Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Menurut Smeltzer (2002), Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal .
Anemia atau kurang darah (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah kondisi di
mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh.
Kadar hemoglobin
a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram 18 gram
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram 16 gram.
c. Penderita anemia tingkat ringan mempunyai Hb : 10 gram 8 gram.
d. Penderita anemia tingkat sedang mempunyai Hb : 8 gram 5 gram.
e. Penderita anemia tingkat berat mempunyai Hb : kurang dari 5 gram.
(Smeltzer, 2002)
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari
13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb
kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.( Smeltzer ,2002)

B. Ruang Lingkup Anemia


1. Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia
(gangguan Hb).
b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti
gangguan ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat
konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
(wikipedia, 2014)
2. Klasifikasi Anemia Akibat Gangguan Eritropoiesis
a. Anemia Defisiensi Besi
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
b. Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin
dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel
darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan
pansitopenia.
c. Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas.
Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat
atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
d. Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel
tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap
awal.
(Wikipedia,2014)
3. Klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya yaitu:
a. Anemia pasca pendarahan (Kehilangan darah mendadak, kehilangan darah
menahun).
b. Anemia defisiensi besi.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12).
d. Anemia hemolitik dan anemia aplastik.
(Wikipedia,2014)

C. Penyebab Anemia
Ada tiga penyebab utama terjadinya anemia, yaitu
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah adalah penyebab paling umum terjadinya anemia, khususnya
terutama anemia karena kekurangan defisiensi zat besi. Kehilangan darah bisa
jangka pendek atau persisten. Jika kehilangan darah berlebihan, tubuh akan
kehilangan sel darah merah yang cukup dan menyebabkan anemia. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di saluran
pencernaan dapat menyebabkan kehilangan darah. Bedah atau kanker juga bisa
menyebabkan kehilangan darah.
2. Produksi sel darah merah tidak memadai
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan produksi sel darah merah
yang tidak memadai, ini termasuk:
a. Makanan
Makanan yang kekurangan atau tidak memiliki zat besi, asam folat (folat), dan
vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh tidak membuat sel darah merah yang
cukup. Zat besi merupakan mineral penting untuk pembuatan sel darah merah.
b. Penyakit Kronis
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh
tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki
HIV / AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang
digunakan untuk pengobatan penyakit.
c. Kehamilan
Selama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah perempuan meningkat lebih
cepat dibandingkan jumlah sel darah merah. Ini mencairkan darah dan dapat
menyebabkan anemia.
d. Hormon
Tubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk membuat sel darah
merah. Hormon ini membantu merangsang sumsum tulang untuk membuat sel
darah merah. Rendahnya tingkat hormon ini dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan
Beberapa obat seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan kanker atau
paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang. Jika sumsum
tulang rusak, tidak dapat membuat cukup sel darah merah baru untuk
menggantikan sel yang mati.
3. Kerusakan sel darah merah yang berlebihan
Anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah yang berlebihan dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk anemia, mereka adalah sebagai berikut:
a. Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur sebelum masanya
berakhir. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik,
umurnya jauh lebih pendek.
b. Anemia sel sabit.
Anemia sel sabit adalah bentuk parah dari anemia. Hal ini biasanya terjadi ketika
seseorang mewarisi dua gen yang abnormal (satu dari setiap orangtua) yang
menyebabkan sel darah merah mereka berubah bentuknya.
c. Thalassemia.
Thalasemia adalah suatu bentuk anemia yang sel darah merah cepat hancur. Hal
ini menyebabkan tubuh membuat sedikit sel darah merah sehat dan hemoglobin
dari normal.
(Zen,2013)

D. Tanda - Tanda Anemia


Tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
1. Kelopak Mata Pucat
Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika meregangkan
kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Pasti anda akan melihat
bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.
2. Sering Kelelahan
Jika ada yang merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih, bisa jadi
Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah. Pasokan energi tubuh sangat
bergantung pada oksidasi dan sel darah merah Semakin rendah sel darah merah,
tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.
3. Sering Mual.
Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning sickness atau
mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala.
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus-menerus.
Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan oksigen. Hal ini sering
menyebabkan sakit kepala.
5. Ujung Jari Pucat
Ketika anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah. Tetapi, jika
Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih atau pucat.
6. Sesak napas.
Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah
ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.
7. Denyut Jantung Tidak Teratur.
Palpitasi adalah istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur, terlalu kuat atau
memiliki kecepatan abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen, denyut
jantung meningkat. Hal ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur dan cepat.
8. Wajah Pucat.
Jika anda mengalami anemia, wajah anda akan terlihat pucat. Kulit juga akan
menjadi putih kekuningan.
9. Rambut rontok.
Rambut rontok bisa menjadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak mendapatkan
makanan yang cukup dari tubuh, anda akan mengalami penipisan rambut dengan
cepat.
10. Menurunnya Kekebalan Tubuh.
Ketika tubuh Anda memiliki energi yang sangat sedikit, kekebalan atau kemampuan
tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun. Anda akan mudah jatuh sakit atau
kelelahan.
(Wahyudi, 2013)

E. Faktor risiko terkena anemia


Ada beberapa faktor resiko terkena anemia, di antaranya :
1. Rendahnya asupan gizi pada makanan.
Pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah seperti zat besi,
vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan resiko anemia.
2. Kondisi saluran cerna
Kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi absorbsi nutrisi yang penting
bagi pembentukan sel darah merah sehingga dapat meningkatkan resiko
anemia.Selain itu, pendarahan akibat tukak lambung, tukak peptik, dan
infeksi parasit pada salurancerna juga dapat menyebabkan anemia.
3. Menstruasi.
Menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat kekurangan zat besi.
Kehilangan darah akibat menstruasi memicu pembentukan darah
berlebih.Apabila tidak diikuti dengan peningkatan asupan nutrisi terutama
zat besi, dapat memicu terjadinya anemiadefisiensi zat besi.
4. Kehamilan.
Kehamilan dapat meningkatkan resiko anemia akibat kekurangan zat besi.
Hal inidisebabkan tubuh harus memiliki nutrisi yang cukup untuk tubuh ibu dan
fetus,serta nutrisi untuk pembentukan sel darah fetus.Apabila tidak dibarengi
dengan asupan nutrisi yang cukup terutama zat besi, dapat menyebabkan
anemia.
5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
6. Genetik dan Sejarah keluarga
Sejarah keluarga merupakan faktor resiko untuk anemia yang disebabkan
oleh genetik, misalnya sickle-cell anemia, talasemia, ataufancony anemia.
7. Zat kimia dan obat: beberapa obat dan zat kimia seperti benzena, penisilin,
primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan anemia.
8. Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan
menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah dan
menyebabkan anemia.
9. Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan
kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.
(Noviyanti, 2013)

F. Pencegahan Penyakit Anemia.


Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari
iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang
mengandung:
1. Zat besi.
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau
gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain. Makanan yang mengandung zat besi
penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak,
wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi,
vegetarian dan atlet.
2. Asam Folat.
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12.
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
4. Vitamin C.
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C
antara lain jeruk, melon dan buah beri.
(Noviyanti, 2013)

G. Penanganan Penyakit Anemia


1. Bila ada yang merasakan gejala anemia seperti yang diatas dan orang - orang
disekitar melihat bahwa anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi
dengan dokter. Maka anda akan mendapat pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan
pemeriksaan penunjangan lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan
apa penyebabnya.
2. Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
kekurangan zat besi anda dapat mengkonsumsi makanan yang banyak menganduk
zat besi dan meminum Vit B12 yang dapat memberikan pemenuhan vitamin pada
anda.
3. Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan.
Setelah Anemia tertangani, Anda akan masih terus menerima asupan suplemen zat
besi dan vitamin untuk menjaga kondisi tubuh.
4. Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah
menyembuhkan penyakitnya.
5. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas
tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.
6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi disarankan bagi setiap orang,
terlebih bagi wanita yang menstruasi atau sedang hamil. Zat besi yang paling mudah
diserap bersumber dari daging, ayam dan ikan. Beberapa makanan seperti sayuran,
buah-buahan, sereal (yang diperkuat zat besi), telur dan kacang-kacangan juga
mengandung zat besi, namun lebih sulit dicerna. Untuk mempermudah penyerapan
zat besi, Anda dapat memakannya bersamaan dengan daging, ayam atau ikan atau
dengan buah-buahan yang kaya vitamin C.
7. Tidak memerlukan suplemen zat besi kecuali direkomendasikan dokter. Suplemen
zat besi berdosis tinggi dapat menyebabkan konstipasi dan tinja berwarna hitam.
Selain itu, penggunaan suplemen zat besi yang tidak perlu dapat menyembunyikan
masalah lain, misalnya perdarahan pada saluran pencernaan.
8. Wanita hamil disarankan mengkonsumsi suplemen makanan sesuai saran dokter,
termasuk yang mengandung zat besi dan asam folat untuk mencegah anemia.
9. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur yang kaya vitamin C seperti jambu, jeruk,
sirsak, pepaya, anggur, tomat, nanas, daun katuk daun singkong,dan bayam dapat
membantu tubuh menyerap zat besi.
10. Menjalani diet vegetarian harus dilakukan dengan bijak karena dapat menyebabkan
kekurangan vitamin B12. Vitamin ini sangat penting bagi pembentukan sel-sel
tubuh, termasuk sel darah merah. Bila Anda tidak mengkonsumsi makanan hewani,
11. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi.
12. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet.
(Noviyanti, 2013)

H. Prevalensi anemia
Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes
RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah
47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Data
WHO tidak kalah fantastis: hampir 30% total penduduk dunia diperkirakan menderita
anemia.

I. Hasil Penelitian.
Dari hasil penelitian oleh Cucu Herawati dan Sri Astuti dengan tema Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Anemia Gizi pada Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana
Kuningan Tahun 2010 yang berisi anemia gizi merupakan salah satu masalah
kesehatan utama, menurut hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
menunjukan bahwa 34% ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) dan 40%
menderita Anemia gizi besi (AGB).Prevalensi ibu hamil anemia di Kabupaten
Kuningan pada tahun 2009 adalah 14,21%.5 Sedangkan Prevalensi ibu hamil anemia di
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Puskesmas Jalaksana pada tahun 2009 sebesar
26,4%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel
umur kehamilan (P value = 0,003) dan status gizi/LILA dengan anemia gizi pada ibu
hamil (P Value = 0,011) sedangkan umur ibu, gravida, paritas, dan tingkat pendidikan
menujukan hubungan yang tidak bermakna karena P value >0,005. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi adalah dengan pemeriksaan
kehamilan secara rutin, meningkatkan konsumsi besi (sumber alami maupun fortifikasi
bahan makanan dan suplementasi besi-folat) dan peningkatan pengetahuan melalui
penyuluhan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kadar haemoglobin secara
tepat.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Prevalensi anemia di UPTD Puskesmas Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten
Kuningan tahun 2010 adalah sebesar 54,3%.
b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan Anemia gizi pada ibu
hamil.
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur kehamilan dengan Anemia gizi pada
ibu hamil.
d. Terdapat hubungan yang bermakna antara Status Gizi ibu dengan Anemia gizi pada
ibu hamil.
e. Tidak ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan ibu dengan Anemia gizi pada
ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Cucu dan Sri Astuti. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan Tahun 2010. Skripsi.
Cirebon: Stikes Cirebon
Noviyanti, Finna. 2013. Anemia .(online), (http://www.scribd.com/doc/54756023/Anemia .
Diakses pada tanggal 16 September 2014)
Smeltzer & Bare. 2002. Patofsiologi. Jakarta: EGC
Wahyudi, Arief. 2013. Gejala Anemia,Faktor Resiko dan Pengobatannya (online),
(http://obatalamipenyakit1.wordpress.com/2013/06/16/gejala-anemia-faktor-
resiko-dan-pengobatannya/.Diakses pada tanggal 16 September 2014)
Wikipedia. 2014.Anemia (online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia.Diakses pada
tanggal 16 September 2014)
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai