PENDAHULUAN
1
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien di rumah sakit, dibentuklah Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien di RS Bina Sehat Diharapkan upaya-upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien melalui sebuah sistem
pemantauan yang baik dan riil, dapat menjadi kebiasaan atau budaya
kerja demi menunjang perkembangan rumah sakit ini.
2
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus
mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis
maupun lingkungan fisik
3
BAB II
2.2. Pengertian
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
terpantau dan aman. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan
pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses
pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
4
Pengertian dari insiden keselamatan pasien sendiri adalah
setiap kejadian yg tidak disengaja & kondisi yg mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yg dapat dicegah pada pasien,terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
Sistem peningkatan mutu dan keselamatan pasien meliputi :
1. Assesmen mutu pelayanan.
2. Identifikasi indikator mutu.
3. Pelaporan dan analisa mutu.
4. Tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk peningkatan mutu.
5. Pelaporan dan analisis insiden.
6. Kemampuan belajar dari insiden.
7. Assessmen resiko.
8. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
9. Tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu dan
mencegah terjadinya berbagai insiden yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
5
BAB III
6
11. Direktur menyediakan teknologi dan dukungan sesuai dengan
sumber daya yang ada di rumah sakit untuk menelusuri dan
membandingkan hasil dari evaluasi pemantauan area-area prioritas
yang dipilih.
12. Informasi tentang program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, termasuk kemajuan dalam hal penerapan sasaran
keselamatan pasien, disampaikan kepada staf secara reguler
melalui saluran yang efektif.
13. Komite PMKP menyusun dan melaksanakan program pelatihan bagi
staf sesuai dengan peranan mereka dalam program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien, melalui seorang individu yang
berpengetahuan luas untuk memberikan pelatihan
14. Partisipasi staf dalam pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien merupakan bagian dari pekerjaan rutin mereka
15. Rumah Sakit merancang sistem dan proses, baik yang baru
maupun dari hasil modifikasi sistem yang lama dengan tujuan
perbaikan.
16. Direktur menetapkan 5 clinical pathway berdasarkan area prioritas
yang telah direncanakan.
17. Komite PMKP bersama dengan tim Clinical Pathway dan sub
Komite Mutu Komite Medik melaksanakan pemantauan / monitoring
Clinical Pathway yang telah ditetapkan
18. Komite PMKP bersama dengan tim Clinical Pathway dan sub
Komite Mutu Komite Medik melaksanakan audit medis/audit clinical
pathway pada diagnosa clinical pathway yang telah ditetapkan
19. Komite PMKP Rumah Sakit beserta Direktur menetapkan indikator
Mutu Prioritas Rumah Sakit meliputi aspek klinis, aspek
manajemen, aspek keselamatan pasien dan 5 (lima) aspek klinis
diambil dari Joint Commision International Library of Measures.
20. Direktur menetapkan sistem pencatatan dan pelaporan indikator-
indikator mutu serta Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang dapat
dimonitor oleh Manajemen Rumah Sakit.
7
21. Komite PMKP melaksanakan pencatatan dan pelaporan indikator-
indikator mutu dan keselamatan pasien.
22. Komite PMKP melakukan validasi data dari indikator-indikator mutu
dan keselamatan pasien.
23. Komite PMKP melakukan analisa data indikator-indikator mutu dan
keselamatan pasien dengan menggunakan teknik statistik.
24. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan
pendekatan Plan (rencanakan) - Do (laksanakan) - Check (periksa)
- Action (tindak lanjut).
25. Rumah sakit menetapkan kejadian-kejadian insiden meliputi
sentinel, kejadian tidak diinginkan dan kejadian nyaris cidera.
26. Komite PMKP melaksanakan pemantauan insiden di rumah sakit.
27. Rumah Sakit membuat sistem pencatatan dan pelaporan insiden
yang memudahkan setiap staf dalam melaksanakan proses
pencatatan dan pelaporan tersebut.
28. Pencatatan dan pelaporan insiden ditindaklanjuti dengan suatu
sistem pembelajaran agar insiden tersebut tidak terulang kembali di
kemudian hari.
29. Komite PMKP Rumah Sakit melaksanakan manajemen risiko untuk
upaya pengendalian risiko yang mungkin terjadi di rumah sakit.
30. Manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, penyusunan daftar
risiko (risk register), dan analisa risiko
31. Komite PMKP melaporkan hasil monitoring kepada unit kerja
melalui rapat rutin yang dilaksanakan setiap bulan sekali.
32. Komite PMKP Rumah Sakit melakukan analisa pada insiden
sentinel dan KTD yang ditemukan dengan menggunakan Analisis
Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang mencakup insiden
yang terjadi.
33. Komite PMKP Rumah Sakit melakukan Failure Modes and Effects
Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi minimum satu kali per
tahun.
8
34. Komite PMKP menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi
yang disampaikan secara tertulis kepada Direktur Rumah Sakit
setiap 3 (tiga) bulan.
36. Komite PMKP melakukan publikasi data hasil monitoring mutu yang
telah divalidasi dan disetujui Direktur, berkerjasama dengan
Instalasi administrasi medis, humas dan marketing.
37. Rumah Sakit memastikan kepatuhan seluruh staf terhadap
pelaksanaan semua kebijakan yang ditetapkan Direktur, terkait
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
38. Komite PMKP secara berkala (paling lama 2 (dua) tahun)
melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur keselamatan
pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit.
39. Pemilihan indikator-indikator peningkatan mutu, dimulai dari setiap
unit kerja dengan cara menilai proses-proses yang mempunyai
katagori kritis, resiko tinggi, cenderung bermasalah, berbiaya tinggi
dan berhubungan langsung dengan kualitas asuhan dan
keselamatan pasien. Pemilihan akhir indikator peningkatan mutu
yang akan di evaluasi dan ditingkatkan, disepakati bersama dan
disetujui Direktur yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.
40. Pelaksanaan aktivitas pengumpulan data indikator peningkatan
mutu di setiap unit dilakukan oleh pengumpul data unit (PIC),
validasi dilakukan oleh koordinator / penanggungjawab unit,
pengelolaan data dan hasilnya disampaikan kepada Komite PMKP.
41. Hasil program peningkatan mutu, dikomunikasikan keseluruh staf
yang terlibat dalam program pemantauan dan peningkatan mutu
setiap bulan pada pertemuan rutin karyawan, dan diberikan buletin
atau publikasi di mading RS (papan info).
9
3.2. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Rumah Sakit melakukan identifikasi pasien dengan menggunakan 2
(dua) identitas dari minimal 3 (tiga) identitas, yaitu nama (KTP),
tanggal lahir dan Nomor Rekam Medik.
2. Pasien laki-laki dengan menggunakan gelang warna biru, pasien
perempuan menggunakan gelang warna merah muda, pasien
alergi menggunakan gelang warna merah, dan pasien resiko jatuh
(fallen condition) menggunakan gelang warna kuning.
3. Data digelang identitas pasien mencakup 3 (tiga) identitas yaitu
nama, tanggal lahir dan nomor rekam medis pasien.
4. Nama pasien pada gelang identitas harus ditulis lengkap sesuai
dengan KTP atau kartu identitas lainnya dan apabila kartu identitas
tidak ada, pasien atau keluarganya diminta untuk mengisi formulir
identitas yang disediakan dengan menggunakan huruf kapital (nama
pasien tidak boleh disingkat dan tidak boleh salah walau satu huruf).
5. Identifikasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu cara verbal :
dengan menanyakan/ mengkonfirmasi langsung nama pasien, cara
visual : dengan melihat gelang pasien.
6. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan
pemberian obat, pemberian darah/produk darah, pengambilan
sampel darah/ cairan tubuh lainnya untuk pemeriksaan laborat,
saat transfer dan menerima pasien serta prosedur/ tindakan lain.
7. Gelang identitas pasien digunakan oleh semua pasien di Instalasi
Rawat Inap.
8. Identifikasi pasien rawat jalan yang tidak memakai gelang identitas
dilakukan dengan menanyakan nama dan tanggal lahir yang
dicocokkan dengan berkas rekam medis.
9. Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
komunikasi efektif antar pemberi layanan dengan prosedur SBAR
dan READBACK.
10
10. Penerima perintah menulis lengkap perintah yang diberikan,
membaca ulang dan melakukan konfirmasi baik secara lisan
maupun tertulis:
a. Konfirmasi lisan yaitu sesaat setelah pemberi perintah
mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan
kebenaran pembacaan secara lisan, misal : ya sudah benar;
b. Konfirmasi tertulis yaitu dengan meminta tanda tangan pemberi
perintah pada pada saat kunjungan berikutnya.
11. Baca ulang perintah dengan jelas, apabila perintah mengandung
nama obat LASA, maka nama obat LASA harus dieja satu persatu
hurufnya.
12. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look Alike Sound Alike
(LASA), Look Alike (LA) dan Sound Alike (SA).
13. Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert) dengan
melakukan penyimpanan obat hight alert secara terpisah, askes
terbatas dengan tanda khusus dan memberikan label dan
memberikan label pada obat hight alert.
14. Setiap unit pelayanan mempunyai daftar obat high alert, termasuk
didalamnya adalah obat LASA dan obat elektrolit konsentrat tinggi
serta panduan penatalaksanaan obat high alert.
15. Intruksi lisan obat high alert hanya boleh dilakukan dalam keadaan
emergensi dan menyebutkan nama obatnya dengan di eja per
hurufnya.
16. Pemberian stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang
akan diserahkan kepada perawat.
17. Obat high alert dalam infus : cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus dan
tulis catatan sesuai ketentuan.
18. Unit yang diperbolehkan menyimpan obat high alert adalah Instalasi
Farmasi.
11
19. Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dengan
melakukan site marking/penandaan.
20. Penandaan/ site marking dilakukan pada tindakan operasi yang ada
sisi (laterality), multiple struktur jari tangan, jari kaki, lesi atau
multiple level (tulang belakang), prosedur medis dan prosedur
tindakan gigi yang dilakukan dengan melibatkan pasien atau
keluarganya.
21. Penandaan dilakukan dengan menggunakan spidol hitam yang tidak
mudah luntur terkena air/ alkhohol/ betadine dan harus mudah
dikenali.
22. Penandaan dilakukan oleh operator/ orang yang akan melakukan
tindakan.
23. Penandaan dilakukan pada saat pasien terjaga atau sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
24. Rumah Sakit menerapkan dan melakukan prosedur verifikasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dengan menggunakan
formulir ceklist keselamatan bedah.
25. Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dengan
mengembangkan program 6 langkah cuci tangan pada 5
kesempatan sesuai dengan WHO 2009.
26. Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko pasien cidera karena jatuh dengan melakukan pengkajian
awal, pengkajian ulang, dan monitoring/ pemantauan secara
berkala pasien resiko jatuh.
27. Semua pasien dilakukan pengkajian awal resiko jatuh.
28. Asesemen awal / skrining.
Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko
Jatuh Morse Fall Scale dalam waktu 4 jam dari pasien masuk
RS dan mencatat hasil asesmen ke dalam komputer.
12
Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan
dan dicatat dalam Rencana Keperawatan Interdisiplin dalam
waktu 2 jam setelah skrining.
Skrining farmasi dan atau fisioterapi dilakukan jika terdapat
adanya resiko jatuh pada pasien.
29. Semua pasien rawat inap dilakukan pengkajian ulang resiko jatuh
setiap hari/ setiap ada perubahan kondisi/ perubahan terapi.
30. Asesmen ulang.
Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang resiko jatuh setiap
: 2 kali sesaat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi
pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.
Penilaian menggunakan Asesmen Resiko Jatuh Morse Fall
Scale dan Rencana Keperawatan Interdisiplin akan
diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil asesmen.
Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke risiko rendah,
diperlukan skor < 25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
31. Petunjuk Penggunaan ASESMEN RESIKO JATUH (MORSE FALL
SCALE)
a) Riwayat jatuh:
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit
atau terdapat riwayat kejadian jatuh fisiologis dalam 12 bulan
terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan,
berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor
0.
b) Diagnosis Sekunder
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan
skor 15, jika tidak, berikan skor 0.
c) Alat Bantu
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan
skor 30. Jika pasien menggunakan tongkat / alat penopang,
berikan skor 15. Jika pasien dapat berjalan tanpa alat bantu,
berikan skor 0.
13
d) Terapi intravena (terpasang infus):
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan
skor 0.
e) Gaya Berjalan:
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan, mengalami
kesulitan untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan
tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala menunduk,
pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan
sedang total untuk menjaga keseimbangan dengan
berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan,
dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 20.
Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah, pasien
membungkuk, tidak dapat mengangkat kepala tanpa
kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan
ringan untuk berjalan dan langkah-langkahnya pendek,
berikan skor 10.
Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0.
f) Status Mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai
kemampuannya untuk berjalan.
Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan
fisiknya, berikan skor 15. Jika
asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya,
berikan skor 0.
32. Semua pasien pada pengkajian resiko jatuh tinggi skore 45 skala
morse, diberi penanda risiko jatuh (gelang kuning / gelang identitas).
33. Semua pasien rawat inap pada pengkajian resiko jatuh tinggi
dengan wajib dilakukan pemantauan/ monitoring setiap 2 (dua) jam.
14
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RS BINA SEHAT
15
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
RS. BINA SEHAT JEMBER
DIREKTUR
SEKRETARIS
PIC/VALIDATOR
16
DAFTAR PENGUMPUL DATA DAN VALIDATOR
KEGIATAN PELAPORAN INDIKATOR
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
DI RS BINA SEHAT
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
17
BAB VI
URAIAN JABATAN
18
6.2. Uraian Jabatan
a. Direktur
1. Membentuk Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
dengan Surat Keputusan.
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di rumah sakit.
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.
4. Menentukan kebijakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
5. menerima laporan hasil pemantauan data indikator mutu dan
keselamatan pasien, insiden dan manajemen risiko dari Komite
PMKP
6. Mengadakan evaluasi data indikator mutu dan keselamatan
pasien, insiden dan manajemen resiko dari Komite PMKP.
7. Mengadakan evaluasi kebijakan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dengan mempertimbangkan rekomendasi
Komite PMKP.
8. Mengesahkan Pedoman Peningkatan mutu dan Keselamatan
pasien di rumah sakit.
9. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang terkait
dengan upaya peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit.
19
4. Koordinator monitoring dan evaluasi program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien rumah sakit dan unit kerja.
5. Menerima laporan data peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, laporan insiden keselamatan pasien dan laporan
manajemen resiko dari masing masing sub komite
6. Koordinator penyusunan laporan monitoring dan evaluasi seluruh
sub komite yang dituangkan dalam laporan evaluasi Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
7. Koordinator penyusunan laporan hasil monitoring dan evaluasi ke
direktur disertai dengan rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
8. Menerima rekomendasi direktur dalam pelaksanaan program
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS Bina Sehat.
9. Memiliki wewenang untuk mengendalikan proses pelaksanaan
program dan mengambil sikap/keputusan yang diperlukan dalam
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit
20
6. Membuat laporan evaluasi beserta rekapitulasi data Indikator Mutu
dan Keselamatan Pasien perbulan kepada Ketua Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS Bina Sehat
Jember.
21
3. Koordinator penyusunan daftar resiko rumah sakit.
4. Bersama dengan anggota sub komite manajemen resiko
melakukan penyusunan prioritas resiko yang telah disusun
daftarnya pada daftar resiko RS Bina Sehat Jember
5. Menganalisa data resiko insiden keselamatan yang diprioritaskan
bersama dengan komite Peningkatan Mutu Dan Keselamatan
Pasien dengan menggunakan metode analisa FMEA minimal
sekali dalam setahun.
6. Menyusun rekomendasi tindak lanjut atas hasil analisa data yang
dikeluarkan
7. Melaporkan keseluruhan hasil proses manajemen risiko yang
telah dilakukan ke ketua Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien.
22
g. Petugas Pengumpul Data Unit (PIC)
Tugas dan tanggung jawab Petugas Pengumpul Data Unit (PIC)
yaitu :
1. Penanggung jawab dalam penyampaian sosialisasi program
PMKP rumah sakit kepada seluruh staf di unit masing-masing.
2. Bersama dengan kepala unit bertanggung jawab dalam
penyusunan program peningkatam mutu dan keselamatan pasien
unit.
3. Pelaksana proses pencatatan dan rekapitulasi data indikator mutu
dan keselamatan di unit.
4. Pelaksana proses pencatatan dan rekapitulasi data insiden
keselamatan pasien di unit.
5. Pelaksana proses penyusunan daftar risiko unit.
6. Pelapor data indikator mutu kunci dari unit ke PMKP.
7. Bersama dengan kepala unit bertanggung jawab dalam
penyusunan laporan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, insiden dan manajemen risiko dari unit ke PMKP
8. Menganalisa data indikator mutu unit kerja yang tidak menjadi
indikator mutu kunci rumah sakit.
h. Validator
Tugas dan tanggung jawab Validator yaitu :
1. Pelaksana proses validasi data indikator mutu kunci dari unit
masing-masing
2. Menyerahkan data hasil pencatatan validasi indikator mutu ke
PIC di unit masing-masing.
3. Bersama dengan PIC berperan sebagai pelaksana penyusunan
laporan data indikator mutu dan keselamatan pasien dari unit
masing-masing.
23
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
DIREKTUR
24
INSTALASI SANITASI
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) adalah
komite yang secara hirarki struktur organisasi rumah sakit berada dibawah
koordinasi langsung direktur rumah sakit. Komite PMKP diberikan tugas
untuk melaksanakan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dirumahsakit yang mencakup seluruh elemen rumahsakit.
Komite PMKP juga berkoordinasi dengan kepala bidang dan stafnya
melalui jalur koordinasi ini diharapkan bisa terjadi sinergi dan akselerasi
dalam melaksanakan program kerja.
Sub-sub komite di Komite PMKP juga memiliki hubungan kerja antara
lain :
1. Sub Komite Peningkatan Mutu
Bertanggung jawab ke Komite PMKP Rumah Sakit dengan
membuatlaporan data mutu dalam lingkup mutu dari masing- masing
unit kerja yang menjadi prioritas rumah Sakit
Menganalisa data mutu bersama dengan komite PMKP untuk mencari
solusi pemecahan masalah dan rekomendasi tindak lanjut sebagai
bahan laporan komite PMKP ke Direktur dan laporan umpan balik ke
unit kerja atau ke komite yang lain.
25
4. Unit Kerja
Unit Kerja (Pelaksana Kegiatan Pelayanan) yang melakukan kegiatan
sesuai dengan kaidah peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
(sesuai standar pedoman, kebijakan, SOP) yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit
Unit kerja dalam hal mutu bertanggung jawab langsung ke Komite
PMKP dengan melaporkan data indikator mutu, kondisi pelayanan dan
atau insiden keselamatan pasien yang yang terjadi diunit kerja.
Unit kerja layanan rumah sakit Bina Sehat Jember ada 21 jenis
layanan
Unit kerja bertanggung jawab ke direktur ( rumah sakit), melalui komite
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
26
BAB VIII
27
Penerapan SKP dan monitoring nya
e. Buat SK Penetapan Prioritas
28
d. Pencatatan (sensus harian), pelaporan, validasi dan analisa data
8. Manajemen resiko
c. Penyusunan program kerja manajemen resiko klinis
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien
e. Pembuatan FMEA (Failure Mode Effect and analysis)
29
BAB IX
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau
Kepala Bagian. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung
dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua
karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh
penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode
yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua
karyawan.
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.
Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan
para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang
ditetapkan.
30
timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar
kerja yang telah ditetapkan.
31
tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas
dalam setiap tahapan dari proses.
32
Pimpinan memonitor kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien melalui laporan dari panitia peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
Pimpinan RS, dalam hal ini Direktur, melaporkan kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien setiap 3 bulan (dalam rapat evaluasi
triwulan) dan setiap akhir tahun (dalam laporan tahunan).
33
Unit yang terkait:
o Bagian Pengadaan
o Bagian Personalia
o Bagian Admission
o Bagian Keuangan
o Instalasi Rekam Medis
o Instalasi Farmasi
o Instalasi Laboratorium
o Instalasi Radiologi
o Instalasi Rehabilitasi Medik
o Instalasi Gizi
o Unit Pelayanan Darah
o IPSRS
o Instalasi Rawat Jalan
o Instalasi Rawat Inap
o Instalasi Kamar Operasi
o Instalasi UGD
o Instalasi ICU
o Panitia PPI
o Panitia Ponek
o Panitia K3
o Pelayanan TB
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS Bina Sehat secara berkala
(paling lama 3 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan
prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di RS Bina Sehat
Ditetapkan minimal 5 (dari seluruh indikator) indikator utama yang
sensitif untuk dianalisa lebih jauh sesuai dengan keadaan rumah sakit.
Indikator utama ini direview setiap tahun dan diganti apabila perlu.
Pemilihan ini didasarkan pada konsensus antara pimpinan dengan
panitia mutu dan keselamatan pasien.
Kriteria pemilihan indikator utama adalah:
o Proses utama yang kritikal
o Proses risiko tinggi
o Proses yang cenderung bermasalah
34
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS Bina Sehat melakukan
analisa terhadap kegiatan pemenuhan indikator, dengan cara
membandingkan secara internal, yaitu dengan bulan sebelumnya dan
dengan standar yang telah ditetapkan.
Dilakukan validasi data oleh Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
apabila terdapat:
o Indikator atau proses yang baru diberlakukan
o Kecenderungan peningkatan atau penurunan angka
pemenuhan indikator
o Terdapat variasi dari pencatatan pemenuhan indikator
o Data yang dianggap meragukan
o Secara berkala (3 bulan sekali) dilakukan terhadap semua data
indikator dan dilaporakan dalam laporan triwulan panita PMKP.
o Secara berkala (1 bulan sekali) pada indikator utama.
Validasi data dilakukan dengan menelusuri ke lapangan untuk melihat
bagaimana data dikumpulkan dan dicatat. Apabila diperlukan
dilakukan pengumpulan data kembali oleh individu yang berbeda.
1) Identifikasi Risiko
2) Menetapkan prioritas risiko
3) Analisis risiko
4) Pengelolaan risiko
5) Evaluasi
Langkah manajemen risiko seperti yang digambarkan dibawah ini:
35
Alat-alat manajemen risiko yang digunakan di RS Bina Sehat antara lain:
1. Investigasi kejadian
2. Rekonstruksi kejadian
3. Analisis sebab :mengidentifikasi penyebab masalah
4. Menyusun rencana tindakan
5. Melaporkan proses analisis dan temuan
36
1. Memilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim
2. Membuat diagram proses atau alur proses dengan flow chart yang
rinci
3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode), identifikasi efek
yang mungkin terjadi ke pasien (the effect)
4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke
pasien (RPN)
5. Melakukan root cause analysis dari failure mode
6. Desain ulang proses
7. Analisa dan uji cobakan proses yang baru
8. Terapkan dan awasi proses yang sudah didesain ulang tadi
Catatan: Risk Priority Numbers (RPN)
Pelaksanaan :
37
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
38
d. dinilai untuk bukti ilmiah mereka;
e. diakui secara remisi atau digunakan oleh rumah sakit;
f. diterapkan dan di monitor agar digunakan secara konsisten dan
efektif;
g. didukung oleh staf terlatih melaksanakan pedoman atau pathways;
h. diperbaharui secara berkala berdasarkan perubahan dalam bukti
dan hasil evaluasi dari proses dan hasil (outcome)
39
5. Penggunaan Antibiotika Dan Obat Lainnya;
6. Kesalahan Medikasi (Medication Error) Dan Kejadian Nyaris
Cedera (KNC);
7. Penggunaan Anestesi Dan Sedasi;
8. Penggunaan Darah Dan Produk Darah;
9. Ketersediaan, Isi Dan Penggunaan Rekam Medis Pasien;
10. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi, Surveilans Dan Pelaporan;
11. Riset Klinis;
Indikator yang dipilih terkait dengan upaya manajemen meliputi :
1. Pengadaan Rutin Peralatan Kesehatan Dan Obat Penting Untuk
Memenuhi Kebutuhan Pasien;
2. Pelaporan Aktivitas Yang Diwajibkan Oleh Peraturan Perundang-
Undangan;
3. Manajemen Risiko;
4. Manejemen Penggunaan Sumber Daya;
5. Harapan Dan Kepuasan Pasien Dan Keluarga;
6. Harapan Dan Kepuasan Staf;
7. Demografi Pasien Dan Diagnosis Klinis;
8. Manajemen Keuangan;
9. Pencegahan Dan Pengendalian Dari Kejadian Yang Dapat
Menimbulkan Masalah Bagi Keselamatan Pasien, Keluarga Pasien
Dan Staf.
10. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab membuat pilihan final
kegiatan penilaian yang ditargetkan.
Indikator yang terkait dengan sasaran keselamatan pasien, meliputi:
1. Ketetapan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko jatuh
Untuk masing-masing area ini pimpinan menetapkan :
a. Proses, prosedur dan hasil (outcome) yang akan dinilai;
b. Penggunaan dasar ilmu pengetahuan dan bukti (evidence)
untuk mendukung penilaian;
c. Bagaimana penilaian dilakukan;
d. Bagaimana penilaian diserasikan dengan rencana menyeluruh dari
penilaian mutu dan keselamatan pasien;
e. Frekuensi dari analisa penilaian.
40
Langkah paling penting adalah melakukan identifikasi dari
prosedur, proses dan hasil dari hal-hal yangakan dinilai. Penilaian harus
terfokus pada, misalnya risiko yang ada di proses, prosedur yang sering
menimbulkan banyak masalah atau dilakukan dengan volume tinggi,dan
hasil yang dapat dengan jelas dikenali dan yang dalam kendali rumah
sakit.
Sebagai contoh, rumah sakit dapat memilih untuk menilai prosedur
bedah tertentu (contohnya, perbaikan bibir sumbing) atau suatu
kelompok tindakan bedah tertentu (contoh, bedah ortopedi).
Sebagai tambahan, rumah sakit dapat juga melakukan penilaian
atas proses yang digunakan dalam memilih prosedur bedah untuk bibir
sumbing.
Frekuensi pengumpulan data dikaitkan dengan berapa sering
proses/prosedur tertentu dijalankan. Data semua kasus atau sample
dari kasus yang dibutuhkan untuk menunjang kesimpulan dan
rekomendasi dikumpulkan dalam jumlah yang cukup. Indikator baru
dipilih jika indikator yang sudah ada tidak lagi bermanfaat untuk
melakukan analisis terhadap proses, prosedur atau hasil (outcome).
Jadi, rumah sakit harus mempunyai rekam jejak (track of
record)dari kontinuitas penilaian di area-area yang di identifikasi; tetapi,
penilaian yang sebenarnya bisa berubah. Untuk melakukan penilaian
terhadap proses, rumah sakit harus menetapkan bagaimana kegiatan
penilaiannya, seberapa sering mengumpulkan data ini di-integrasikan
kedalam proses pekerjaan sehari-hari.
Penilaian juga bermanfaat untuk lebih memahami atau asesmen
lebih intensif atas hal-hal yang berada di dalam area yang sedang
diteliti. Demikian juga, analisis terhadap data indikator dapat
menghasilkan strategi peningkatan pada area yang dinilai. Penilaian
tersebut akan membantu pemahaman efektivitas strategi peningkatan.
Langkah Pelaksanaan
1. Pimpinan rumah sakit menetapkan area sasaran yang akan dicatat
dan dilaporkan untuk penilaian dalam upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Pencatatan, pelaporan dan penilaian merupakan bagian dari
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. PIC di setiap unit melaksanakan pencatatan dan pelaporan indikator
mutu kunci dan indikator mutu unit ke PMKP sub komite mutu
4. PMKP melaporkan hasil analisa data indikator mutu dan
keselamatan pasien kepada pimpinan rumah sakit setiap 3 bulan.
41
5. Berdasarkan analisis, pimpinan rumah sakit membuat rancang
ulang dari proses yang membutuhkan perbaikan.
6. PMKP melaporkan hasil analisa indikator mutu kepada seluruh unit
kerja sebagai bentuk feedback upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit
7. Hasil penilaian dilaporkan kepada pihak terkait dalam mekanisme
pengawasan dan secara berkala kepada pimpinan dan pemilik
rumah sakit sesuai struktur rumah sakit yang berlaku.
Langkah Pelaksanaan
1. Data dikumpulkan, dianalisis dan diubah menjadi informasi
2. Orang yang mempunyai pengalaman klinis atau manajerial,
pengetahuan dan keterampilan terlibat dalam proses
3. Metode dan tehnik-tehnik statistik digunakan dalam melakukan
analisis dari proses, bila sesuai.
4. Hasil analisis dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab
untuk melakukan tindak lanjut
42
10.4. Pencatatan Dan Pelaporan Validasi Data Penilaian
Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan
validasi data sebagai bagian kegiatan pencatatan dan pelaporan
pemantauan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
Program peningkatan mutu dianggap valid jika sesuai data yang
dikumpulkan. Penilaian terpercaya jadinya merupakan inti dari semua
program peningkatan. Untuk memastikan bahwa data yang
benar,bermanfaat telah dikumpulkan, validasi data secara internal harus
ada.
43
b. Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data
lain. Sampel 100 % dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus
atau data lainnya sangat kecil jumlahnya.
c. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan ulang
d. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang
ditemukan dengan total jumlah data elemen dikalikan dengan 100.
Tingkat akurasi 90 % adalah standar yang baik.
e. Jika elemen data yang diketemukan ternyata tidak sama, dengan
catatan alasannya (misalnya data tidak jelas definisinya) dan
dilakukan tindakan koreksi
f. Koleksi sample baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan
untuk memastikan tindakan menghasilkan tingkat akurasi yang
diharapkan
Langkah Pelaksanaan
1. Rumah sakit mengintegrasikan kegiatan validasi data kedalam
proses manajemen mutu dan prosespeningkatan.
2. Rumah sakit punya proses validasi data secara internal.
3. Proses validasi data memuat paling sedikit indikator yang dipilih
seperti yang telah ditetapkan
44
Semua kejadianyang memenuhi definisi tersebut dilakukan
asesmen dengan melakukan analisis akar masalah (root cause analysis
= RCA). Jika RCA mengungkap bahwa perbaikan sistem atau tindakan
lain yang dapat mencegah atau mengurangi risiko agar kejadian
sentinel tidak terulang kembali, maka rumah sakit merancangkembali
proses serta mengambil berbagai tindakan yang seharusnya.
Penting untuk memperhatikan bahwa istilah kejadian sentinel
tidak selalu mengarah kepada kekeliruan(error) atau kesalahan
(mistake) maupun memberi kesan pertanggung jawaban (liability) legal
tertentu.
Langkah Pelaksanaan
1. Pimpinan rumah sakit menetapkan definisi dari kejadian sentinel.
2. Rumah sakit melakukan analisis akar masalah RCA terhadap
semua kejadian sentinel yang terjadi dalam batas waktu tertentu
yang ditetapkan pimpinan rumah sakit
3. Kejadian dianalisis bila terjadi
4. Staf yang mengetahui terjadinya insiden SENTINEL melaksanakan
pencatatan dan pelaporan insiden SENTINEL kepada atasan
langsung/kepala unit
5. Atasan langsung/kepala unit melaksanakan pencatatan grading
insiden untuk selanjutnya dilaporkan kepada Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Komite KPRS).
6. Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi SENTINEL
7. Komite KPRS melaksanakan pencatantan dan melaporkan insiden
SENTINEL kepada pimpinan rumah sakit.
8. Pimpinan rumah sakit mengeluarkan rekomendasi pembelajaran
insiden ke seluruh unit kerja terkait
9. Komite KPRS bersama PMKP melaksanakan pencatatan dan
pelaporan insiden kepada seluruh unit kerja sebagai bentuk
feedback dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
10. Pimpinan rumah sakit mengambil tindakan berdasarkan hasil RCA
45
tujuansecara khusus dari pencatatan dan pelaporan KTD adalah
analisis yang intensif dimulai jika tingkatan (level), pola atau
kecenderungan berbeda secara signifikan dengan :
- apa yang diharapkan;
- kondisi di rumah sakit lain;
- standar yang diakui.
Langkah Pelaksanaan
1. Analisis secara intensif terhadap data dilakukan jika terjadi
penyimpangan tingkatan, pola atau kecenderungan dari KTDSemua
reaksi transfusi, jika terjadi di rumah sakit, dianalisis
2. Semua reaksi obat tidak diharapkan yang serius, jika terjadi sesuai
definisi yang ditetapkan rumah sakit, dianalisis
3. Semua kesalahan medis (medical error) yang signifikan dianalisis
4. Semua ketidakcocokan (discrepancy) antara diagnosis pra dan
pasca operasi dianalisis
5. KTD atau pola KTD selama sedasi moderat atau dalam dan
anestesi dianalisis
6. Kejadian lainnya yang ditetapkan oleh rumah sakit dianalisis
7. Staf yang mengetahui terjadinya insiden KTD melaksanakan
pencatatan dan pelapaoran insiden KTD kepada atasan
langsung/kepala unit
8. Atasan langsung/kepala unit melaksanakan pencatatan grading
insiden untuk selanjutnya dilaporkan kepada Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Komite KPRS).
9. Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi KTD
46
10. Komite KPRS melaksanakan pencatantan dan melaporkan insiden
KTD kepada pimpinan rumah sakit.
11. Pimpinan rumah sakit mengeluarkan rekomendasi pembelajaran
insiden ke seluruh unit kerja terkait
12. Komite KPRS bersama PMKP melaksanakan pencatatan dan
pelaporan insiden kepada seluruh unit kerja sebagai bentuk
feedback dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
Langkah Pelaksanaan
1. Rumah sakit menetapkan definisi KNC
2. Rumah sakit menetapkan jenis kejadian yang harus dilaporkan
sebagai KNC
3. Rumah sakit menetapkan proses untuk melakukan pelaporan KNC.
4. Staf yang mengetahui terjadinya insiden KNC melaksanakan
pencatatan dan pelapaoran insiden KNC kepada atasan
langsung/kepala unit
5. Atasan langsung/kepala unit melaksanakan pencatatan grading
insiden untuk selanjutnya dilaporkan kepada Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Komite KPRS).
6. Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi KNC
7. Komite KPRS melaksanakan pencatantan dan melaporkan insiden
KNC kepada pimpinan rumah sakit.
8. Pimpinan rumah sakit mengeluarkan rekomendasi pembelajaran
insiden ke seluruh unit kerja terkait
9. Komite KPRS bersama PMKP melaksanakan pencatatan dan
pelaporan insiden kepada seluruh unit kerja sebagai bentuk
feedback dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
47
10.8. Pencatatan Dan Pelaporan Hasil Pencapaian Dan Mempertahankan
Peningkatan
Komite PMKP melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang tercapai dan
dipertahankan. Hasil analisis laporan data digunakan rumah sakit untuk
melakukan identifikasi potensi perbaikan atau untukmengurangi (atau
mencegah) KTD.
Pencatatan, pelaporan dan penilaian data secara rutin atau data
yang diperoleh dari hasil asesmen yang intensif dapat memperlihatkan
area/masalah yang memerlukan perbaikan melalui perencanaan dan
penetapan prioritas perbaikannya.
Secara khusus perbaikan direncanakan dengan pengumpulan
data yang diprioritaskan di area perbaikan yang ditetapkan pimpinan.
Langkah Pelaksanaan
1. Rumah sakit membuat rencana dan melaksanakan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
2. Rumah sakit menggunakan proses yang konsisten untuk
melakukan identifikasi area prioritas untukperbaikan sebagaimana
yang ditetapkan pimpinan
3. Rumah sakit mendokumentasikan perbaikan yang dicapai dan
mempertahankannya.
48
dimasukkan ke standar prosedur operasional /SPO, dan setiap
pelatihan yang penting bagi staf diadakan.
Rumah sakit mencatat dan melaporkan semua pencapaian
perbaikan dan yang dipertahankan sebagai bagian dari upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Langkah Pelaksanaan
1. Area perbaikan yang ditetapkan pimpinan rumah sakit dimasukkan
kedalam kegiatan peningkatan
2. Sumber daya manusia atau lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan perbaikan disediakan dan atau diberikan.
3. Perubahan-perubahan untuk memperbaiki area perbaikan dibuatkan
perencanaan dan diuji
4. Dilaksanakan perubahan yang menghasilkan peningkatan
5. PIC pada area prioritas perbaikan melaksanakan pencatatan dan
pelaporan data pada perubahan sistem yang diujikan atau
dilaksanakan.
6. Data pencapaian atas perubahan tersebut pada poin 5 dilaporkan
kepada PMKP
7. PMKP melaporkan data dan rekomendasi rencana tindak lanjut atas
pencapaian perubahan rancangan/sistem kepada pimpinan.
8. Dibuat perubahan kebijakan yang diperlukan untuk merencanakan,
untuk melaksanakan pelaksanaan yang sudah dicapai, dan
mempertahankannya
9. Perubahan yang berhasil dilakukan dicatat, dilaporkan dan
didokumentasikan
49
Unsur penting dari manajemen resiko adalah analisis dari
resiko, seperti sebuah proses untuk melakukan evaluasi terhadap KNC
dan proses resiko tinggi lainnya, yang kegagalannya dapat berakibat
terjadinya kejadian sentinel. Satu alat yang dapat digunakan secara
proaktif melakukan analisis terhadap konsekuensi suatu kejadian yang
berujung pada proses yang kritis dan resiko tinggi adalah FMEA (failure
mode and effect analysis). Rumah sakit dapat juga melakukan
identifikasi dan menggunakan alat serupa untuk melakukan identifikasi
dan mengurangi resiko, seperti analisis terhadap kelemahan yang
mengandung bahaya.
Untuk menggunakan alat ini atau yang sejenis secara efektif,
pimpinan rumah sakit perlu mempelajari dan mengadopsi dan
mempelajari cara pendekatannya, dengan menggunakan proses-proses
resiko tinggi, demi keselamatan pasien dan staf, dan kemudian
memakai alat ini pada proses resiko yang diprioritaskan.
Dengan mengikuti analisis dari hasilnya, para pemimpin rumah
sakit mengambil tindakan untuk merancang ulang (redesign) proses
atau tindakan-tindakan yang sama guna mengurangi resiko dalam
proses tersebut. Proses mengurangi resiko dilakukan paling sedikit satu
kali dalam satu tahun dan didokumentasikan.
Langkah Pelaksanaan
1. Pimpinan rumah sakit menerapkan kerangka acuan manajemen
resiko
2. PIC di setiap unit melaksanakan pencatatan dan pelaporan risk
register/ daftar resiko unit ke PMKP sub komite manajemen resiko
3. Paling sedikit setiap tahun PMKP sub komite manajemen resiko
melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta pendokumentasian
metode analisa FMEA yang digunakan dalam salah satu prioritas
proses resiko
4. PMKP melaporkan hasil analisa FMEA kepada pimpinan rumah
sakit.
5. Berdasarkan analisis, pimpinan rumah sakit membuat rancang
ulang dari proses yang mengandung resiko tinggi.
6. PMKP melaporkan hasil analisa risiko FMEA kepada seluruh unit
kerja sebagai bentuk feedback upaya manajemen resiko
50
BAB XI
MONITORING DAN EVALUASI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
51
BAB XII
PENUTUP
52