mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
Cita akan umat yang begitu merindukan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai kerinduan
dan teladan yang utama.
(lagi)
Betapa Kesempatan Itu Masih DIA Beri
Pagi ini kita kembali terjaga. Kembali menghirup segarnya udara kehidupan. Dia masih
memberikan kita kesempatan untuk kembali berjumpa dengan orang-orang yang kita
cintai. Berjumpa dengan manisnya senyuman si kecil, dan segala hal yang selalu
membuat degupan jantung kerinduan kita berdetak begitu kencangnya.
Dengan Rahmat~Nya, Dia masih memberi kita kesempatan. Kesempatan untuk melihat
sejenak ke belakang. Untuk melihat hal apa saja yang dirasa kurang dan senantiasa
perlu untuk terus dibenahi.
Mungkin kemarin mata ini tak terjaga. Tidak pula lidah, pikiran dan juga hati. Banyak
gerak yang ternyata masih jauh dari nilai yang berarti. Meski begitu, kini Dia masih
menganugerahkan kita hari baru untuk kembali.
(lagi)
Ingatlah..
Ketika tangan tangan para kekasih menurunkan tubuh kita ke dalam lahad dengan airmata
kesedihan. Setelah itu kita sendirian di sana. Dalam kesempitan dan kegelapan. Lalu
tubuh kita di hadapkan ke kiblat. Lalu kafan penutup wajah kita dibuka, dan muka kita
diciumkan ketanah dinding kubur. Lalu tanah ditumpukkan pada tubuh kita. Lalu kita
dipendam, lalu batu nisan bertuliskan nama kita ditancapkan di kubur kita..
Sendiri..
Bukan sebulan atau dua bulan. Tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun sendiri..
Tak bisa curhat tak bisa berhubungan dengan siapapun tak bisa bergerak kemana
mana, tak ada pemandangan, tak ada warna, yang ada hanya kegelapan dan
kegelapan.., menunggu dan menunggu.. ribuan tahun.. sendiri..
(lagi)