PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Operasi peledakan merupakan salah satu kegiatan pada penambangan bijih
untuk melepaskan batuan dari massa batuan induknya. Demikian pula halnya dengan
tambang batubara. Peledakan di tambang batubara umumnya diterapkan pada lapisan
penutup (overburden), namun demikian dapat pula diterapkan pada lapisan
batubaranya. Pada saat ini peledakan terhadap lapisan batubara sudah jarang
dilakukan terutama pada tambang batubara bawah tanah, karena dari pengalaman
dibeberapa tempat banyak mengundang bahaya yang tidak saja memusnahkan
peralatan produksi, bahkan juga terhadap tenaga kerjanya. Kebakaran tambang
batubara akibat peledakan memang relatif mudah terjadi, khususnya pada tambang
batubara bawah tanah, karena batubara terbentuk dari kayu-kayu purba yang secara
fisik mudah terbakar.
Perencanaan peledakan merupakan suatu tahapan pemberaian bahan galian
dan dibuat agar diperoleh suatu teknik peledakan yang ekonomis, efisien dan ramah
lingkungan. Oleh sebab itu sasaran utama dari perencanaan peledakan adalah
mempersiapkan sejumlah bahan peledak dan asesorisnya agar diperoleh ukuran
fragmentasi yang sesuai dengan proses selanjutnya dan memenuhi target produksi.
Disamping itu harus pula dipersiapkan cadangan bahan peledak dalam gudang yang
setiap enam bulan sekali yang harus habis dan diisi ulang dengan bahan peledak baru.
1.2 Tujuan Peledakan
Dalam penulisan makalah ini adalah bertujuan sebagai berikut:
Mengetahui istila-istilah dalam dunia pertambangan
Mengenal bahan peledak dan pengklasifikasian bahan peledak
Mengetahui sejarah peledakan dan sistem pemboran.
Mengenal dasa-dasar peledakan tanbang bawah tanah
Mengenal bagaimana Large Hole Cut
Mengenal Stoping dan hal-hal lain dalam stoping
Mengenal kontur dari terowongan
Mengetahui bagaimana pola penembakan
Mengetahui bagaiman V CUT
Teknik peledakan yang di pakai tergantung tujuan peledakan dan pekerjaan atau
proses lanjutan setelah peledakan. Supaya pekerjaan peledakaan berhasil dengan
baik sesuai dengan rencana perlu diperhatikan factor-faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik atau sifat batuan yang diledakan, termasuk data geoteknik.
b. Sifat-sifat bahan peledak.
c. Teknik/metoda peledakan yang dipakai.
Suatu peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak
yang diisi sejumlah bahan peledak. Dengan pengetahuan teknik/metoda
peledakan dapat dibuat rencana geometri peledakan dan jumlah bahan peledak
yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
1.3 Manfaat Peledakan
1.4 Manfaat dari peledakan pada usaha pertambangan adalah sebagai
berikut :
1. Membantu memecahkan material
2. Membantu meningkatkan produksi
3. Mempercepat kegiatan penambangan.
Peledakan di laksanakan apabila material yang akan di gali terlalu keras,
menggunakan alat mekanis jauga tidak bisa, maka peledakan adalah metoda yang
tepat untuk memberaikan batuan. Karena apabila peledakan juga di pakai pada
material lunak, maka akan menghabiskan biaya sangat mahal. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau Prosesterjadinya ledakan. Suatu operasi
peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan
yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.Dalam
membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendaknya terlebih
dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. Peralatan
peledakan(Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang
kali, misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan
perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses peledakan
atau tidak bisa digunakan berulang kali.Untuk setiap metode peledakan, perlu
perlengkapan dan peralatan yang diperlukan berbeda - beda. Oleh karena itu agar
tidak terjadi kerancuan dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan
tiap -tiap metode peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan
dikelompokan berdasarkan metodenya.
Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena
itu, harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati hati, agar tidak terjadi
kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang melakukan pekerjaan
peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja, sifat dan fungsi dari peralatan
yang digunakan. Karena persiapan peledakan yang kurang baik akan
menghasilkan bisa menyebabkan hasil yang tidak sempurna serta mengandung
resiko bahaya terhadap keselamatan pekerja maupun peralatan . Dalam hal ini
pemilihan metode peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan dan
perlengkapan juga berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
Peledakan bawah tanah juga mempunyai beberapa tujuan. Yaitu:
Meledakan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan, untuk: gudang,jalan,
saluran, terowongan pipan dan lain sebangainya.
Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material: operasi penambangan.
Dari kedua jenis kegiatan diatas terowongan adalah merupakan bagian
yang terpenting dari keseluruhan kegiatan. Terowongan umumnya dibuat dengan
arah mendatar, miring dan vertikal kebawah maupin keatas.
Daur waktu kerja pembuatan terowongan adalah:
Pemboron
Pemuatan
Peledakan
Pembersihan asap (ventilasi)
scaling (gruanting apabila diperlukan)
Pemuatan-pemuatan pengangkutan
Mempersiakan pemboran dan lain-lain selanjutnya
Dari jenis-jenis pekerjaan diatas yang perlu diperhatiakn khusus adalah
pekerjaan pemboran. Lubang ledak harus dibor tepat tempat yang telah ditentukan
dan dengan kemiringan yang benar atau dengan perkatan lain: pemboran lubang
ledak harus sempurna.
Salah satu metode pemberaian pada batuan adalah metode pemboran dan
peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan, melepas
ataupun membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi target produksi dan
memindahkan batuan yang telah hancur menjadi tumpukan material (muckpile) yang
siap untuk dimuat ke dalam alat angkut. Salah satu indikator untuk menentukan
keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan
yang dihasilkan dari kegiatan pemboran dan peledakan tersebut. Diharapkan ukuran
fragmentasi batuan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan
selanjutnya. Fragmentasi batuan yang memerlukan pemecahan ulang dinyatakan sebagai
bongkah, sehingga diperlukan upaya pemecahan ulang agar batuan tersebut bisa
digunakan. Untuk dapat mencapai tujuan di atas, diperlukan kontrol dan pengawasan
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi suatu operasi peledakan
2.2 Konsep Dasar Peledakan
Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan
c. Membuat rekahan
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar
batuan dalam industri pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai
barang yang berguna, disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk
itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan
peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih
efisien dan aman.
2. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan
watu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Setiap lubang ledak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup
kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga
lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah.
4. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
Pada prinsipnya, pecahnya batuan akibat energi peledakan dapat dibagi dalam
tiga tahap, yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.).
1. Proses pemecahan batuan tingkat I (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka terbentuk
Temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di
sekitar lubang ledak serta timbulnya gelombang kejut (shock wave) yang merambat
menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000-5000 m/detik, sehingga
menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya rekahan menjari
mengarah keluar di sekitar lubang ledak.
2. Proses pemecahan batuan tingkat II (quasi-static loading)
Tekanan yang meninggalkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat II
adalah positif. Apabila shock wave mencapai bidang bebas (free face) akan
dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif sehingga menimbulkan gelombang
tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini lebih besar dari kekuatan tarik
batuan, maka batuan akan pecah dan terlepas dari batuan induknya (spalling) yang
dimulai dari tepi bidang bebasnya.
3. Proses pemecahan batuan tingkat III (release of loading)
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan
menjari yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan
oleh kekuatan gelombang tarik dan retakan menjari. Massa batuan yang ada di depan
lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan yang tinggi
dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya akan terjadi.
Umumnya batuan akan pecah secara alamiah mengikuti bidang-bidang yang lemah,
seperti kekar dan bidang perlapisan.
5. Geometri Peledakan
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berbeda walaupun
mungkin jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan
mempengaruhi karakteristik massa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu
Diamati kenampakan struktur geologi, misalnya retakan atau rekahan, sisipan 7
(fissure) dari lempung, bidang diskontinuitas dan sebagainya. Kondisi geologi
semacam itu akan mempengaruhi kemampu-ledakan (blastability). Tentunya pada
batuan yang relatif kompak dan tanpa didominasi struktur geologi seperti tersebut di
atas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk jumlah
produksi tertentu dibanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan
peledak tersebut dinamakan specific charge atau Powder Factor (PF) yaitu jumlah
bahan peledak yang dipakai per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton).
Dengan demikian makin keras suatu batuan pada daerah tertentu memerlukan PF
yang tinggi agar tegangan batuan terlampaui oleh kekuatan (strength) bahan peledak.
6. Geometri Peledakan Jenjang
Terdapat beberapa cara untuk menghitung geometri peledakan yang telah
diperkenalkan oleh para akhli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L. Ash
(1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990), Rustan
(1990) dan lainnya. Cara-cara tersebut menyajikan batasan konstanta untuk
menentukan dan menghitung geometri peledakan, terutama menentukan ukuran
burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan
peledak. Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara coba-coba (rule of
thumb) untuk menentukan geometri peledakan, diantaranya ICI Explosive, Atlas
Powder Company, Sasol SMX Explosives Engineers Field Guide dan lain-lain.
Gambar di bawah ini memperlihatkan geometri peledakan dan cara menghitung
dimensi geometri peledakan tersebut diperlihatkan di bawah ini dan dapat digunakan
sebagai acuan.
2. Rancangan Menurut R.L. ASH
Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak dengan
mempertimbangkan konstanta KB yang tergantung pada jenis atau grup batuan dan
bahan peledak.