CHF Bab Ii
CHF Bab Ii
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang dan cara kerjanya menyerupai otot
polos.
1) Bentuk
Jantung berbentuk seperti jantung pisang. Bagian atasnya tumpul dan
disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut apiks kordis.
2) Letak
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma dan pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI
dua jari dari papilla mamae.
3) Ukuran
Lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
4) Pergerakkan Jantung
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup karena adanya
rangsangan yang berasal dari syaraf otonom. Dalam kerjanya jantung
mempunyai 3 periode :
a) Periode Kontriksi (Periode Sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian vertikal dalam keadaan
menguncup
b) Periode Dilatasi (Periode Distol)
Suatu keadaan di mana jantung mengembang
c) Periode Istirahat
Waktu antara kontriksi dan dilatasi di mana jantung berhenti +1/10
detik.
5) Siklus Jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jaringan selama peredaran darah.
Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi dan pengenduran.
Kontriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut diatol
3
atrial. Lama kontriksi vertikal + 0,3 detik dan tahap pengenduran selama 0,5
detik. Kontraksi atrium pendek kontraksi vertikal lebih lama dan kuat daya
dorong vertikal kiri terus lebih kuat karena harus mendorong darah
keseluruhan tubuh untuk mempertahankan keadaan sistolik.
6) Bunyi Jantung
Merupakan pukulan vertikal kiri terhadap dinding arterior yang terjadi
selama kontriksi vertikal dan debaran ini dapat diraba dan sering terlihat
pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
7) Kerja Jantung
Jantung disyarafi oleh nervus simpatikus dan nervus akseleratis, untuk
menggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikus, khususnya cabang
nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung. Mengembang dan
menguncupnya jantung disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang
berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung
pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena
kava yang disebut nodus SA. Kemudian rangsangan akan diteruskan ke
dinding atrium dan juga ke bagian septum cordis untuk nodus atrium
ventrikuler atau simpul tawara melalui berkas wenkebech. Dari simpul
tawara rangsangan akan melalui berkas his dan seterusnya diteruskan ke
apeks cordis melalui berkas purkinye, dan kemudian disebarkan ke seluruh
dinding ventrikel. Dengan demikian jantung dapat berkontraksi
b. Fisiologi
Jantung adalah organ yang mensirkulasi dan memompa darah teroksigenasi
ke paru-paru untuk pertukaran gas. Sirkulasi darah di jantung ada dua yaitu
peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Darah dari seluruh tubuh
dibawa ke jantung melalui vena kava superior dan inferior. Vena ini
mengalirkan darah ke atrium dekstra. Darah ini melalui katup trichuspidalis
pulmonalis, darah dipompakan ke paru-paru.
Setelah di paru-paru, terjadi proses difusi, darah yang teroksigenasi
mengalir ke atrium kiri melalui vena purmonalis. Kemudian dengan melalui
4
katup mitral, darah mengalir ke ventrikel kiri, dan dipompakan ke aorta melalui
valvula semilunaris aorta, untuk sirkulasi koroner dan sistemik di mana darah
yang teroksigenasi di bawah ke seluruh tubuh.
Sistem kardiovaskuler ini terdiri dari tiga bagian yang saling mempengaruhi
yaitu : jantung (untuk memompa), pembuluh darah (mengedarkan atau
mengalirkan), dan darah (menyimpan dan mengatur), interaksi antara ketiganya
akan mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel-sel.
2.1.3. Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal, secara umum penyebab
gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
a) Disfungsi miokard (kegagalan miokard)
b) Beban tekanan berlebihan pembebanan sistolik (systolic overload)
c) Beban volume berlebihan pembebanan diastol (diastolic overload)
d) Peningkatan kebutuhan metabolic peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand
overload)
e) Gangguan pengisian (hambatan input)
2.1.4. Klasifikasi
Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) terbagi atas 4 kelas
fungsional, yaitu
I. Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik berat
II. Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sedang
III. Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik ringan
IV. Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sangat ringan/ istirahat
2.1.5. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO= HR X SV
dimana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah frekuensi jantung (HR: Hear Rate) X
volume sekuncup (SV: Stroke Volume).
6
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
system saraf simpatif akan menpercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume Sekuncup, jumlah darah yang dipompakan pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga factor; preload, kontraktilitas dan afterload.
a) Preload adalah sinonim dengan hokum starling pada jantung yang menyatakan
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding lansung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
b) Kontraktilitas adalah mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium.
c) Afterload mengacu kepada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga factor tesebut terganggu, hasilnya
curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika
melalui prosedur pemantauan invansif telah mempermudah diagnosa gagal jantung
kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga
peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
- Dispnea
- Sianosis
- Mudah lelah
- Peningkatan berat-badan
- Hepatomegali
2.1.7. Diagnosis
Diagnosa gagal jantung ditegakkan berdasarkan pada kriteria utama dan atau
kriteria tambahan ( kriteria mayor dan kriteria minor)
Kriteria Utama/ Mayor
Ortopnea
Paroxymal Nocturnal Dyspnea
Kardiomegali
Gallop
Peningkatan JVP
Refleks hepatojuguler
Kriteria tambahan/ Minor
Edema Pergelangan kaki
Batuk malam hari
Dyspneu on effort
Hepatomegali
Efusi Pleura
Tachikardia
9
Pemantauan Hemodinamika.
Diagnosa gagal jantung dibuat dengan mengevaluasi manifestasi klinis kongesti
paru dan kongesti sistemik. Suatu metode yang penting untuk mengevaluasi
volume sekuncup adalah penggunaan kateter arteri pulmonal. Kateter ini dipasang
di tempat tidur, kateter ini mempunyai banyak lumen. Yang memungkinkan
pengukuran lebih dari satu parameter hemodinamika melalui hanya satu kateter.
Kateter dipasang melalui vena kava superior dan dikaitan ke atrium kanan. Balon
pada ujung kateter kemudian dikembangkan, sehingga kateter dapat mengikuti
aliran darah melalui katup trikuspidal, ventrikel kanan, katup pulmonal, ke arteri
pulmonalis komunis dan kemudian ke arteri pulmonal kanan atau kiri, akhirnya
berhenti pada cabang kecil arteri pulmonalis.
Pembacaan bentuk gelombang dan tekanan dicatat selama pemasangan untuk
mengidentifikasi letak kateter dalam jantung. Balon kemudian dikempiskan begitu
kateter telah mencapai arteri pulmonal.
2.1.8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan jantung
Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga aliran balik
vena dan peregangan terhadap serat-serat otot jantung berkurang
Diberikan digoxin (digitalis) untuk meningkatkan kontraktilitas. Digoxin
bekerja secara lansung pada serat-serat otot jantung untuk meningkatkan
kekuatan setiap kontraksi tanpa bergantung pada panjang serat otot. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga volume dan
peregangan ruang ventrikel berkurang
Diberikan penghambatan enzim pengubah angiotensin (inhibitor ACE)
untuk menurunkan pembentukan angiotensin II. Hal ini mengurangi
afterload (TPR) dan volume plasma (preload). Nitrat juga diberikan untuk
mengurangi afterload dan preload
A. Pemeriksaan Diagnostik
11
b) Sirkulasi
Gejala riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit katup jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok septic.
Bengkak pada kaki, telapak kaki, abodomen, sabuk terlalu ketat
(pada gagal bagian kanan).
Tanda TD: mungkin rendah (gagal pemompaan; normal (GJK normal atau
kronis); atau tinggi (kelebihan beban cairan/peningkatan TVS).
Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup.
Frekuensi jantung: Takikardia (gagal jantung kiri).
12
c) Integritas Ego
Gejala Ansietas, kuatir, takut.
Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan financial
(pekerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda berbagai menifestasi perilaku, misal: ansietas, marah, ketakukan,
mudah tersinggung.
d) Eliminasi
Gejala penurun berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
e) Makanan/Cairan
13
f) Hygiene
Gejala keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawtan diri.
Tanda penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g) Neurosensori
Gejala kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda letargi, kusut piker, disorentasi, perubahan perilaku, mudah
tersinggung.
h) Nyeri/Kenyamanan
Gejala nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
(AKaA). Sakit pada otot.
Tanda tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri.
i) Pernafasan
Gejala dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa
bantal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat penyakit paru kronis.
Penggunaan bantuan pernafasan misal: oksigen atau medikasi.
14
j) Keamanan
Gejala perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
k) Interaksi sosial
Gejala penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan.
l) Pembelajaran/Pengajaran
Gejala menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misal: penyekat
saluran kalsium.
Tanda bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Auskkultasi nadi apikal; kaji Biasanya terjadi takikardia (meskipun pada saat
frekuensi, irama jantung istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler. KAP, PAT, MAT, PVC
dan AF disritmia umum berkenaan dengan GJK
meskipun lainnya juga terjadi
Pantau tekanan darah (TD) Pada GJK dini, sedang atau kronis TD dapat
16
INTERVENSI RASIONAL
meningkat sehubungan dengan SVR. Pada HCF
lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
dan hipotensi tak dapat normal lagi
Kaji kulit terhadap pucat dan Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
sianosis sekunder terhadap tidak adekuatnya curah
jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat
terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit
sering berwarna biru atau belang karena kongesti
vena
INTERVENSI RASIONAL
Berikan oksigen tembahan dengan Meningkatkan sedian oksigen untuk kebutuhan
kanula nasal/masker sesuai indikasi miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia
Pantau seri EKG dan perubahan foto Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T
dada dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, meskipun tak ada penyakit
arteri koroner. Foto dada dapat menunjukan
pembesaran jantung dan perubahan kongesti
pulmonal
Pantau pemeriksaan laboatorium,
contoh BUN, kreatinin Peningkatan BUN/ kreatinin menunjukan
hipoperfusi/gagal ginjal
Pemeriksaan fungsi hati (AST/LDH)
AST/LDH dapat meningkat sehubungan dengan
kongesti hati dan menunjukkan kebutuhan untuk
obat dengan dosis lebih kecil yang didetoksikasi
PT/APTT/pemeriksaan koagulasi oleh hati
INTERVENSI RASIONAL
Siapkan untuk keefektifan terapi koagulan
insersi/mempertahankan alat pacu
jantung, bila diindikasikan Mungkin perlu untuk memperbaiki bradistritmia
tak responsif terhadap intervensi obat yang dapat
berlanjut menjadi gagal kongestif/menimbulkan
edema paru
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Periksa tanda vital sebelum dan segera Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
setelah aktivitas, khususnya bila aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
pasien menggunakan vasodilator, perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh
diuretik, penyekat beta fungsi jantung
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pantau haluaran urine, catat jumlah Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat
dan warna saat hari dimana diuresis (khususnya selama sehari) karena penurunan
terjadi perfusi ginjal . posisi telentang membantu
diuresis, sehingga haluaran urine dapat
20
Kolaborasi
Pemberian obat sesuai indikasi
Diuretik, contoh furosemid Meningkatkan laju aliran urine dan dapat
(lasix); bumetanide (bumex) menghambat reabsorpsi natrium/klorida pada
tubulus ginjal
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi Bunyi Nafas, cacat krekels, Menyatakan adanya kongesti paru /
mengi. pengumpulan sekret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
Anjurkan pasien untuk batuk efektif, Membersihkan jalan nafas dan
nafas dalam. memudahkan aliran oksigen.
Dorong perubahan posisi sering. Membantu mencegah ateletaksis dan
pneumonia.
Pertahankan tirah baring. Menurunkan konsumsi oksigen dan
meniingkatkan implamasi paru
Kolaborasi maksimal.
Pantau / gambarkan seri GDA, nadi
oksimetri Hypoksemia dapat menjadi berat selam
edema paru, perubahan komppensasi
Berikan oksigen tambahan biasanya ada pada GJK kronis.
Meningkatkan konsentrasi oksigen
alveolar yang dapat memperbaiki/
menurunkan hypoksia jaringan.
INTERVENSI RASIONAL
Lihat kulit, catat penonjolan tulang, Kulit beresiko karena gangguan
adanya edema, area sirkulasinya sirkulasi perifer, imobilitas fisik, dan
terganggu / pigmentasi, / kegemukan / gangguan status nutrisi
kurus.
Ubah posisi sering di tempat tidur / Memperbaiki sirkulasi / menurunkan
korsi, bantu latihan tempat gerak pasif waktu satu area yang menggangu aliran
/ aktif. darah
Berikan perawatan kulit sering, Terllalu kering / lembab merusak kulit
minimalkan dengan kelembaban / dan mempercepat kerusakan.
ekspresi.
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan fungsi jantung normal Pengetahuan proses penyakit dan harapan
dapat memudahkan ketaatan pada
program pengobatan.
Diskusikan obat, tujuan, dan efek Pemahaman kebutuhan terapuitik dan
samping, berikan intruksi secara perbal pentingnya pelaporan efek samping dapat
dan tertulis. mencegah terjadinya komplikasi.
Kondisi kronis dan berulang / menguatnya
Berikan kesempatan klien / orang kondisi GJK sering melemahkan
terdekat untuk menanyakan, kemempuan koping dan kapasitas
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth,(2002), Edisi 8, Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta, EGC