Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).

Masa nifas terdiri dari tiga tahapan, yaitu : puerperium dini, puerperium

intermedial, remote puerperium (Rukiyah, 2011).

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian

ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas

terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya di sebabkan oleh

adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan

merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan

darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai

penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009).

Pada saat persalinan telah dilalui oleh seorang ibu berjalan normal, tanda

adanya bahaya akan tetap terjadi pada masa nifas yaitu masa dua jam setelah

persalinan sampai dengan enam minggu, harus diwaspadai terjadi bahaya yang

akan mengancam keselamatan ibu (Maryunani dan Yulianingsih, 2009).

Angka kematian ibu pada tahun 2010 ada 287.000, yang menghasilkan

MMR dari 210 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di antara 180 negara.

Jumlah kematian ibu ini menurun dari 543.000 di tahun 1990 menjadi 287.000 di

1
2

tahun 2010. Demikian juga MMR dunia yang menurun dari 400 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 210 di tahun 2010 (WHO, 2010).

Menurut data Survei Demogafi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007,

AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan kesepakatan global MDGs (2000) pada tahun 2015, diharapkan

AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

dan AKB menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1.000 kelahiran

hidup (Depkes, 2008).

Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2010, kasus

kematian ibu maternal adalah sebanyak 117 kasus kematian dengan rincian

sebanyak 26 kasus kematian ibu hamil, 79 kasus kematian ibu pada saat

persalinan serta sebanyak 5 kasus kematian ibu nifas. Sehingga jika dihitung

angka kematian ibu maternal dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 83.871,

maka kematian ibu maternal di provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar 139

per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kalbar, 2010).

Intervensi terhadap gangguan masa nifas difokuskan untuk mencegah

infeksi dan meningkatkan proses penyembuhan dengan perawatan asepsis,

kebersihan diri, perawatan puerperium, perawatan hemoragi, peningkatan

eliminasi, pengkajian terhadap involusi uteri, lokhea, episiotomi (Syafrudin,

2009).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
3

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam

24 jam pertama (Saifuddin, 2007).

Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa

nifas sangat penting, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang

hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan

seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat

lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Prawirohardjo, 2006).

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada ibu nifas penting agar ibu

nifas menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan

mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan

kesehatan mereka dan orang lain, sebagainya. Pendidikan kesehatan yang

diterima ibu nifas juga diperlukan agar mereka menyadari dan melakukan hal-hal

yang dapat mewariskan kesehatanyang baik kepada keturunan mereka

(Notoadmodjo, 2003).

Pada studi pendahuluan yang dilakukan di ruang nifas RSUD dr. Soedarso

Pontianak dari Januari-Desember 2012 terdapat 799 orang yang melahirkan

normal dan 989 orang ibu post sectio caesaria dan 235 orang ibu nifas dari

Januari-1 Maret 2013, 71 orang yang melahirkan normal dan 164 orang ibu post

sectio caesaria.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Nifas Rumah

Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso pada pada tanggal 1 Maret 2013, peneliti

melakukan wawancara terhadap 10 orang ibu nifas dan hasil yang didapatkan
4

adalah dari 10 orang ibu nifas, hanya 3 orang (30%) ibu nifas mengetahui tanda-

tanda bahaya masa nifas dan 7 orang ibu belum mengetahui tanda-tanda

bahaya masa nifas. Dan dari 10 orang ibu nifas terdapat 3 orang ibu nifas yang

mengalami infeksi nifas, 1 ibu nifas dengan bendungan ASI dan 1 ibu nifas

dengan perdarahan sekunder.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap ibu post partum di ruang nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda

bahaya masa nifas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka peneliti

dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di

Ruang Nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2013 .

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa niifas

di ruang nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak Tahun 2013.


5

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan Proposal ini adalah untuk mengetahui

kejelasan tentang:

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu

tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

b. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu tentang

tanda-tanda bahaya masa nifas.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu

tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Penulisan ini di harapakan dapat mengaplikasikan berbagai teori serta

konsep yang telah di peroleh selama mengikuti pendidikan dalam bentuk ilmiah

serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengembangkan ide atau

kreativitas dan memberikan pengalaman langsung bagi penulis.

2. Bagi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Pontianak

Dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, referensi, atau rujukan guna

penelitian selanjutnnya di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kementerian

Kesehatan Pontianak mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.


6

3. Bagi RSUD dr. Soedarso Pontianak

Dapat digunakan sebagai masukan yang berkaitan tentang tanda-tanda

bahaya masa nifas.

E. Keaslian penelitian

1. Herbania Kundus (2010) meneliti tentang Perbedaan tingkat pengetahuan ibu

nifas sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya

pada ibu nifas di Ruang Nifas RSUD Soedarso Pontianak. Metode penelitian

Quasi Eksperiment. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan

antara pengetahuan ibu nifas sebelum dan sesudah diberi penyuluhan, dilihat

dari harga Zhitung ( -4,974 ) lebih kecil dari Ztabel yaitu 137 dengan nilai p 0,000 <

0,005 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan antara

pengetahuan ibu nifas sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang tanda-

tanda bahaya nifas.

2. Aisi Arsanda (2011) meneliti tentang Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda

bahaya pada masa nifas di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Metode penelitian

deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu nifas yang

dirawat di ruang nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2011 tentang

tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagian dari responden 46,67% (14 orang)

dikategorikan cukup.

3. Asih Dian Pratami (2011) meneliti tentang Pengetahuan ibu nifas sebelum

dan sesudah diberi penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya nifas di Rumah

Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak . Metode penelitian Quasi Experiment.


7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan

ibu nifas sebelum dan sesudah diberi penyuluhan mengenai tanda-tanda

bahaya pada masa nifas dimana didapatkan bahwa Ztabel lebih kecil dari Zhitung

( 1,96 < 4,8 ) dengan taraf kesalahan 5% ( uji dua pihak ).

Adapun yang menjadi perbedaan pada peneliti ini yaitu terletak pada

tempat penelitian dan teknik penelitian serta waktu penelitian.

Anda mungkin juga menyukai