Anda di halaman 1dari 37

Menerapkan Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi Dalam Sistem Elektrokimia

Yang Melibatkan Energi Listrik dan Kegunaannya Dalam Mencegah Korosi


dan Dalam Industri di Kelas XII Semester Ganjil

Disusun Oleh :

Fersi Silom

Gifen Piara

Juliana Lesawengen

Yuniar Pandegirot

Kelas : A

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA


Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi reduksi
oksidasi atau reaksi redoks. Reduksi yaitu penurunan bilangan oksidasi atau
penyerapan elektron, sedangkan oksidasi yaitu kenaikan bilangan oksidasi atau
pelepasan elektron. Reaksi redoks ada yang dapat berlangsung secara spontan, ada
juga yang tidak spontan. Reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber arus,
yaitu dalam sel voltaseperti batu, baterai dan aki. Sementara itu reaksi redoks tak
spontan dapat dilangsungkan dengan menggunakan arus listrik, yaitu dalam reaksi
elektrolisis. Elektrolisis banyak diterapkan dalam industri, misalnya pengolahan
aluminium, produksi NaOH dan klorin, dan dalam penyepuhan (electroplating).

BAB 1

PENYETARAAN REAKSI REDOKS

Cu(s) + HNO3(aq) Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)

Untuk menyetarakan persamaan reaks redoks, diperlukan cara-cara khusus.


Yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi.

Metode Bilangan Oksidasi

Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi
dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Langkah-Langkah yang harus ditempuh dalam penyetaraan reaksi adalah sebagai
berikut :

Tuliskan kerangka dasar reaksi, yaitu reduktor dan hasil oksidasinya serta oksidator
dan hasil reduksinya.

Setarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan memberi


koefisien yang sesuai (biasanya ialah unsur selain hidrogen dan oksigen)

Tentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah pertambahan
bilangan oksidasi dari reduktor. Dalam hal ini yang dimaksud dengan jumlah
penurunan bilangan oksidasi atau jumlah pertambahan bilangan oksidasi adalah hasil
kali antara jumlah atom yang terlibat dengan perubahan bilangan oksidasinya.

Samakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien


yang sesuai

Setarakan muatan dengan menambah ion H + (dalam suasana asam) atau ion
OH - (dalam suasana basa)

Setarakan atom H dengan menambahkan H2O

Manandai Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi adalah konsep tatabuku (bookkeeping) yang diberikan oleh ahli kimia.
Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan positif atau negatif yang ditandakan pada
suatu atom sesuai dengan sehimpunan aturan.

Aturan penandaan bilangan oksidasi :

Bilangan oksidasi ion monoatomik sama dalam hal besar dan tanda dengan muatan
ioniknya. Contoh : biloks ion bromida, Br1, adalah -1; biloks ion Fe3+ adalah +3.

Biloks hidrogen dalam suatu senyawa selalu +1 kecuali dalam logam hidrida, contoh
dalam NaH, biloks H adalah -1

Biloks oksigen dalam suatu senyawa adalah selalu -2 kecuali dalam peroksida, contoh
dalam H2O2 biloks O adalah -1

Biloks unsur tak tergabung dengan unsur lain adalah nol. Contoh, biloks atom K
(kalium) dalam logam kalium, K; dan atom nitrogen dalam gas N 2, adalah nol

Untuk senyawa netral, jumlah biloks dari atom-atom dalam senyawa harus sama
dengan nol

Untuk ion poliatomik, jumlah biloks atom harus sama dengan muatan ionik dari ion

Metode Setengah Reaksi


Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan
pada setengah reaksi oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diserap pada
setengah reaksi reduksi. Penyerapan dalam larutan bersuasana basa berbeda dengan
suasana asam. Kita akan melihat terlebih dahulu penyetaraan dalam larutan
bersuasana asam.

Suasana Larutan Asam

Proses penyetaraan berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah1 : Tulislah kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.

Langkah2 : Masing-masing setengah reaksi disetarakan dengan urutan sebagai


berikut :

a. Setarakan atom yang mengalami perubahan biloks (biasanya ialah unsur selain
oksigen dan hidrogen)

b. Setarakan oksigen dengan menambahkan molekul air (H 2O)

c. Setarakan atom hidrogen dengan menambahkan ion H +

d. Setarakan muatan dengan menambahkan elektron

Langkah 3 : Samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara
memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkanlah kedua setengah reaksi
tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi redoks yang telah setara.

Suasana Larutan Basa

Penyetaraan reaksi redoks dalam suasana basa dapat dilakukan dengan cara yang
sama seperti dalam suasana asam, tetapi ion H + kemudian harus dihilangkan. Cara
menghilangkan ion H+ tersebut dengan menambahkan ion OH - pada kedua ruas,
masing-masing sejumlah ion H+yang ada.

Langkah 1 : Tulislah kerangka dasar setengah reaksi reduksi dan oksidasi


secara terpisah
Langkah 2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi
Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron, kemudian jumlahkan
Langkah 4 : Menghilangkan ion H+
Untuk menghilangkan dua ion H+, tambahkan masing-masing dua ion OH - pada
kedua ruas.
Dua ion H+ dan dua ion OH - diruas kanan akan bergabung membentuk dua
molekul air
Kurangkan molekul air yang ada diruas kiri dan ruas kanan, sehingga
menyisakan satu molekul air diruas kanan.

BAB 2

OKSIGEN DALAM REAKSI REDOKS

Konsep lama :

Oksidasi : kombinasi suatu unsur dengan oksigen untuk menghasilkan oksida.


Unsur dan senyawa bergabung dengan oksigen dalam reaksi oksidasi
Unsur :

4Fe + 3O2 2Fe2O3


C + O2 CO2
Senyawa :
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Reduksi : Hilangnya oksigen dari senyawa

2Fe2O3 + 3C 4Fe + 3CO2

besi(III) oksida karbon besi karbon dioksida

Istilah reduksi (pengurangan) berkaitan dengan fakta bahwa bila logam oksida
direduksi menjadi logam, terdapat penurunan dalam hal volum logam oksida.

Perpindahan elektron dalam reaksi redoks

Konsep baru :

Oksidasi : hilangnya elektron sebagian atau seluruhnya atau terimanya oksigen.

Reduksi : terimanya elektron atau hilangnya oksigen

Contoh reaksi logam dengan bukan logam, elektron dipindahkan dari atom logam ke
atom bukan logam

Mg + S Mg2+ + S2-

Oksidasi : Mg Mg2+ + 2e- (hilangnya elektron)

Reduksi : S + 2e- S2- (terimanya elektron)

Mg : reducing agent (donor elektron)

S : oxidizing agent (akseptor elektron)

Perpindahan seluruhnya (lengkap) elektron dapat terlihat mudah dalam reaksi


ionik di atas. Bagaimana tentang reaksi yang menghasilkan senyawa kovalen? Tinjau
reaksi hidrogen dan oksigen,

2H2 + O2 2H2O

Definisi lama oksidasi menyatakan bahwa hidrogen teroksidasi menjadi air bila
ia bergabung dengan oksigen. Perpindahan elektron dapat juga menjelaskan proses ini.
Tinjaulah apa yang terjadi terhadap elektron ikatan dalam reaktan dan produk.
Elektron ikatan dalam molekul hidrogen digunakan bersama secara sama antara
hidrogen-hidrogen.

Namun demikian, dalam air, elektron ikatan tidak digunakan secara sama antara
hidrogen dan oksigen.

Secara ringkas proses yang menyebabkan oksidasi dan reduksi disajikan dalam tabel
1.

NO OKSIDASI REDUKSI
1 Hilangnya seluruh (lengkap) elektron Terimanya elektron
[reaksi ionik] secara lengkap [reaksi
ionik]
2 Pergeseran elektron menjauhi suatu Pergeseran elektron
atom dalam ikatan kovalen menuju suatu atom
dalam ikatan kovalen
3 Terimanya oksigen Hilangnya oksigen
4 Hilangnya hidrogen untuk senyawa Terimanya hidrogen
kovalen untuk senyawa kovalen
5 Kenaikkan bilangan oksidasi Penurunan bilangan
oksidasi
BAB 3

SEL VOLTA

Ada dua jenis sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Dalam sel volta,
reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan arus listrik. Contohnya adalah
batu baterai dan aki. Dalam sel elktrolisis, arus listrik digunakan untuk melangsungkan
reaksi redoks tak spontan. Contohnya adalah elektrolisis air dan penyepuhan.

Reaksi Redoks Spontan

Reaksi redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta-


merta.Contohnya adalah reaksi antara logam Zink dengan larutan Tembaga(II) sulfat.
Jika sepotong logam Zink dimasukkan kedalam larutan tembaga (II) sulfat, segera
terjadi reaksi dimana logam zink sedikit demi sedikit melarut, sedangkan ion tembaga
(II) diendapkan. Reaksi ini bersifat eksoterm yang ditandai dengan naiknya suhu
larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :

Zn(s) + CU2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Sementara itu, reaksi kebalikannya, yaitu reaksi antara logam tembaga dengan larutan
zink sulfat (ion Zn2+) tidak tejadi.

Cu(s) + Zn2+(aq) Cu2+(aq) + Z(s) (tidak ada reaksi)

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak
spontan

Susunan Sel Volta

Telah disebutkan bahwa reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber
listrik. Untuk memahami hal itu, marilah kita perhatikan reaksi redoks spontan antara
logam zink dan ion tembaga (II) yang telah dibahas :

2e
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Perlu diingat bahwa arus listrik adalah aliran elektron melalui kawat penghantar. Jika
zink dimasukkan kedalam larutan ion tembaga (II), akan terjadi reaksi redoks tetapi
tidak ada arus listrik karena tidak ada aliran elektron. Ion-ion Cu 2+ datang kepermukaan
logam zink mengambil dua elektron, lalu mengendap, Dalam sel volta, reduktor dan
oksidatornya dipisahkan sehingga pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung
tetapi melalui kawat penghantar. Sebagai contoh susunan sel volta pada gambar , yaitu
2+.
reaksi zink dengan ion Cu

Gambar 1.
Sell volta yang menggunakan jembatan garam untuk melengkapi jaringan listrik

Pada rangkaian tersebut, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion
Zn2+ (larutan garam zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan
ion Cu2+ (larutan garam tembaga (II)). Logam zink akan larut sambil melepas dua
elektron.

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink itu.
Elektron tersebut selnajutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat
penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga kemudian
mengendap .

Cu2+(aq) + 2e Cu(s)

Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran elektron (listrik).


Akan tetapi bersamaan dengan melarutnya logam zink, larutan dalam labu A menjadi
bermuatan positif. Hal itu akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya.
Sementara itu, larutan dalam labu B akan bermuatan negatif seiring
2+ 2+
dengan mengendapnya ion Cu . Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu . Jadi,
aliran elektron yang disebutkan diatas tidak akan berkelanjutan. Untuk mentralkan
muatan listriknya, kedua larutan dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu
larutan garam (seperti NaCl atau KNO3) dalam agar-agar. Ion-ion negatif dari jembatan
garam akan bergerak ke labu A untuk menetralkan kelebihan ion Zn 2+, sedangkan ion-
ion positif akan bergerak ke labu B untuk menetralkan kelebihan ion SO 42-. Pada
kenyataannya, tidak ada arus listrik yang dapat diukur tanpa kehadiran jembatan garam
tersebut. Jembatan garam melengkapi rangkaian tersebut sehingga menjadi suatu
rangkaian tertutup.

Logam Zink dan Tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel volta
disebut elektrode. Secara definisi elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut anode,
sedangkan elektrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh karena oksidasi
adalah pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif, sedangkan katode
merupakan kutub positif. Pada sel volta, anode adalah logam zink dan katode adalah
tembaga.

Notasi Sel Volta

Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut diagram
sel. Untuk contoh pada gambar diatas, diagram selnya adalah :

Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu

Anode biasanya digambarkan disebelah kiri, sedangkan katode disebelah kanan.


Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anode terjasi oksidasi Zn menjadi Zn 2+,
sedangkan dikatode terjadi reduksi ion Cu 2+ menjadi Cu. Dua garis sejajar (||) yang
memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal
menyatakan batas antarfase (Zn padatan, sedangkan Zn 2+ dalam larutan ; Cu2+ dalam
larutan, sedangkan Cu padatan).

Potensial Elektrode Standar

Perhatikan gambar 1 .Pada rangkaian itu, elektron mengalir dari elektrode Zn ke


elektrode Cu dan tidak sebaliknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Zn lebih mudah
teroksidasi (lebih mudah melepas elektron) dari pada Cu sebaliknya ion Cu 2+ lebih
mudah tereduksi (lebih mudah menyerap elektron) dari pada ion Zn 2+.
Perbedaan kecenderungan teroksidasi menghasilkan perbedaan rapatan muatan
antara elektrode Zn dan elektrode Cu. Perbedaan rapatan muatan itu menyebabkan
beda potensial listrik antara Zn dan Cu yang mendorong elektron mengalir. Selisih
potensial itu disebut potensial sel dan diberi lambang Esel. Potensial sel disebut juga
gaya gerak listrik (ggl=emf atau electromotive force).

Apabila konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ masing-masing 1M, maka sel volta pada Gambar
1 mempunyai potensial 1.1 volt. Potensial sel yang diukur pada 25C dengan
konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial sel standar dan diberi
lambang Esel.

Potensial elektrode

Pengukuran potensial sel dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan


logam-logam atau spesi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Misalnya, jika
lektrode Zn|Zn2+ pada gambar diganti dengan Ag/Ag +, ternyata elektron mengalir dari
elektrode Cu ke elektrode Ag menghasilkan potensial standar (Esel) = 0,45 volt. Jadi,
tembaga lebih mudah teroksidasi dari pada perak. Berdasarkan data diatas, urutan
kecenderungan teroksidasi dari logam-logam Zn,Cu, dan Ag adalah Zn > Cu > Ag.

Untuk membandingakn kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektrode, telah
ditetapkan suatu elektrode pembanding, yaitu elektrode hidrogen. Elektrode hidrogen
terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan kedalam larutan asam (H +) melalui logam inert,
yaitu platina. Potensial sel yang disebut potensial sel elektrode itu dan dinyatakan
dengan lambang E. Apabila pengukuran dilakukan pada kondisi standar, yaitu pada
suhu 25C dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disebut potensial
elektrode standar dan diberi lambang E. Harga potensial elektrode standar (E) dari
berbagai elektrode:

Reaksi elektrode Potensial standar, E0 (Volt)


Li(aq) + e Li(s) -3,04
Al3+(aq) + 3e Al(s) -1,66
2H2O(l) + 2e H2(g)+ 2OH-(aq) -0,83
Zn2+(aq) + 2e Zn(s) -0,76
Cr3+(aq) + 3e Cr(s) -0,74
Fe2+(aq) + 2e Fe(s) -0,44
2+
Cd (aq) + 3e Cr(s) -0,40
2+
Ni (aq) + 2e Cos) -0,28
2+
Co (aq) + 2e Cr(s) -0,28
2+
Sn + 2e Sn(s) -0,14
2+
Pb (aq) + 2e Pb(s) -0,13
+
2H (aq) + 2e H2(s) -0,00
Cu2+(aq) + 2e Cu(s) +0,34
O2(g) 2H2O(I) + 4e 4OH(aq) +0,40
I2(S) + 2e 2I(aq) +0,54
Ag+(aq) + e Ag(s) +0,80
Hg2+(aq) + e Hg(s) +0,85
Br2(I) + 2e Ag +1,07
O2(g) + 4H+ + 4e 2H2O(aq) +1,23
Cl2(g) + 2e 2Cl(aq) +1,36
Au3+ (aq) + 3e Au(s) +1,52
F2(g) + 2e 2F(aq) +2,87

Elektrode yang lebih mudah mengalami reduksi dibandingkan terhadap elektrode


hidrogen mempunyai potensial elektrode bertanda positif , sedangkan elektrode yang
lebih sukar mengalami reduksi diberi tanda negatif.

Menurut kesepakatan (konvensi), potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi.


Jadi, potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Adapun potensial oksidasi
sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawan

Potensial Sel

Potensial sel volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan voltmeter
atau potensiometer. Potensial sel volta dapat juga dihitung berdasarkan data potensial
elektrode positif (katode) dan potensial elektrode negatif (anode).
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga E lebih besar (lebih positif),
sedangkan anode adalah yang mempunyai E lebih kecil (lebih negatif).

Potensial Reaksi Redoks

Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang dibentuknya. Sebagaimana
telah disebutkan pada bagian terdahulu, setengah reaksi reduksi menyusun katode,
sedangkan setengah reaksi oksidasi menyusun anode.

Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)

Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut


deret elektrokimia atau deret volta. Deret volta dapat dilihat dalam tabel :

Semakin kiri kedudukan suatu logam dalam deret volta.

Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)

Logam merupakan reduktor yang semakin kuat

Sebailknya, semakin kanan kedudukan logam dalam deret volta.

Logam semakin kurang reaktif (semakin sukar melepas elektron)

Kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat

Tabel Deret Volta

Logam Li K Ba Ca Na
E(V) -3,04 -2,92 -2,90 -2,87 -2,71
Logam Mg Al Mn Zn Cr
E(V) -2,37 -1,66 -1,18 -0,76 -0,74

Logam Fe Ni Co Sn Pb
E(V) -0,44 -0,28 -0,28 -0,14 -0,13

Logam (H) Cu Hg Ag Au
E(V) 0,00 +0,34 +0,79 +0,80 +1,52

Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam-logam yang dikanannya.
Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan
dari senyawanya.

Potensial Elektrode Standar

Pengukuran potensial elektrode standar

Untuk mengukur harga potensial suatu elektrode, maka elektrode tersebut disusun
menjadi suatu sel elektrokimia dengan elektrode standar (Hidrogen-Platina) dan
besarnya potensial dapat terbaca pada voltmeter yang dipasang pada rangkai luar.
Potensial elektrode yang diukur dengan electrode standar kondisi standar, yaitu pada
suhu 250C dengan konsentrasi konsentrasi ion-ion 1 M dengan tekanan gas 1 atm,
disebut potensial elektrode standar dan diberi lambang E.

Potensial Elektrode Standar dan Potensial Sel

Potensial sel volta (E0sel) merupakan beda potensial yang terjadi antara dua elektrode
pada suatu sel elektrokimia. Potensial sel dapat ditentukan berdasarkan selisih antara
elektrode yang mempunyai potensial elektrode tinggi (katode) dengan elektrode yang
mempunyai potensial elektrode rendah (anode).

E0sel = E0katode E0anode


Katode adalah elektrode yang mempunyai harga E 0 lebih besar (lebih positif),
sedangkan anode adalah elektrode yang mempunyai E 0 lebih kecil (lebih negatif).

Potensial Elektrode Standar dan Reaksi Spontan

Harga potensial electrode dapat digunakan untuk meramalkan apakah suatu


reaksi kimia dapat berlangsung spontan. Untuk menentukan spontan atau tidaknya
suatu reaksi redox dapat dilihat dari harga potensial reaksinya (E 0redoks).bila E0redoks> 0
(positif), maka reaksi dapat berlangsung spontan, sedangkan bila E 0redoks < 0 (negatif).
Reaksi tidak berlangsung spontan, artinya untuk berlangsungnya reaksi tersebut harus
ada tambahan energi dari luar.

BAB 4

SELL EMF

Perbedaan energi potensial per muatan listrik (beda potensial) antara dua elektroda
diukur dalam satuan volt.

Perbedaan potensial antara dua elektroda sell volta memberikan gaya pendorong
(driving force) yang mendorong elektron melalui jaringan luar. Untuk itu kita sebut beda
potensial ini sebagai electromotive(menyebabkan gerakan elektron) force atau emf
(ditandai Esell). Oleh karena Esell diukur dalam volt, kita sering menghubungkannya
sebagai voltage (cell potential).

Gambar Aliran elektron dari anoda ke katoda sell volta dapat ditinjau seperti aliran air melalui air terjun.
Air mengalir karena energi potensialnya lebih rendah pada dasar daripada puncak.

EMF dan Perubahan Energi bebas

Perubahan energi bebas Gibbs, G adalah ukuran kespontanan suatu proses yang
terjadi pada T dan P tetap.
G = -nFE

KET :

n : bilangan positif tanpa satuan yang mewakili jumlah elektron yang dipindahkan dalam
reaksi

F : tetapan faraday yaitu jumlah muatan listrik pada 1 mol elektron. Besaran muatan ini
disebut satu faraday (F). 1 F = 96500 C/mol = 96500 J/V mol.

Ingat : nilai positif E dan nilai negatif G keduanya menunjukkan bahwa reaksi adalah
spontan. Bila reaktan dan produk semua dalam keadaan standarnya. Persamaan
menjadi, G0 = -nFE0

Efek Konsentrasi pada emf sell

Persamaan Nernst

G = G0 + RT ln Q

-nFE = -nFE0 + RT ln Q

E = E0 - RT/nF (ln Q)

p ada 298 K

Emf sell dan keseimbangan kimia

(T = 298 K)

BAB 5

POTENSIAL REDUKSI STANDAR


Potensial elektroda standar yang ditabulasikan untuk reaksi reduksi adalah potensial
reduksi standar.

2H+(aq, 1M) + 2e- H2(g, 1 atm)

Sebuah elektroda yang didesain untuk menghasilkan reaksi paro ini disebut elektroda
hidrogen standar (SHE).

Gambar Elektroda hidrogen standar (SHE)

Gambar . Sell volta menggunakan EHS

Kapanpun kita menandai suatu potensial bagi reaksi paro, kita menulis reaksi sebagai
reduksi. Perubahan koefisien stoikiometri dalam reaksi paro tidak mempengaruhi nilai
potensial reduksi standar (termasuk sifat intensif).

Tabel Potensial reduksi standar dalam air pada 25 0C

Kespontanan reaksi redoks

Nilai positif E menunjukkan proses spontan, dan nilai negatif E menunjukkan proses
non spontan

BAB 6

BEBERAPA SEL VOLTA KOMERSIAL

Sel volta dengan berbagai ukuran atau potensial tersedia dipasar. Ada yang sekali
pakai, ada pula yang dapat diisi ulang. Sel volta yang sekali pakai disebut sel primer,
sedangkan sel volta yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder.

Aki

Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Aki menjadi
pilihan yang praktis karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar dan dapat diiisi
kembali.
Sel aki terdiri atas anode Pb (timbel=timah hitam) dan katode PbO 2 (timbel(IV)oksida).
Keduanya merupakan zat padat, yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat. Kedua
elektrode tersebut, juga hasil reaksinya, tidak larut dalam larutan asam sulfat, sehingga
tidak diperlukan jembatan garam.

Reaksi pengosongan aki :

Anode : Pb(s) + HSO4-(aq) PbSO4(s) + H+(aq) + 2e

Katode : PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+(aq) + 2e PbSO4(s) + 2H2O(l) +

Pb(s) + PbO2(s) + 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O(l)

Tiap sel aki mempuyai beda potensial 2V. Aki 12 V terdiri atas 6 sel yang dihubungkan
seri.

Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat pada
kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada
kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu,
PbSO4yang terdapat pada elektrode PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.

Reaksi Pengisian Aki :

Elektrode Pb (sebagai katode) ;

PbSO4(s) + H+(aq) + 2e Pb(s) + HSO4-(aq)

Elektrode PbO2 (sebagai anode) :

PbSO4(s) + 2 H2O(l) PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+(aq) + 2e +

Baterai Kering (Sel Leclanche)

Baterai kering ditemukan oleh Lesclanche yang mendapat hak paten atas penemuan itu
pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari
campuran batu kawi (MnO2) salmiak (NH4CI), karbon (C), dan sedikit air (jadi sel ini
tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode, sedangkan sebagai katode
digunakan elektrode inert, yaitu grafit, yang dicelupkan di tenga tenga pasta. Pasta itu
sendiri berfungsi sebagai oksidator. Reaksi reaksi yang terjadi dalam baterai kering
sebenarnya lebih rumit, tetapi pada garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Anode : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e

Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) +2e Mn2O3(s) + 2NH3(aq)+H2O(l) +

Zn(s) + 2NH4+(aq) + 2MnO2(s)

Zn2+(aq) + Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)

Zn2+ dapat bergabung dengan NH3 membentuk ion Zn(NH3)42+.

Zn2+(aq) + 4NH3(aq) Zn(NH3)42+(aq)

Potensial satu sel Leclanche adalah 1.5 Volt. Sel ini kadang disebut sel kering asam
karena adanya NH4Cl yang bersifat asam. Sel Leclanche dapat diisi ulang.

Baterai Alkalin

Baterai kering jenis alkalin pada dasarnya sama dengan sel Leclanche, tetapi bersifat
basa karena menggunakan KOH menggantikan NH 4Cl dalam pasta. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

Anode : Zn(s) + 2OH (aq) Zn(OH)2(s) + 2e

Katode : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e 2MnO(OH)(s) + 2OH(aq) +

Zn(s) + 2MnO2(s) + H2O(l) Zn(OH)2(s) + Mn2O3(s)

Potensial dari baterai alkalin juga sebesar 1,5 Volt, tetapi baterai ini dapat bertahan
lebih lama.

Baterai alkalin dapat menghasilkan arus lebih besar dan total muatan yang lebih banyak
daripada baterai kering biasa. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk peralatan yang
memerlukan arus lebih besar, misalnya kamera dantape recorder. Adapun baterai
kering biasa baik digunakan untuk peralatan yang menggunakan arus lebih kecil
misalnya radio atau kalkulator.

Baterai primer (nonrechargable) adalah baterai alkaline

Baterai Litium

Baterai litium telah mengalami berbagai penyempurnaan.Baterai litium yang kini banyak
digunakan adalah baterai litium-ion. Baterai litium-ion tidak menggunakan logam litium,
tetapi ion litium. Ketika digunakan, ion litium berpindah dari satu elektrode ke elektrode
laiinya melalui suatu elektrolit. Ketika di charge, arah aliran ini litium dibalik. Baterai
litium-ion diperdagangkan dalam bentuk kosong.

Batere Pb-asam

Katoda : PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+ (aq) + 2e- PbSO4(s) + 2H2O(l)

Anoda : Pb(s) + HSO4-(aq) PbSO4(s) + H+(aq) + 2e-

PbO2(s) + Pb(s) + 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O(l)

Esell0 = +1,685 V - (-0,356 V) = + 2,041 V

BAB 7

ELEKTROLISIS

Dalam sel volta reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik.Sel elektrolisis
merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan.

Susunan Sel Elektrolisis


Sel elektrolisis terdir dari sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus searah .

Eektron (listrik) memasuki sel elektrolisis melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu
dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi. Sementara itu,
spesi lain melepas elektron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi sama seperti pada
sel volta, reaksi di katode adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi.
Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta, katode bermuatan positi,
sedangkan anode bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis katode bermuatan negatif,
sedangkan anode bermuatan positif.

Reaksi-reaksi elektrolisis

Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada
potensial elektrode dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut.

Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling
besar

Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya
paling besar

Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis.


Namun demikian, perlu juga dipahami bahwa potensial elektrode juga dipengaruhi
konsentrasi dam jenis elektrodenya.

Reaksi-rekasi di katode (Reduksi)

Reaksi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif, (logam golongan IA, IIA, Al, atau Mn) yaitu logam-logam yang
potensial standar reduksinya lebih kecil (lebih negatif dari pada air), maka air yang
tereduksi. Sebaliknya, kation yang telah disebutkan diatas akan tereduksi.

Reaksi-reaksi di anode (oksidasi)

Elektrode negatif (katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk ion negatif. Akan tetapi,
elektode positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan mengalami
oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial oksidasi lebih
besar dari pada air atau anion sisa asam. Oleh karena itu, jika anode tidak terbuat dari
Pt, Au atau grafit, maka anode itu akan teroksidasi.

L(s) Lx+(aq) + xe

Elektrode Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi).
Jika anode terbuat dari elektrode inert, maka reaksi anode bergantung pada jenis anion
dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO 42-, NO3-, PO43- dan F-, mempunyai
potensial oksidasi lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti itu sukar dioksidasi
sehingga air yang teroksidasi.

2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e

Jika anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br -dan I-, maka anion itu yang
teroksidasi.

Hukum-Hukum Faraday

Pada tahun 1831-1832, jauh sebelum penemuan elektron,Michael Faraday dari Inggris,
telah menemukan hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis dengan jumlah listrik yang digunakan. Penemuan itu disimpulkannya dalam
dua hukum sebagai berikut.

Hukum Faraday 1 : Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang digunakan (Q).

G Q

Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t).

(coulomb)

Jadi, persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut :

Hukum Faraday 2 : Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat itu (ME).
Penggabungan hukum Faraday 1 dan 2 menghasilkan persamaan sebagai berikut :

(k= tetapan/pembanding)

Faraday menemukan harga

Jadi, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dengan, G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)

i = kuat arus (dalam ampere)

t = waktu (dalam detik)

ME = massa ekivalen

Massa ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom relatif (A r) dibagi
dengan bilangan oksidasinya (biloks).

Stoikiometri reaksi elektrolisis

Stoikiometri reaksi elektrolisis didasarkan pada anggapan bahwa arus listrik adalah
aliran elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96.500 coulomb (tepatnya
96.487 coulomb). Jumlah muatan dari 1 mol elektron ini sama dengan tetapan faraday
(1F).

Bagaimanakah hubungan kuat arus dan waktu dengan jumlah mol elektron? Telah kita
ketahui bahwa arus sebesar i ampere dialirkan selama t detik membawa muatan
sebesar it coulomb. Oleh karena 1mol elektron 96500 coulomb, maka dalam it coulomb
terdapat mol elektron.

Penggunaan elektrolisis dalam industri

Dapat disebutkan tiga bidang industri yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi
zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.

Produksi zat

Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
aluminium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit, dan hidrogen peroksida.
Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolsisis larutan natrium klorida. Proses ini
disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan NaOH dikatode dan Cl 2 di anode.

NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)

Katode : 2H2O(l) + 2e 2OH-(aq) +H2(g)

Anode : 2Cl-(aq) Cl2(g)+ 2e

2H2O(l) + 2Cl-(aq) 2OH-(aq) + H2(g) + Cl2(g) +

Reaksi Rumus : 2H2O(l) + 2NaCl (aq) 2aNaOH (aq) + H2(g) + Cl2(g)

Selama elektrolisis, harus dijaga agar Cl 2 yang terbentuk dianode tidak bereaksi dengan
NaOH yang terbentuk dikatode. Untuk itu ruang katode dan anode perlu dipisahkan.

Pemurnian logam

Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan
penggunaannya.

Tembaga dimurnikan secara elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anode, sedangkan


katode digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan
CuSO4. Selama elektrolisis, tembaga dari anode terus-menerus dilarutkan kemudian
diendapkan pada katode.

CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Katode: Cu2+(aq) + 2e Cu(s)

Anode: Cu(s) Cu2+(aq) + 2e +

Cu(s) Cu(s)
anode katode
Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada
tembaga. Perak, platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada
tembaga. Dengan mengatur tegangan selama elektrolsis, ketiga logam itu tidak
ikut larut. Ketiga logam tersebut akan terdapat pada lumpur anode. Hasil ikutan
ini biasanya cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga itu. Besi dan zink,
yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif daripada tembaga, akan ikut
larut. Akan tetapi, ion-ionnya (Fe 2+ dan Zn2+) lebih sukar diendapkan, jadi tidak
ikut mengendap di katode.

Penyepuhan

Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap


korosi atau untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam dijadikan
katode sedangkan logam penyepuhannya sebagai anode. Kedua elektrode itu
dicelupkan dalam larutan garam dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan
sendok yang terbuat dari besi (baja) dengan perak. Sendok digunakan sebagai
katode, sedangkan anode adalah perak murni. Larutan elektrolitnya adalah
larutan perak nitrat. Pada katode, akan terjadi pengendapan perak, sedangkan
pada anode, perak terus-menerus larut. Konsentrasi ion Ag+ dalam larutan tidak
berubah.
Katode (Fe) : Ag+(aq) + e Ag(s)
Anode (Ag): Ag(s) Ag+(aq) + e +
Ag (anode) Ag (katode)

Sel Elektrokimia

Transfer elektron pada reaksi redoks didalam larutan berlangsung melalui kontak
langsung antara partikel-partikel berupa atom, molekul atau ion yang saling serah
terima electron. Contoh reaksi redoks berikut :

Zn + Cu+2 Zn+2 + Cu

Untuk menghindar kesenjangan ini ion negative akan mengalir menuju larutan ion
Zn+2 sebaliknya ion Zn+2 bergerak menuju larutan Cu maka kedua larutan
dihubungkan dengan jembatan garam. Keseluruhan system pemindahan electron
melalui rangkaian tertutup disebut sel elktrokimia atau lebih umum disebut sel.
Elektroda tempat dimana terjadi setengah reaksi oksidasi disebut anoda, sedangkan
elektroda tempat dimana terjadi setengan reaksi reduksi disebut katoda.

BAB 8

KOROSI

Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e E= +0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi yang berlaku
sebagai katode, dimana oksigen tereduksi .
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq) E = +0,40 V
Atau
O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l) E = +1,23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe 2O3xH2O,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi yang bertindak sebagai anode
dan bagian mana yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai
faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Faktor-faktor yang menyebabkan korosi besi

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kalsium klorida anhidrat (CaCl 2) adalah
zat yang bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam tabung yang
mengandung zat itu akan bersifat kering (bebas air). Air yang sudah dididihkan
kehilangan oksigen terlarut.

Pengaruh logam lain terhadap korosi besi

Dari kehidupan sehari-hari, kita ketahui bahwa besi yang dilapisi dengan zink
akan tahan karat, sedangkan besi yang kontak dengan tembaga, berkarat lebih
cepat.

Cara-cara pencegahan korosi besi

Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang


atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat
dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan
tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan pengunaan besi.
Korosi membutuhkan oksigen dan air. Kemudian, berbagai jenis logam dapat
melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas didasarkan pada dua sifat tersebut.

1). Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya di cat. Cat menghindarkan
kontak besi dengan udara dan air.

2). Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3). Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan
udara dan air.

4). Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari
besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang
disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang
dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen
(udara) atau air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores,
maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal ini terjadi karena
potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah (EFe=-0,44volt;ESn=-
0,14volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian timah
mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga
kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

5). Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa, besi, tiang telpon, badan mobil
dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hali itu tejadi karena
suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial
reduksi besi lebih positif dari pada zink, maka besi yang kontak dengan zink
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.

6). Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat
dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap,
misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun
lapisan kromium itu ada yang rusak.

7). Sacrificial protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang


jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) dari pada besi. Jika logam
magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi
besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam
tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

Korosi aluminium

Aluminium, juga zink dan kromium merupakan logam yang lebih aktif daripada
besi. Jika demikian, mengapa logam-logam lebih awet ? Sebenarnya, aluminium
berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al 2O3), perkaratan segera
terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat kuat pada
permukaan logam, sehingga melindungi logam dibawahnya terhadap perkaratan
berlanjut.

Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui
elektrolisis, yang disebut anodizing. Aluminium yang telah
mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas
dapur, bingkai, kerangak bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan
jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah di cat dan memberi warna yang
lebih terang.

BAB 9

SOAL DAN JAWABAN

1. Menyetarakan reaksi redoks dengan metode bilangan oksidasi

Setarakanlah reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi

MnO4-(aq) + H2C2O4(aq) + H+(aq) Mn2+(aq) + CO2(g) + H2O

Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan kerangka dasar reaksi
+7 +3 +2 +4
- 2+
MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) ) Mn (aq) + CO2(g)

Langkah 2 : Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi


dengan memberi koefisien yang sesuai.

+7 +3 +2 +4
- 2+
MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) ) Mn (aq) + 2CO2(g)

Langkah 3 : Menentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan


jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor.

+7 +3 +2 +4

MnO4-(aq) + H2C2O4(aq) ) Mn2+(aq) + CO2(g)


(turun 5)

+7 +2

+6 (naik 2) +8

Langkah 4 : Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut


dengan memberi koefisien yang sesuai.

MnO4-(aq) + H2C2O4(aq) ) Mn2+(aq) + CO2(g)


(turun 5) (x2)

+7 +2

+6 (naik 2)(x5) +8

Hasilnya sebagai berikut .

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) ) 2Mn2+(aq) + 10CO2(g)

Langkah 5 : Menyamakan muatan dengan menambahkan ion H +.


2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 10CO2(g) (muatan setara)

Langkah 6 : Menyetarakan atom H dengan menambahkan molekul air.

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l) (setara)

2. Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion-elektron (suasana asam)

Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode ion elektron.

K2Cr2O7(aq) + HCl(aq) KCl(aq) + CrCl3(aq) + Cl2(g) + H2O(l)

Jawab :

Langkah 1 : Menuliskan kerangka dasar setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi.

Reduksi : Cr2O72-(aq) Cr3+(aq)

Oksidasi : Cl-(aq) Cl2(g)

Langkah 2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.

Reduksi Okidasi

(2a) Cr2O72-(aq) 2Cr3+(aq) (2a) 2Cl-(aq) Cl2(g)

(2b) Cr2O72-(aq) 2Cr3+(aq) + 7H2O(l) (2b) 2Cl-(aq) Cl2(g)

(2c) Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) (2c) 2Cl-(aq) Cl2(g)

2Cr3+(aq) + 7H2O(l)

(2d) Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6e (2d) 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e

2Cr3+(aq) + 7H2O(l)

Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi, kemudian
jumlahkan.

Reduksi : Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6e 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)


Oksidasi : 6Cl-(aq) 3Cl2(g) + 6e +

Redoks : Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6Cl-(aq) 2Cr3+(aq) + 3Cl2(g) + 7H2O(l)

3. Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion elektron (suasana basa)

Setarakanlah reaksi redoks berikut dengan metode ion-elektron.

Bi2O3(s) + NaOH(aq) + NaClO(aq) NaBiO3(aq) + NaCl(aq)+ H2O(l)

Jawab :

Langkah 1 : Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasi secara terpisah.

Reduksi : ClO-(aq) Cl-(aq)

Oksidasi : Bi2O3(s) BiO3(aq)

Langkah 2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.

Reduksi Oksidasi

(2a) ClO-(aq) Cl(aq) (2a) Bi2O3(s) 2BiO3-(aq)

(2b) ClO-(aq) Cl-(aq) + H2O(l) (2b) Bi2O3(s) 3H2O(l)

(2c) ClO-(aq) + 2H+(aq) (2c) Bi2O3(s) + 3H2O(l)

Cl-(aq) + H2O(l) 2BiO3-(aq) + 6H+(aq)

(2d) ClO-(aq) + 2H+(aq) + 2e (2d) Bi2O3(s) + 3H2(l)

Cl-(aq) + H2O(l) 2BiO3-(aq) + 6H+(aq) + 4e

Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron, kemudian jumlahkan.

Reduksi : ClO-(aq) + 2H+(aq) + 2e Cl-(aq) + H2O(l) (x2)

Oksidasi : Bi2O3(s) + 3H2(l) 2BiO3-(aq) + 6H+(aq) + 6e (x1)

Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s) + 3H2O(l) 2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq) + 2H+(aq)


Langkah 4 : Menghilangkan ion H+

Untuk menghilangkan dua ion H+, tambahkan masing-masing dua ion OH- pada kedua
ruas.

Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s) + H2O(l) + 2OH-(aq)

2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq) + 2H+(aq) + 2OH-(aq)

Dua ion H+ dan dua ion OH- diruas kanan akan bergabung membentuk dua molekul air.

Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s) + H2O(l) + 2OH-(aq)

2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq) + 2H2O(l)

Kurangkan molekul air yang ada di ruas kiri dan ruas kanan, sehingga menyisakan satu
molekul air diruas kanan

Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s) + 2OH-(aq) 2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq) + H2O(l) (setara)

4. Potensial elektroda standar

Ditentukan potensial elektrode Mg/Mg 2+ = -2,34 volt, berarti potensial reduksi ion
Mg2+ menjadi logam Mg = -2,34 volt, sedangkan potensial oksidasi Mg menjadi Mg 2+=
+2,34 volt.

Mg2+(aq) + 2e Mg(s) E = -2,34V

Mg(s) Mg2+(aq) + 2e E = +2,34V

5. Menentukan potensial standar sel volta

Ditentukan dua elektrode sebagai berikut :

Ag+(aq) + e Ag(s) E= +0,80 V

Mg2+(aq) + 2e Mg(s) E= -2,37 V

a). Tentukan Esel yang disusun dari kedua elektrode itu.

b). Tulis reaksi elektrode dan reaksi selnya


Jawab :

a). Potensial sel adalah selisih potensial katode dengan anode. Katode merupakan
elektrode yang potensial reduksinya lebih positif, dalam hal ini yaitu perak.

Esel = E(katode) - E(anode)

Esel = +0,80V (-2,37V)

= +3,17 volt

b). Reaksi elektrode adalah reaksi yang terjadi pada masing-masing elektrode. Reaksi
katode adalah reduksi, sedangkan reaksi anode adalah oksidasi.

Katode (reduksi) : Ag+(aq) + e Ag(s) E = +0,80 V

Anode (oksidasi) : Mg(s) Mg2+(aq) + 2e E = +2,37 V

Reaksi selnya adalah penjumlahan reaksi elektrode, dan merupakan reaksi redoks.
Untuk menyetarakan koefisien reaksi, maka jumlah elektron yang terlibat pada masing-
masing reaksi sel harus disamakan. Dalam hal ini, reaksi katode harus dikalikan
dengan dua. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nilai potensial elektrode tidak bergantung
pada koefisien reaksi. Oleh karena itu, potensial reduksi (Ag) tidak ikut dikalikan dengan
dua.

Katode (reduksi) : 2Ag+(aq) + 2e 2Ag(s) E = +0,80 V

Anode (oksidasi) : Mg(s) Mg2+(aq) + 2e E = -2,37 V +

Reaksi sel (redoks) : 2Ag+(aq) + Mg(s) 2Ag(s) + Mg2+(aq) Esel = +3,17 V

6. Potensial Reaksi Redoks

Potensial reaksi redoks Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) dapat dihitung sebagai berikut.
Jawab :

Notasi sel volta yang dapat dibuat dari reaksi tersebut adalah Zn|Zn 2+||Cu2+|Cu.

Potensial selnya adalah :

E = ECu2+|Cu - EZn2+|Zn

= 0,34 (-0,76)volt

=1,10 volt

Jadi, potensial reaksi redoks tersebut adalah 1,10 volt.

7. Menuliskan reaksi elektrolisis

Tulislah reaksi elektrolisis berikut :

a. Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode grafit

b. Elektrolisis lelehan MgCl2 dengan elektrode grafit

Jawab :

a. Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode grafit.

NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)

Reaksi katode

Reaksi katode bergantung pada jenis kation. Dalam hal ini, kationnya adalah Na + yaitu
kation logam aktif (sukar direduksi), sehingga reaksi katode adalah reduksi air.

Katode : 2H2O(l) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)

Reaksi anode

Reaksi anode bergantung pada jenis anode dan anion. Dalam hal ini, anodenya adalah
inert (grafit) sehingga reaksi anode akan bergantung pada jenis anion. Anion klorid, Cl -,
tergolong anion mudah dioksidasi. Jadi reaksi anode adalah oksidasi anion Cl - menjadi
Cl2.

Anode : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e

Reaksi elektrolisis lengkap adalah :

Katode : 2H2O(l) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)

Anode : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e +

2H2O(l) + 2Cl-(aq) 2OH-(aq) + H2(g) + Cl2(g)

b. Elektrolisis lelehan MgCl2 dengan elektrode grafit.

MgCl2(l) Mg2+(l) + 2Cl-(l)

Pada elektrolisis lelehan senyawa ion dengan elektrode inert, maka kation direduksi
dikatode sedangkan anion dioksidasi di anode.

Katode : Mg2+(l) + 2e Mg(s)

Anode : 2Cl-(l) Cl2(g) +

Mg2+(l) + 2Cl-(l) Mg(s) + Cl2(g)

8. Menggunakan hukum Faraday

Hitunglah massa tembaga yang dapat dibebaskan oleh arus 10 ampere yang dialirkan
selama 965 detik ke dalam larutan CuSO4. (ArCu = 63,5)

Jawab :

9. Stoikiometri reaksi elektrolisis


Berapa liter gas oksigen (STP) dapat terbentuk jika arus 10 ampere dialirkan selama
965 detik ke dalam larutan asam sulfat ?

Jawab :

Gas oksigen dibebaskan di anode menurut persamaan :

2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e

Jumlah molelektron =

Jumlah moloksigen =

Volum oksigen = 0,025 mol 22,4 liter mol-1

= 0,56 liter

Anda mungkin juga menyukai