Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN STRATIGRAFI

1. Pendahuluan
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan
dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan
stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan
stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari
setiap satuan batuan.
Di lapangan, pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan dengan menggunakan
tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu
lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya,
sehingga koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak
begitu besar.

2. Metoda Pengukuran Stratigrafi


Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci
urut-urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi,
hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan
pengendapan. Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai
arti penting dalam penelitian geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:

a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan


stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.

b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.

c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan
urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan.

Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan yang


menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi yang resmi.
Metoda pengukuran penampang.
Stratigrafi banyak sekali ragamnya. Namun demikian metoda yang paling umum dan
sering dilakukan di lapangan adalah dengan menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda
ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah singkapan-singkapan yang
dapat disusun menjadi suatu penampang stratigrafi.

Gambar Singkapan batuan pada satuan stratigrafi (kiri) dan


singkapan singkapan yang menerus dari satuan
stratigrafi (kanan).

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur ( 25


meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan lapangan,
tongkat kayu sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur
lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah
sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau tanda
lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas.
Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan (mulai
dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila pengukuran di
lintasan yang berbukit), jarak antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan,
dan pengukuran unsur-unsur geologi lainnya.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang penampang,
sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari
satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi yang
meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu: jenis
batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur sedimen (bila
ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan,
tentukan jaraknya dari atas satuan
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah
melalui proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan
skala tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-plot-kan dengan
memakai simbol-simbol geologi standar.

8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih


dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus
kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di lintasan yang
berbukit), perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.

Gambar Sketsa pengukuran penampang stratigrafi

Gambar Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur


3. Perencanaan lintasan pengukuran
Perencanaan lintasan pengukuran ditetapkan berdasarkan urut-urutan singkapan
yang secara keseluruhan telah diperiksa untuk hal hal sebagai berikut:

a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap
jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau
berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin,
antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi
yang benar.
c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti di
seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan pada
saat pengukuran.

4. Menghitung Ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang
atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan
dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak
dilakukan dalam bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang
diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus:
D = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).

Di dalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut
yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut
lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan
koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan.
Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk
pembuatan penampang.

1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)

Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus,
ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d adalah
jarak terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran
tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
Gambar Posisi pengukuran pada daerah datar

2. Pengukuran pada Lereng


Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan
pada gambar 3.5 dan gambar 3.6. { Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan ()
adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut true dip dan true
slope }.

a) Kemiringan lapisan searah dengan lereng.


Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah
lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :

T= d sin ( - s ). (Gambar 3.5 b)


Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak lurus
jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:

T=d sin (s - ). (Gambar 3.5 c)

(c)
Gambar Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan
b) Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah
lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( +s) (Gambar 3.6 b)
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :
T=d (Gambar 3.6 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka :
T =d sin (1800 - - s) (Gambar 3.6 d )
Bila lapisannya mendatar, maka : T = d sin (s)

Gambar Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan

Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 3.7 dibawah
ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi
disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang
termuda (paling atas)
Gambar Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi

Sering kali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan
seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.8. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto
singkapan adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun
kontak antar perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil alamin, Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T

atas kasih dan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Materi geologi

lapangan II dengan judul PENGUKURAN KETEBALAN PERLAPISAN BATUAN

DAN METODENYA DENGAN STRATIGRAFI TERUKUR ini dengan baik.


Tugas Materi geologi lapangan II ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh nilai mata kuliah Tugas Materi geologi lapangan II di Jurusan Teknik Geologi,

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

Dalam penyusunan Tugas Materi geologi lapangan II ini, penyusun mengharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan Tugas Materi

geologi lapangan II ini. Akhir kata, semoga Tugas Materi geologi lapangan II ini bisa berguna

bagi kita semua terutama dalam usaha nilai mata kuliah Materi geologi lapangan II

Yogyakarta, 18 Januari2017

M FARIED HARDIKA

TUGAS METODE GEOLOGI LAPANGAN II


PERHITUNGAN PELAPISAN BATUAN DENGAN PERHITUNAN
STRATIGRAFI
M FARIED HARDIKA
410014153
KELAS 01

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
TAHUN
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai