1. Pendahuluan
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan
dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan
stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan
stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari
setiap satuan batuan.
Di lapangan, pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan dengan menggunakan
tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu
lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya,
sehingga koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak
begitu besar.
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan
urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan.
a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap
jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau
berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin,
antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi
yang benar.
c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti di
seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan pada
saat pengukuran.
4. Menghitung Ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang
atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan
dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak
dilakukan dalam bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang
diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus:
D = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).
Di dalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut
yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut
lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan
koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan.
Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk
pembuatan penampang.
Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus,
ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d adalah
jarak terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran
tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
Gambar Posisi pengukuran pada daerah datar
(c)
Gambar Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan
b) Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah
lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( +s) (Gambar 3.6 b)
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :
T=d (Gambar 3.6 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka :
T =d sin (1800 - - s) (Gambar 3.6 d )
Bila lapisannya mendatar, maka : T = d sin (s)
Gambar Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 3.7 dibawah
ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi
disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang
termuda (paling atas)
Gambar Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi
Sering kali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan
seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.8. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto
singkapan adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun
kontak antar perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirobbil alamin, Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T
atas kasih dan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Materi geologi
memperoleh nilai mata kuliah Tugas Materi geologi lapangan II di Jurusan Teknik Geologi,
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan Tugas Materi
geologi lapangan II ini. Akhir kata, semoga Tugas Materi geologi lapangan II ini bisa berguna
bagi kita semua terutama dalam usaha nilai mata kuliah Materi geologi lapangan II
Yogyakarta, 18 Januari2017
M FARIED HARDIKA