Hipertensi Urgensi Versi Jurnal
Hipertensi Urgensi Versi Jurnal
HIPERTENSI URGENSI
Disusun oleh :
1261050203
Nadya Fachfudyana
1261050163
JAKARTA
1
Hipertensi Urgensi
Disusun oleh :
1261050203
Nadya Fachfudyana
1261050163
2
ABSTRAK
Hipertensi urgensi merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular yang sering
dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan
tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak tanpa
disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan
dalam 24 jam dengan memberikan obat obatan anti hipertensi oral. Sedangkan
hipertensi emergensi (darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target.
ABSTRACT
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan tekanan darah secara mendadak tanpa
disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan
dalam 24 jam dengan memberikan obat obatan anti hipertensi oral. Sedangkan
hipertensi emergensi (darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastolik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget. Hipertensi
emergensi ini harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan
obat obatan anti hipertensi intravena.3,5,6
1. Hipertensi refrakter: respons pengobatan tidak memuaskan dan Tekanan darah >
200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien.
2. Hipertensi akselerasi : Tekanan darah meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai
dengan kelainan fundudkopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna.
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan Tekanan darahdiastolik >
120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema, peninggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial atupun sekunder dan jarang terjadi
pada penderita yang sebelumnya mempunyai Tekanan darah normal.
4. Hipertensi enselofati: kenaikan Tekanan darah dengan tiba-tiba disertai dengan
keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi
teversible bila Tekanan darah diturunkan.
KLASIFIKASI.5
a. Hipertensi urgensi
b. Hipertensi emergensi
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi berikut anjuran frekuensi
pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
5
FAKTOR PREDISPOSISI
Krisis hipertensi dapat terjadi peda hipertensi primer atau hipertensi sekunder. Faktor
predisposisi tejadinya krisis hipertensi oleh karena :
PATOGENESIS
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab
hipertensi melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular
perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan
perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik
mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri
dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat. Pada tahap selanjutnya curah jantung
kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks
autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk
mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang
meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien
hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan
kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.5
MEKANISME AUTOREGULASI
Pada penderita hipertensi kronis, penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas ambang
autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva, sehingga pengurangan
aliran darah dapat terjadi pada tekanan darah yang lebih inggi (lihat gambar 2).5
7
Gambar 2. Kurva autoregulasi pada tekanan darah
MANIFESTASI KLINIS.7
8
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Hipertensi Urgensi
a. Penatalaksanaan Umum6,8,9
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
urgensi tidak membutukan obat-obatan parenteral. Pemberan obat-obatan oral
aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam
awal (Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%).
Pada fase awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg.3,6,11
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mau oral bukan tanpa
resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral anti
hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.3,6
b. Obat obatan spesifik untuk hipertensi urgensi.6
Captopril adalah golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
dengan onset mulai 15 30 menit. Captopril dapat diberikan 25 mg sebagai
dosis awal kemudian tingkatkan dosisnya 50 100 mg setelah 90 120 menit
kemudian. Efek yang sering terjadi yaitu batuk, hipotensi, hiperkalemia,
angioedema, dan gagal ginjal (khusus pada pasien dengan stenosis pada arteri
renal bilateral).
Nicardipine adalah golongan calcium channel blocker yang sering digunakan
pada pasien dengan hipertensi urgensi. Penggunaan dosis oral biasanya 30 mg
9
dan dapat diulang setiap 8 jam hingga tercapai tekanan darah yang diinginkan.
Efek samping yang sering terjadi seperti palpitasi, berkeringat dan sakit
kepala.
Labetolol adalah gabungan antara 1 dan -adrenergic blocking dan memiliki
waktu kerja mulai antara 1 2 jam. Dalam penelitian labetolol memiliki dose
range yang sangat lebar sehingga menyulitkan dalam penentuan dosis.
Penelitian secara random pada 36 pasien, setiap group ada yang diberikan
dosis 100, 200 dan 300 mg secara oral dan menghasilkan penurunan tekan
darah sistolik dan diastolik secara signifikan. Secara umum labetolol dapat
diberikan mulai dari dosi 200 mg secara oral dan dapat diulangi setiap 3 4
jam kemudian. Efek samping yang sering muncul adalah mual dan sakit
kepala.
Clonidin adalah obat-obatan golongan simpatolitik sentral (2-adrenergic
receptor agonist) yang memiliki onset kerja antara 15 30 menit dan
puncaknya antara 2 4 jam. Doasi awal bisa diberikan 0,1 0,2 mg kemudian
berikan 0,05 0,1 setiap jam sampai tercapainya tekanan darah yang
diinginkan, dosis maksimal adalah 0,7 mg. efek samping yang sering terjadi
adalah sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik.
Nifedipine adalah golongan calcium channel blocker yang memiliki pucak
kerja antara 10 20 menit. Nifedipine kerja cepat tidak dianjurkan oleh FDA
untuk terapi hipertensi urgensi kerana dapat menurunkan tekanan darah yang
mendadak dan tidak dapat diperidisikan sehingga berhungan dengan kejadian
strok. Pada tahun 1995 National Heart, Lung, and Blood Institute meninjau
kembali bukti keamanan tentang penggunaan obat golongan Ca channel
blocker terutama nifedipine kerja cepat harus digunakan secara hati-hati
terutama pada penggunaan dosis besar untuk terapi hipertensi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama) :
Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus tertentu ), biopsI
renald ( kasus tertentu ).
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12