Anda di halaman 1dari 11

Masih banyak ibu merasa bahwa ASI nya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk menambah

susu for mula. Perasaan ini timbul karena setelah beberapa hari memang payudara tidak terasa
tegang lagi dan bayi sering minta disusui. Padahal ini merupakan hal yang wajar. Payudara
memang tidak terasa tegang lagi walaupun produksi ASI tetap banyak dan bayi memang sering
minta disusukan oleh karena ASI cepat tercerna dan perut cepat menjadi kosong. Kecukupan ASI
dapat dinilai dengan menimbang kenaikan berat badan bayi secara teratur. Bila kenaikannya
masih sesuai dengan pertumbuhan yang normal berarti ia mendapat ASI cukup. Secara lebih
cepat juga dapat diketahui kecukupan ASI dengan memperhatikan berapa kali bayi kencing. Bila
bayi hanya mendapat ASI saja, ia dapat mengeluarkan air kencing paling kurang 6 kali sehari.
Hal ini berarti ia telah mendapat cukup ASI.

Penyebab sindrom ASI kurang adalah:

Faktor menyusui: posisi dan melekatkan yang salah, kurang sering, tidak mengosongkan
payudara, menggunakan botol.
Faktor psikologis ibu: kurang percaya diri.
Faktor fisik ibu: kurang gizi, merokok, menggunakan alat KB hormonal
Faktor bayi: sakit, kelainan kongenital.

Bila memang ASI kurang atau hisapan bayi kurang kuat, ASI dapat diberikan dengan bantuan
supplementer.

Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik
awal yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini di dasari oleh
peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin. Hormon prolaktin dalam peredaran
darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.

Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Kosongnya
simpanan ASI mengakibatkan semakin besar produksinya untuk mengisi ketika lumbung ASI
yang kosong dan hormon prolaktin akan terus tinggi dalam peredaran darah. Apabila bayi tidak
menghisap puting susu pada setengah jam persalinan, hormon prolaktin akan turut dan sulit
merangsang sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. (Hubertin Sri. 2004)

Faktor pendukung yang menyebabkan produksi ASI berkurang atau ASI tidak keluar saat ibu
menyusui :

1. Perasaan / emosi (psikologis ibu)

Perasaan ibu dapat menghambat dan meningkatkan pengeluaran oksitoksin. Seperti perasaan
takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks
oksitoksin yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya perasaan ibu yang bahagia,
senang, bangga, memeluk dan mencium bayinya dapat meningkatkan pengeluaran ASI.

2. Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya
seorang ibu untuk menyusui.

3. Isapan bayi yang tidak sempurna atau puting susu yang sangat kecil. Hal ini membuat
produksi hormon prolaktin dan hormon oksitoksin akan terus menurun dan produksi ASI akan
terhenti.

4. Cara menyusu yang tidak tepat, tidak dapat mengosongkan payudara dengan benar yang
akan menurunkan produksi ASI.

5. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi akan menyebabkan daya isap berkurang,
karena bayi mudah merasa kenyang bayai akan malas menghisap puting susu.

6. Penggunaan dot dan empongan dapat mengurangi daya isap bayi.

7. Ibu perokok berat produksi ASI-nya akan berkurang demikian pula dengan pil KB yang
mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi ASI.
8. Ibu yang asupan nutrisinya kurang dan sedikit minum.

Adakalanya bayi enggan atau menolak untuk menyusu, kaji bagaimana cara ibu memposisikan
dan menggendong bayi payudara, mendorong kepala bayi ke payudara dapat mengakibatkan bayi
menolak untuk disusui. (Riordan Jan. 2000)

Dukungan bidan dalam pemberian ASI

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

a) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibu.

b) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.

b) Mengajarkan cara perawatan payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.

c) Membantu ibu pada waktu pertama kali pemberian asi

d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama

e) Memberikan asi pada bayi sesering mungkin

f) Memberikan kolostrum dan asi saja

g) Menghindari susu botol dan dot empeng

(yanti, 2011:h.12)

5. Manfaat pemberian ASI

Manfaat asi untuk bayi adalah sebagai berikut :


1) Nutrien

kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih dalam tahun kedua.

2) ASI mengandung zat protektif

Dengan adanya zat pprotektif dalamm ASI sehingga bayi jarang mengalami sakit. Zat protektif
tersebut antara lain :

3) laktobasilus bifidus dalam asi sesuai kebutuhan bayi

(a) Asi memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh
atau lebih nutrisi selama 6 bulan

Membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan


mikroorganisme.

(b) Laktoferin

Mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.

(c) Lisozim

(d) Komplemen c3 dan c4.

(e) Imunoglobulin (Igc, IgM, IgA, IgD, dan IgE) melindungi tubuh dari infeksi.

4) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi bayi dan ibu.

5) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.

6) Mengurangi kejadian dentis.(Yanti, 2011:h.17)

6. Stadium ASI

ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu :

a) Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum. ASI mulai ada kira-kira pada
hari ke 3 atau hari ke 4. kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan.volume klolostrum antara 150-300 ml/ 24 jam. Kolostrum juga pencahar
yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi makanan yang akan datang.

b) ASI transisi/ peralihan

Asi yang kluar setelah kolostrum sa,pai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari
ke 10.

c) ASI matur

ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih.

( Saleha, 2009:h.20)

Tanda bayi cukup ASI

Bayi 0-6 bulan, dapat dinilai kecukupan ASI bila bila mencapai keadaan bayi sebagai berikut :

a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan 8 kali pada 2-3
minggu pertama.

b) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna lebih muda pada hari
kelima setelah lahir.

c) Bayi BAK paling tidak 6-8 kali/hari

d) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

e) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit kenyang.


f) BB dan TB sesuai grafik pertumbuhan

g) Peekembangan motorik baik

h) Bayi menyusu dengan kuat, kemudian melemah dan tidur pulas .(Vivian, 2011:h.24)

8. ASI eksklusif

ASI esklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan apapun. ASI dapat diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.

Bila memungkinkan ASI diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal berikut :

a) IMD selama 1 jam setelah kelahiran bayi.

b) ASI esklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa tamabahn makanan atau
minuman.

c) ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi.

d) ASI tidak diberikan melalui botol, cangkir, dan dot.(Vivian, 2011:h.25)

Alasan ASI harus dibrikan selama 6 bulan, yaitu:

a) komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila diberikan tepat.

b) bayi saat umur 6 bulan sistem pencernaannya mtur, pori-pori tertutup saat bayi berumur 6
bulan.(Yeyeh,2011:h.27)

Cara memberikan ASI pada bayi yang telah didinginkan adalah sebagai berikut:

a) Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih
yang keluar keran atau merendem botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panasatau
bukan mendidih.
b) Jangan sekali-kali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dengan panci,
menggunakan microwave atau alat lain, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan ASI.

c) Ibu tentunya mengetahui berapa banyak ASI yang diminum oleh bayinya jadi
sesuaikan jumlah ASI yang dipanaskan.(Vivian, 2011:h.28)

Menyusui adalah suatu proses yang alamiah namun tetap harus dipelajari bagaimana cara
menyusui yang baik dan benar, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan
kepada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik saja tetapi juga lebih cerdas,
mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spiritual yang baik serta perkembangan social
yang lebih baik (Utami Roesli, 2000).

Data Susenas 2010 menunjukan bahwa ada baru 33,6% bayi yang mendapatkan ASI (Dinkes
Prov Jateng, 2010). Sedangkan data cakupan ibu menyusui di wilayah Puskesmas Kalimanah
Kabupaten Purbalingga pada tahun 2012 pada bulan September dari 726 ibu nifas, hanya ada 385
ibu menyusui yang hanya memberikan ASI pada bayinya. (Data Puskesmas Kalimanah, 2012).

Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan memberikan
ASI sesuai dengan keinginan bayi, pemberian ASI on demand yaitu dimana ibu memberikan ASI
nya setiap bayi meminta dan tidak berdasarkan jam. Sangat penting karena pada mulanya, bayi
menyusu secara tidak teratur, tetapi setelah satu atau dua minggu pola menyusuinya sudah
teratur. Jenjang waktu menyusui pada bayi biasanya dua-tiga jam sekali. Dan pola ini tidak akan
menimbulkan masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya (Roesli, 2001).

Kendala dalam pemberian ASI on demand yaitu adanya masalah pada ibu dan bayi. Kendala
dalam pemberian ASI on demand yaitu adanya masalah pada ibu dan bayi. Masalah pada ibu
misalnya ibu merasakan nyeri pada puting saat menyusui bayi yg disebabkan posisi menyusui
yang salah dan kurangnya pengetahuan ibu tentang posisi menyusui yang benar. Pada ibu bekerja
dapat dijadikan alasan sehingga ibu mengurangi jadwal menyusui bayinya atau bahkan
menghentikan pemberian ASI sehingga bayi tidak memperoleh asupan ASI sesuai dengan
kebutuhannya. Sindrom ASI kurang dimana ibu merasa air susu yang diproduksi kurang yang
ditandai dengan bayi sering menangis dan menolak untuk menyusu serta bayi menyusu dengan
waktu yang lama, sehingga hal ini akan mendorong sikap ibu untuk memberikan susu formula
guna memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya (Suradi,2004).

Sedangkan masalah pada bayi yaitu bayi yang sering menangis hal ini disebabkan karena ASI
kurang dan bayi merasa tidak puas, bayi bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan
yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol bergantiganti dengan menyusu pada
ibu, bayi sakit hal ini jelas akan menghambat proses pemberian ASI pada bayi karena dalam
keadaan sakit bayi akan malas menyusu sehingga kebutuhan nutrisinya akan berkurang dan ibu
akan mengalami kesulitan dalam memberikan ASI sesuai keinginan bayi (Suradi, 2004).

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya manusia yang
berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional. Sumber daya
manusia yan berkualitas tentunya harus dibentuk sejak awal. Pemberian ASI dan proses menyusu
yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia.
Namun saat ini masih banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya,
disebabkan kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara
keseluruhan proses menyusu terganggu. Kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang
sempurna disebabkan terganggunya proses alami bayi untuk menyusu sejak dilahirkan, biasanya
penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir untuk dibersihkan,
ditimbang dan diberi pakaian sehingga menyebabkan produksi ASI akan berkurang
(Shillatuddiniyah, 2013).

Dampak yang terjadi jika ibu tidak menyusui bayinya yaitu terputusnya hubungan batin antara
sang ibu dan sang anak, rasa sakit pada payudara yang membengkak saat diperah atau saat
digunakan pompa atau mesin pompa ASI, let down milk reflex ASI tidak kunjung tiba, ketidak-
seimbangan antara produksi ASI/hari (Sitepoe, 2013).
Pemberian ASI di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan riskesdas 2010, angka
pemberian ASI eksklusif bagi bayi yang berusia dibawah 6 bulan adalah sebesar 15,3%. Bayi
yang menggunakan susu formula mencapai 27,9%. Pemberian ASI eksklusif di 51 negara
berdasarkan pengukuran indikator yang telah ditetapkan, Indonesia rangking ke 37 dari 51
negara (AIMI, 2013).

Data awal yang di peroleh di RSI Jemursari dengan mewawancarai 15 ibu yang menyusui pada
bulan Maret 2014. Menunjukkan ibu yang menyusui bayinya terdapat 6 orang (40%) dan ibu
yang tidak menyusui bayinya terdapat 9 orang (60%). Ibu yang tidak menyusui bayinya memiliki
alasan yaitu mengatakan produksi ASI-nya kurang.

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu : makanan, apabila konsumsi makanan ibu secara
teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan meningkatkan produksi ASI.
Ketenangan jiwa dan pikiran, ibu yang selalu dalam keadaan ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Anatomis buah dada, bila
jumlah lobus dan lobulus dalam buah dada berkurang, dengan demikian produksi ASI berkurang.
Fisiologi, terbentuknya ASI dipengaruhi hormone prolaktin yang menentukan dalam hal
pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Isapan anak, isapan bayi yang efektif akan
mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk memproduksi hormon
prolaktin dan oksitosin. Faktor obat, obat yang mengandung hormon akan mempengaruhi
hormon prolaktin dan oksitosin, akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI. Bagi
ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung
hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI (Kristiyanasari, 2009).

Upaya yang dapat diterapkan oleh bidan untuk mendukung menyusui yaitu mempunyai
kebijakan tertulis tentang menyusui, melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut, menjelaskan kepada ibu hamil tentang
manfaat dan manajemen laktasi, membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit
setelah melahirkan, memperlihatkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan
mempertahankannya, tidak memberikan makan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir, melaksanakan rawat gabung, mendukung pemberian ASI tanpa jadwal, tidak
memberikan dot atau kempeng, membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung
ibu menyusui (Yuli Astutik, 2014).
Tantangan dalam menyusui dapat mengakibatkan hal buruk, salah satunya adalah bayi
kekurangan ASI. Masalah ini bisa terjadi jika produksi ASI berkurang ataupun bayi belum
mampu menyusu dengan sempurna. Karena itu, sangat penting memahami dan mengetahui tanda
bayi kurang ASI. Sehingga, Anda bisa mewaspadai adanya masalah kesehatan pada bayi.

1Berat badan turun

Tanda paling umum yang terjadi adalah penurunan berat badan. Pada umumnya, bayi akan
mengalami penurunan berat badan setelah lahir. Namun secara normal, bayi akan kembali
mendapatkan berat badannya 5 hari setelah lahir.

Hal tersebut disebabkan karena ia sudah mendapatkan cukup ASI. Anda harus mewaspadai jika
setelah 5 hari berat badan bayi tak kunjung naik, bahkan cenderung terus mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena asupan ASI yang masuk ke bayi belum mencukupi.

2Jarang buang air kecil

Frekuensi buang air kecil juga dapat jadi tolak ukur cukup tidaknya asupan ASI yang diterima
bayi. Bayi mengalami kekurangan ASI jika tidak membasahi 8 popok kain atau 6 popok sekali
pakai dalam waktu 24 jam setelah 5 hari lahir.

Jika bayi mendapatkan cukup ASI, pipis bayi yang sudah 5 hari lahir umumnya cukup banyak.
Hal ini harus diwaspadai jika bayi Anda belum mendapatkan ASI yang cukup.

3Warna urin gelap

Selain frekuensi, tanda bayi kurang ASI juga bisa dilihat dari warna urin. Bayi yang
kurang ASI akan memiliki urin berwarna gelap, sama seperti warna jus apel.
Sementara jika cukup, urin akan berwarna pucat cenderung bening. Kondisi ini juga dapat
disebabkan oleh dehidrasi yang terjadi pada bayi.
Maka jangan lupa untuk menyusui bayi Anda agar terhindar dari hal ini.

4Lebih rewel dan lemas

Bayi yang kurang ASI juga kerap menjadi lebih rewel dan terlihat lemas. Ia bisa jadi sangat
mudah tertidur saat mulai menyusui dan kemudian menjadi rewel, ketika Anda mencoba
memindahkan posisisnya. Anak yang kerap tertidur saat menyusui disebabkan oleh produksi ASI
yang kurang.

Setelah menyusui, Anda juga tidak merasakan perubahan pada payudara. Biasanya setelah
menyusui, payudara akan terasa lebih lembut dan kosong.

5Sering menyusu tapi tetap menangis

Tanda bayi kurang ASI lainnya adalah bayi yang terus menyusu hampir setiap jam. Namun,
setelah menyusu, ia masih rewel seakan masih lapar, seperti dikutip dari health.kompas.com.
Saat bayi sudah menunjukkan tanda-tanda di atas, ada baiknya Anda langsung berkonsultasi
pada dokter untuk mencari tahu penyebab dan cara mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai