Disusun Oleh :
Fersi Silom
Gifen Piara
Juliana Lesawengen
Yuniar Pandegirot
Kelas : A
JURUSAN KIMIA
BAB 1
Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi
dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Langkah-Langkah yang harus ditempuh dalam penyetaraan reaksi adalah sebagai
berikut :
Tuliskan kerangka dasar reaksi, yaitu reduktor dan hasil oksidasinya serta oksidator
dan hasil reduksinya.
Tentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah pertambahan
bilangan oksidasi dari reduktor. Dalam hal ini yang dimaksud dengan jumlah
penurunan bilangan oksidasi atau jumlah pertambahan bilangan oksidasi adalah hasil
kali antara jumlah atom yang terlibat dengan perubahan bilangan oksidasinya.
Setarakan muatan dengan menambah ion H + (dalam suasana asam) atau ion
OH - (dalam suasana basa)
Bilangan oksidasi adalah konsep tatabuku (bookkeeping) yang diberikan oleh ahli kimia.
Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan positif atau negatif yang ditandakan pada
suatu atom sesuai dengan sehimpunan aturan.
Bilangan oksidasi ion monoatomik sama dalam hal besar dan tanda dengan muatan
ioniknya. Contoh : biloks ion bromida, Br1, adalah -1; biloks ion Fe3+ adalah +3.
Biloks hidrogen dalam suatu senyawa selalu +1 kecuali dalam logam hidrida, contoh
dalam NaH, biloks H adalah -1
Biloks oksigen dalam suatu senyawa adalah selalu -2 kecuali dalam peroksida, contoh
dalam H2O2 biloks O adalah -1
Biloks unsur tak tergabung dengan unsur lain adalah nol. Contoh, biloks atom K
(kalium) dalam logam kalium, K; dan atom nitrogen dalam gas N 2, adalah nol
Untuk senyawa netral, jumlah biloks dari atom-atom dalam senyawa harus sama
dengan nol
Untuk ion poliatomik, jumlah biloks atom harus sama dengan muatan ionik dari ion
Langkah1 : Tulislah kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.
a. Setarakan atom yang mengalami perubahan biloks (biasanya ialah unsur selain
oksigen dan hidrogen)
Langkah 3 : Samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara
memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkanlah kedua setengah reaksi
tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi redoks yang telah setara.
Penyetaraan reaksi redoks dalam suasana basa dapat dilakukan dengan cara yang
sama seperti dalam suasana asam, tetapi ion H + kemudian harus dihilangkan. Cara
menghilangkan ion H+ tersebut dengan menambahkan ion OH - pada kedua ruas,
masing-masing sejumlah ion H+yang ada.
BAB 2
Konsep lama :
Istilah reduksi (pengurangan) berkaitan dengan fakta bahwa bila logam oksida
direduksi menjadi logam, terdapat penurunan dalam hal volum logam oksida.
Konsep baru :
Contoh reaksi logam dengan bukan logam, elektron dipindahkan dari atom logam ke
atom bukan logam
Mg + S Mg2+ + S2-
2H2 + O2 2H2O
Definisi lama oksidasi menyatakan bahwa hidrogen teroksidasi menjadi air bila
ia bergabung dengan oksigen. Perpindahan elektron dapat juga menjelaskan proses ini.
Tinjaulah apa yang terjadi terhadap elektron ikatan dalam reaktan dan produk.
Elektron ikatan dalam molekul hidrogen digunakan bersama secara sama antara
hidrogen-hidrogen.
Namun demikian, dalam air, elektron ikatan tidak digunakan secara sama antara
hidrogen dan oksigen.
Secara ringkas proses yang menyebabkan oksidasi dan reduksi disajikan dalam tabel
1.
NO OKSIDASI REDUKSI
1 Hilangnya seluruh (lengkap) elektron Terimanya elektron
[reaksi ionik] secara lengkap [reaksi
ionik]
2 Pergeseran elektron menjauhi suatu Pergeseran elektron
atom dalam ikatan kovalen menuju suatu atom
dalam ikatan kovalen
3 Terimanya oksigen Hilangnya oksigen
4 Hilangnya hidrogen untuk senyawa Terimanya hidrogen
kovalen untuk senyawa kovalen
5 Kenaikkan bilangan oksidasi Penurunan bilangan
oksidasi
BAB 3
SEL VOLTA
Ada dua jenis sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Dalam sel volta,
reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan arus listrik. Contohnya adalah
batu baterai dan aki. Dalam sel elktrolisis, arus listrik digunakan untuk melangsungkan
reaksi redoks tak spontan. Contohnya adalah elektrolisis air dan penyepuhan.
Sementara itu, reaksi kebalikannya, yaitu reaksi antara logam tembaga dengan larutan
zink sulfat (ion Zn2+) tidak tejadi.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak
spontan
Telah disebutkan bahwa reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber
listrik. Untuk memahami hal itu, marilah kita perhatikan reaksi redoks spontan antara
logam zink dan ion tembaga (II) yang telah dibahas :
2e
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
Perlu diingat bahwa arus listrik adalah aliran elektron melalui kawat penghantar. Jika
zink dimasukkan kedalam larutan ion tembaga (II), akan terjadi reaksi redoks tetapi
tidak ada arus listrik karena tidak ada aliran elektron. Ion-ion Cu 2+ datang kepermukaan
logam zink mengambil dua elektron, lalu mengendap, Dalam sel volta, reduktor dan
oksidatornya dipisahkan sehingga pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung
tetapi melalui kawat penghantar. Sebagai contoh susunan sel volta pada gambar , yaitu
2+.
reaksi zink dengan ion Cu
Gambar 1.
Sell volta yang menggunakan jembatan garam untuk melengkapi jaringan listrik
Pada rangkaian tersebut, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion
Zn2+ (larutan garam zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan
ion Cu2+ (larutan garam tembaga (II)). Logam zink akan larut sambil melepas dua
elektron.
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink itu.
Elektron tersebut selnajutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat
penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga kemudian
mengendap .
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Logam Zink dan Tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel volta
disebut elektrode. Secara definisi elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut anode,
sedangkan elektrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh karena oksidasi
adalah pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif, sedangkan katode
merupakan kutub positif. Pada sel volta, anode adalah logam zink dan katode adalah
tembaga.
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut diagram
sel. Untuk contoh pada gambar diatas, diagram selnya adalah :
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
Apabila konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ masing-masing 1M, maka sel volta pada Gambar
1 mempunyai potensial 1.1 volt. Potensial sel yang diukur pada 25C dengan
konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial sel standar dan diberi
lambang Esel.
Potensial elektrode
Untuk membandingakn kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektrode, telah
ditetapkan suatu elektrode pembanding, yaitu elektrode hidrogen. Elektrode hidrogen
terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan kedalam larutan asam (H +) melalui logam inert,
yaitu platina. Potensial sel yang disebut potensial sel elektrode itu dan dinyatakan
dengan lambang E. Apabila pengukuran dilakukan pada kondisi standar, yaitu pada
suhu 25C dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disebut potensial
elektrode standar dan diberi lambang E. Harga potensial elektrode standar (E) dari
berbagai elektrode:
Potensial Sel
Potensial sel volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan voltmeter
atau potensiometer. Potensial sel volta dapat juga dihitung berdasarkan data potensial
elektrode positif (katode) dan potensial elektrode negatif (anode).
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga E lebih besar (lebih positif),
sedangkan anode adalah yang mempunyai E lebih kecil (lebih negatif).
Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang dibentuknya. Sebagaimana
telah disebutkan pada bagian terdahulu, setengah reaksi reduksi menyusun katode,
sedangkan setengah reaksi oksidasi menyusun anode.
Logam Li K Ba Ca Na
E(V) -3,04 -2,92 -2,90 -2,87 -2,71
Logam Mg Al Mn Zn Cr
E(V) -2,37 -1,66 -1,18 -0,76 -0,74
Logam Fe Ni Co Sn Pb
E(V) -0,44 -0,28 -0,28 -0,14 -0,13
Logam (H) Cu Hg Ag Au
E(V) 0,00 +0,34 +0,79 +0,80 +1,52
Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam-logam yang dikanannya.
Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan
dari senyawanya.
Untuk mengukur harga potensial suatu elektrode, maka elektrode tersebut disusun
menjadi suatu sel elektrokimia dengan elektrode standar (Hidrogen-Platina) dan
besarnya potensial dapat terbaca pada voltmeter yang dipasang pada rangkai luar.
Potensial elektrode yang diukur dengan electrode standar kondisi standar, yaitu pada
suhu 250C dengan konsentrasi konsentrasi ion-ion 1 M dengan tekanan gas 1 atm,
disebut potensial elektrode standar dan diberi lambang E.
Potensial sel volta (E0sel) merupakan beda potensial yang terjadi antara dua elektrode
pada suatu sel elektrokimia. Potensial sel dapat ditentukan berdasarkan selisih antara
elektrode yang mempunyai potensial elektrode tinggi (katode) dengan elektrode yang
mempunyai potensial elektrode rendah (anode).
BAB 4
SELL EMF
Perbedaan energi potensial per muatan listrik (beda potensial) antara dua elektroda
diukur dalam satuan volt.
Perbedaan potensial antara dua elektroda sell volta memberikan gaya pendorong
(driving force) yang mendorong elektron melalui jaringan luar. Untuk itu kita sebut beda
potensial ini sebagai electromotive(menyebabkan gerakan elektron) force atau emf
(ditandai Esell). Oleh karena Esell diukur dalam volt, kita sering menghubungkannya
sebagai voltage (cell potential).
Gambar Aliran elektron dari anoda ke katoda sell volta dapat ditinjau seperti aliran air melalui air terjun.
Air mengalir karena energi potensialnya lebih rendah pada dasar daripada puncak.
Perubahan energi bebas Gibbs, G adalah ukuran kespontanan suatu proses yang
terjadi pada T dan P tetap.
G = -nFE
KET :
n : bilangan positif tanpa satuan yang mewakili jumlah elektron yang dipindahkan dalam
reaksi
F : tetapan faraday yaitu jumlah muatan listrik pada 1 mol elektron. Besaran muatan ini
disebut satu faraday (F). 1 F = 96500 C/mol = 96500 J/V mol.
Ingat : nilai positif E dan nilai negatif G keduanya menunjukkan bahwa reaksi adalah
spontan. Bila reaktan dan produk semua dalam keadaan standarnya. Persamaan
menjadi, G0 = -nFE0
Persamaan Nernst
G = G0 + RT ln Q
-nFE = -nFE0 + RT ln Q
E = E0 - RT/nF (ln Q)
p ada 298 K
(T = 298 K)
BAB 5
Sebuah elektroda yang didesain untuk menghasilkan reaksi paro ini disebut elektroda
hidrogen standar (SHE).
Kapanpun kita menandai suatu potensial bagi reaksi paro, kita menulis reaksi sebagai
reduksi. Perubahan koefisien stoikiometri dalam reaksi paro tidak mempengaruhi nilai
potensial reduksi standar (termasuk sifat intensif).
Nilai positif E menunjukkan proses spontan, dan nilai negatif E menunjukkan proses
non spontan
BAB 6
Sel volta dengan berbagai ukuran atau potensial tersedia dipasar. Ada yang sekali
pakai, ada pula yang dapat diisi ulang. Sel volta yang sekali pakai disebut sel primer,
sedangkan sel volta yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder.
Aki
Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Aki menjadi
pilihan yang praktis karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar dan dapat diiisi
kembali.
Sel aki terdiri atas anode Pb (timbel=timah hitam) dan katode PbO 2 (timbel(IV)oksida).
Keduanya merupakan zat padat, yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat. Kedua
elektrode tersebut, juga hasil reaksinya, tidak larut dalam larutan asam sulfat, sehingga
tidak diperlukan jembatan garam.
Tiap sel aki mempuyai beda potensial 2V. Aki 12 V terdiri atas 6 sel yang dihubungkan
seri.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat pada
kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada
kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu,
PbSO4yang terdapat pada elektrode PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.
Baterai kering ditemukan oleh Lesclanche yang mendapat hak paten atas penemuan itu
pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari
campuran batu kawi (MnO2) salmiak (NH4CI), karbon (C), dan sedikit air (jadi sel ini
tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode, sedangkan sebagai katode
digunakan elektrode inert, yaitu grafit, yang dicelupkan di tenga tenga pasta. Pasta itu
sendiri berfungsi sebagai oksidator. Reaksi reaksi yang terjadi dalam baterai kering
sebenarnya lebih rumit, tetapi pada garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Potensial satu sel Leclanche adalah 1.5 Volt. Sel ini kadang disebut sel kering asam
karena adanya NH4Cl yang bersifat asam. Sel Leclanche dapat diisi ulang.
Baterai Alkalin
Baterai kering jenis alkalin pada dasarnya sama dengan sel Leclanche, tetapi bersifat
basa karena menggunakan KOH menggantikan NH 4Cl dalam pasta. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Potensial dari baterai alkalin juga sebesar 1,5 Volt, tetapi baterai ini dapat bertahan
lebih lama.
Baterai alkalin dapat menghasilkan arus lebih besar dan total muatan yang lebih banyak
daripada baterai kering biasa. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk peralatan yang
memerlukan arus lebih besar, misalnya kamera dantape recorder. Adapun baterai
kering biasa baik digunakan untuk peralatan yang menggunakan arus lebih kecil
misalnya radio atau kalkulator.
Baterai Litium
Baterai litium telah mengalami berbagai penyempurnaan.Baterai litium yang kini banyak
digunakan adalah baterai litium-ion. Baterai litium-ion tidak menggunakan logam litium,
tetapi ion litium. Ketika digunakan, ion litium berpindah dari satu elektrode ke elektrode
laiinya melalui suatu elektrolit. Ketika di charge, arah aliran ini litium dibalik. Baterai
litium-ion diperdagangkan dalam bentuk kosong.
Batere Pb-asam
BAB 7
ELEKTROLISIS
Dalam sel volta reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik.Sel elektrolisis
merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
Eektron (listrik) memasuki sel elektrolisis melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu
dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi. Sementara itu,
spesi lain melepas elektron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi sama seperti pada
sel volta, reaksi di katode adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi.
Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta, katode bermuatan positi,
sedangkan anode bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis katode bermuatan negatif,
sedangkan anode bermuatan positif.
Reaksi-reaksi elektrolisis
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada
potensial elektrode dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut.
Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling
besar
Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya
paling besar
Reaksi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif, (logam golongan IA, IIA, Al, atau Mn) yaitu logam-logam yang
potensial standar reduksinya lebih kecil (lebih negatif dari pada air), maka air yang
tereduksi. Sebaliknya, kation yang telah disebutkan diatas akan tereduksi.
Elektrode negatif (katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk ion negatif. Akan tetapi,
elektode positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan mengalami
oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial oksidasi lebih
besar dari pada air atau anion sisa asam. Oleh karena itu, jika anode tidak terbuat dari
Pt, Au atau grafit, maka anode itu akan teroksidasi.
L(s) Lx+(aq) + xe
Elektrode Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi).
Jika anode terbuat dari elektrode inert, maka reaksi anode bergantung pada jenis anion
dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO 42-, NO3-, PO43- dan F-, mempunyai
potensial oksidasi lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti itu sukar dioksidasi
sehingga air yang teroksidasi.
Jika anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br -dan I-, maka anion itu yang
teroksidasi.
Hukum-Hukum Faraday
Pada tahun 1831-1832, jauh sebelum penemuan elektron,Michael Faraday dari Inggris,
telah menemukan hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis dengan jumlah listrik yang digunakan. Penemuan itu disimpulkannya dalam
dua hukum sebagai berikut.
Hukum Faraday 1 : Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang digunakan (Q).
G Q
Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t).
(coulomb)
Hukum Faraday 2 : Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat itu (ME).
Penggabungan hukum Faraday 1 dan 2 menghasilkan persamaan sebagai berikut :
(k= tetapan/pembanding)
ME = massa ekivalen
Massa ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom relatif (A r) dibagi
dengan bilangan oksidasinya (biloks).
Stoikiometri reaksi elektrolisis didasarkan pada anggapan bahwa arus listrik adalah
aliran elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96.500 coulomb (tepatnya
96.487 coulomb). Jumlah muatan dari 1 mol elektron ini sama dengan tetapan faraday
(1F).
Bagaimanakah hubungan kuat arus dan waktu dengan jumlah mol elektron? Telah kita
ketahui bahwa arus sebesar i ampere dialirkan selama t detik membawa muatan
sebesar it coulomb. Oleh karena 1mol elektron 96500 coulomb, maka dalam it coulomb
terdapat mol elektron.
Dapat disebutkan tiga bidang industri yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi
zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.
Produksi zat
Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
aluminium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit, dan hidrogen peroksida.
Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolsisis larutan natrium klorida. Proses ini
disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan NaOH dikatode dan Cl 2 di anode.
Selama elektrolisis, harus dijaga agar Cl 2 yang terbentuk dianode tidak bereaksi dengan
NaOH yang terbentuk dikatode. Untuk itu ruang katode dan anode perlu dipisahkan.
Pemurnian logam
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan
penggunaannya.
Cu(s) Cu(s)
anode katode
Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada
tembaga. Perak, platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada
tembaga. Dengan mengatur tegangan selama elektrolsis, ketiga logam itu tidak
ikut larut. Ketiga logam tersebut akan terdapat pada lumpur anode. Hasil ikutan
ini biasanya cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga itu. Besi dan zink,
yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif daripada tembaga, akan ikut
larut. Akan tetapi, ion-ionnya (Fe 2+ dan Zn2+) lebih sukar diendapkan, jadi tidak
ikut mengendap di katode.
Penyepuhan
Sel Elektrokimia
Transfer elektron pada reaksi redoks didalam larutan berlangsung melalui kontak
langsung antara partikel-partikel berupa atom, molekul atau ion yang saling serah
terima electron. Contoh reaksi redoks berikut :
Zn + Cu+2 Zn+2 + Cu
Untuk menghindar kesenjangan ini ion negative akan mengalir menuju larutan ion
Zn+2 sebaliknya ion Zn+2 bergerak menuju larutan Cu maka kedua larutan
dihubungkan dengan jembatan garam. Keseluruhan system pemindahan electron
melalui rangkaian tertutup disebut sel elktrokimia atau lebih umum disebut sel.
Elektroda tempat dimana terjadi setengah reaksi oksidasi disebut anoda, sedangkan
elektroda tempat dimana terjadi setengan reaksi reduksi disebut katoda.
BAB 8
KOROSI
Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e E= +0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi yang berlaku
sebagai katode, dimana oksigen tereduksi .
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq) E = +0,40 V
Atau
O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l) E = +1,23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe 2O3xH2O,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi yang bertindak sebagai anode
dan bagian mana yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai
faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Faktor-faktor yang menyebabkan korosi besi
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kalsium klorida anhidrat (CaCl 2) adalah
zat yang bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam tabung yang
mengandung zat itu akan bersifat kering (bebas air). Air yang sudah dididihkan
kehilangan oksigen terlarut.
Dari kehidupan sehari-hari, kita ketahui bahwa besi yang dilapisi dengan zink
akan tahan karat, sedangkan besi yang kontak dengan tembaga, berkarat lebih
cepat.
1). Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya di cat. Cat menghindarkan
kontak besi dengan udara dan air.
2). Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3). Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan
udara dan air.
4). Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari
besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang
disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang
dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen
(udara) atau air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores,
maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal ini terjadi karena
potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah (EFe=-0,44volt;ESn=-
0,14volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian timah
mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga
kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5). Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa, besi, tiang telpon, badan mobil
dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hali itu tejadi karena
suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial
reduksi besi lebih positif dari pada zink, maka besi yang kontak dengan zink
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6). Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat
dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap,
misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun
lapisan kromium itu ada yang rusak.
Korosi aluminium
Aluminium, juga zink dan kromium merupakan logam yang lebih aktif daripada
besi. Jika demikian, mengapa logam-logam lebih awet ? Sebenarnya, aluminium
berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al 2O3), perkaratan segera
terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat kuat pada
permukaan logam, sehingga melindungi logam dibawahnya terhadap perkaratan
berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui
elektrolisis, yang disebut anodizing. Aluminium yang telah
mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas
dapur, bingkai, kerangak bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan
jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah di cat dan memberi warna yang
lebih terang.
BAB 9
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan kerangka dasar reaksi
+7 +3 +2 +4
- 2+
MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) ) Mn (aq) + CO2(g)
+7 +3 +2 +4
- 2+
MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) ) Mn (aq) + 2CO2(g)
+7 +3 +2 +4
+7 +2
+6 (naik 2) +8
+7 +2
+6 (naik 2)(x5) +8
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan kerangka dasar setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi.
Reduksi Okidasi
2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi, kemudian
jumlahkan.
Jawab :
Langkah 1 : Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasi secara terpisah.
Reduksi Oksidasi
Untuk menghilangkan dua ion H+, tambahkan masing-masing dua ion OH- pada kedua
ruas.
Dua ion H+ dan dua ion OH- diruas kanan akan bergabung membentuk dua molekul air.
Kurangkan molekul air yang ada di ruas kiri dan ruas kanan, sehingga menyisakan satu
molekul air diruas kanan
Ditentukan potensial elektrode Mg/Mg 2+ = -2,34 volt, berarti potensial reduksi ion
Mg2+ menjadi logam Mg = -2,34 volt, sedangkan potensial oksidasi Mg menjadi Mg 2+=
+2,34 volt.
a). Potensial sel adalah selisih potensial katode dengan anode. Katode merupakan
elektrode yang potensial reduksinya lebih positif, dalam hal ini yaitu perak.
= +3,17 volt
b). Reaksi elektrode adalah reaksi yang terjadi pada masing-masing elektrode. Reaksi
katode adalah reduksi, sedangkan reaksi anode adalah oksidasi.
Reaksi selnya adalah penjumlahan reaksi elektrode, dan merupakan reaksi redoks.
Untuk menyetarakan koefisien reaksi, maka jumlah elektron yang terlibat pada masing-
masing reaksi sel harus disamakan. Dalam hal ini, reaksi katode harus dikalikan
dengan dua. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nilai potensial elektrode tidak bergantung
pada koefisien reaksi. Oleh karena itu, potensial reduksi (Ag) tidak ikut dikalikan dengan
dua.
Potensial reaksi redoks Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) dapat dihitung sebagai berikut.
Jawab :
Notasi sel volta yang dapat dibuat dari reaksi tersebut adalah Zn|Zn 2+||Cu2+|Cu.
E = ECu2+|Cu - EZn2+|Zn
= 0,34 (-0,76)volt
=1,10 volt
Jawab :
Reaksi katode
Reaksi katode bergantung pada jenis kation. Dalam hal ini, kationnya adalah Na + yaitu
kation logam aktif (sukar direduksi), sehingga reaksi katode adalah reduksi air.
Reaksi anode
Reaksi anode bergantung pada jenis anode dan anion. Dalam hal ini, anodenya adalah
inert (grafit) sehingga reaksi anode akan bergantung pada jenis anion. Anion klorid, Cl -,
tergolong anion mudah dioksidasi. Jadi reaksi anode adalah oksidasi anion Cl - menjadi
Cl2.
Pada elektrolisis lelehan senyawa ion dengan elektrode inert, maka kation direduksi
dikatode sedangkan anion dioksidasi di anode.
Hitunglah massa tembaga yang dapat dibebaskan oleh arus 10 ampere yang dialirkan
selama 965 detik ke dalam larutan CuSO4. (ArCu = 63,5)
Jawab :
Jawab :
Jumlah molelektron =
Jumlah moloksigen =
= 0,56 liter