Lapkas Anemia
Lapkas Anemia
Anemia merupakan salah satu komplikasi paling sering terkait dengan kehamilan.
Anemia adalah penurunan kapasitas darah membawa oksigen dan ditandai dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin. Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah ekspansi volume
darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak proporsional, sehingga biasanya terjadi
penurunan hematokrit.1,2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia
pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011
yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan
anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama
periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian
anemia masih tinggi.3
Penyebab tersering anemia dalam kehamilan ada kekurangan zat besi. Penyebab
lainnya diantaranya defisiensi asam folat. Wanita yang paling berisiko adalah kelompok
sosio-ekonomi rendah dan remaja. Anemia didiagnosis dengan mengestimasi konsentrasi
hemoglobin dan pemeriksaan apus darah tepi untuk memeriksa perubahan sel darah merah.
Suplemen besi dan folat diindikasikan selama kehamilan untuk mencegah komplikasi ini.
Bahkan pada kehamilan normal, konsentrasi Hb menjadi terdilusi berdasarkan peningkatan
volume darah yang bersirkulasi. Wanita hamil cenderung mengalami anemia defisiensi besi
dan anemia defisiensi asam folat karena sejumlah zat besi dan asam folat ditransporkan
kepada fetus. Seorang wanita dewasa memiliki sekitar 2 gram zat besi pada tubuhnya. Saat
hamil, kebutuhan zat besi meningkat, membutuhkan tambahan 1 gram zat besi.4,5
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Tungkal I
Masuk RS : 20 September 2016
Jam Masuk RS : 21.00 WIB
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 21 September
2016 pukul 13.00 WIB di Zall Kebidanan RSUD Hasanuddin Damrah Manna
Datang Seorang G1P0A0, umur 21 tahun, datang dengan keluhan badan terasa lemas,
mata sering berkunang-kunang dan pusing. Pasien merasakan badan terasa lemas saat
beraktifitas sejak 1 bulan yang lalu, semakin menjadi lemas dan tak bertenaga sejak 5
hari SMRS. Pasien merasakan badan lemas setelah melakukan aktivitas ringan, pasien
juga sering merasakan mata berkunang-kunang dan pusing jika berdiri agak lama atau
jika berubah posisi dari duduk ke berdiri. Nafsu makan berkurang (+), Mual(-), muntah
(-), Perut kenceng-kenceng (-).
2
II.3 Riwayat Penyakit Dahulu
II.6 Riwayat Pernikahan : Pasien menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama
1 tahun.
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen: Supel, NT (-), Hepar Lien sulit dinilai, teraba janin tunggal, IU,
presentasi kepala, kepala belum masuk PAP, puka, TFU: 28cm, TBJ 2635gr,
His:-, DJJ: 130x/m
VT: tidak dilakukan pemeriksaan
4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. RESUME
Seorang G1P0A0, umur 21 tahun, hamil 35-36 minggu, badan sering terasa lemas,
mata sering berkunang-kunang dan pusing, riwayat obstetrik baik, riwayat fertilitas baik,
belum dalam persalinan, pemeriksaan fisik conjungtiva anemis +/+, extremitas pucat +/+,
dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan anemia (Hb 7,3 gr/dl dan Ht: 24%).
VI. DIAGNOSIS
G1P0A0 UH 35-36 minggu dengan Anemia sedang suspek defisiensi Fe dan asam folat,
JTH IU,Preskep
5
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20tpm
Observasi KU, TTV, DJJ, His
Transfusi PRC 3 kolf
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad Fungsionam: ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
6
Tanggal/ Jam Hasil Pemeriksaan
21 September S : -
O: KU : Baik
2016
TD : 120/80 mmHg
08.00 WIB N : 80 x/m
P : 20 x/m
T : 36.4 oC
DJJ: 129x/m
His: -
Mata: CA +/+
Ext pucat: +/+
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Observasi KU, TTV, DJJ, His
- Tranfusi 2 kolf PRC
22 September S : -
O : KU : Baik
2016
TD : 120/80 mmHg
08.00 WIB N : 80 x/m
P : 20 x/m
T : 36 oC
Hb: 9.5
Mata: CA-/-
Ext pucat: -/-
P:
- BLPL
- Promavit 1x1
- Sulfas Ferrosus 1x1
- Vit C 3x1
BAB II
ANALISA KASUS
7
Diagnosis pasien ini ditegakkan setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Saat anamnesis pasien mengaku sering lemas sejak 1 bulan terakhir,
namun semakin menjadi 5 hari SMRS. Pasien merasakan badan lemas setelah melakukan
aktivitas ringan, pasien juga sering merasakan mata berkunang-kunang dan pusing jika
berdiri agak lama atau jika berubah posisi dari duduk ke berdiri. Pasien mengaku jarang
makan karena tidak nafsu makan, dan tidak pernah kontrol ke bidan maupun pelayanan
kesehatan lainnya, dikarenakan tidak ada yang mengantar. Semua keluarga sibuk berkebun.
Dari anamnesis dapat disimpulkan bahwa pasien kurang asupan atau nutrisi untuk
pembentukan hemoglobin yang memerlukan Fe (zat besi). Dan kekurangan asam folat dan
b12 untuk pematangan bahan pengangkut hb dan oksigen yaitu eritrosit. Karena terjadi
kekurangan pembentukan Hb dan bahan untuk mengangkut Hb dan oksigen yaitu eritrosit.
Maka timbul gejala seperti lemas, mata berkunang dan pusing. Saat dilakukan pemeriksaan
fisik didapatkan conjungtiva anemis dan ke empat extremitas terlihat pucat. Saat dilakukan
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Hb: 7,3 gr/dL, hematokrit: 24%. Dari hasil
penunjang yang menyatakan penurunan hasil hemoglobin dan hematokrit sehingga pasien
dalam keadaan anemia sedang. Dimana terjadi penurunan kapasitas darah membawa oksigen
dan ditandai dengan penurunan konsentrasi hemoglobin. Dan perubahan ekspansi volume
darah dengan peningkatan volume plasma, sehingga terjadi penurunan hematocrit.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
Status Kehamilan Hemoglobin (gr/dL) Hematokrit (%)
Tabel 2.1 Nilai batas untuk anemia pada perempuan (Prawirohardjo, Sarwono. 2010) 7
10
2.3 Penyebab Anemia dalam Kehamilan
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat nutrisi multipel seperti anemia
defisiensi besi (75%) dan anemia megaloblastik defisiensi folat dan defisiensi vitamin B12
dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti
hemoglobinopati. Anemia jenis ini lebih sering terjadi pada wanita dengan diet inadekuat dan
yang tidak mendapat suplemen zat besi atau folat. Penyebab lainnya yang didapat dalam
kehamilan yaitu hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan.1,7
Penyebab anemia didapat dan herediter. Anemia didapat diantaranya anemia defisiensi
besi, anemia akibat perdarahan akut, anemia pada peradangan atau keganasan, anemia
megaloblastik, anemia hemolitik didapat, anemia aplastik atau hipoplastik. Anemia herediter
diantaranya thalassemia, hemoglobinopati sel sabit, dan anemia hemolitik herediter.2
11
Anemia pada kehamilan dikategorikan menjadi beberapa kategori:
Kategori Keparahan anemia Tingkat Hb (gr/dL)
Tabel 2.2 kategori anemia menurut Indian Council of Medical Research (Sharma J.B. 2010)5
13
Absorpsi Zat Besi Kehilangan Zat Besi
Tabel 2.3 Faktor yang mempengaruhi status zat besi pada wanita hamil (Sharma J.B. 2010) 5
Gejala yang paling sering terjadi pada anemia defisiensi besi adalah letargi dan lelah,
nyeri kepala, paresthesia, sensasi terbakar pada lidah, dan pica yang muncul pada anemia
berat setelah 20 minggu kehamilan. Gejala lainnya yaitu glossitis, pucat, cheilitis (inflamasi
pada bibir), koilonikia (spoon nail). Pada anemia berat (Hb < 5 gr/dL), gejala disertai
perdarahan retina, konjunctivitis, takipnea, takikardi, gagal jantung, sepsis, dan splenomegali
dapat terjadi.1,5
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi terparah, ditandai dengan
penurunan cadangan besi, konsentrasi serum besi (Fe serum), saturasi transferrin yang
rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit yang menurun. Pada kehamilan,
kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis,
kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat
mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan
mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah maka kebutuhan tambahan ini
berakibat pada anemia defisiensi besi.7
2.6.2 Diagnosis
Bukti morfologis apus darah tepi pada anemia defisiensi besi yaitu eritrosit hipokrom
mikrositer, kurang mencolok pada ibu hamil dibandingkan pada wanita tak hamil. Anemia
defisiensi besi derajat sedang biasanya tidak disertai oleh perubahan morfologis yang nyata
14
pada eritrosit. Namun, kadar ferritin serum lebih rendah daripada normal, dan tidak terdapat
besi yang terwarnai di sumsum tulang. Anemia defisiensi besi pada kehamilan terutama
terjadi karena ekspansi volume plasma tanpa ekspansi normal massa hemoglobin ibu.
Evaluasi awal ibu hamil dengan anemia sedang mencakup pengukuran Hb, hematokrit,
hitung eritrosit, sediaan apus darah tepi, Fe serum, dan ferritin.2
Pengukuran kadar serum ferritin < 30 gr/dL merupakan diagnosis defisiensi besi
(normal ferritin pada kehamilan: 55-70 g/dL). Saturasi transferrin <15%, dan Unsaturated
Iron-Binding Capacity (UIBC) >400 g/dL.1
2.6.3 Terapi
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi dan
asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis selama kehamilan. Literatur lain menyebutkan dosis anjuran
besi 100 mg setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Pada wilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan
postpartum.7
a. Terapi Pencegahan Anemia
1) Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu
tablet mengandung 60 mgFe dan 200 mg asam folat) yang di makan selama paruh kedua
kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.
2) Pendidikan.
Ibu hamil harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia. Dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab
anemia adalah defisiensi zat besi.
3) Modifikasi makanan
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan yaitu dengan pemastian
konsumsi makanan yang mengandung kalori dan meningkatkan ketersediaan hayati zat
besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu
dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
4) Pengawasan penyakit infeksi
15
Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat
melalui pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan.
5) Fortifikasi makanan
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan diproses secara terpusat
merupakan inti penanganan anemia. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah
tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung dan
produk susu.
b. Penanganan Anemia
1) Anemia Ringan
Dengan kadar Hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya
perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 250 ug asam folat peroral sekali
sehari. Hemoglobin dapat dinaikkan sebanyak 1 gr /dl sehari mulai dari hari kelima dan
seterusnya (Arisman, 2010, hal.150-151).
2) Anemia Sedang
Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 ug asam folat
peroral sekali sehari. (Arisman, 2010, 150).
3) Anemia Berat
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 yang dikutip dari The
Management of Nutrition in Major Emergencies (Manajemen Ilmu Gizi Dalam
Keadaan Darurat) penanganan anemia berat dilakukan dengan pemberian preparat besi
600 mg dan 400 ug asam folat peroral sekali sehari selama 3 bulan.
Koreksi anemia dan suplai cadangan besi dapat dilakukan dengan pemberian preparat
besi oral seperti fero sulfat, fero fumarat, atau fero glukonas yang memberikan sekitar 200
mg besi elemental per hari. Sediaan parenteral yaitu fero sukrosa dapat digunakan pada ibu
hamil yang tidak dapat minum secara peroral. Pemberian suplementasi besi setiap hari pada
ibu hamil sampai minggu ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat zat besi dan
non-anemis (Hb < 11 gr/dL dan ferritin > 20 g/dL) menurunkan prevalensi anemia dan bayi
berat lahir rendah.2,7
16
Preparat Dosis preparat (mg) Kandungan zat besi (mg)
Tabel 2.4 Kandungan zat besi pada preparat besi (Sharma J.B. 2010) 5
Disamping suplementasi besi, sumber zat besi dari makanan seperti daging, ayam, dan
ikan dapat digunakan untuk pencegahan anemia defisiensi besi. Daging, ayam, dan ikan dapat
meningkatkan absorpsi besi (2-3 kali lipat lebih cepat diserap dibanding suplementasi besi
saja). Jus jeruk juga direkomendasikan untuk kehamilan. Sumber zat besi lainnya didapat
seperti tahu, kacang tanah, bayam, roti gandum, kacang polong, susu, telur, dan kismis.4,10
17
2.8 Anemia Terkait Penyakit Kronik
Karakteristik penyakit kronik disertai rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat.
Beragam penyakit seperti gagal ginjal kronik, kanker, kemoterapi, infeksi HIV, dan
peradangan kronik seperti supurasi penyakit radang usus (inflammatory bowel disease),
artritis rematoid, menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat. Biasanya degan
eritrosit yang sedikit hipokromik mikrositer. Anemia kronik biasanya meningkat seiring
dengan ekspansi volume plasma yang melebihi ekspansi massa sel darah merah. Konsentrasi
besi serum menurun, kadar ferritin meningkat, dengan morfologi sumsum tulang tidak
berubah.2
18
semakin parah, membuat defisiensi gizi bertambah buruk. Pada sebagian kasus, konsumsi
etanol berlebihan dapat berperan dalam defisiensi folat.2
Pada wanita tak hamil, kebutuhan asam folat adalah 50-100 g/dL. Selama hamil,
kebutuhan folat meningkat hingga 5-10 kali lipat karena transfer folat dari ibu ke janin yang
menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar terjadi pada
kehamilan multiple, diet buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik, atau pengobatan
antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron tinggi selama kehamilan dapat menghambat
absorpsi folat. Defisiensi folat sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab
utama anemia megaloblastik pada kehamilan. Perubahan morfologis dini biasanya mencakup
neutrofil yang mengalami hipersegmentasi dan eritrosit yang baru terbentuk yang
makrositer.2,7
Gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum ditambah kulit yang
kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak prekursor eritrosit secara
morfologis lebih besar (makrositer) dan perbandingan inti-sitoplasma yang abnormal dan
normokrom. MCH dan MCHC normal, dengan MCV meningkat. Adanya neutropenia dan
trombositopenia sebagai akibat dari maturasi granulosit dan trombosit yang abnormal. Tanda
awal defisiensi folat adalah kadar folat serum rendah < 3 ng/dL.7
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta, dan
anomali kongenital seperti Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa
anensefali, spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya
tabung saraf tulang belakang untuk tertutup. Selain itu, defisiensi folat dapat menyebabkan
kelainan pada jantung, saluran kemih, ekstremitas, dan organ lainnya.6,7
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral sebanyak 1-5
mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami
malabsorpsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 g folat per hari. Dalam 4-7 hari
setelah permulaan terapi, hitung retikulosit akan meningkat dan leukopenia dan
trombositopenia terkoreksi.2,7
19
jarang pada wanita usia subur dan biasanya memiliki awitan setelah usia 40 tahun. Penyebab
defisiensi vitamin B12 adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, reseksi lambung, dan
pertumbuhan berlebihan bakteri di usus halus.2
Selama kehamilan, kadar vitamin B12 lebih rendah dibandingkan kadar wanita tak
hamil karena berkurangnya kadar protein pengikat yang mencakup haptokorin dan
transkobalamin. Wanita yang pernah menjalani gastrektomi memerlukan 1000 g vitamin
B12 intramuskular setiap bulannya.2,6,7
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12
disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.6
20
DAFTAR PUSTAKA
21