Anda di halaman 1dari 9

Definisi

Audit perpajakan yang dibahas dalam bab ini adalah audit yang dilakukan secara internal berkelanjutan
yang menyatu dengan sistem pengendalian operasional perusahaan , menilai ketaatan pelaksanaan
aturan perpajkan dan teknik pengolaan transaksi yang mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa
melanggar aturan aturannya . audit ini mencakup penilaian terhadap :
1. Kebijakan perpajakan yang ditetapkan perushaaan , yang biasanya terintegrasi dengan kebijakan
operasional dan kebijakan akuntansinya
2. Aplikasi mnajemen pajak , yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan , untuk
meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan peraturan perpajakan .
3. Pelaksanaan menyeluruh terhadapt kewajiban perpajakan yang diatur dalam dalam UU dan
peraturan perpajakan lainnya yang secara umum menyangkut pemungutan / pemotongan
perhitungan , penyetoran dan pelaporan pajak baik pajak penghasilan , pajak pertambahan nilai
maupun pajak pajak lainnya .
Audit pajak lebih mewakili kepentingan fiskus dalam melakukan pemeriksaan terhadap ketaatan Wajib
Pajak memenuhi kewaiban perpajakannya dan memaksimalkan penerimaan negara dari pajak yang
harus diterima.
Tujuan audit adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam hal:
1. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak
2. SPT rugi
3. SPT tidak atau terlambat disampaikan
4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
5. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis mengindikasikan
adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Audit yang dilakukan secara internal berkelanjutan menggunakan teknik pengelolaan transaksi yang
mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar aturan-aturannya. Audit ini mencakup
penilaian terhadap :
1. Kebiajakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan, yang biasanya terintegrasi dengan
kebijakan operasional dan kebijakan akuntansinya
2. Aplikasi manajemen pajak, yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan untuk
meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan peraturan perpajakan.
3. Pelaksanaan menyeluruh terhadap kewajiban perpajakan yang diatur dalam UU dan peraturan
perpajakan yang menyangkut pemungutan/pemotongan, penghitungan, penyetoran, dan
pelaporan pajak baik pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai maupun pajak lainnya.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari audit perpajakan adalah untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap
pengelolaan kewajiban perpajakan perusahaan, yang meliputi penilaian terhadap hal-hal berikut
1. Ketepatan kebijakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan dan kemampuannya dalam
memberikan panduan pengelolaan kewajiban perpajakan yang efektif dan efisien
2. Kemampuan meminimalkan konsekuensi perpajakan
a. Memaksimalkan biaya fiskal dalam setiap pengeluaran perusahaan

1|Audit Perpajakan
b. Meminimalkan pendapatan fiskal dalam setiap penerimaan perusahaan
3. Kemampuan perusahaan dalam menaati ketentuan dan peraturan perpajakan
a. Melakukan pemungutan/pemotongan seluruh pajak yang harus dilakukan
b. Melakukan penghitungan pajak yang benar
c. Menyetor dan melaporkan seluruh kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat waktu
Audit internal perpajakan lebih berfungsi sebagai pencegahan terhadap kegagalan perusahaan dalam
mengelola kewajiban perpajakan. Hasil dari audit ini dapat menjadi umpan balik bagi perusahaan dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengelola kewajiban perpajakan.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit ini adalah keseluruhan aspek perpajakan perusahaan, dari aspek efisiensi
pembayaran pajak audit melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam :
1. Meminimalkan penghasilan kena pajak (taxable revenue)
2. Memaksimalkan deductible expenses
Sementara dari aspek ketaatan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan audit melakukan penilaian
terhadap ketaatan perusahaan dalam melakukan:
1. Pemungutan dan pemotongan pajak
2. Penghitungan pajak dengan benar
3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
Meminimalkan penghasilan kena pajak
Meminimalkan dampak perpajakan pada pendapatan, maka pendapatan sebagai dasar pengenaan pajak
akan menjadi lebih kecil dan otomatis mengurangi pajak terutang. Penghasilan yang bukan merupakan
objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat 3 UU pajak Penghasilan
1. Bantuan, Sumbangan, Hibah.
a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat
b. Harta hibah yang dibeikan baik kepada badan atau perorangan.
2. Warisan
3. Harta, setoran tunai yang terima sebagai pengganti saham
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterimadalam bentuk
natura
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi
6. Deviden
7. Iuran atau dana pensiun
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
9. Bagian saham yang diterima anggota perseroan komanditer
10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
11. Beasiswa
12. Sisa atau lebih yang diterima lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
13. Santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggaran jaminan sosial
Memaksimalkan deductible expenses
Memaksimalkan bebn-beban yang diakui dalam penghitungan pajak. Dalam pasal 6 UU Pajak
penghasilan yaitu :

2|Audit Perpajakan
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan, termasuk :
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain :
a. Biaya pembelian bahan
b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan
c. Bunga, sewa, dan royalti
d. Biaya perjalanan
e. Biaya pengolahan limbah
f. Premi asuransi
g. Biaya promosi
h. Biaya administrasi
i. Pajak, kecuali pajak penghasilan
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
3. Iuran dana pensiun
4. Kerugian karna penjualan
5. Kerugian karna seisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian san pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
8. Piutang yang tidak dapat ditagih dengan syarat tertentu
Memasukan pemberian natura dan kenikmatan sebagai tunjangan dalam daftar gaji
Sebagai pemberi kerja, wajib pajak melakukan pemotongan PPH 21 atas gaji dan upah yang dibayarkan
kepada karyawannya. Semua pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak diakui sebagai
beban fiskal sehingga tidak bisa dikurangkan dalam perhitungan dasar pengenaan pajak.
Untuk menyamakan besarnya jumlah tunjangan pajak dengan PPh 21 yang terutang banyak perusahaan
menggunakan metode gross up. Metode ini memsukkan dalam daftar penghasilan pada slip gaji
tunjangan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan kepada karyawan termasuk tunjangan
PPh 21.
Tax Review
Tax review dilakukan untuk menelaah dan menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam
menimbulkan seluruh kewajiban perpajakannya. Secara garis besar kewajiban perpajakan untuk wajib
pajak meliputi :
1. Pemungutan dan pemotongan pajak
2. Pengitungan pajak dengan benar
3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
Bebrapa manfaat yang diperoleh wajib pajak dari pelaksanaan tax review sebagai berikut:
1. menghindari sanksi perpajakan
Sanksi perpajakan dalam tahun berjalan terdiri atas:
a. sanksi perpajakan seperti denda keterlambatan pembayaran pajak pasal 14 ayat 3 sebesar
2% per bulan maksimal 24 bulan dikalikan jumlah bulan yang terlambat dibayar

3|Audit Perpajakan
b. Denda keterlambatan pelaporan SPT Masa pasal 7 dan keterlambatan pelaporan SPT
tahunan
c. Sanksi bunga penagihan pasal 19 ayat 1 sebesar 2% per bulan (tanpa batas maksimal)
d. Sanksi pasal 14 ayat 4 berupa denda 2% kali dasar pengenaan pajak PPN akibat terlambat
atau salah membuat faktur pajak
e. Sanksi pasal 13 ayat 3 berupa kenaikan 50% akibat tidak menyampaikan SPT Tahunan sudah
di peringatkan dengan surat teguran.
Sanksi perpajakan akibat pemeriksaan pajak terdiri atas:
a. Sanksi pasal 13 ayat 2 sebesar 2% kali jumlah pajak yang kurang bayar yang ditemukan pada saat
dilakukan pemeriksaan.
b. Sanksi pasal 13 ayat 3 berupa kenaikan 100% dari jumlah lebih bayar yang seharusnya tidak
dikompensasikan
c. Sanksi pasal 13 ayat 3 berupa denda 100% karena PPh yang dipotong atau tidak dibayarkan
2. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena baru ditemukan pada
saat pemeriksaan
3. Menghindari kadaluwarsa masa pengkreditan pajak masukan
4. Meghindari pajak masukan yang tidak bisa dikreditkan
5. Menghindari kadaluarsa pengajuan keberatan pajak
6. Mengusahakan persetujuan pengurangan angsuran PPh Pasal 25
7. Mengusahakan surat keteragan bebas pajak
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak-hak wajib pajak
1. Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu peyampaian surat pemberitahuan pajak
penghasilan
2. Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan surat pemberitahuan yang telah di
smapaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis
Kewajiban wajib pajak
1. Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
peraturan UU perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor direktorat jenderal pajak
2. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak pertambahan
niali 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor direktorat jenderal
pajak.
3. Setiap wajib pajak mengisi surat pemberitahuan dengan benar lengkap dan jelas
4. Setiap wajib pajak mengisi surat pemberitahuan dengan benar lengkap dan jelas dan
menandatanganinya.
5. Wajib pajak membayar dan menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran
pajak ke kas negar.
Audit Atas Pph Pasal 21
Pasal 21 : pemotongan pajak atas penghasilan sehubunan dengan pekerjaan , jasa , atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri wajib dilakukan oleh :

4|Audit Perpajakan
1. Pemberi kerja yang membayar gaji , upah , honorarium , tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegwai atau bukan pegawai
2. Bendahara pemerinta yang membayarkan uang pensiun , dan pembayaran lain sehubungan
dengan pekerjaan , jasa , atau kegiatan
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan
nama apapun dalam rangka pensiun
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayran sehubungan dengan pelaksanaan suatu
kegiatan
Audit Atas Pph Pasal 26
Pasal 26: atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun , yang
dibayarkan , disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh temp pembayrannya oleh badan pemerintah ,
subjek pajak dalam negeri , penyelenggara kegiatan , bentuk usaha tetap , atau perwkilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di indonesia
1. Dipotong pajak sebesar 20% dari jmlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan
a. Deviden
b. Bunga termasuk premium , diskonto , dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalty , sewa , dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa , pekerjaan , dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya dan
h. Keuntunan karena pembebasan utang
2. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia kecuali yang diatur dalam
pasal 4 ayat 2 yang diterima atau diperoleh wajib bapak luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia , dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri
dipotong pajak 20% dari perkiraan penghasilan neto
3. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
ayat 3c dipotong pajak sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto
4. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia
dikenai pajak sebesar 20% kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan
5. Pemotongan pajak sebagimana dimaksut pada ayat 1 , ayat 2 , ayat 2a dan ayat 4 bersifat final
kecuali
a. Pemotonngan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 huruf b dan
huruf c
b. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap
Audit Atas Pph Pasal 22

5|Audit Perpajakan
Pasal 22: menteri keuangan dapat menetapkan :
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang
2. Badan badan tertentu untuk memungut pajak dari wajib pajak yang melakukan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah
Audit Atas Pph Pasal 23
Pasal 23:atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan
, disediakan untuk dibayarkan , atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah , subjek
pajak badan dalam negeri , penyelenggara kegiatan , bentuk usaha tetao , atau perwakilan perushaan
luar negeri lainnnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap , dipotong pajak oleh
pihak yang wajib membayarkan :
1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas
a. Deviden sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf g
b. Bunga sebagaimaan dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf f
c. Royalty
d. Hadiah , penghargaan , bonus , dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak
penghasilan sebagimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 huruf e
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pajak
penghasilan sebagaimana dimaksut dalam pasal 4 ayat 2
b. Imbalan sehubngan dengan jasa teknik , jasa manajemen , jasa konstruks , jasa
konsultan , dan jasa lain selain jasa dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimasksud
dalam pasal 21
Audit Atas Pph Pasal 25
1. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat
pemberitauan tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu
2. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk bulan bulan
sebelum surat peberitauan tahunan pajak penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian surat pemberitauan tahunan pajak penghasila sama dengan besarnya angsuran
pajak untuk bulan terakhir tahunpajak yang lalu
3. Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu
4. Direktur jendral pajak berwenang untuk menetapkan perhitungan besarnya angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan dalam hal hal tertentu
5. Menteri keuangan menetapkan perhitungan besarnya angsuran pajak
6. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki npwp dan telah berusia 21 tahun
yang bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan peraturan
pemerintah

6|Audit Perpajakan
7. Ketentuan sebagimana dimaksut dengan ayat 8 berlaku sampai dengan 31 desember 2010 ,
penyetoran pph 25 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya , ssp atas setoran
tersebut harus disimpan dan memiliki nilai yang sama dengan angsuran pph 25 yang telah
dilakkan pada buku besarnya . pengkreditan pph 25 pada perhitungan pajak terutang akhir
tahun harus didukung dilampiri dengan ssp pph 25 dengan jumlah yang sama
AUDIT ATAS PERHITUNGAN PAJAK AKHIR TAHUN
Pasal 28 :
1. Bagi wajib pajak dalam negeri dan dalam bentuk usaha tetap , pajak yang terutang dikurangi
dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan
2. Sanksi administrasi berupa bunga , denda , dan kenaikan serta sanki pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang undangan dibidang perpajakan yang
berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang sebagimana dimaskud pada ayat 1
Pasal 29 :
Untuk meminimalkan pembayran pajak penhasilan badan , wajib pajak dapat melakukan pengelolaan
kewajiban perpajakan akhir tahun melalui bebrapa cara , antara lain :
1. Review dan analisis pajak terutang akhir tahun pph badan
2. Strategi menghemat pajak penghasilan akhir tahun
a. Menunda pengakuan penghasilan ke tahun berikutnya
b. Meningkatkan atau mempercepat pengakuan biaya kerugian dalam tahun berjalan
3. Menghindari pajak lebih bayar dan rugi fiscal
4. Dn langkah langkah stratrgi lainna
Audit Atas Kewajiban Ppn
Kewajiban wajib pajak yang telah ditetapkan sebagai pengusaha kena pajak meliputi pemungutan ,
penyetoran , dan pelaporan pajak pertambahan nilai atas penyerahan barang kena pajak dan atau jasa
kena pajak yang diserahkan seperti yang diatur pada pasal 3a dan pasal 4 UU no 42 tahun 2009 tentang
ppn
1. Pengusaha yang wajib melaorkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
dan wajib memungut , menyetor , dan melaporkan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah yang terutang
2. Pengusaha kecil dpat memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan barang kena pajak tdak berwujud dari luar
daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam pasa 4 ayat 1 huruf d dan pasal 4 ayat 1 huruf e
4. Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis jasa kena pajak yang atas ekspornya dikenai
pajak pertambahan nilai diatur dengan peraturan menteri keuangan
Pajak Penghasilan
1. Tax holiday bagi industri pionir
2. Investment allowance untuk penanaman modal bidan usaha tertentu dan atau di daerah
tertentu
3. Kawasan ekonomi khusus
4. Fasilitas untuk kegiatan pemanfaaatn sumberenergi terbarukan
5. Kemudahan perhitungan pajak penghasilan atas penghasilan usaha dengan peredaran bruto
tertentu

7|Audit Perpajakan
6. Penurunan tariff pph bagi perseoran terbuka
7. Pengurangan 50% tariff pph bagi wajib pajak badan
8. Pengurangan angsuran pph pasal 25 dalam tahun berjalan
9. Pengurangan pph pasal 25 dan atau penundaan pembayaran pph pasal 29 bagi wajib pajak
industri tertentu
10. Bantuan , sumbangan , dan hibah yang dikecualikan sebagai objek pph
11. Bantuan atau santunan yang dibayrkan badan penyelenggara jaminan sosial dikecualikan oleh
objek pph
12. Zakat dan sumbangan wajib keagamaan dikecualikan dari objek pph
13. Sisa lebih badan atau lembaga nirlaba yang dikeuclikan dari objek pph
14. Beasiswa yang dikecualikan dari objek pph
15. Penghasilan tertentu dana pensiun yang dikecualikan dari objek pph
16. Keuntungan karena pembebasan utang debitur kecil dikecualikan dari objek pajak
17. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dibebankan sebagai biaya
18. Penghapusan piutang yang nyata nyata tidak ditagih yang dpat dkurangkan dari penghasilan
bruto
19. Zakat dan sumbangan wajib keagamaan lainnya sebagai pengurang penghasilan bruto
20. Sumbangan yang daapat dikurangkan dari penghasilan bruto
21. Pemberian natura bagi pegawai yang dapat dibebankan sebagai biaya
22. Biaya telepon seluler dan kendaraan perusahaan yang boleh dibebankan sebagai biaya
23. Fasilitas dalam rangka merger atau pemekaran usaha
24. Fasilitas pph atas revaluasi asset tetap dan angsuran pembayrannya
25. Penagguhan saat mula penyusutan untuk biaya perolehan harta berwujud bidang usaha
tertentu
26. Fasilitas pph berupa saat pengakuan penghasilandari pengalihan harta atau agunan berupa
tanah dan atau angunan bagi wajib pajak tertentu
27. Fasilitas pph atas penghasilan bunga kredit non performing oleh bank
28. Fasilitas pph terkait saat pengakuan penghasilan berupa keuntungan karena pembebasan utang
yang diperoleh debitur tertentu
29. Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pph
30. Fasilitas pph ditanggung pemerintah atas hibah dan pinjaman luar negeri
31. WP tertentu tidak wajib lapor SPT
32. Kenaikan penghasilan tidak kena pajak PTKP
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (ORANG PRIBADI)
33. Pph pasal 21 yang ditanggung pemerintah bagi pejabat negara pns , anggota abri , dan para
pensiunan .
34. Pengenaan pph pasal 21 dengan tariff yang lebih rendah dan bersifat final
35. Pph pasal 21 pegawai harian , mingguan , dan pegawai tidak tetap lainnya
36. Kantor perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang tidak wajib memotong pph
pasal 21/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22/23/26
37. Pengecualian pemungutan pph pasal 22 atas impor dan kegiatan lain

8|Audit Perpajakan
38. Pegecualian pengenaan pph pasal 26 ayat 4 branch profit tax
39. Pengecualian pemotongan pph atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat bank
Indonesia
40. Pengecualian dari pemotongan pph final atas bunga obligasi
41. Pengecualian dari pemotongan dan atau pemungutan pph oleh pihak lain
42. Pengecualian dari pemotongan dan atau pemungutan pph bagi wajib pajak dengan peredaran
bruto tertentu

9|Audit Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai