Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

PENYUSUN :

DEVAND ADYLLON
030.12.070

PEMBIMBING :
dr. Aninditha Triana Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBGYN


RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 27 FEBRUARI 1 APRIL 2017
JAKARTA

I
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :


Pemeriksaan ginekologi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Departemen Obgyn RSAL Dr. Mintohardjo periode 27 Februari 2017 1 April
2017

Disusun oleh:
Devand Adyllon
030.12.070

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Aninditha Triana, Sp. OG selaku dokter
pembimbing Departemen Obgyn RSAL Dr. Mintohardjo

Jakarta, Maret 2017

..................................
dr. Aninditha Triana, Sp. OG

II
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada
penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan. referat ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mengikuti dan meyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Departemen Obgyn pada RSAL dr.Mintohardjo.
Penulis menyadari keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat
bantuan dari semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu dalam penyelesaian referat ini, terutama kepada:
1. dr. Aninditha Triana, Sp. OG selaku dokter pembimbing atas segala ilmu,
bimbingan dan bantuannya selama penulis menjalani kepaniteraan bagian
obgyn di RSAL dr.Mintohardjo.
2. Para staf dan karyawan di dalam maupun di luar lingkungan RSAL dr.
Mintohardjo yang telah membantu dan memberi pengarahan selama
berlangsungnya kegiatan kepaniteraan.
3. Orang Tua dan keluarga penulis atas segala bentuk doa dan dukungannya.
4. Teman-teman kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
atas bantuan dan kebersamaannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan referat ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima
saran dan kritik. Harapan penulis semoga referat ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca khususnya dan menambah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Maret 2017

Penulis

DAFTAR ISI

III
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... II
KATA PENGANTAR ................................................................................ III
DAFTAR ISI ............................................................................................... IV
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. ANATOMI ............................................................................... 2
2.2. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
2.2.1. DEFINISI ......................................................................7
2.2.2. TUJUAN .................................. .................................... 7
2.2.3. TAHAPAN PEMERIKSAAN .................................... 7
2.2.3.1. PERSIAPAN .................................................... 7
2.2.3.2. PEMERIKSAAN PAYUDARA ...................... 8
2.2.3.3. PEMERIKSAAN ABDOMEN ........................ 11
2.2.3.4. PEMERIKSAAN LIPAT PAHA ...................... 12
2.2.3.5. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA ..12
2.2.3.6. PEMERIKSAAN DALAM ...............................13
BAB III. KESIMPULAN ............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

IV
BAB I
PENDAHULUAN

Melakukan pemeriksaan payudara dan pemeriksaan dalam merupakan bagian


penting dalam meningkatkan kesehatan setiap perempuan. Kedua pemeriksaan
tersebut dapat membantu mengidentifikasi masalah sebelum ibu mempunyai
gejala dan memerikan kesempatan pengobatan atau pencegahan dini. Kedua
pemeriksaan tersebut juga memberikan kesempatan kepada petugas kesehatan
untuk berbicara dengan ibu mengenai kesehatannya dan memberikan kesempatan
ibu untuk konseling mengenai gaya hidupnya bila membahayakan. Sebagai
contoh, bila saat pemeriksaan petugas kesehatan mengetahui klien memiliki
banyak pasangan seksual, maka klien mendapatkan konseling mengenai risiko
atas perilakunya tersebut. Dengan menjalani pemeriksaan payudara dan
pemeriksaan dalam secara teratur dapat membantu ibu untuk belajar mengenai
tubuhnya.(1)

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI
Anatomi alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua, organ genitalia eksterna
dan interna. Organ genitalia eksterna terbagi menjadi vulva, mons pubis, labia
mayor, labia minor, klitoris, vestibulum, introitus vagina dan perineum.
Sedangkan organ genitalia interna dibagi menjadi vagina, uterus, tuba fallopi dan
ovarium.(2)
Vulva merupakan bagian dari organ genitalia eksterna yang meliputi seluruh
struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum. Pada regio
pubis terdapat mons pubis yang merupakan bagian menonjol diatas simfisis dan
setelah pubertas ditutupi rambut kemaluan. Dibawah monspubis terdapat dua bibir
besar yang terdiri atas bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong dan mengeci
dibawah yang disebut labia mayora. Labia mayora berisi jaringan lemak, bagian
belakangnya bertemu dan membentuk komisura posterior. Labia mayora identik
dengan skrotum pada laki-laki. Pada bagian bawah kilit labia mayora terdapat
banyak pleksus vena sehingga bila cedera menimbulkan hematoma dan pada usia
lanjut labia mayora mengeriput. Ketika labia mayora di buka terdapat bibir kecil
yang merupakan lapisan tipis dari kulit bagian dalam labia mayora yang disebut
labia minora. Bibir kecil ini pada bagian depan bertemu diatas klitris membentuk
preputium klitoridis, dan bagian belakangnya juga bertemu membentuk fossa
navikulare. Pada bagian depanlabia minora terdapat organ klitoris sebesar kacang
dan tertutup oleh preputium klitoridis. Klitoris berisi jaringan yang dapat
mengembang dan penuh dengan serabut saraf sehingga sangat sensitif.(2)

2
Gambar 1. Genitalia Eksterna

Bagian dalam labia minora terdapat vestibulum, organ ini berbentuk lonjong,
bagian depan dibatasi oleh klitoris, bagian kanan dan kiri oleh labium minora, dan
bagian belakang dibatasi oleh perineum. 1-1,5 cm dibawah klitoris terdapat
orificium uretra eksternum (OUE) membentuk bujur dan tidak jarang sulit
ditemukan karena tertutup lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari OUE dikiri dan
kanan bawahnya terdapat ostia skene, saluran skene identik dengan prostat pada
laki-laki. Bagian bawah kiei dan kanan dekat fossa navikulare terdapat glandula
bartholini yang berdiameter 1cm dan bermuara di vestibulum. pada bagian
bawah vestibulum terdapat lubang yang merupakan introitus vagina, yang
memiliki bentuk dan ukuran berbeda-beda, pada seorang virgin introitus vagina
selalu dilindungi oleh labia minor dan ditutupi oleh hymen (selaput darah). bagian
paling bawah organ genitalia eksterna ang terletak di antara vulva dan anus adalah
perineum, perineum didukung oleh diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
Organ ini mendapat perdarahan dair arteri pudenda interna dan di persarafi oleh
nervus pudendus.(2)

Gambar 2.
Potongan Sagital
Genitalia Interna

3
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dengan uterus,
arahnya sejajar dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium, arah ini
penting saat melakukan vaginal toucher untuk pemeriksaan ginekologi. Pada
bagian dinding dalam vagina terdapat rugae (berlipat-lipat) yang berfungsi
melebar saat terjadi persalinan normal. Dibawah epitel vagina terdapat jaringan
ikat yang kaya akan pembuluh darah, pada kehamilan terjadi hipervaskularisasi
pada jaringan tersebut. Bagian depan vagina berhubungan dengan uretra dan
kandung kemih yang dipisahkan olehh septum vesikovaginalis. Sedangkan bagian
belakangnya terdapat rektum dan dipisahkan oleh septum rektovaginalis,
sepertempat bagian atas dinding vagina belakang terpisah dari rectum oleh
kantong rectouterina yang disebut cavum douglasi. Bagian puncak vagina dibatasi
oleh cerviks, terbentuk forniks anterior, posterior, dan lateralis kanan dan kiri.
Forniks memiliki arti klinis karena organ internal pelvic dapat teraba saat palpasi
melalui dinding forniks yang tipis. Vagina mendapat perdarahan dari a. uterina, a.
vesicalis inferior, a. hemoroidalis mediana dan a. pudendus interna.(2)
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau pir yang sedikit gepeng kearah
depan belakang. Ukuran uterus sebesar telur ayam yang mempunyai rongga,
dindingnya terdiri atas otot polos, dengan ukuran panjang uterus 7-7,5 cm,
lebarnya sekitar 5,25 cm, tebal uterus sekitar 2,5 cm dan tebal dinding uterus
sekitar 1,25 cm. Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus dan serviks. fundus uteri
adalah bagian uterus proksimal, disini termpat tuba fallopii masuk keuterus.
Korpus uteri merupakan bagian uteri yang terbesar bagian ini memiliki fungsi
utama untuk perkambangan janin selama masa kehamilan. Serviks uteri terdiri
atas pars vaginalis servisisuteri yang dinamakan portio, dan pars supravaginalis
servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada diatas vagina. Secara histologik
dari dalam keluar uterus terdiri atas endometrium, otot polos dan lapisan serosa
yakni peritoneum viserale. Endometrium melapisi seluruh cavum uteri dan
memiliki arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi.
Uterus sebenarnya terapung dalam rongga pelvis, namun terfiksasi oleh jaringan
ikat dan ligamentum yang menyokongnya, beberapa ligamentum itu antara lain,
(i) ligamentum mackenrodt / kardinal kiri dan kanan yang terpenting mencegah

4
uterus tidak turun, (ii) ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan, merupakan
ligamentum yang menahan uterus agar tidak bergerak, (iii) ligamentum rotumdum
kiri dan kanan, merupakan ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi,
(iv) ligamentum latum kiri dan kanan, meliputi tuba, dalam menfiksasi uterus
ligamentum ini tidak banyak memiliki pernanan, (v) ligamentuk infundubulo-
pelvikum, ligamentum yang menahan tuba fallopii.(2)

Gambar 3. Genitalia Interna

Uterus diperdarahi oleh arteri uterina kiri dan kanan yang berasal dari arteri
iliaca interna. Selain itu uterus juga diperdarahi oleh arteri ovarika kiri dan kanan.
(2)

5
Gambar 4. Perdarahan Uterus

Tuba fallopi terdiri atas (i) pars interstisialis yang merupakan bagian yang
terdapat didinding uterys, (ii) pars ismika, merupakan bagian medial yang sempit,
(iii) pars ampullaris, bagian yang sedikit lebar dan termpat terjadinya konsepsi,
dan (iv) pars infundibulum, merupakan bagian ujung tuba yang terbuka dan
memiliki fimbrae. Fimbrae berfungsi untuk menangkap telur yang nantinya akan
disalurkan ke tuba. Bagian dala tuba terdapat silia yang berfungsi menyalurkan

6
telur / hasil konsepsi ke cavum uteri, sedangkan bagian luarnya diliputi
peritoneum viserale yang merupakan bagian ligamentum latum.(2)
Wanita umumnya memiliki 2 ovarium, ukuran ovarium tersebut 4 x 1,5 cm.
Bagian atas ovarium berhubungan dengan mesovarium yang merupakan tempat
banyak pembuluh darah dan serabut saraf sedangkan bagian bawah ovarium
bebas. Ovarium menggantung pada uterus melalui ligamentum ovariiproprium.
Pada wanita terdapat sekitar 100.000 folikel primer dan dikeluarkan 1 folikel
setiap bulannya.(2)

2.2. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


2.2.1. DEFINISI
Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang
dilakukan secara bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ
genitalia wanita, berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada
tidaknya kelainan pada bagian tersebut.(3)
Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur
pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada
tampilan genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah, besar,
konsistensi uterus dan serviks, kondisi adneksa, parametrium dan organ-
organ disekitar genitalia interna.(3)

2.2.2. TUJUAN
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ginekologi antara lain, (i) untuk
memeriksan payudara apakah terdapat perbedaan bentuk, ukuran atau yang
lainnya, (ii) untuk memeriksan perut bagian bawah dan genitalia eksterna
apakah terdapat kelainan, (iii) untuk memeriksa kelenjar bartholini, skene
apakah terdapat kelainan, (iv) untuk memeriksa vagina dan serviks apakah
terdapat infeksi, robekan, ataupun kelainan yang lain, (v) dan untuk
memeriksa organ dalam (rahim, tuba fallopi, dan ovarium) apakah terdapat
infeksi atau kelainan.(1)
2.2.3. TAHAPAN PEMERIKSAAN
2.2.3.1. PERSIAPAN
Pemeriksan dilakukan di ruang pemeriksaan, tindakan harus
bersih, dan dengan pencahayaan yang baik dan mempunyai sumber

7
air bersih. Jika akan dilakukan pemeriksaan dalam, sebelumnya
menjelaskan dan meminta izin kepada pasien mengenai pemeriksaan
yang akan dilakukan (informed consent) kemudan meminta pasien
untuk melepas pakaiannya, dan pastikan apakah sudah buang air
kecil (BAK) dan mencuci bagian abdomen dan genitalianya sampa
benar-benar bersih menggunakan sabun dan ai bila kebersihannya
kurang. Pasien diminta untuk melepaskan pakaiannya sesuai
pemeriksaan, misalkan untuk memeriksa payudara, untuk
pemmeriksaan dalam, kemudian bantu pasien untuk naik ke meja
pemeriksaan dan pastukan dia merasa nyaman. Jika perlu, minta
pasien untuk menarik nafas dalam-dalam agar dapat merasa santai.
operator kemudian mencuci tangan dengan menggunakan air dan
sabun kemudian keringkan dengan kain bersih dan kering atau
dinginkan sebelum memulai pemeriksaan.(1)

2.2.3.2. PEMERIKSAAN PAYUDARA


Sebelum memulai pemeriksaan payudara, operator harus
meminta izin (informed consent) kepada pasien. Kemudian
menanyakan kepada pasien apakah pasien merasakan adanya
perubahan pada payudaranya dan apakah sering melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Setelah pasien membuka pakaian
bagian atasnya, minta pasien untuk duduk di meja pemeriksaan
dengan kedua lengan pada samping tubuhnya.(1)
Lakukan inspeksi bentuk dan ukuran payudara pasien, apakah
terdapat perubahan bentuk, ukuran, puting atau kerutan atau lekukan
pada kulit. Walaupun beberapa perbedaan pada ukuran payudara
bersifat normal, ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk
dapat mengindikasilan adanya massa. Pembengkakan, hangat, nyeri
yang meningkat pada satu atau kedua payudara dapat mengartikan
adanya infeksi.(1)

8
Gambar
5. Inspeksi
Payudara

Lihat puting susu da perhatikan ukuran dan bentuk serta arah


jatuhnya (apakah kedua payudara menggantung secara seimbang).
periksa juga apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit dan apakah
keluar cairan dari puting susu. Kemudian meminta pasien untuk
menggangkat kedua tangan ke atas kepala dan lakukan pemeriksaan
seperti diatas, dan kemudian meminta pasien meletakan kedua
tangan di pinggang untuk mengencangkan otot dadanya. Pada setiap
posisi, periksa ukuran, bentuk, dan simetri, lekukan puting atau kulit
payudara dan lihat apakah terdapat kelainan. Kemudian minta pasien
untuk membungkukan badannya kedepan untuk melihat apakah
kedua payudara tergantung secara seimbang.(1)

Gambar 6. Pemeriksaan Payudara 3 Posisi

Setelah inspeksi lakukan palpasi. Pasien diminta untuk


berbaring dimeja pemeriksaan, letakan sebuah bantal dibawah
punggung pada sisi yang akan diperiksa akan membuat jaringan ikat

9
payudara menyebar sehingga dapat membantu pemeriksana
payudara. Letakan lengan kiri ibu keatas kepala, perhatikan untuk
melihat apakah tampak sama dengan payudara sebelahnya dan
apakah terdapat lipatan atau lekukan. Dengan menggunakan
permukaan tiga jari tengah lakukan palpasi payudara dengan
menggunakan teknik spiral, mulai dari sisi luar payudara, tekan
jaringan ikat payudara dengan kuat pada tulang rusuk setelah selesai
setiap satu putaran dan secara bertahap pindahkan jari operator
menuju areola. Lanjutkan sampai semua bagian selesai diperiksa,
perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri. Dengan membasahi
ujung jari dengan cairan sabun atau betadin dapat membantu
mengidentifikasi gumpalan atau benjolan pada ketiak.(1)

Gambar 7. Palpasi
Payudara

Dengan menggunakan
ibu jari dan telunjuk tekan puting payudara degan lembut. Lihat
apakah terdapat keluar carian (bening, keruh atau darah), lalu catat
dalam status pasien. Ulangi langkah di atas pada payudarah satunya.
Bila terdapat keraguan dari hasil pemeriksaan tersebut, ulangi
langkah tersebut dengan posisi pasien duduk dengan kedua tangan di
samping.(1)
Setelah melakukan pemeriksaan payudara dan puting mamae,
lakukan pemeriksaan palpasi pangkal payudara guna memeriksa
pembesaran kelenjar getah bening sekitar. Operator meminta pasien
duduk dan meletakan lengan sisi yang akan di periksa setinggi bahu,

10
bila perlu lengan diletakan pada bahu pemeriksa, lalu lakukan
penekanan sisi luar dari otot pektoral sambil bertahap menggerakan
jari-jari kepangkal ketiak untuk memeriksa pembesaran kelemjar
getah bening. Lakukan langkah diatas pada payudara sebelahnya.
Setelah selesai pemeriksaan , minta pasien untuk memakai
pakaiannya kembali.(1)

2.2.3.3. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH


Operator berdiri disalah satu sisi pasien, perhatikan abdomen
pasien, apakah abdomen rata, bundar, menggelembung atau
tenggelam. Lokasi dan kontur atau bentuk pusar perhatikan apakah
adanya pembengkakan atau tonjolan yang menunjukan kemungkinan
adanya penyakit lain seperti hernia umbilikalis. Apakah terdapat
benjolan atau massa yang terlihat pada abdomen yang mungkin
mengindikasikan kehamilan, tumor, organ yang membesar atau
adanya cairan atau gas. Inspeksi kulit abdomen seperti warna kulit
apakah terdapat ketidaknormalan, seperti kuning (hepatitis), kebiruan
(sianosis), atau kemerahan (inflamasi). inspeksi apakah terdapat
guratan (skar), striae, dan ruam kulit lainnya.(1)
Sebelum melakukan palpasi tanyakan kepada pasien apakah
terdapat nyeri atau keluhan pada abdomen lainnya dan periksa lokasi
tersebut terakhir. Palpasi dilakukan menggunakan tekanan ringan
untuk merasakan semua area abdomen yang normalnya teraba halus
dan lembut.(1)

Pada saat melakukan palpasi abdomen, perhatikan ekspresi


wajah ibu dan gerakan tubuhnya sebagai indikasi kemungkinan
adanya ketegangan. Lakukan palpasi diseluruh abdomen, apakah
ditemukan massa, kemudian tentukan ukuran, bentuk, konsistensi,
mobilitas, dan pergekrakan massa yang ditemukan. Bila kesulitan
melakukan palpasi pada pasien dengan obesitas, resistensi otot atau
maslaah lain, gunakan kedua tangan, tangan yang satu bertumpuk
pada tangan yang lain, tekan kebawah dengan tangan yang berada

11
diatas sambil melakukan palpasi dengan tangan yang berada
dibawahnya.(1)

2.2.3.4. PEMERIKSAAN LIPAT PAHA


Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan,
lakukan palpasi daerah lipat paha untuk melihat apakah terdapat
benjolan atau teraba kelenjar getah bening yang membesar. Celupkan
kedua sarung tangan kedalam laurtan klorin 0,5% lalu lepaskan
sarung tangan dengan membalik sisi dalam menjadi diluar. Jika akan
dibuang letakan sarung tangan pad wadah tahan bocor atau kantung
plastik, jika sarung tangan akan dipakai kembali lakukan
dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Kemudian mencuci tangan dengan air dan sabun kemudian
keringkan dengan kain bersih kering atau dianginkan.(1)

2.2.3.5. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA


Sebelum melakukan pemeriksaan, lebih dahulu melakukan
persiapan pasien diantaranya, meminta informed consent pasien dan
meminta untuk mengosongkan kandung kemih, serta melepaskan
pakaian dalamnya. Bantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan
posisikan pasien (baik meja dengan sandaran kursi maupun tidak).
Operator mencuci tangan sampai bersih dengan sabun dan air lalu
keringkan dengan kain yang bersih dan kering atau dianginkan.
Nyalakan lampu dan arahkan kedaerah genital pasien. Operator
menggunakan sarung tangan steril, kemudian duduk menghadap
aspektus genitalis, lakukan tindakan antiseptik dengan kapas yang
sudah dibasahi larutan antiseptik ke bagian vagina vulva dan
perineum. Lakukan inspeksi daerah vulva dan perinuem apakah
terdapat kelainan seperti kelainan bentuk, warna, pembengkakan
pada labia mayus, perineum, anus, dan sekitarnya. Buka celah
antara kedua labium mayus, labium minor, muara uretra dan
introitus, apakah terdapat tanda peradangan, apakah hymen masih
utuh, apakah terdapat perdarahan maupun fluor albus.(1)

12
2.2.3.6. PEMERIKSAAN DALAM
Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung
telunjuk kiri pada introitus (agar terbuka), masukkan ujung
spekulum dengan arah sejajar introitus (yakinkan bahwa tidak ada
bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina.
Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90 hingga
tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan
membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga masing-masing
bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina). Tekan pengungkit
bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau
forniks). Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan
pengatur jarak bilah, kemudian putar tangakai speculum 90 0 keatas
dan keluarkan spekulum.kemudian spekulum diletakan pada tempat
yang telah disediakan.(3)

13
Gambar 8. Inspekulo

Operator berdiri untuk melakukan vaginal toucher, buka labium


mayus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
masukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan ke dalam vagina.
Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis,
tentukan tinggi fundus uteri (apabila besar kandungan
memungkinkan untuk diraba dari luar). Tangan dalam memeriksa
dinding vagina, kemudian secara bimanual tentukan besar uterus,
konsistensi dan arahnya. Periksa konsistensi serviks, keadaan
parametrium dan kedua adneksa. Pindahkan jari-jari tangan luar dan
dalam ke bagian isthmus (tentukan apakah ada tanda Hegar,

14
dengan mencoba untuk mempertemukan kedua ujung jari tangan
luar dan dalam).(3)

Gambar 9. Pemeriksaan Bimanual Menilai Uterus

15
Gambar 10. Pemeriksaan Bimanual Menilai Adneksa

Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis,


keluarkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan. Angkat tangan kiri
dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada bekas
sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva/perineum. Beritahu
ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk.(3)
Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan
kemudian masukkan dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Masukkan sampah bahan habis pakai pada
tempat yang telah disediakan (tempat sampah medis). Seka bagian-
bagian yang dicemari sekret/cairan tubuh dengan larutan klorin 0,5%.

16
Masukkan tangan ke dalam lauratan klorin 0,5%, bersihkan dari
sekret/cairan tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit, cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, dan keringkan dengan handuk
yang bersih.(3)

BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan ginekologi merupakan suatu prosedur klinik yang dilakukan


secara bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia
wanita, berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan
pada bagian tersebut. Tujuan dilakukannya pemeriksaan ginekologi antara lain, (i)
untuk memeriksan payudara apakah terdapat perbedaan bentuk, ukuran atau yang
lainnya, (ii) untuk memeriksan perut bagian bawah dan genitalia eksterna apakah
terdapat kelainan, (iii) untuk memeriksa kelenjar bartholini, skene apakah terdapat
kelainan, (iv) untuk memeriksa vagina dan serviks apakah terdapat infeksi,
robekan, ataupun kelainan yang lain, (v) dan untuk memeriksa organ dalam
(rahim, tuba fallopi, dan ovarium) apakah terdapat infeksi atau kelainan.
Tahapan pemeriksaan ginekologi antara lain, melakukan persiapan baik
operator dan pasien, mengawali pemeriksaan pada organ payudara, kemudian
pemeriksaan pada abdomen, pemeriksaan lipat paha, dan di lanjutkan dengan
pemeriksaan genitalia eksterna melalui inspeksi organ genitalia eksterna, lalu
pemeriksaan dalam melalui inspekulo dan palpasi bimanual.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijayanegara H, Wirakusuma FF, Krisnadi SR, Mose JC, Sabarudin U,


Effendi JS, Anwar AD, etall . Panduan Praktik Klinis Obstetri dan
Ginekologi. Bandung. 2015. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hal 128-37
2. Kusuma J, Saifuddin AB, Abdulmuthalib, Pribadi A, Aditiawarman, Abadi A,
Sjamsuri AK, etall. Ilmu Kebidanan. Jakarta. 2014. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal 115-28
3. Tahir AM, Farid RB, Jusuf EC. Buku Panduan Keterampilan Pemeriksaan
Ginekologi. Makasar. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

18

Anda mungkin juga menyukai